Laporan Interim Sungai Penyak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kata Pengantar Memenuhi kontrak kerja antara PPK Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Bangka Belitung dengan PT Hegar Daya mengenai pelaksanaan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung, berikut ini kami sampaikan Laporan Interim. Laporan Draft Final ini akan disajkan dalam 5 Bab yang terdiri dari :  Pendahuluan  Gambaran Umum Lokasi  Pengumpulan Data  Pengolahan dan Analisis Data  Alternatif Penanganan Demikian Laporan Interim ini kami buat dan laporkan, semoga dapat memenuhi tujuan dan kebutuhan yang diharapkan.



Bandung, Oktober 2010



Ketua Tim



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



i



Daftar Isi Bab 1



Halaman:



Pendahuluan 1.1



Latar Belakang



1-1



1.2



Maksud dan Tujuan



1-2



1.3



Lokasi Pekerjaan



1-2



1.4



Ruang Lingkup Pekerjaan



1-3



1.4.1



Tahap Persiapan



1-3



1.4.2



Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan



1-4



1.4.3



Tahap Pekerjaan Analisa



1-9



1.4.4



Pelaksanaan



Penyusunan



Perencanaan



Laporan (Pekerjaan Studio/Kantor)



Bab 2



Bab 3



Teknis



Dan 1-10



1.5



Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan



1-10



1.6



Biaya Pelaksanaan



1-10



1.7



Sistematika Pembahasan



1-10



Gambaran Umum Lokasi 2.1



Kondisi Geografis



2-1



2.2



Luas Wilayah



2-2



2.3



Kondisi Topografi



2-3



2.4



Kondisi Aliran Sungai



2-4



2.5



Tata Guna Lahan



2-4



2.6



Kondisi Geologi



2-5



2.7



Sumber Daya Air



2-7



2.8



Kependudukan



2-10



2.9



Pendidikan



2-11



2.10 Potensi Daerah



2-12



2.11 Perekonomian



2-17



Pengumpulan Data 3.1



Pengumpulan Data Sekunder



3-1



3.1



Pengumpulan Data Sekunder



3-1



3.2



Pengumpulan Data Primer



3-3



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



ii



3.3



Survei Topografi



3-3



3.4



Survei Hidrometri



3-8



3.4.1



Pengukuran Batimetri



3-8



3.4.2



Pengukuran Pasang Surut



3-13



3.4.3



Pengukuran Arus



3-19



3.4.4



Pengambilan Contoh Sedimen



3-20



3.5



Bab 4



3-21



3.5.1



Umum



3-21



3.5.2



Permasalahan di Sungai Penyak



3-23



Pengolahan dan Analisis Data 4.1



4.2



4.3



Bab 5



Analisis Permasalahan



Pengolahan Data Hidrologi



4-1



4.1.1



Pengolahan Data Hidrologi



4-1



4.1.2



Intensitas Curah Hujan



4-7



4.1.3



Perhitungan IDF



4-10



4.1.4



Debit Rencana



4-14



4.1.5



Waktu Konsentrasi



4-14



Analisis Hidrolika



4-19



4.2.1



Klasifikasi Aliran



4-24



4.2.2



Bilangan Reynold



4-26



4.2.3



Kecepatan Aliran



4-27



Pemodelan Matematik dengan Perangkat Lunak HEC-RAS



4-28



4.3.1



Umum



4-28



4.3.2



Teori Dasar



4-28



4.3.3



Input Data



4-30



4.4



Pasang Surut



4-38



4.5



Analisis Gelombang



4-43



Alternatif Penanganan 5.1



Metodologi dan Pendekatan



5-1



5.1.1



Penyebab Banjir



5-1



5.1.2



Strategi Umum Mengurangi Kerugian Akibat Banjir



5-2



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



iii



5.1.3



Penanganan



Pengendalian



Banjir



Non-struktur



dan



Struktur 5.1.4



5-3



Langkah Penyusunan Pola Pengendalian Banjir Sungai Prioritas



5-4



5.1.5



Analisa dan Evaluasi



5-5



5.1.6



Pemilihan Alternatif



5-6



5.1.7



Pemilihan Alternatif



5-6



5.2



Jenis-jenis Alternatif Penanganan



5-7



5.3



Pemilihan Alternatif



5-8



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



iv



Daftar Gambar Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bangka Tengah



2-2



Gambar 3.1 Bagan alir rencana kerja.



3-2



Gambar 3.2 Pengukuran jarak pada permukaan miring.



3-5



Gambar 3.3 Pengukuran sudut antar dua patok.



3-6



Gambar 3.4 Pengukuran waterpass.



3-7



Gambar 3.5 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.



3-9



Gambar 3.6 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.



3-10



Gambar 3.7 Penempatan GPSMap (tranduser, antena, reader) di perahu.



3-10



Gambar 3.8 Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi kedalaman. Gambar 3.9 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut.



3-11 3-14



Gambar 3.10 Hasil perbandingan data pengukuran dan peramalan pasang surut.



3-16



Gambar 3.11 Survei kecepatan aliran atau pengukuran arus.



3-19



Gambar 3.12 Lokasi Genangan di Desa Penyak



3-23



Gambar 3.13 Kondisi pengaliran air hujan di lokasi banjir



3-24



Gambar 3.14 Sketsa Solusi mengatasi Banjir di Desa Penyak



3-24



Gambar 4.1



Grafik batang curah hujan maksimum harian Stasiun Pangkal Pinang.



Gambar 4.2



4-2



Grafik analisis frekuensi curah hujan untuk distribusi Normal.



4-3



Gambar 4.3



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Normal.



4-3



Gambar 4.4



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Pearson.



4-4



Gambar 4.5



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Pearson.



4-4



Gambar 4.6



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Gumbel.



4-5



Gambar 4.7



Curah hujan harian maksimum untuk perioda ulang tertentu dengan berbagai distribusi.



4-6



Gambar 4.8



Grafik IDF hasil Formula Talbot



4-12



Gambar 4.9



Grafik IDF hasil Formula Sherman



4-13



Gambar 4.10 Grafik IDF hasil Formula Ishiguro



4-13



Gambar 4.11 Grafik IDF hasil Formula Sherman untuk perioda ulang Tr5.



4-15



Gambar 4.12 Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak



4-17



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



v



Gambar 4.13 Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak



4-18



Gambar 4.14 Jenis Aliran Permukaan (a), bebas pada saluran terbuka (b). bebas pada saluran tertutup (c). dan aliran tertekan atau dalam pipa.



4-20



Gambar 4.15 Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka



4-21



Gambar 4.16 Tipikal penampang saluran drainasi di Desa Penyak



4-21



Gambar 4.17 Profil Aliran Subkritis



4-25



Gambar 4.18 Profil Aliran Kritis



4-25



Gambar 4.19 Profil Aliran Kritis



4-25



Gambar 4.20 Empat jenis keadaan aliran pada saluran terbuka



4-27



Gambar 4.21 Persamaan momentum dan kontinuitas.



4-29



Gambar 4.22 Skema jaringan saluran Drainase.



4-31



Gambar 4.23 Tipikal potongan melintang saluran drainase.



4-32



Gambar 4.24 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 2 th



4-32



Gambar 4.25 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 5 th



4-33



Gambar 4.26 Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 10 th



4-33



Gambar 4.27 Elevasi muka air di saluran



4-34



Gambar 4.28 Elevasi muka air di saluran



4-34



Gambar 4.29 Elevasi muka air di saluran



4-35



Gambar 4.30 Elevasi muka air di saluran



4-35



Gambar 4.31 Grafik kecepatan aliran di saluran



4-36



Gambar 4.32 Rating Curve



4-36



Gambar 4.33 Kedalaman aliran di saluran



4-37



Gambar 4.34 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut laut



4-38



Gambar 4.35 Perbandingan data pasang surut pengukuran dengan hasil penaksiran.



4-40



Gambar 4.36 Harga probabilitas dan prosentase elevasi-elevasi acuan.



4-41



Gambar 4.37 Windrose lokasi Penyak.



4-43



Gambar 4.38 Fetch lokasi Penyak.



4-44



Gambar 4.39 Waverose lokasi Penyak.



4-45



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



vi



Daftar Tabel Tabel 2.1 Pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangka Belitung.



2-3



Tabel 2.2 Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah



2-3



Tabel 2.3 Desa-desa di Kecamatan Koba



2-4



Tabel 2.4 Desa-desa di Kecamatan Pangkalan Baru



2-4



Tabel 2.5 Desa-desa di Kecamatan Sungai Selan



2-4



Tabel 2.6 Desa-desa di Kecamatan Simpang Katis



2-5



Tabel 2.7 Desa-desa di Kecamatan Lubuk



2-5



Tabel 2.8 Desa-desa di Kecamatan Namang



2-5



Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamindi Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2005



2-9



Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamindi Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2006 Tabel 3.1 Curah Hujan Maksimum



2-9 3-3



Tabel 3.2 Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut



3-14



Tabel 3.3 Data Pasang Surut di Penyak.



3-15



Tabel 3.4 Komponen Pasang Surut Pesisir Pantai Penyak



3-17



Tabel 3.5 Tipe Pasang Surut



3-17



Tabel 3.6 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm).



3-18



Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran di 2 Lokasi



3-19



Tabel 3.8 Hasil Analisa Sedimen Layang di 2 Lokasi



3-20



Tabel 3.9 Hasil Rekapitulasi Analisa Sedimen Dasar di 2 Lokasi



3-20



Tabel 4.1 Curah Hujan Maksimum Harian Stasiun Pangkal Pinang Tahun 1998-2009.



4-2



Tabel 4.2 Resume Analisis Frekwensi Curah Hujan Maksimum Harian



4-5



Tabel 4.3 Resume Uji Kecocokan Distribusi



4-6



Tabel 4.4 Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan



4-7



Tabel 4.5 Intensitas Hujan dalam dengan Distribusi Gumbel



4-9



Tabel 4.6 Intensitas Hujan dengan berbagai perioda ulang.



4-10



Tabel 4.7 Perhitungan harga suku untuk persamaan Talbot



4-10



Tabel 4.8 Perhitungan harga suku untuk persamaan Sherman



4-11



Tabel 4.9 Perhitungan harga suku untuk persamaan Ishiguro



4-11



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



vii



Tabel 4.10 Perbandingan Kecocokan rumus-rumus intensitas hujan Tabel 4.11 Perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc) dan Intensitas Hujan (I)



4-12 16



Tabel 4.12 Hasil perhitungan Debit (Qr) dengan Rumus Metoda Rasional USSCS



4-16



Tabel 4.13 Harga koefisien kekasaran Manning, n



4-19



Tabel 4.14 Besarnya Tinggi Jagaan Berdasarkan Besarnya Debit Aliran.



4-20



Tabel 4.15 Pemilihan Tipikal Penampang Saluran



4-22



Tabel 4.16 Hasil perhitungan Debit dengan Rumus Manning



4-23



Tabel 4.17 Kecepatan aliran yang diizinkan berdasarkan jenis bahan saluran.



4-27



Tabel 4.18 Data Hasil Pengamatan Pasang Surut di Penyak



4-39



Tabel 4.19 Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil Pengamatan.



4-40



Tabel 4.20 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm)



4-42



Tabel 4.21 Kecepatan aning untuk berbagai perioda ulang



4-43



Tabel 4.22 Panjang Fetch lokasi Penyak



4-44



Tabel 4.23 Periode Ulang Gelombang



4-45



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



viii



Laporan Draft Final Pekerjaan:



Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah



Bab



1



Pendahuluan



Bab 1 Pendahuluan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung



1.1



Latar Belakang



Dalam usaha pembangunan dan pengembangan kota secara menyeluruh dan terpadu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah ini, Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung akan mereview kebijakan pembangunan prasarana dasar Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah dan terkait dengan program Dinas Pekerjaan Umum Bangka Tengah, dan termasuk di dalam program tersebut adalah sektor Drainase dan Pengendalian Banjir . Permasalahan drainase di Kabupaten Bangka Tengah yang disebabkan oleh aspek hidrologi, aspek morfologi sungai Penyak dan erosi tebing sungai yang membawa material sedimen sehingga kecepatan aliran pada ruas pertemuan Sungai Penyak menjadi sangat kecil. Kondisi ini berakibat pada proses pengendapan yang berjalan sangat intensif. Beberapa



studi



dan



perencanaan



yang



berkenaan



dengan



drainase



dan



pengendadlian banjir di Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah telah dilaksanakan, namun semua perencanaan diatas masih bersifat parsial, sehingga belum dapat menuntaskan permasalahan drainase dan pengendalian banjir Kabupaten Bangka Tengah secara menyeluruh dan terpadu. Perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terpadu tersebut sedang direncanakan untuk dilaksanakan pada tahun Anggaran 2010. Permasalahan saat ini adalah adanya genangan banjir yang terjadi sepanjang Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah sehingga berakibat pada produktivitas lahan,



panen



mengalami



kegagalan



dan



rusaknya



infrastruktur



sehingga



menghambat laju pembangunan. Kejadian banjir ini hampir terjadi setiap tahun dan genangan yang terjadi umumnya berkisar antara 0,5-1,00 meter tersebar di sepanjang aliran Sungai Penyak.



Laporan Draft Final  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-1



Bab 1



Pendahuluan



Untuk itulah maka Pemerintah memandang sangat mendesak untuk dikaji lebih jauh



mengenai



penyebab



banjir,



paramater-parameter



alam



yang



menjadi



penyebab banjir melalui “Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung”. Berdasarkan kondisi topografi daerah aliran sungai di bagian tengah (Kabupaten Bangka Tengah) umumnya relatif datar. Pada perkembangannya Sungai Penyak saat ini lahan-lahan di sepanjang bantaran sungai dan beberapa tempat tergenang cukup luas saat musim penghujan dan pasang air laut. Kondisi ini terjadi mengingat proses sedimentasi yang sangat aktif di sepanjang Sungai Penyak khususnya pada segmen aliran Sungai Penyak. Mengingat banjir dan longsoran tebing sungai dan pengendapan yang sangat aktif dari Sungai Penyak menyebabkan terjadinya banjir, keadaan ini sudah rutin terjadi maka perlu diadakan penanganan banjir secara khusus dengan cara melakukan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung sehingga genangan terhadap lahan-lahan disekitarnya dapat dihilangkan/diminimalkan.



1.2



Maksud dan Tujuan



Pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung bertujuan untuk mendapatkan hasil studi dan perencanaan yang optimum, yaitu setelah dilaksanakan pekerjaan ini maka dapatlah diantisipasi solusi yang efektif untuk penanganan pengendalian banjir dan longsoran tebing sungai yang selama ini terjadi dan penanganan daerah genangan banjir sehingga lahan akan menjadi produktif yang akhirnya kegiatan masyarakat



dapat



lancar



kembali



sehingga



memberikan



pelayanan



secara



maksimal, dengan biaya relatif murah serta memenuhi persyaratan teknis. Hasil selengkapnya dari pekerjaan ini ditujukan untuk memberikan gambaran yang jelas dan dapat dijadikan pedoman untuk mempersiapkan dan melaksanakan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan konstruksi.



1.3



Lokasi Pekerjaan



Daerah kajian meliputi aliran sungai Penyak khususnya di daerah genangan banjir sepanjang segmen Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah. Daerah kajian dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dari ibukota propinsi Bangka Belitung dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-2



Bab 1



1.4



Pendahuluan



Nama dan Organisasi Pemberi Pekerjaan



Pejabat Pembuat Komitmen Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Bangka Belitung SNVT Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air Sumatera VIII Provinsi Bangka Belitung.



1.5



Sumber Dana



Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 550.000.000 (Lima Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) termasuk PPN dibiayai APBN Tahun Anggaran 2010.



1.6



Jangka Waktu Pelaksanaan



Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan 180 hari atau 6 ( enam ) bulan



1.7



Ruang Lingkup Pekerjaan



Pada dasarnya lingkup kegiatan dan urutan tahapan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung, secara umum terbagi (empat) tahapan, yaitu : 



Tahap Persiapan







Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan (Survey)







Tahap Pengolahan dan Analisa







Tahap Penyusunan Disain Rinci (Detail Design)







Tahap Penggambaran



1.7.1



Tahap Persiapan



Sebelum team survey lapangan diberangkatkan maka perlu ada pekerjaan persiapan yang meliputi : A. Pengumpulan Data Pengumpulan data terdiri dari pekerjaan pengumpulan data sekunder untuk mempelajari kondisi awal daerah proyek guna tindak lanjut tahap berikutnya. Data yang dikumpulkan meliputi :  Data laporan hasil studi yang dihasilkan pada tahap sebelumnya baik berupa studi identifikasi, feasibility studi maupun kegiatan lainnya jika ada.  Data peta topografi atau hasil pengukuran yang telah ada.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-3



Bab 1



Pendahuluan



 Data informasi lapangan dari instansi yang terkait antara lain : dari Bagian Proyek Pembinaan dan Perencanaan , Proyek Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Bangka Belitung, serta Bappeda Kabupaten Bangka Tengah. Hasil pengumpulan data sekunder tersebut dipelajari dan kemudian didiskusikan dengan pihak Bappeda Kabupaten Bangka Tengah, Dinas Pengairan Kabupaten Bangka Tengah, Direksi dan Supervisi Dengan demikian sebelum survey lapangan telah dapat disusun rencana kerja yang lebih baik. B. Pembuatan Rencana Kerja Setelah mengkaji data dan melakukan diskusi, maka konsultan membuat rencana kerja, baik untuk lapangan maupun untuk pekerjaan di kantor. Rencana kerja ini terdiri dari :  Metoda penanganan proyek.  Struktur organisasi serta personalia untuk penanganan proyek  Rencana tata kala penugasan personalia serta peralatan yang nyata digunakan.  Pembuatan laporan persiapan ke lapangan dan rencana kerja survey lapangan. C. Mobilisasi Personil dan Peralatan Setelah rencana kerja lapangan tersebut disepakati bersama dengan Direksi dan Tim supervisi, maka disusun rencana keberangkatan, termasuk pengajuan biaya lapangan dari tim kerja konsultan ke Direksi Konsultan, pengumpulan tenaga kerja lapangan dan pemberian penjelasan tentang metoda kerja lapangan dengan syaratsyaratnya, serta melakukan pengecekan peralatan, baik di kantor maupun di lapangan.



1.7.2



Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan



A. Orientasi Lapangan Tujuan dari orientasi lapangan adalah untuk mengenal kondisi/situasi lapangan, yang meliputi :  Metoda pencapaian lokasi yang paling efisien.  Sarana transportasi di lapangan.  Ketersediaan tenaga lokal untuk survey.  Penentuan lokasi-lokasi untuk :  Pemasangan BM dan jalur pengukuran.  Pengumpulan data hidrologi dan Pengamatan hidrometri.  Pengeboran tanah.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-4



Bab 1



Pendahuluan



 Informasi tentang keadaan iklim, kondisi banjir dan genangan yang terjadi dan sebagainya dari penduduk yang terlanda bahaya banjir sebagai informasi tambahan.  Laporan kepada pejabat pemerintah setempat tentang akan adanya rencana survey, serta menjelaskan maksud dan tujuan pekerjaan tersebut. B. Pelaksanaan Survey Lapangan Survey lapangan dilaksanakan setelah orientasi lapangan dan masukan-masukan yang diperoleh dimanfaatkan agar pelaksanaan survey besar dapat berjalan dengan lancar. Survey utama tersebut berupa : B.1



Pengukuran dan Pemetaan Topografi



Pada garis besarnya lingkup pekerjaan survey topografi adalah sebagai berikut : 1.



Pekerjaan Persiapan



2.



Pekerjaan Lapangan



3.



Inventarisasi dan Pemasangan Benchmark (BM) baru



4.



Pengukuran kerangka dasar horizontal dan vertikal, situasi, penampang memanjang dan melintang



5.



Pekerjaan perhitungan dan penggambaran



6.



Perhitungan draft di lapangan – perhitungan definitif



7.



Penggambaran situasi detail skala 1 : 5.000 dengan interval kontur 0,25 m



8.



Penggambaran penampang memanjang skala panjang 1 : 2.000 dan skala tinggi 1 : 100 dilengkapi gambar situasi skala 1 : 5.000



9.



Penggambaran penampang melintang skala panjang 1 : 100 dan skala tinggi 1 : 100



10.



Penggambaran situasi tapak lokasi kritis digambar pada skala 1 : 2.000



11.



Pekerjaan pembuatan Laporan.



B.2



Metoda dan Standar Pelaksanaan



Pemetaan



pada



proyek



ini



akan



dilakukan



dengan



menggunakan



metoda



“Pemetaan cara Tachimetry” yang mana pekerjaannya meliputi : a.



Pemasangan Bench Mark Bench mark merupakan tanda-tanda di lapangan yang berguna kelak dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi pada periode lanjutan. Oleh karena itu pemasangan benchmark harus dilakukan memenuhi kriteria sebagai berikut :  Konstruksi cukup 1/tahun untuk jangka waktu yang lama.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-5



Bab 1



Pendahuluan



 Pemasangan pada tempat yang aman dari gangguan dan mudah dicari kembali bila diperlukan. Direncanakan dipasang 10 buah BM.  Pemasangan pada tanah yang stabil. b.



Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal Kerangka dasar merupakan titik dasar untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti pengukuran situasi detail dan pengukuran penampang melintang dan memanjang. Oleh karena itu pengukuran kerangka dasar harus memiliki ketelitian yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dikehendaki. Metoda yang dipilih untuk penetapan kerangka daasar horizontal ini dipilih metoda pengukuran poligon (loop/kring tertutup, mencakup tidak lebih dari 25 Ha masing-masing), dibuat beberapa loop oleh konsultan. Secara umum teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut :  Sasaran pengukuran adalah sudut dan jarak horizontal  Alat ukur sudut yang digunakan adalah theodolit  Sistem pembacaan sudut satu seri.  Pengukuran jarak



jika memungkinkan menggunakan alat ukur jarak



meetband baja dan diukur 2 kali . Sebagai arah dan kontrol ukuran sudut dilakukan dengan pengamatan astronomi atau Gyro Compas.  Jumlah titik poligon antara dua kontrol azimut maksimum 50 titik.  Jaringan poligon adalah loop (kring) tertutup c.



Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Untuk mendapatkan titik-titik kerangka dasar vertikal digunakan metoda pengukuran sifat datar dengan teknis pengukuran adalah sebagai berikut :  Sasaran adalah beda tinggi (selisih tinggi antara dua titik ketinggian yang diteliti)  Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sifat datar optis, seperti Zeiss Ni.2  Peengukuran profil melintang dilakukan dengan interval penampang jarak 500 meter.



B.3



Pengumpulan Data Hidrologi dan Survey Hidrometri.



Uraian Kegiatan (D) Pekerjaan Hidrologi/Hidrometri mencakup kegiatan pekerjaan: B.3.1



Pekerjaan Persiapan.



 Pengumpulan data iklim dari station terdekat yang meliputi data curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, penyinaran matahari, kecepatan dan arah angin, radiasi, Eto-Penman, dengan waktu pengambilan data lebih dari 10 tahun untuk curah hujan dan 5 tahun untuk data iklim



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-6



Bab 1



Pendahuluan



 Pengukuran Muka air saat pasang besar dan pasang kecil .  Pengukuran Debit Aliran pada titik titik yang akan ditentukan kemudian yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dengan menggunakan Currenmeter untuk mengukuran kecepatan arus .  Menyiapkan



peta-peta



lokasi



daerah



survey,



untuk



menentukan



lokasi



pengukuran dan macam pengukuran.  Menyiapkan alat-alat yang akan dipakai untuk survey yang meliputi :  Current meter untuk mengukur kecepatan arus.  Botol sample, untuk mengambil sample air  Waterpas (Wp) untuk leveling  Range finder untuk penentuan jarak B.3.2



Pekerjaan Lapangan.



 Pra Survey yang terdiri dari team inti yang bertujuan untuk :  Mengenal kondisi serta situasi daerah survey dan sekelilingnya.  Pengamatan Pendahuluan kondisi hidrologi dan faktor sekelilingnya bagi team survey.  Pekerjaan yang dilakukan dilapangan :  Pengukuran ketinggian muka air berdasarkan fluktuasi (musim Hujan dan Kemarau) .  Pengukuran debit rata-rata  Pengukuran kecepatan aliran selama 30 jam tiap 3 jam sekali.  Pengukuran profil sungai/saluran  Levelling antara papan ukur dan Bench Marks.  Pengambilan contoh air (bottle sample) B.4



Survey dan Penyelidikan Mekanika Tanah.



B.4.1



Maksud Survey Mekanika Tanah



Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika tanah sebagai bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang efisien, berupa:  Analisa kestabilan lereng.  Besaran konsolidasi dan settlement.  Sifat-sifat pemadatan.  Daya dukung tanah.



B.4.2 a.



Pekerjaan Lapangan



Orientasi Lapangan



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-7



Bab 1



Pendahuluan



Mengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksa¬naan survey dan penyebaran titik-titik pengamat serta persiapan tenaga lokal dan peralatan penunjang. b.



Pekerjaan Lapangan



Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja dilapangan secara simultan. Jumlah titik dan penyebaran lapangan disesuaikan dengan kondisi tanah setempat berdasarkan hasil diskusi dengan Direksi pada Orientasi Lapangan dan pengamatan visual tanah dilokasi b.1



Pemboran Tanah (12 titik) Dilakukan pengambilan sample tanah tidak terganggu pada setiap lapisan tanah.



Selain



itu



dicatat



diskripsi/textur



lapisan



tanah



berdasarkan



penga¬matan visual. Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan Auger) dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai kedalaman kurang lebih 8,00 meter sampai kedalaman suatu lapisan keras dimana pemboran tidak dapat diperdalam lagi. Dari pemboran ini diambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) yang selanjutnya akan dianalisa dilaboratorium mekanika tanah. b.2



Test Pit. (10 titik) Ukuran lubang uji (test pits) adalah 1.25 m x 1.25 m dengan kedalaman penggalian yanah diusahakan mencapai posisi muka air tanah dangkal, yang umumnya (1.50 – 2.00) m di bawah muka tanah. Pada kedalaman muka air tanah dangkal, lubang uji di ganti dengan percobaan pemboran dengan menggunakan bor tangan sampai kedalaman 1 sampai 5.00 meter, pada tiap lubang uji diambil contoh tanah terganggu kurang lebih (10-20) kg untuk diuji sipat–sipat



pemadatannya



(compaction



test)



di



laboratorium



untuk



mengetahui karasteristik tanah yang akan digunakan sebagai timbunan. berupa deskripsi tanah dan lubang uji tersebut. Test Pit akan dilakukan pada 12 titik kritis. c.



Penyelidikan di Laboratorium



Semua penyelidikan dilaboratorium dilakukanb menurut prosedur ASTM dengan berbagaimodipikasiyang disesuaikan dengan keadaan di lapangan. c.1



Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) :



Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak tidak terganggu yang diambil dari pemboran meliputi :



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-8



Bab 1



Pendahuluan



 Penyelidikan sifat fisik tanah :  Kadar tanah : D.2216-71.  Berat jenis tanah (specifik gravity) :D.854-72.  Berat polume tanah (volume unit weight) : D.2937.  Atterberg limits : D.423-66 : D.424-74 ; D.427-74.  Gradasibutiran (grain size analisys) : D.421-72 : d.422 –72.  Penyelidikan sifat mekanis tanah :  Pengujian komprensi tiga sumbu (triaxial compression test) dengan jenis CU Test : D.2850-70.  Kuat tekan bebas (Uncofined compresion test) : D.2166-72. c.2



Contoh tanah terganggu (disturbed sample) :



Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji meliputi:  Penyelidikan sifat fisik tanah :  Berat jenis tanah . D.854-72.  Atterberg limits : D.423-66 : D.424-74 : D.427-74.  Penyelidikan sifat tanah dal;am hubungannya dengan perencanaan tanggul :  Percobaan pemadatan (compection test)



: D.698-70.



 Uji gaya geser langsung (direct shesr test) : D.3080-79. B.5



Survey Inventarisasi Permasalahan Sepanjang sungai Sungai Penyak



Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui permaslahan segmen demi segmen sepanjang Sungai Penyak, kerusakan tanggul, longsoran tebing dan kejadian banjir pada setiap station Sungai Penyak. C. Pengolahan Data dan Pembuatan Pra-Rencana (Pembuatan Sistem Pengendalian Banjir ) Pengolahan data lapangan di lokasi adalah sangat penting terutama untuk pekerjaan topografi. Pengolahan data tersebut sangat penting agar dapat langsung diketahui apabila terjadi kesalahan atau ketelitiannya tidak terpenuhi. Apabila hal ini terjadi maka akan dapat segera diadakan pengukuran ulang. Hal lain yang mungkin terjadi adalah perubahan tata guana lahan sepanjang segmen Sungai Penyak. sehubungan dengan permasalahan genangan yang terjadi, kebutuhan untuk jalur hijau dan kebutuhan untuk short cut, pelebaran ataupun pendalaman Sungai Penyak itu sendiri.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-9



Bab 1



1.7.3 Analisa



Pendahuluan



Tahap Pekerjaan Analisa data



dari



lapangan



tersebut



dilaksanakan



dikantor



pusat



dengan



menggunakan perangkat keras peralatan perhitungan dan perangkat lunak. Analisa tersebut antara lain adalah :  Perhitungan dan penggambaran peta situasi.  Analisa kemiringan lahan dan peta genangan banjir.  Analisa hidrologi dan potensi sumber daya air.  Analisa data hidrometri dan data laboratorium (kualitas air/sedimen).  Analisa sifat karakteristik sungai alam yang ada.  Analisa laboratorium data pengeboran tanah (mekanika tanah, tanah pertanian).  Analisa daya dukung tanah, kestabilan lereng rencana saluran, tanggul dan perhitungan-perhitungan lain yang diperlukan seperti perhitungan struktur, pondasi dan bangunan hidraulis (pintu air) Semua pekerjaan



analisa tersebut dilakukan di kantor pusat dan didiskusikan



dengan pihak Direksi. Hasil dari analisa ini berupa nilai atau besaran perencanaan (design value) yang dapat digunakan masukan utama guna menentukan langkah perhitungan perencanaan dan penggambaran serta penyusunan laporan dan dokumen untuk perencanaan teknis.



1.8



Sistematika Pembahasan



Sistematika



pembahasan



dari



Laporan



Pendahuluan



dari



pekerjaan



Studi



Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah ini terdiri dari: Bab 1



Pendahuluan Menyajikan



latar



belakang,



tujuan



dan



maksud



pekerjaan,



lokasi



pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan sistematika pembahasan Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Menyajikan gambaran umum lokasi pekerjaan yang berhasil dikumpulkan baik dari instansi terkait maupun pengumpulan dari internet.



Bab 3



Pengumpulan Data Menyajikan proses pengumpulan data baik data sekunder berupa data-data hasil pengumpulan ke instansi-instansi terkait maupun data primer berupa kegiatan survei pengukuran di lapangan.



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-10



Bab 1



Pendahuluan



Merupakan proses pengolahan terhadap data-data hasil pengukuran di lapangan yang mencakup data topografi, hidrometri, hidrologi yang kemudian akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan perencanaan yang akan diterapkan di lokasi pekerjaan. Bab 5



Alternatif Penanganan Menyajikan proses dari mulai inventarisasi hingga identifiasi permasalahan di



lapangan



yang



berhasil



dikumpulkan. Kemudian



akan



dilakukan



pembobotan (matrikulasi) terhadap alternatif penanganan yang paling cocok dan memungkinkan untuk diterapkan di lokasi studi. Bab 6



Rencana Anggaran Biaya Menyajikan konstruksi



biaya



yang



harus



yang merupakan



disiapkan



alternatif



untuk



terpilih



membangun



dalam



suatu



menanggulangi



masalah banjir yang terjadi di lapangan. Bab 7



Kesimpulan Menyajikan beberapa kesimpulan akhir yang bisa diambil pada pekerjaan pengendalian banjir yang mencakup alternatif penanganan yang diambi dan biaya pembangunannya.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



1-11



Laporan Draft Final Pekerjaan:



Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah



Bab



2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung



2.1



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Kabupaten Bangka Tengah merupakan bagian dari Provinsi Bangka Belitung yang terbagi menjadi 6 kecamatan. Ibukota Kabupaten Bangka Tengah adalah Koba yang berjarak 56 km dari Pangkalpingang sebagai ibukota provinsi Bangka Belitung. Timah menjadi jantung pemacu ekonomi daerah ini. Industri yang dimotori perusahaan pemurnian timah milik PT Koba Tin menjadi penyangga utama terhadap total kegiatan ekonomi. Industri-industri lainnya yang berskala kecil misalnya industri gula aren dan karosesi mobil di kabupaten ini masih minim jumlahnya. Umumnya, industri-industri kecil ini berada di Kecamatan Pangkalan Baru yang berada di dekat Kota Pangkalpinang. Setelah industri, kegiatan tambang yang sebagian besar merupakan penambangan timah menjadi kontributor kedua terbesar terhadap kegiatan ekonomi daerah ini. Meski timah menjadi andalan, pemerintah kabupaten berusaha menyiapkan alternatif bila penambangan dan peleburan



timah



tidak



bisa



diandalkan



lagi.



Salah



satunya



adalah



usaha



perkebunan. Tanaman lada bisa ditemukan di seluruh kecamatan yang ada di Bangka Tengah. Jenis tanaman lain adalah kelapa sawit yang dikembangkan menjadi perkebunan dengan sistem plasma inti sehingga ikut menguntungkan warga sekitar. Hanya saja karena di daerah ini belum ada pengolahan sawit, tandan buah segar sawit di bawa ke wilayah tetangga di Kabupaten Bangka Barat. Hal ini menunjukkan bahwa peluang dibukanya industri pengolahan kelapa sawit masih terbuka lebar.



Laporan Interem  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-1



Bab 2



Gambar 2.1



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Peta Kabupaten Bangka Tengah



Selain pertanian, garis pantai sepanjang 195 kilometer dan pulau kecil sebanyak 12 buah di tepi timur dan barat kabupaten menyimpan peluang besar. Diperkirakan terdapat potensi tangkap di Laut Cina Selatan sebesar 1,2 juta ton pertahun. Komoditas yang mendatangkan untung besar adalah ikan kerapu. Ikan-ikan ini dikirim ke Pangkal Pinang, lalu diekspor ke negara-negara lain. Kabupaten Bangka Tengah berhadapan dengan dua perairan berbeda di sisi barat dan timur. Di bagian barat daratan kabupaten ini berbatasan langsung dengan Selat Bangka, sedangkan di timur menghadap Laut Natuna. Oleh karena itu, tidaklah aneh pula jika kabupaten ini memiliki sejumlah lokasi pantai yang menawan sehingga masih menyimpan potensi yang sangat besar bagi para investor. Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Bangka yang resmi dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003.



2.1.1



Luas Wilayah



Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 2028,13 km2. Wilayah Kabupaten Bangka Tengah memiliki 16 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai ± 195 km. Secara geografis terletak pada 2o11’–2o46’ LS dan 105o48’–106o51’ BT.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-2



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Batas batas wilayah Kabupaten Bangka Tengah adalah sebagai berikut : Sebelah Utara



: Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang.



Sebelah Timur



: Laut Cina Selatan.



Sebelah Selatan



: Kabupaten Bangka Selatan.



Sebelah Barat



: Selat Bangka.



Keenam belas pulau-pulau kecil tersebut dapat dilihat pada Tabel C.1 di bawah ini. Tabel 2.1 No



Pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangka Belitung. NAMA PULAU



LUAS (Ha)



LUAS (Km2)



1



DS. KURAU



171.53



1.72



2



BEBUAR



40.12



0.40



3



KETAWAI



92.40



0.92



4



GUSUNG ASAM



20.00



0.20



5



KETUGAR



19.01



0.19



6



DS. TANJUNG PURA



366.48



3.66



7



NANGKA



344.52



3.45



8



PELEPAS



9.31



0.09



9



TIKUS



3.34



0.03



10



GADUNG



9.31



0.09



11



DS. TANJUNG GUNUNG



356.60



3.57



12



PANJANG



316.60



3.17



13



SEMUJUR



40.00



0.40



14



DS. BATU BERIGA



90.26



0.90



15



KELASA



90.26



0.90



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



2.1.2



Pembagian Wilayah



Secara administratif Kabupaten Bangka Tengah terbagi menjadi 6 kecamatan. Keenam kecamatan tersebut adalah Koba, Pangkalan Baru, Sungai Selan, Simpang Katis, Lubuk dan Namang. Rincian dari keenam kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel C.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Kecamatan



Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah Luas (km2)



Kelurahan



Desa



Dusun



Koba



932.56



5



6



11



Pangkalan Baru



282.27



1



9



16



Sungai Selan



694.00



1



10



20



Simpang Katis



246.94



-



10



10



Lubuk



156.40



-



7



5



Namang



197.55



-



8



8



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-3



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Dengan demikian secara total terdapat 7 kelurahan, 50 desa dan 70 dusun di Kabupaten ini. Dari total 50 desa dan 7 kelurahan tersebut, 16 desa diantaranya merupakan desa pesisir pantai. Berikut di bawah ini rincian desa-desa dan kelurahan dari keenam kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah.



Tabel 2.3



No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Desa-desa di Kecamatan Koba



Nama Desa KOBA BEROK PADANG MULYA SP. PERLANG ARUNG DALAM NIBUNG GUNTUNG TERENTANG PENYAK KURAU KURAU BARAT Total



Luas (km2) 4.06 2.88 31.69 7.24 19.06 63.11 77.44 68.80 40.72 12.41 6.62 334.04



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



Tabel 2.4



No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Desa-desa di Kecamatan Pangkalan Baru



Nama Desa BELULUK MANGKOL PEDINDANG PADANG BARU JERUK AIR MESU BENTENG TANJUNG GUNUNG BATU BELUBANG DUL Total



Luas (km2) 6.34 4.62 6.90 5.08 8.85 37.08 3.70 8.60 6.34 13.94 101.45



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



Tabel 2.5



No. 1 2 3



Desa-desa di Kecamatan Sungai Selan



Nama Desa SUNGAI SELAN S.SELAN ATAS TANJUNG PURA



Luas (km2) 94.33 29.64 69.53



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-4



Bab 2



4 5 6 7 8 9 10 11



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



LAMPUR SARANG MANDI KERANTAI KEMINGKING MUNGGU KERETAK KARAKAS ROMODHON Total



41.33 57.88 26.78 71.24 20.43 55.85 37.77 60.00 564.81



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



Tabel 2.6



No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Desa-desa di Kecamatan Simpang Katis



Nama Desa SIMPANG KATIS PUPUT CELUAK SUNGKAP TERU TERAK PASIR GARAM BERUAS PINANG SEBATANG KATIS Total



Luas (km2) 10.28 38.13 24.88 34.95 54.34 14.05 10.70 19.86 11.35 5.20 223.75



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



Tabel 2.7



No. 1 2 3 4 5 6 7 8



Desa-desa di Kecamatan Lubuk



Nama Desa LUBUK BESAR LUBUK PABRIK LUBUK LINGKUK BATU BERIGA PERLANG KULUR TRUBUS KULUR ILIR Total



Luas (km2) 132.15 60.45 64.09 107.15 144.75 9.72 74.24 8.57 601.12



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-5



Bab 2 Tabel 2.8



No. 1 2 3 4 5 6 7



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Desa-desa di Kecamatan Namang



Nama Desa CAMBAI JELUTUNG NAMANG BELILIK KAYU BESI BASKARA BHAKTI BUKIT KIJANG Total



Luas (km2) 34.36 25.50 37.69 83.96 6.14 7.18 8.13 202.97



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



2.1.3



Letak Geografis dan Luas Wilayah



Wilayah Kabupaten Bangka Tengah Tengah terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha. Secara administratif wilayah Kabupaten



Bangka



Tengah



berbatas-an



langsung



dengan



daratan



wilayah



kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Bangka Selatan.



2.1.4



Keadaan Alam



A. Keadaan Iklim Kabupaten Bangka Tengah beriklim Tropis Type A dengan variasi curah hujan antara 72,2 hingga 410,2 mm tiap bulan untuk tahun 2005, dengan curah hujan terendah pada bulan Februari. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Tengah berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjuk-kan variasi antara 25,70 Celcius hingga 27,70 Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 78 hingga 87 persen pada tahun 2005. Sementara intensitas penyinaran matahari pada tahun 2005 rata-rata bervariasi antara 19,0 hingga 57,3 persen dan tekanan udara antara 1008,9 hingga 1011,4 mb. B. Keadaan Tanah Tanah di daerah Kabupaten Bangka Tengah mempunyai PH rata-rata di bawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanahnya adalah sebagai berikut:  4% berbukit seperti Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter dan lain-lain. Jenis tanah perbukitan tersebut adalah Komplek Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dan Litosol berasal dari Batu Plutonik Masam.  51%



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-6



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik Coklat Kekuningkuningan dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam.  20% lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Podsolik berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit.  25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. C. Hidrologi Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka Tengah berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka Tengah adalah: Sungai Selindung, Sungai Mesu, Sungai Selan, Sungai Kurau dan lain-lain. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Tengah tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. D. Fauna Di kawasan hutan terdapat binatang liar seperti: Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi, Tringgiling, Napuh, Musang, Murai, Tekukur, Pipit, Kalong, Elang, Ayam Hutan, dan tidak terdapat binatang buas seperti Gajah, Harimau dan lain-lain sebagainya. E. Flora Tumbuhan hutan terdapat bermacam-macam kayu seperti: Kayu Ramin, Meranti, Kapuk, Jelutung, Pulai, Gelam, Bitanggor, Meranti Rawa, Cempedak Air, Mahang, Bakau dan lain-lain sebagainya.



2.1.5



Data kependudukan



Data terakhir hasil registrasi penduduk Kabupaten Bangka Tengah 2005



menunjukan



jumlah



penduduk



mencapai



132.123



jiwa.



pada tahun Tersebar



di



Kecamatan Koba sebanyak 45.936 jiwa (34,77%), Kecamatan Pangkalan Baru sebanyak 42.703 jiwa (32,32%), Kecamatan Sungai Selan sebanyak 24.563 jiwa (18,59%), dan Kecamatan Simpang Katis 18.921 jiwa (14,32%). Berdasarkan data yang tersedia pada tahun 2005, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bangka Tengah relatif sama banyak yakni, penduduk laki-



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-7



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



laki sebanyak 68.717 jiwa atau sekitar 52,00% dari seluruh penduduk dan penduduk perempuan sebanyak 63.406 jiwa atau 48,00% dari seluruh penduduk atau berbeda hanya 4,00%. Kabupaten Bangka Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk, 61 orang per km2 pada tahun 2005.



Tabel 2.9



Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamindi Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2005



Kelompok Umur



Laki-laki



Perempuan



Total



0-4



3776



3892



7668



5-9



6920



6699



13619



10-14



6974



6909



13883



15-19



8552



8473



17025



20-24



7902



2237



10139



25-29



6512



6804



13316



30-34



5606



5341



10947



35-39



4939



4978



9917



40-44



4469



4736



9205



45-49



3917



3699



7616



50-54



2995



2442



5437



55-59



2232



1932



4164



60-64



1567



1565



3132



65-69



1462



1767



3229



70-74



588



1237



1825



75+



306



520



826



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-8



Bab 2 Tabel 2.10



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamindi Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2006



Kelompok Umur



Laki-laki



Perempuan



Total



0-4



3924



4115



8035



5-9



7191



7083



14271



10-14



7247



7305



14547



15-19



8887



8958



17840



20-24



8212



2365



10624



25-29



6767



7194



13953



30-34



5826



5647



11471



35-39



5133



5263



10391



40-44



4644



5007



9645



45-49



4071



3911



7980



50-54



3112



2582



5697



55-59



2319



2043



4363



60-64



1628



1655



3282



65-69



1519



1868



3383



70-74



611



1308



1912



75+



318



550



866



Sumber : Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2008



2.1.6



Perekonimian



Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ada, kehidupan ekonomi daerah ini sangat ditopang sektor industri 38,78 persen, sektor pertanian 15,10 persen dan pertambangan 26,03 persen. Hampir 41 persen potensi ekonomi di daerah ini dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Sumbangan terbesar terhadap PDRB yang ada adalah industri pengolahan dan subsektor perkebunan. Sumbangan sektor industri pengolahan paling dominan adalah pengolahan biji timah yang hasilnya mencapai 2.990.640 ton. Konsentrasi pengolahan biji timah terutama di Kecamatan Koba dan Pangkalan Baru.



2.1.7



Pertanian



Sedangkan sektor pertanian, terutama sub-sektor perkebunan yang cukup besar adalah lada, karet dan kelapa sawit yang masing-masing mencapai 11.257 ton, 12.299 ton, dan 21.704 ton. Untuk kelapa sawit terkonsentrasi di Kecamatan Koba dan Simpang Katia yang dikelola PT Swarna Nusa Sentosa, PT Bumi Permai Surya



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-9



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



Lestari dan PT Bumi Bangka Lestari. Daerah ini kurang subur untuk tanaman padi, jagung, ketela, ubi jalar, kedelai, sayuran dan buah-buahan.



2.1.8



Perkebunan



Sub-sektor perkebunan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah karena sektor ini dapat menjadi asset jangka panjang bagi masyarakat perkebunan. Pasca era keemasan komoditi timah perkebunan menjadi sandaran



utama bagi



diproyeksikan



dan



pengembangan



dijabarkan



perekonomian



dalam



bentuk



daerah ini. Situasi



penyiapan



masyarakat



ini



guna



mengantisipasi era pasca timah. Pada tahun anggaran 2006 telah dilaksanakan kegiatan pengadaan bibit karet kepada 458 KK dengan jumlah bibit 470 batang. Selain itu, telah disebarkan bibit kelapa sawit siap tanam kepada 549 KK sebanyak 143.000 batang. Untuk memaksimalkan hasil itu telah dilakukan pelatihan, penyuluhan, pembinaan dan pendampingan kepada petani karet, lada dan kelapa sawit di Kecamatan Koba, Namang, Lubuk, Pangkalan Barru, Sungai Salam, dan Simpang Katis.



2.1.9



Perikanan



Sementara untuk sub sektor perikanan daerah ini potensial karena dikelilingi laut yang memiliki sumberdaya perikanan laut potensial. Hasil produksi perikanan mencapai 15.551 ton meliputi ikan darat, ikan payau dan ikan laut, dengan nilai mencapai



Rp 32,896



milyar. Hasil



perikanan



terkonsentrasi



di



Kecamatan



Pangkalan Baru, Sungai selam, Lubuk, Koba, dan Simpang Katis. Dengan demikian, untuk klaster daerah ini di luar tambang timah, hasil perkebunan lada, karet, kelapa sawit dan perikanan laut layak dipertahankan. Selain itu, potensi wisata laut dan bahari juga sangat menjanjikan. Termasuk industri olahan hasil perkebunan, perikanan laut dan industri pengolahan biji timah. Semua itu, potensial untuk menambah pundi-pundi keuangan daerah.



2.1.10 Pos dan Telekomunikasi Pos dan komunikasi merupakan kegiatan pelayanan lalu lintas berita, uang dan barang serta merupakan jaringan yang penting di setiap daerah. Bidang ini mempunyai jangkauan terhadap perkembangan kehidupan manusia dan menjadi faktor yang mempengaruhi proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Pembangunan pos dan komunikasi memegang peranan yang penting dalam mempercepat arus informasi dan memahami nilai informasi yang lebih cepat dan



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-10



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



tepat, ini semua berkaitan dengan kegiatan pos dan komunikasi yang akan semakin meningkat seiring dengan makin meningkatnya kemajuan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2005 jumlah surat biasa yang dikirim dan diterima relatif meningkat dibandingkan tahun 2004. Tahun 2004 jumlah surat yang dikirim hanya sebanyak 3.900 pucuk yang seluruhnya merupakan surat dalam negeri. Sedangkan surat biasa yang diterima sebanyak 1.532 pucuk yang berasal dari dalam negeri. Pada tahun 2005 jumlah surat yang dikirim sebanyak 6.073 pucuk yang terdiri dari 6.072 pucuk surat berasal dari dalam negeri dan 1 pucuk surat berasal dari luar negeri. Sedangkan surat biasa yang diterima sebanyak 2.879 pucuk yang berasal dari dalam negeri. Demikian pula halnya dengan surat kilat dan terdaftar/tercatat, jumlah surat pos kilat yang dikirim dan diterima pada tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2005 jumlah surat yang dikirim sebanyak 7.773 pucuk yang terdiri dari 2.981 pucuk surat kilat biasa dan 4.792 pucuk surat kilat khusus. Surat yang diterima sebanyak 11.118 pucuk yang terdiri dari 6.907 pucuk surat kilat biasa dan 4.211 pucuk surat kilat khusus. Pada tahun 2004 jumlah surat yang dikirim sebanyak 5.640 pucuk yang terdiri dari 1.506 pucuk surat kilat biasa dan 4.134pucuk surat kilat khusus. Surat yang diterima sebanyak 1.032 pucuk yang terdiri dari 268 pucuk surat kilat biasa dan 764 pucuk surat kilat khusus. Pada tahun 2005 jumlah pengiriman paket pos sebanyak 2.496 yang seluruhnya paket pos dalam negeri, adapun jumlah paket pos yang diterima sebanyak 1.774 paket pos yang seluruhnya juga dari dalam negeri. Untuk telekomunikasi, hingga tahun 2005 di Kabupaten Bangka Tengah terdapat 9 warung telekomunikasi, dengan jumlah SST sejumlaj 6 unit.



2.1.11 Sejarah Kabupaten Bangka Tengah Kabupaten Bangka Tengah dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Bersama-sama dengan pembentukan Kabupaten Bangka Tengah, dibentuk pula Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat dan Belitung Timur. Wilayah Kabupaten Bangka Tengah Tengah terletak di Pulau Bangka. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Tengah berbatas-an langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Bangka Selatan. Pembentukan Kabupaten Bangka Tengah tidak semata-mata karena kebutuhan pengembangan wilayah propinsi, tetapi juga karena keinginan



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-11



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



masyarakat di dalamnya, serta upaya untuk mempercepat pembangunan daerah dan terciptanya pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien. Pada awal berdirinya, Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas daerah lebih kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha dengan wilayah administrasi 4 kecamatan, 1 kelurahan, 39 desa dan 74 dusun. Untuk kepentingan akselerasi pembangunan daerah, pada tahun 2006 beberapa wilayah administrasi mengalami peningkatan status sehingga wilayah administrasi menjadi 6 kecamatan, 7 kelurahan, 50 desa dan 70 dusun. Data terakhir hasil registrasi penduduk Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2005 menunjukan jumlah penduduk mencapai 132.123 jiwa. Tersebar di Kecamatan Koba sebanyak 45.936 jiwa (34,77%), Kecamatan Pangkalan Baru sebanyak 42.703 jiwa (32,32%), Kecamatan Sungai Selan sebanyak 24.563 jiwa (18,59%), dan Kecamatan Simpang Katis 18.921 jiwa (14,32%).Berdasarkan data yang tersedia pada tahun 2005, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bangka Tengah relatif sama banyak yakni, penduduk laki-laki sebanyak 68.717 jiwa atau sekitar 52,00% dari seluruh penduduk dan penduduk perempuan sebanyak 63.406 jiwa atau 48,00% dari seluruh penduduk atau berbeda hanya 4,00%.Kabupaten Bangka Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk, 61 orang per km2 pada tahun 2005 Sejak dibentuk, roda pemerintahan penyesuaian. Selama kurun waktu 2003 – 2007, telah dilaksanakan beberapa pengangkatan/pelantikan pejabat pemerintahan sebagai berikut : 1. Pelantikan pejabat Bupati Bangka Tengah Drs. H. Abu Hanifah pada tanggal 24 Mei 2003 oleh Mendagri RI yang diangkat dengan SK No.131.28-250 tahun 2003 tentang Pengangkatan Pejabat Bupati Bangka Tengah Prov. Kep. BangkaBelitung tanggal 21 Mei 2003. 2. Pelantikan PJ Bupati pada tanggal 1 Pebruari 2005 atas nama Drs. Iskandar Zulkarnaen berdasarkan SK Mendagri No. 131.29-3 Tahun 2005 tanggal 6 Januari 2005 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat Bupati Bangka Tengah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3. Pelantikan Drs. H. Abu Hanifah sebagai Bupati dan H. Erzaldi Rosman Djohan SE.MM, srbagai Wakil Bupati Bangka Tengah periode 2005-2010 berdasarkan SK Mendagri No. 131.29-498 tahun 2005 tentang Pemberhentian Pejabat Bupati dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Bangka Tengah, hasil pilkada tahun 2005. Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah secara bertahap telah melengkapi sarana dan prasarana pemerintahan antara lain dengan dibangunnya kantor Bupati; kantor DPRD; 17 unit kantor Dinas/Badan; 30 unit perumahan dinas,gedung diklat, 2



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-12



Bab 2



Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan



kantor Camat, kantor Kepala Desa. Disamping itu terus menerus secara bertahap melengkapi peralatan kantor dan sarana lain yang diperlukan. Pengadaan/ pembiayaan prasarana di Bagi pemerintahan lainnya, kantor Camat, kantor Kepala Desa dilanjutkan tahun-tahun mendatang. Kebijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah saat ini menyasar sektor yang sangat mendasar dan menjadi skala prioritas, yakni sektor pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana pemerintah, serta sarana dan prasarana perhubungan darat (jalan/jembatan). Sektor ini sangat penting karena terkait dengan kebutuhan elemen dasar masyarakat. Diusia yang sangat muda, Kabupaten Bangka Tengah terus berkembang menjadi daerah penting di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya di Kabupaten Bangka. Dengan wilayahnya yang strategis dan bentang alam yang bervariatif, Bangka Tengah terus berpacu dengan waktu untuk menjadi poros utama pembangunan daerah di propinsi ini.



Laporan Interim  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



2-13



Laporan Draft Final Pekerjaan:



Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah



Bab



3



Pengumpulan Data



Bab 3 Pengumpulan Data Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung



Rencana tahapan pekerjaan “Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak Kabupaten Bangka Tengah” ditampilkan pada bagan alir seperti pada Gambar 3.1. Untuk tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer. Semua jenis data tersebut sangat penting bagi kelancaran pekerjaan karena metodologi pekerjaan bisa dilaksanakan jika data telah tersedia secara baik dan lengkap.



3.1



Pengumpulan Data Sekunder



Pengumpulan data sekunder dilaksanakan untuk melengkapi data-data primer yang telah dikumpulkan di lapangan pada saat yang bersamaan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan semua jenis data yang dibutuhkan berdasarkan dari hasil studi atau pekerjaan terdahulu atau hasil dari pekerjaan lain yang membutuhkan data yang sejenis. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:  Data hidrologi: Data hidrologi yang berhasil dikumpulkan adalah data hujan harian selama 10 tahun (1998-2009) yang berasal dari Badan Meteorologi dan Geofisika Pangkalan Udara Depati Amir.  Data atau peta topografi untuk seluruh wilayah pekerjaan dengan skala 1 : 50.000 atau yang lebih rinci.  Data administrasi pemerintahan, data kependudukan & lingkungan hidup, dan data sosial budaya.  Data sarana dan prasarana pengendalian banjir yang dimiliki saat ini dan data bangunan air yang sudah ada dan bangunan air yang masih direncanakan.  Data atau peta genangan banjir, terutama untuk daerah perkotaan yang mempunyai kegiatan dengan nilai ekonomi tinggi.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-1



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



M ULAI



P ER S IA P A N



IN S T A N S I T ER K A IT



- P engurus an A dm inis tras i P roy ek



- D irek torat Jenderal S D A , K im pas w il



- P eny us unan M etodologi P elak s anaan



- B iro P us at S tatis tik



P ek erjaan - P ers iapan A lat & P ers onil



- B adan P ertanahan N as ional Pekerjaan Umum Pangkalpinang - Dinas P us litbang P engairan, B andung



- P em buatan R enc ana K erja



- B appeda - P em da



S T U D I P EN D A H U L U A N - S urvai P endahuluan - P engum pulan D ata & Laporan Terdahulu



K o n se p L a p o ra n P e n d a h u lu a n



R evis i



D is k us i Tidak Ya F IN A L L A P O R A N P EN D A H U L U A N



S U R V EY L A P A N G A N



D A ER A H R A W A N B A N JIR



L A N D C O V ER , T A T A R U A N G



BANG UNAN P RAS ARANA &



S O S IA L EK O N O M I



&



S A R A N A P EN G EN D A L I B A N JIR



S U M B ER D A YA A IR - U s aha / P erek onom ian



- Tanggul



- B udiday a P ertanian / P erik anan



- S ek tor F orm al & Inform al



- Ins tans i / Ins titus i



- S aluran P engelak



- H utan S ek under



- P egaw ai



- P erm uk im an



- P intu A ir



- H utan P rim er



- P etani



- B udiday a P ertanian / P erik anan



- B endungan



- D ll



- D ll



- C ek ungan / R aw a / K os ong



- D ll



- D ll



A N A L IS A & EV A L U A S I



K o n se p L a p o ra n K e m a ju a n



R evis i



D is k us i Tidak Ya F IN A L L A P O R A N K EM A JU A N



P EN YU S U N A N P R IO R IT A S P EM B A N G U N A N - P rogram P em bangunan P ras arana & S arana P engendali B anjir - S trategi P em bangunan P ras arana & S arana P engendali B anjir - P rioritas P em bangunan P ras arana & S arana P engendali B anjir



R EK O M EN D A S I S T U D I



L a p o ra n A kh ir S e m e n ta ra



R evis i



D is k us i Tidak Ya F IN A L L A P O R A N A K H IR - Laporan U tam a - Laporan P rioritas P em bangunan P ras arana & S arana P engendali B anjir



S EL ES A I



Gambar 3.1



Bagan alir rencana kerja.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-2



Bab 3 Tabel 3.1



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Curah Hujan Maksimum



No.



Tahun



Jan



Feb



Mar



Apr



Mei



Juni



Juli



Ags



Sep



Okt



Nop



Des



Max



1



1998



67.7



68.1



33.6



101



28.6



44.8



78.9



40.4



52.7



77.8



48.9



37.4



101



2 3 4 5 6 7



1999 2000 2001 2002 2003 2004



55.6 73.1 83.4 63.1 42.8 37.5



30.9 78.9 27.2 48 93.6 52.1



51 23 35.6 40 50.4 44



37.4 92.2 77.9 75.6 67.1 40



36.7 96.4 53.9 9.8 20.4 48



33.5 25.2 42 33.3 26 20.1



36 25 99 31.4 71.9 30.5



90.4 28.9 66 21.3 21.2 2.4



84.5 12.8 27.2 12 23.5 1



56.6 34.7 42.6 14.4 86.6 54.7



45.4 65.3 40 55.8 38 43.9



90.7 50.3 41.5 26.2 90.4 52



90.7 96.4 99 75.6 93.6 54.7



8 9 10 11 12



2005 2006 2007 2008 2009



68.5 58.7 149 107 36.2



34 80 47.8 39.3 10.8



61.5 38.8 45.8 47.5 64.4



49.8 60.7 52.2 49.7 39.6



40 49.5 66.8 30.6 92



38.5 27 44.2 29.8 35.6



41 35.7 56 40.6 27.3



55.7 16.5 25.4 39.8 22



122 26.4 29.2 47 10



43.4 16.5 59.9 32.4 35



54.4 18.5 55 63.2 27.4



84 75.7 46.7 39 53.6



122 80 149 107 92



149



93.6



64.4



101



96.4



44.8



99



90.4



122



86.6



65.3



90.7



Max. Bulanan



3.2



Pengumpulan Data Primer



Dalam pekerjaan ini, semua data dikumpulkan di lapangan melalui suatu survei pekerjaan yang berlangsung beberapa lama. Dalam kegiatan ini dibagi menjadi tiga jenis pekerjaan yaitu: survei topografi, survei hidrometri, dan survei mekanika tanah. Survei mekanika tabah belum dilaksanakan, karena menunggu hasil diskusi dengan pemilik pekerjaan untuk menentukan titik penyelidikan. Di bawah ini akan diuraikan mengenai survei topografi dan survei hidrometri yang telah dilaksanakan, berikut hasilnya.



3.3



Survei Topografi



Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan tanah yang berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada di areal lokasi pekerjaan beserta areal sekitarnya. Areal survei seluas 1,5 hektar, kurang dari ketentuan KAK karena pemilik tanah belum mengijinkan dilakukan pengukuran sebelum adanya kepastian pembelian lahan. Hasilnya kemudian akan dipetakan dengan skala dan interval kontur tertentu. A.



Peralatan Survei Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain meliputi: i.



Wild T-0 Theodolit (2 buah)



ii.



Wild Nak.1 Waterpass (1 buah)



iii.



Rambu ukur (4 set)



iv. Pita ukur 50 m (2 buah)



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-3



Bab 3 v.



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Rol meter 3 m (3 buah)



vi. Calculator (3 unit) B.



Pengamatan Azimuth Astronomis



Penentuan sudut jurusan awal (azimuth awal) dengan menggunakan GPS (global positioning system). C.



Pembuatan Titik Tetap (Bench Mark)



Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z). Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun elevasinya. D. Penentuan Kerangka Dasar Horizontal Pengukuran titik kontrol horizontal (titik polygon) dilaksanakan dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran polygon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis. i.



Pengukuran Jarak



Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter. Tingkat ketelitian



hasil



pengukuran



jarak



dengan



menggunakan



pita



ukur,



sangat



tergantung pada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.1.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-4



Bab 3



d1



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



d2



A



1 d3 2



Jarak AB = d1 + d2 + d3 Gambar 3.2



B



Pengukuran jarak pada permukaan miring.



Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak maka sebagai koreksi dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur dengan theodolit. ii.



Pengukuran Sudut Jurusan



Sudut jurusan sisi-sisi polygon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik polygon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan diilustrasikan pada Gambar 3.2. = Sudut mendatar AB



= Bacaan skala horisontal ke target patok B



AC



= Bacaan skala horisontal ke target patok C



Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut : Jarak antara titik-titik polygon adalah



100 m.



Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 50 meter. Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2). Selisih sudut antara dua pembacaan



5” (lima detik).



Ketelitian jarak linier (Kl) ditentukan dengan rumus berikut.



KI



fx



2



fy



2



1 : 5 . 000



d



dimana: fx = jumlah X dan fy = jumlah Y Bentuk geometris polygon adalah loop. Perhitungan terhadap data pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan dalam bentuk spreadsheet sehingga koreksi perhitungan dapat dilakukan dengan tepat dan merata. Hasil perhitungan tersebut diplot dalam bentuk gambar grafik polygon pengukuran.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-5



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



AB



B



AC



A C



Gambar 3.3



E.



Pengukuran sudut antar dua patok.



Penentuan Kerangka Dasar Vertikal



Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik



jalur



polygon.



Jalur



pengukuran



dilakukan



tertutup



(loop),



yaitu



pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titiktitik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada Gambar 3.3.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-6



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Slag 2 Slag 1



m21



b2



b1



m1



Bidang Referensi D



D



Gambar 3.4



Pengukuran waterpass.



Spesifikasi Teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut : i.



Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.



ii.



Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.



iii. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka. iv. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah. v.



Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.



vi. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m. vii. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik. viii. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut: T



8 D mm



dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan menggunakan



spreadsheet



sebagaimana



kerangka



horisontalnya.



Dari



hasil



pengolahan tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap Benchmark acuan. Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut (Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol (+0.00). F.



Pengukuran Situasi Rinci



Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-7



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Pengukuran rinci/situasi dilaksanakan memakai metoda tachymetri dengan cara mengukur besar sudut dari polygon (titik pengamatan situasi) kearah titik rinci yang diperlukan terhadap arah titik polygon terdekat lainnya, dan juga mengukur jarak optis dari titik pengamatan situasi. Pada metoda tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan beda tinggi antara stasiun alat dan target yang diamati. Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut : i.



Azimuth magnetis



ii.



Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)



iii. Sudut zenith atau sudut miring iv. Tinggi alat ukur Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut : i.



Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur ray, dimana setiap ray terikat pada titik-titik polygon sehingga membentuk jalur polygon dan waterpass terikat sempurna.



ii.



Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat. Gundukan tanah, batu-batu besar yang mencolok serta garis pantai akan diukur dengan baik. Juga bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain akan diambil posisinya.



3.4



Survei Hidrometri



Survey hidrometri meliputi pengukuran batimetri, pengukuran pasang surut, pengukuran arus dan pengambilan contoh sedimen.



3.4.1 Pengukuran Batimetri Pengukuran batimetri atau seringkali disebut dengan pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai dalam pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur memanjang dan jalur melintang untuk cross check. Penentuan posisi-posisi kedalaman



dilakukan



menggunakan



GPS



MAP.



Berdasarkan



KAK



panjang



pengukuran batimetri adalah 35 km dengan jarak lintasan sounding 100 m, untuk daerah kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian tertentu jarak lintasannya 50 m. Metodologi pelaksanaan survei batimetri ini adalah sebagai berikut:



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-8



Bab 3 A.



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Penentuan Jalur Sounding



Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding yang digunakan adalah 100 m. Pada bagian kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian tertentu, jalur sounding dibuat dengan jarak 50m. Untuk tiap jalur sounding dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 25 m. Titik awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS, untuk dijadikan acuan lintasan perahu sepanjang jalur sounding. Contoh jalur sounding pada kawasan pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3.4.



R am bu W a te rp a s



BM



P e n g u k u ra n P e n g ik a ta n K e B M G P S (B a s e ) R am bu Pasut



25 m



Ja



lu r



Pe



ng



50 m



uk



D G P S (D iffe re n tia l G P S )



u ra



n S ou



nd



in g P o s is i F ix



75 m



100 m



G P S (R o v e r)



S o u n d in g



Gambar 3.5



B.



Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.



Peralatan Survei



Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah : i.



Echo Sounder GPSMap dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS (Global Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka horisontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi dalam kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan. Gambar alat ini disajikan pada Gambar 3.5, sedangkan penempatan alat ini dan perlengkapannya pada perahu dapat dilihat di Gambar 3.6.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-9



Bab 3 ii.



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang di-download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.



iii. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya, perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain: iv. Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih baik tertutup dan bebas dari getaran mesin. v.



Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.



vi. Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding. vii. Papan duga. Papanduga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka air di laut. viii. Peralatan



keselamatan.



Peralatan



keselamatan



yang



diperlukan



selama



kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket.



Gambar 3.6



Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.



SATELIT



TAMPAK SAMPING



TAMPAK BELAKANG READER



ANTENA



ANTENA



Permukaan Air Laut



TRANDUSER



TRANDUSER



DASAR LAUT



Gambar 3.7



Penempatan GPSMap (tranduser, antena, reader) di perahu.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-10



Bab 3 C.



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Pengolahan Data Batimetri



Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara tranducer alat ke dasar perairan. Tranducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah permukaan air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan suatu koreksi kedalaman terhadap jarak tranducer ke permukaan air dan koreksi kedalaman terhadap pasang surut. Gambar 3.7 menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang terlibat dalam proses koreksi tersebut.



PAPAN DUGA



T A M P A K S A M P IN G READER ANTENA



P e rm u k a a n A ir L a u t A EMA TRANDUSER 0 .0 0



Z



D ASAR LAU T



Gambar 3.8



Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi kedalaman.



Keterangan gambar: EMA



= Elevasi muka air diukur dari nol papan duga.



Z



= Kedalaman air hasil sounding (jarak dasar perairan ke tranducer)



A



= Jarak tranducer ke muka air



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-11



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Dari definisi-definisi di atas maka elevasi dasar saluran dihitung dari nol papan duga adalah (ED): ED



B.



Z



A



EMA



Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak tranducer ke muka air dan terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap nol papan duga. Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi LLWL yang dihitung pada pengolahan data pasang surut. Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini: ED LWS



Ket:



ED



ELWS



EDLWS



= Elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL



ED



= Elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga



ELWS



= Elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga



Dengan demikian LLWL berada pada elevasi + 0.00m.



Hasil pengukuran topografi dan batimetri dapat dilihat di bawah ini.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-12



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



3.4.2 Pengukuran Pasang Surut Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari berturut-turut dengan interval pembacaan setiap jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secara teknis memenuhi syarat. Langkah pengolahan data pasang surut adalah dengan mencari harga elevasielevasi acuan dari karakteristik perairan di wilayah pekerjaan. Untuk mencari harga elevasi-elevasi tersebut, digunakan hasil pengukuran pasang surut lapangan yang telah dilaksanakan di Muara Sungai. Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana dan mengetahui tipe pasang surut yang terjadi serta meramalkan fluktuasi muka air laut. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut : Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi muka air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen. Metode yang biasa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah metode Admiralty. Sebelum dilakukan perhitungan, data hasil pengamatan terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada, adapun deskripsi komponen harmonik pasang surut adalah seperti pada tabel berikut:



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-13



Bab 3



Tabel 3.2



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut



K om p on en



S im b ol



P eriod e (jam )



U tam a bulan



M2



12.4106



U tam a m atahari



S2



12.0000



B ulan akibat variasi bulanan jarak bum i-bulan



N2



12.6592



M atahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi m atahari-bulan



K2



11.9673



M atahari-bulan



K1



23.9346



U tam a bulan



O1



25.8194



U tam a m atahari



P1



24.0658



M4



6.2103



M S4



6.1033



U tam a bulan M atahari-bulan



K eteran gan



P asang S urut S em i D iurnal



P asang S urut D iurnal



P erairan D angkal



Dari pengukuran pasang surut di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut. Dari elevasi acuan pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LWS sebagai elevasi nol acuan. Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan alur sebagaimana disajikan pada Gambar 3.10. Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Admiralty. Hasil pencataan diambil dengan interval 1 jam sebagai input untuk Admiralty dan konstanta pasang surut.



Data Pasut



Admiralty



Komponen Pasang Surut



Peramalan Pasang Surut 29 Hari



Perbandingan Hasil Ramalan dengan Pengukuran Lapangan



Gambar 3.9



Jenis Pasang Surut



Peramalan Pasang Surut 20 Tahun



Elevasi Penting Pasang Surut



Probabilitas Kejadian Tiap Elevasi Penting Pasang Surut



Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-14



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



220



230



220



210



190



170



150



140



130



130



150



170



190



220



210



210



200



190



170



150



130



120



120



130



150



170



200



220



27-Jul-10



28-Jul-10



29-Jul-10



30-Jul-10



31-Jul-10



1-Aug-10



2-Aug-10



3-Aug-10



4-Aug-10



5-Aug-10



6-Aug-10



7-Aug-10



8-Aug-10



9-Aug-10



2



210



180



160



140



140



140



150



170



190



210



230



240



230



220



200



Catatan :



210



1



200



0



26-Jul-10



Tanggal



190



170



150



140



140



150



160



180



210



220



230



240



230



210



190



3



170



150



140



130



140



150



170



190



210



230



230



230



220



200



180



4



150



130



120



120



130



150



170



190



210



220



220



210



200



180



160



5



120



110



100



110



120



150



170



190



200



210



210



200



180



160



140



6



100



90



90



100



120



140



170



180



190



190



190



170



160



140



120



7



80



70



80



100



120



140



160



180



180



180



170



150



130



110



90



8



Tabel 3.3



60



70



80



100



120



150



160



170



170



160



150



130



110



90



80



9



60



70



90



110



130



150



160



170



160



150



130



110



90



70



70



60



80



100



120



140



150



160



160



150



140



110



90



70



70



70



70



90



110



130



150



160



160



160



140



120



100



80



70



70



70



80



100



120



140



150



160



160



150



130



110



90



80



70



70



80



Waktu ( jam ) 10 11 12 13



90



110



130



150



160



170



160



140



130



100



90



70



70



80



90



14



110



130



140



160



170



160



150



140



120



100



80



70



70



90



100



15



Data Pasang Surut di Penyak.



120



140



160



170



170



160



150



130



100



90



70



70



80



90



120



16



130



150



160



170



160



150



130



110



90



80



70



70



80



100



130



17



140



160



170



170



160



140



120



100



80



70



70



80



100



120



140



18



150



170



170



170



150



140



110



90



80



70



80



90



110



130



150



19



170



170



170



170



150



130



110



90



80



80



90



100



130



150



160



20



180



190



180



170



150



130



110



90



90



90



100



120



140



160



170



21



200



200



190



170



150



130



110



100



100



110



120



140



160



180



180



22



220



210



200



180



150



130



110



110



110



130



150



170



180



190



200



23



Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



3-15



190



230



270



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



26-July-10



30



70



110



150



Elevasi Muka Air (cm)



Gambar 3.10



29-July-10



Hasil Pengamatan



MSL = 136.5 cm



Hasil Penaksiran



Waktu



04-August-10



07-August-10



Hasil perbandingan data pengukuran dan peramalan pasang surut.



01-August-10



Perbandingan Hasil Pengamatan dan Penaksiran



10-August-10



Bab 3 Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



3-16



Bab 3



Tabel 3.4



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Komponen Pasang Surut Pesisir Pantai Penyak



Konstituen



Amp (cm)



Fasa (derajat)



M2



7.90



148.25



S2



9.99



400.28



N2



2.74



197.02



K2



2.70



400.28



K1



70.54



208.00



O1



48.23



230.75



P1



25.65



208.00



M4



2.06



151.60



MS4



2.37



56.92



S0



132.41



0.00



dimana: A



: amplitudo,



g



: beda fase,



M2 : komponen utama bulan (semi diurnal), S2 : komponen utama matahari (semi diurnal), N2 : komponen eliptis bulan, K2 : komponen bulan, K1 : komponen bulan, O1 : komponen utama bulan (diurnal), P1



: komponen utama matahari (semi diurnal),



M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal), dan MS4 : komponen utama matahari-bulan. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut : NF



K1



O1



M2



S2



Berdasarkan konstanta-konstanta utama pasang surut di atas diketahui bahwa tipe pasang surut di Ternate adalah Tipe Diurnal dengan harga NF sama dengan 6,64. Dengan konstanta di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 4.3. Dimana tipe pasut untuk setiap nilai F seperti pada Tabel 3.5.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-17



Bab 3 Tabel 3.5



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Tipe Pasang Surut



Tipe Pasang Surut



Bilangan Formzall (F)



Keterangan



F < 0,25



Pasang Harian Ganda (Semidiurnal)



Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit



0,25 < F < 1,5



Campuran, condong ke Semi Diurnal



Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian dan periode yang berbeda.



Campuran, condong ke Diurnal



Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.



Pasang Harian Tunggal (Diurnal)



Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit



1,5 < F < 3,0



F > 3,0



Tabel 3.6



Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm).



No



Elevasi Acuan



Terhadap Peilschaal



Terhadap MSL



Terhadap LWS



1



HHWL



337.238



187.09



354.13



2



MHWS



300.597



150.45



317.49



3



MHWL



238.59



88.44



255.49



4



MSL



150.15



0.00



167.05



5



MLWL



69.454



-80.70



86.35



6



MLWS



18.557



-131.59



35.45



7



LLWL



-16.896



-167.05



0.00



Keterangan : HHWL



: Highest High Water Level



MHWS : Mean High Water Spring MHWL



: Mean High Water Level



MSL



: Mean Sea Level



MLWL



: Mean Low Water Level



MLWS



: Mean Low Water Spring



LLWL



: Lowest Low Water Level



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-18



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



3.4.3 Pengukuran Arus Pengukuran kecepatan aliran dilakukan di 3 titik lokasi. Pengukuran kecepatan aliran tiga kedalaman, dilaksanakan pada kedalaman 0.2 d, 0.6 d, dan 0.8 d (lihat Gambar 3.12) dari permukaan air dan kecepatan aliran rata-ratanya dinyatakan dengan rumus :



(V 0.2



V



V 0.8 ) 2



V 0.6 x 0.5



dimana: V



: kecepatan aliran rata-rata pada suatu vertikal (m/detik)



V0.2



: kecepatan pada titik 0.2 d (m/detik)



V0.6



: kecepatan pada titik 0.6 d (m/detik)



V0.8



: kecepatan pada titik 0.8 d (m/detik)



handset perahu



muka air sungai/saluran



0,2d; 0,6d; dan 0,8d d



currentmeter



pemberat dasar sungai/saluran



Gambar 3.11



Survei kecepatan aliran atau pengukuran arus.



Hasil pengukuran kecepatan aliran disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini. Tabel 3.7 Lokasi



Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran di 2 Lokasi Kondisi Pasang Purnama



Kondisi Pasang Perbani



Arus (m/dt)



Arah ( )



Arus (m/dt)



Arah ( )



Arus Maksimum



0,250



065



0,212



075



Arus Minimum



0,077



260



0,077



260



Arus Maksimum



0,239



010



0,238



015



Arus Minimum



0,053



180



0,048



185



Penyak 1



Penyak 2



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-19



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



3.4.4 Pengambilan Contoh Sedimen Hasil survei sedimen layang telah diteliti dalam laboratorium, untuk mendapatkan konsentrasi sedimen pada tiap-tiap lokasi. Hasil analisa sedimen layang dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.8



Hasil Analisa Sedimen Layang di 2 Lokasi



Lokasi



Sedimen Layang (mg/l)



Salinitas (%o)



Penyak.1



105



13,5



Penyak.2



132



17,5



Sedimen dasar juga diteliti dalam laboratorium untuk mendapatkan distribusi ukuran sedimen dari tiap-tiap lokasi. Hasil rekapitulasi analisa sedimen dasar dapat dilihat pada Tabel 3.9, dari tabel dibawah diketahui bahwa sedimen dasar didominasi oleh pasir (sand). Tabel 3.9 Lokasi



Gs (t/m3)



Penyak.1 Penyak.2



Hasil Rekapitulasi Analisa Sedimen Dasar di 2 Lokasi Grain Size Analysis # 200 (%)



Gravel (%)



Sand (%)



Silt (%)



Clay (%)



2.555



0



7



76



16



0



2.562



0



18



71



11



0



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-20



Bab 3



3.5



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



Analisis Permasalahan



3.5.1 Umum Secara umum masalah banjir merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Sebab-sebab terjadinya masalah banjir ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu terjadi secara alami dan terjadi akibat tindakan manusia. Masalah banjir yang terjadi secara alami dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: Iklim. Iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim hujan dari Oktober sampai dengan Maret dan musim kemarau dari April sampai September. Hujan lebat di musim hujan menyebabkan masalah-masalah yang cukup berarti di Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya kepadatan penduduk di daerah genangan banjir. Pengaruh morfologi. Kondisi morfologi setiap sungai umumnya berbeda-beda. Di pulau Bangka Tengah pada umumnya kemiringan dasar sungai lebih landai, dengan sungai yang relative pendek. Sedimendasi di sungai. Pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta sungai, mengurangi kemiringan memanjang sungai, mengurangi kapasitas angkut sungai, dan memperbesar resiko banjir. Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat disebabkan oleh erosi. Erosi yang berlebihan terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya pengolahan tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi di sungai-sungai, dimana hasil erosi diendapkan pada bagian hilir sungai. Sedimentasi di sungai ini menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai dan meningkatkan resiko banjir. Kapasitas daerah pengaliran sungai untuk menahan air dengan infiltrasi tergantung pada kondisi fisik daerah pengaliran sungai, khususnya tanaman penutup. Penebangan hutan mengurangi infiltrasi yang dapat meningkatkan aliran permukaan. Drainase daerah dataran banjir yang tidak memadai. Modifikasi daerah dataran banjir secara teratur dapat merintangi aliran sungai pada dataran dan pada akhirnya akan mempertinggi elevasi banjir. Apabila



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-21



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



suatu daerah mempunyai drainase dataran banjir yang kurang memadai, maka daerah tersebut akan menjadi langganan banjir di musim hujan. Pengaruh air pasang. Air pasang laut juga mempunyai efek yang berarti pada masalah banjir, khususnya jika puncak banjir bersamaan dengan air pasang tinggi. Masalah banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia, yaitu: Perubahan daerah pengaliran sungai. Perubahan



daerah



pengaliran



sungai



seperti



penggundulan



hutan,



pengembangan pertanian, dan perkotaan dapat memperburuk masalah banjir yang ditandai dengan meningkatnya aliran debit banjir. Perubahan dari hutan menjadi lahan pertanian dapat menimbulkan masalah. Penebangan hutan juga menyebabkan perubahan daerah pengaliran sungai yang merugikan. Sungaisungai di Kalimantan dipengaruhi oleh perubahan daerah pengaliran sungai karena penggundulan hutan, pengolahan hutan, dan penebangan yang tidak terkontrol. Pengembangan daerah dataran banjir dan tataguna lahan. Pengembangan



daerah



perkotaan



dan



pedesaan



telah



melampui



batas



genangan alam di sepanjang sungai, yang dahulu merupakan tampungan alam dari air banjir. Pengembangan pemukiman, perniagaan, dan industri dapat meningkatkan



banjir



karena



mengurangi



tampungan



banjir,



yang



juga



meningkatkan kerusakan akibat banjir. Kawasan kumuh. Perumahan kumuh sepanjang alur sungai dapat menjadi penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh ini dikenal sebagai penyebab penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan. Sampah. Pembuangan sampah, kotoran dan reruntuhan yang dihasilkan dari penimbunan sembarangan dari material ke dalam alur-alur drainase akan meninggikan elevasi banjir, karena menghalangi aliran dan drainase. Drainase lahan. Drainase lahan untuk pengembangan daerah pertanian di daerah dataran banjir dakan



mengurangi



sebagian



besar



daerah



tersebut



sehingga



dapat



menyebabkan banjir dengan kapasitas besar di dalam sistem sungai tersebut. Bangunan di sungai. Jembatan dan bangunan pada sungai dapat meningkatkan elevasi banjir karena efek pembendungan pada penyempitan dan halangan. LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-22



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



3.5.2 Permasalahan di Sungai Penyak Genangan yang terjadi lebih dikarenakan air hujan yang tidak dapat mengalir ke sungai. Walaupun elevasi Sungai Penyak lebih tinggi dari pemukiman yang tergenang, luapan sungai ini tidak sampai ke pemukiman. Jarak pemukiman dengan Sungai Penyak ± 2,5 km. Luas Areal Pemukiman ± 50 Ha dengan luas 20 Ha sudah memiliki saluran drainase Saluran drainase eksisting sudah banyak yang tersumbat baik oleh tumbuhan dan tanah maupun oleh tumpukan sampah. Perlu dilakukan pembenahan sistem drainase dengan arah aliran ke laut di Timur Laut. Pembenahan yang dimaksud adalah : Pembuatan saluran drainase terutama di samping jalan-jalan utama di Desa Penyak. Pembersihan terhadap saluran eksisting yang sudah tertutup baik oleh tanah maupun sampah.



ARAH ALIRAN



LOKASI GENANGAN



ARAH ALIRAN



Gambar 3.12



Lokasi Genangan di Desa Penyak



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-23



Bab 3



Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan



ARAH PEMBUANGAN YANG MEMUNGKINKAN



Gambar 3.13



Gambar 3.14



Kondisi pengaliran air hujan di lokasi banjir



Sketsa Solusi mengatasi Banjir di Desa Penyak



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



3-24



Laporan Draft Final Pekerjaan:



Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah



Bab



4



Pengolahan dan Analisis Data



Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung



Bab ini menguraikan metode pengolahan dan analisis data atas data yang telah dikumpulkan. Uraian mengenai kegiatan pengumpulan data telah diberikan pada bab sebelumnya. Pengolahan dan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan meliputi: Pengolahan data curah hujan harian selama 12 tahun (1998-2009) yang berasal dari Badan Meteorologi dan Geofisika Pangkalpinang. Pengolahan data hidrometri yang diperoleh dari survai lapangan yaitu data tinggi muka air (pasang surut). Pemodelan hidrolika sungai ditinjau ke dalam bentuk model numerik untuk mendapatkan alternatif yang paling optimum dari segi hidrolisnya. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS.



4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1



Pengolahan Data Hidrologi



Data hidrologi berupa data curah hujan harian diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Pangkal Pinang dari tahun 1998 sampai dengan 2009. Data berupa curah hujan maksimum harian untuk stasiun tersebut disajikan dalam lampiran. Berikut ini disajikan data curah hujan harian maksimum untuk stasiun tersebut.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-1



Bab 4



Tabel 4.1



Pengolahan dan Analisis Data



Curah Hujan Maksimum Harian Stasiun Pangkal Pinang Tahun 1998-2009.



No.



Tahun



Jan



Feb



Mar



Apr



Mei



Juni



Juli



Ags



Sep



Okt



Nop



Des



Max



1



1998



67.7



68.1



33.6



101



28.6



44.8



78.9



40.4



52.7



77.8



48.9



37.4



101



2



1999



55.6



30.9



51



37.4



36.7



33.5



36



90.4



84.5



56.6



45.4



90.7



90.7



3



2000



73.1



78.9



23



92.2



96.4



25.2



25



28.9



12.8



34.7



65.3



50.3



96.4



4



2001



83.4



27.2



35.6



77.9



53.9



42



99



66



27.2



42.6



40



41.5



99



5



2002



63.1



48



40



75.6



9.8



33.3



31.4



21.3



12



14.4



55.8



26.2



75.6



6



2003



42.8



93.6



50.4



67.1



20.4



26



71.9



21.2



23.5



86.6



38



90.4



93.6



7



2004



37.5



52.1



44



40



48



20.1



30.5



2.4



1



54.7



43.9



52



54.7



8



2005



68.5



34



61.5



49.8



40



38.5



41



55.7



122



43.4



54.4



84



122



9



2006



58.7



80



38.8



60.7



49.5



27



35.7



16.5



26.4



16.5



18.5



75.7



80



10



2007



149



47.8



45.8



52.2



66.8



44.2



56



25.4



29.2



59.9



55



46.7



149



11



2008



107



39.3



47.5



49.7



30.6



29.8



40.6



39.8



47



32.4



63.2



39



107



12



2009



36.2



10.8



64.4



39.6



92



35.6



27.3



22



10



35



27.4



53.6



92



149



93.6



64.4



101



96.4



44.8



99



90.4



122



86.6



65.3



90.7



Max. Bulanan



Sumber: Stasiun Meteorologi Pangkalpinang



160



140



Curah Hujan (mm)



120 100 80 60 40 20 0 1998



1999



2000



2001



2002



2003



2004



2005



2006



2007



2008



2009



Tahun



Gambar 4.1



Grafik batang curah hujan maksimum harian Stasiun Pangkal Pinang.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-2



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



Distribusi Normal Stasiun Pangkal Pinang 160



Data Aktual



140



Distribusi



Curah Hujan (mm)



120



100



80



60



40 0%



25%



50%



75%



100%



Probabilitas Weibull



Gambar 4.2



Grafik analisis frekuensi curah hujan untuk distribusi Normal.



Distribusi Log Normal Stasiun Pangkal Pinang 160



Data Aktual



140



Distribusi



Curah Hujan (mm)



120



100



80



60



40



0%



25%



50%



75%



100%



Probabilitas Weibull



Gambar 4.3



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Normal.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-3



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



Distribusi Pearson Stasiun Pangkal Pinang 160



Data Aktual



140



Distribusi



Curah Hujan (mm)



120



100



80



60



40 0%



25%



50%



75%



100%



Probabilitas Weibull



Gambar 4.4



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Pearson.



Distribusi Log Pearson Stasiun Pangkal Pinang 160



Data Aktual



140



Distribusi



Curah Hujan (mm)



120



100



80



60



40 0%



25%



50%



75%



100%



Probabilitas Weibull



Gambar 4.5



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Pearson.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-4



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



Distribusi Gumbell Stasiun Pangkal Pinang 160



Data Aktual



140



Distribusi



Curah Hujan (mm)



120



100



80



60



40 0%



25%



50%



75%



100%



Probabilitas Weibull



Gambar 4.6



Tabel 4.2



Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Gumbel.



Resume Analisis Frekwensi Curah Hujan Maksimum Harian CURAH HUJAN (mm) Log Normal Pearson Log Pearson



PERIODE ULANG



Normal



Tr 200



156.87



166.88



178.39



160.23



212.47



Tr 100



151.05



158.69



167.34



154.73



195.66



Tr 50



144.68



150.07



156.01



148.48



178.80



Tr 25



137.60



140.87



144.29



141.27



161.81



Tr 10



126.64



127.42



127.89



129.68



138.90



Tr 5



116.36



115.60



114.34



118.49



120.78



Tr 3



106.78



105.25



103.20



107.94



106.38



Tr 2



96.71



95.03



92.96



96.88



93.40



Tr 1



42.37



49.67



59.16



44.33



47.66



Maximum



156.87



166.88



178.39



160.23



212.47



Rerata



134.28



137.83



141.64



137.26



159.26



Minimum



106.78



105.25



103.20



107.94



106.38



Standar Deviasi



18.47



22.74



27.80



19.34



39.23



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



Gumbel



4-5



Bab 4



Tabel 4.3



Pengolahan dan Analisis Data



Resume Uji Kecocokan Distribusi Harga D Stasiun Pangkalpinang



MetodeDistribusi



Kesimpulan



Normal



18.58%



TIDAK OK!!



Log Normal



17.14%



TIDAK OK!!



Pearson



15.88%



TIDAK OK!!



Log Pearson



15.30%



TIDAK OK!!



Gumbel



10.12%



OK!!



Do Syarat ( 60,0



Hujan sepcrti ditumpahkan, sehingga saluran dan drainase meluap.



Hujan sangat lemah



Hujan sangat deras



Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periade ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, durasi hujan, dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan dalam kurva Intensitas-Durasi-Frekuensl (IDF = Intensity-Duration-Frequency Curve).



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-7



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



Untuk membentuk IDF diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit, dan jam-jaman. Terdapat 3 Formula yang bisa digunakan untuk membentuk kurva IDF, yaitu: 1. Talbot, rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang terukur a



I t



b



dimana : I



= Intensitas Hujan (mm/jam)



t



= durasi hujan (jam)



a dan b a



=konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS. I t I N I



b



2



I



2



t I



I I



I I t



2



N I



2



N I



2



t



I I



2. Sherman, rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam. I



a n



I



t = Intensitas Hujan (mm/jam).



t



= lamanya hujan (jam)



n



= konstanta log I



log a



2



log t N log t



n



log I



log t



N log t



log t 2



N log t 2



log t



log I



log t



log t



log t



log I log t



3. Ishiguro a



I t



b



I



= Intensitas Hujan (mm/jam)



t



= durasi hujan (jam)



a dan b a



=konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS. I



2



t I N I



b



I I



t N I



2



I



2



I I N I



2



t I



2



t



I I



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-8



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



[ ] = Jumlah angka-angka dalam tiap suku N



= Banyaknya data



Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan Formula Mononobe : 2



I



d



24



24



t



3



Dimana : I



= Intensitas hujan (mm/jam)



t



= durasi hujan (jam)



d



= curah hujan (mm) Tabel 4.5



Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009



5 184 165 176 180 138 170 100 221 146 271 195 167



Intensitas Hujan dalam dengan Distribusi Gumbel



10 116 104 111 114 87 107 63 139 92 170 123 105



15 89 79 84 87 66 82 48 106 70 130 94 80



Intensitas Curah Hujan (mm/jam) 30 45 60 120 56 43 35 22 50 38 31 20 53 41 33 21 55 42 34 22 42 32 26 17 52 39 32 20 30 23 19 12 67 51 42 27 44 34 28 17 82 62 52 32 59 45 37 23 51 39 32 20



180 17 15 16 17 13 16 9 20 13 25 18 15



360 11 10 10 10 8 10 6 13 8 16 11 10



720 7 6 6 7 5 6 4 8 5 10 7 6



Kemudian dari data tersebut dilakukan perhitungan probabilitas untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun dengan menggunakan Distribusi Normal, Log-normal, Pearsen, Log –Pearson dan Gumbel.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-9



Bab 4



Tabel 4.6



Pengolahan dan Analisis Data



Intensitas Hujan dengan berbagai perioda ulang. Intensitas Hujan (mm/jam)



PERIODE ULANG



Durasi (menit) 5



10



15



30



45



60



120



180



360



720



Tr 2



170.1



107.2



81.7



51.6



39.4



32.3



20.4



15.6



9.9



6.2



Tr 5



219.9



138.3



105.6



66.7



50.7



41.9



26.3



20.2



12.9



8.0



Tr 10



252.8



159.0



121.5



76.7



58.3



48.2



30.2



23.3



14.8



9.2



Tr 25



294.5



185.1



141.5



89.4



67.8



56.2



35.1



27.2



17.3



10.8



Tr 50



325.4



204.4



156.4



98.7



74.8



62.2



38.8



30.1



19.1



11.9



Tr 100



356.1



223.6



171.2



108.1



81.8



68.1



42.4



32.9



21.0



13.0



Tr 200



386.6



242.8



185.9



117.3



88.8



74.0



46.0



35.8



22.8



14.2



Karena kegiatan merupakan perencanaan drainase maka intensitas yang digunakan adalah intensitas dengan Perioda Ulang 5 Tahunan Tr5.



4.1.3



Perhitungan IDF



Lengkung IDF akan dicari dengan menggunakan Rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro. Berikut di bawah ini tabel perhitungan harga tiap suku untuk Perioda Ulang 5 tahunan. Tabel 4.7



a



b



Perhitungan harga suku untuk persamaan Talbot



No



t



I



I.t



I2



I2.t



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



5 10 15 30 45 60 120 180 360 720



170 107 82 52 39 32 20 16 10 6 534



850 1072 1225 1548 1772 1936 2444 2810 3560 4464 21681



28920 11481 6673 2662 1551 1041 415 244 98 38 53123



144602 114811 100099 79846 69785 62442 49792 43861 35212 27677 728128



21681



53123



728128



10



53123



534



534 10



21681 53123



10 534



534



=



3103



=



17



534



728128 534



Maka persamaan rumus Talbot menjadi:



I



3103 t



17



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-10



Bab 4



Tabel 4.8



Perhitungan harga suku untuk persamaan Sherman



No



t



I



log t



log I



log t.log I



(log t)2



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



5 10 15 30 45 60 120 180 360 720



170 107 82 52 39 32 20 16 10 6 534



0.6990 1.0000 1.1761 1.4771 1.6532 1.7782 2.0792 2.2553 2.5563 2.8573 17.5316



2.2306 2.0300 1.9122 1.7126 1.5953 1.5087 1.3090 1.1934 0.9952 0.7924 15.2793



1.5591 2.0300 2.2489 2.5297 2.6373 2.6826 2.7216 2.6914 2.5440 2.2641 23.9089



0.4886 1.0000 1.3832 2.1819 2.7331 3.1618 4.3230 5.0863 6.5347 8.1643 35.0569



15 , 2793



log a



35 , 0569



10 35 , 0569 2,6957 a = 10 = 496,22 n



15 , 2793 10



Pengolahan dan Analisis Data



17 ,5316



35 , 0569



23 ,9089 17 ,5316



17 ,5316



=2,6957



17 ,5316



10



23 ,9089



17 ,5316



17 ,5316



= 0,6661



Maka persamaan rumus Sherman menjadi: I



496 , 22 t



0 , 6661



Tabel 4.9



a



No



t



I



t0,5



I.t0,5



I2.t0,5



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



5 10 15 30 45 60 120 180 360 720



170 107 82 52 39 32 20 16 10 6 534



2.2361 3.1623 3.8730 5.4772 6.7082 7.7460 10.9545 13.4164 18.9737 26.8328 99.3801



380.27 338.84 316.38 282.57 264.17 249.88 223.14 209.43 187.65 166.36 2618.70



64667.99 36306.50 25845.41 14577.79 10402.98 8061.29 4545.41 3269.20 1855.85 1031.45 170563.87



2618 , 70



53123



10 b



534



Perhitungan harga suku untuk persamaan Ishiguro



53123



2618 , 7 10



170563



53123



534 10



534



170563 ,87



534



=195,22



534



=-1,248



534



Maka persamaan rumus Ishiguro menjadi: I



195 , 22 t



1, 248



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-11



Bab 4 Tabel 4.10



Pengolahan dan Analisis Data



Perbandingan Kecocokan rumus-rumus intensitas hujan



No



t



I



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



5 10 15 30 45 60 120 180 360 720



170 107 82 52 39 32 20 16 10 6



Intensitas Hujan (mm/jam) Talbot Sherman Ishiguro 138 170 56 113 107 44 95 82 38 65 51 29 50 39 25 40 32 22 23 20 16 16 16 13 8 10 10 4 6 7 s s



Deviasi Sherman -0.194 -0.098 0.025 -0.092 -0.070 0.195 0.084 0.003 -0.051 0.001 0.20 0.02



Talbot -32.12 5.70 13.79 13.74 10.27 7.78 2.20 0.10 -1.67 -1.99 17.78 1.78



Ishiguro -114 -63 -44 -23 -15 -11 -4 -2 0 1 274.57 27.46



Yang memiliki rata-rata deviasi terkecil adalah hasil Formula Sherman maka seterusnya rumus tersebut yang akan digunakan untuk mencari dan memplot grafik IDF.



300



Tr2 Tr5 Tr10 Tr25 Tr50 Tr100 Tr200



Intensitas Hujan (mm/jam)



250



200



150



100



50



0 0



120



240



360



480



600



720



Durasi Hujan (menit)



Gambar 4.8



Grafik IDF hasil Formula Talbot



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-12



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



400



350



Tr2



Intensitas Hujan (mm/jam)



Tr5 300



Tr10 Tr25



250



Tr50 Tr100 Tr200



200



150



100



50



0 0



120



240



360



480



600



720



600



720



Durasi Hujan (menit)



Gambar 4.9



Grafik IDF hasil Formula Sherman



150



Tr2



Intensitas Hujan (mm/jam)



Tr5 Tr10 100



Tr25 Tr200 Tr50 Tr100



50



0 0



120



240



360



480



Durasi Hujan (menit)



Gambar 4.10



Grafik IDF hasil Formula Ishiguro



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-13



Bab 4



4.1.4



Pengolahan dan Analisis Data



Debit Rencana



Perhitungan Debit Rencana untuk tiap-tiap saluran memakai memakai Metoda Rasional USSCS (1973). Metoda ini cukup simpel dan dapat digunakan untuk areal berukuran kecil, yaitu lebih kecil dari 300 Ha. Hal ini cukup sesuai dengan areal yang ditinjau yaitu sekitar 150 Ha. Persamaan matematik metoda rasional tersebut adalah :



Qr



0 , 002778 .C . I . A



Dimana : Qr = Debit Rencana (m3/detik) C



= Koefisien aliran permukaan



I



= Intensitas hujan (mm/jam)



A



= Luas Daerah Tangkapan hujan (Ha)



Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang terjadi mempunyai intesitas seragam dan merata di seluruh daerah tangkapan selama hujan berlangsung. Koefisien aliran permukaan berbeda-beda tergantung dari



tipe lahan yang



ditunjukan pada Tabel 4.11.



4.1.5



Waktu Konsentrasi



Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik kontrol). Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang dikembangkan oleh Kirpich (1940), yang dapat ditulis sebagai berikut : tc



2



0 ,87



L



1000



S



0 , 385



tc



= Waktu konsentrasi dalam jam



L



= Panjang saluran dalam km (diambil yang terpanjang)



S



= Kemiringan Saluran



Panjang saluran utama sekitar 1.000 m dengan kemiringan 0,001 sehingga didapat waktu konsentrasi tc sekitar 60 menit. Pada analisis Curah Hujan didapat bahwa metoda yang paling cocok untuk mendistribusikan curah hujan adalah Metoda Gumbel. Maka pada analisis intensitas ini Metoda Gumbel digunakan kembali. Untuk perencanaan drainase biasanya Intensitas yang dipakai adalah pada perioda ulang 5 tahun (Tr5). Maka dari Tabel 4.6 didapat intensitas sebesar 41,9 mm/jam.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-14



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



250



Intensitas Hujan (mm/jam)



200



150



100



50



0 0



120



240



360



480



600



720



Durasi Hujan (menit)



Gambar 4.11



Grafik IDF hasil Formula Sherman untuk perioda ulang Tr5.



Di lokasi studi Desa Penyak akan direncanakan 4 titik inlet dan 12 segmen saluran utama yaitu, 1. Inlet O1 2. Inlet O2 3. Inlet C1 4. Inlet C2 5. Saluran O1 - A1 6. Saluran O2 - A2 7. Saluran A2 - B1 8. Saluran A3 - B2 9. Saluran A1 - D1 10. Saluran A4 - D3 11. Saluran C1 - D1 12. Saluran C2 - D2 13. Saluran D3 - E2 14. Saluran D2 - E1 15. Saluran E2 - F2 16. Saluran E1 - F1 Berikut di bawah ini tabel perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc) yang



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-15



Bab 4 Tabel 4.11



Pengolahan dan Analisis Data



Perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc) dan Intensitas Hujan (I)



Saluran



Lc (m)



tc (jam)



tc (menit)



I



O1 O2 O1 - A1 O2 - A2 A2 - B1 A3 - B2 A1 - D1 A4 - D3 C1 C2 C1 - D1 C2 - D2 D3 - E2 D2 - E1 E2 - F2 E1 - F1



500 500 500 500 300 300 600 600 200 200 300 300 600 600 200 200



0.43 0.43 0.43 0.25 0.29 0.29 0.49 0.49 0.21 0.21 0.29 0.29 0.34 0.49 0.21 0.15



26 26 26 15 17 17 29 29 13 13 17 17 21 29 13 9



60 60 95 95 80 80 56 56 95 95 80 80 56 56 95 95



Tabel 4.12



Hasil perhitungan Debit (Qr) dengan Rumus Metoda Rasional USSCS



Saluran O1 O2 O1 - A1 O2 - A2 A2 - B1 A3 - B2 A1 - D1 A4 - D3 C1 C2 C1 - D1 C2 - D2 D3 - E2 D2 - E1 E2 - F2 E1 - F1



C 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2



A (Ha)



I



Qr



2.55 5.48 5.48 4.96 3.00 2.20 5.59 2.80 2.72 2.67 3.45 4.16 3.22 6.59 1.21 0.41



60 60 95 95 80 80 56 56 95 95 80 80 56 56 95 95



0.085 0.183 0.374 0.444 0.578 0.098 0.548 0.087 0.144 0.141 0.297 0.326 1.032 0.531 0.595 1.054



Hasil perhitungan debit diatas kemudian akan dicheck dengan menggunakan Rumus Manning.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-16



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



B



O



Sg O -A



Sg



tm r



O -A b rt



A



Sg A -D



A -D



tm r



Sg b rt



Sg



Sg



A -D



A -D



tm



r



b rt



D



Sg



br t C -D tm r



E



br



D-



E



tm



r



F



t



b rt E -F Sg



Sg



E -F



C -D Sg



D-



tm r



Sg



Sg



C E



Gambar 4.12



Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-17



Bab 4



Gambar 4.13



Pengolahan dan Analisis Data



Skema saluran drainase rencana di Desa Penyak



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-18



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



4.2 Analisis Hidrolika Perhitungan hidrolika menggunakan Formula Manning (1889) sebagai berikut: 1



V



2



R



3



1



S



2



n



Dimana: V = Kecepatan rata-rata aliran (m/detik) R = Radius Hidrolik (m) S = Kemiringan Saluran. n = Koefisien Manning Tabel 4.13



Harga koefisien kekasaran Manning, n Harga n



No. 1



2



3



Tipe Saluran dan Jenis Bahan



Minimum



Normal



Maximum



0,010 0,011



0,011 0,013



0,013 0,014



0,011 0,013



0,012 0,015



0,014 0,017



0,016 0,018 0,022 0,022



0,018 0,022 0,025 0,027



0,020 0,025 0,030 0,033



0,025 0,033 0,050 0,025 0,035



0,030 0,040 0,070 0,030 0,050



0,033 0,045 0,080 0,035 0,070



Beton Gorong-gorong Iurus dan bebas dari kotoran Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit kotoran/gangguan Beton dipoles Saluran pembuang dengan bak kontrol Tanah, lurus dan seragam Bersih baru Bersih telah melapuk Berkerikil Berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu Saluran alam Bersih Iurus Bersih, berkelok-kelok Banyak tanaman pengganggu Dataran banjir berumput pendek - tinggi Saluran di belukar



Sumber : Open Channel Hydraulics oleh Ven Te Chow



Bentuk Peampang saluran rencana biasanya diambil 2 tipe: 1. Penampang Persegi 2. Penampang Trapesium dengan kemiringan, m = 1 atau 1,5. Luas Penampang : Aw



B



2 my ' my y



Dimana : Aw



= Luas Penampang Basah



B



= Lebar Saluran Bagian Atas.



m



= Kemiringan lereng saluran



y



= Elevasi muka air



y’



= Elevasi muka air setelah ditambah freeboard.



Suatu sistem pembawa bisa terdiri saluran tertutup saluran tertutup (closed conduits) atau terbuka bagian (open channels). Sungai, saluran irigasi, selokan,



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-19



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



estuari merupakan saluran terbuka, sedangkan terowongan, pipa, aquaduct, gorong-gorong, dan siphon merupakan saluran tertutup.



Gambar 4.14



Jenis Aliran Permukaan (a), bebas pada saluran terbuka (b). bebas pada saluran tertutup (c). dan aliran tertekan atau dalam pipa.



Untuk saluran drainase pada lokasi pekerjaan ini dipilih saluran terbuka dengan bentuk penampang trapesium dan persegi. Zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya pada dinding dan dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa: Saluran alamiah atau buatan, yang terdiri dari: Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain, Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau tidak beraturan. Bentuk-bentuk saluran terbuka, baik saluran buatan maupun alamiah, yang dapat kita jumpai diperlihatkan pada Gambar 4.13. 4.1.1.1



Freeboard (Tinggi Jagaan).



Besarnya tinggi bisa diambil dari berbagai kriteria. Sebagian teknisi menghitung dari persentase tinggi muka air. Untuk mencari besarnya tinggi jagaan pada saluran drainase diambil acuan pada besarnya debit yang terjadi disaluran. Hargaharga tinggi jagaan berdasarkan debit saluran bisa dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 4.14



Besarnya Tinggi Jagaan Berdasarkan Besarnya Debit Aliran. Q (m3/det)



Tinggi Jagaan (m)



< 0,5 0,5 – 1,5 1,5 – 5,0 5,0 – 10,0 10,0 – 15,0 > 15,0



0,40 0,50 0,60 0,75 0,85 1,00



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-20



Bab 4



Gambar 4.15



Pengolahan dan Analisis Data



Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka



Potongan melintang saluran drainase untuk Desa Penyak adalah sebagai berikut



0 .5 0



Potongan Tipe 1



0 .7 0



Potongan Tipe 2



1 .0 0



Potongan Tipe 3



Gambar 4.16



Tipikal penampang saluran drainasi di Desa Penyak



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-21



Bab 4 Tabel 4.15



Pengolahan dan Analisis Data



Pemilihan Tipikal Penampang Saluran



Inlet



Tipe



O1 O2 O1 - A1 O2 - A2 A2 - B1 A3 - B2 A1 - D1 A4 - D3 C1 C2 C1 - D1 C2 - D2 D3 - E2 D2 - E1 E2 - F2 E1 - F1



Tipe 1 Tipe 1 Tipe 1 Tipe 1 Tipe 2 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 3 Tipe 1 Tipe 1 Tipe 1 Tipe 1 Tipe 3 Tipe 3 Tipe 3 Tipe 3



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-22



Bab 4



Tabel 4.16 Segmen



n



i



Pengolahan dan Analisis Data



Hasil perhitungan Debit dengan Rumus Manning



B (m)



b(m)



y (m)



y+fb (m)



m



Aw



Asal



Pw



R (m)



Vmanning



Fr



Qmanning (m3/det)



Qr



O1



0.020 0.002



1.50



1.00



0.139



0.50



0.50



0.18



0.88



1.81



0.10



0.477



0.41



0.085



0.085



O2



0.020 0.002



1.50



1.00



0.241



0.50



0.50



0.30



0.88



2.04



0.15



0.618



0.40



0.183



0.183



O1 - A1



0.020 0.002



1.50



1.00



0.433



0.50



0.50



0.49



0.88



2.47



0.20



0.762



0.37



0.374



0.374



O2 - A2



0.020 0.008



1.50



1.00



0.280



0.50



0.50



0.34



0.88



2.13



0.16



1.314



0.79



0.444



0.444



A2 - B1



0.020 0.002



1.50



0.80



0.689



0.70



0.50



0.69



1.30



3.04



0.23



0.834



0.32



0.578



0.578



A3 - B2



0.020 0.002



1.50



0.80



0.153



0.70



0.50



0.20



1.30



1.84



0.11



0.501



0.41



0.098



0.098



A1 - D1



0.020 0.002



1.50



0.50



0.644



1.00



0.50



0.66



2.00



2.94



0.23



0.828



0.33



0.548



0.548



A4 - D3



0.020 0.002



1.50



0.50



0.142



1.00



0.50



0.18



2.00



1.82



0.10



0.481



0.41



0.087



0.087



C1



0.020 0.002



1.50



1.00



0.201



0.50



0.50



0.25



0.88



1.95



0.13



0.571



0.41



0.144



0.144



C2



0.020 0.002



1.50



1.00



0.199



0.50



0.50



0.25



0.88



1.94



0.13



0.567



0.41



0.141



0.141



C1 - D1



0.020 0.002



1.50



1.00



0.354



0.50



0.50



0.41



0.88



2.29



0.18



0.716



0.38



0.297



0.297



C2 - D2



0.020 0.002



1.50



1.00



0.383



0.50



0.50



0.44



0.88



2.36



0.19



0.735



0.38



0.326



0.326



D3 - E2



0.020 0.005



1.50



0.50



0.828



1.00



0.50



0.78



2.00



3.35



0.23



1.332



0.47



1.032



1.032



D2 - E1



0.020 0.002



1.50



0.50



0.620



1.00



0.50



0.64



2.00



2.89



0.22



0.823



0.33



0.531



0.531



E2 - F2



0.020 0.002



1.50



0.50



0.716



1.00



0.50



0.71



2.00



3.10



0.23



0.837



0.32



0.595



0.595



E1 - F1



0.020 0.005



1.50



0.50



0.861



1.00



0.50



0.79



2.00



3.42



0.23



1.332



0.46



1.054



1.054



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-23



Bab 4



4.2.1



Pengolahan dan Analisis Data



Klasifikasi Aliran



Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe tergantung kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan kecepatan mengikuti fungsi waktu, maka aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady) dan tidak permanen (unsteady), sedangkan berdasarkan fungsi ruang, maka aliran dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan tidak seragam (non-uniform). 4.1.1.2



Bilangan Froude



Keadaan aliran pada saluran terbuka bisa dipengaruhi kecepatan aliran dan gaya gravitasi. Gravitasi dapat dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis, sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut superkritis. Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah perbandingan antara kecepatan dan gaya gravitasi, yang dinyatakan dengan bilangan Froude (Fr). Bilangan Froude untuk saluran berbentuk persegi didefinisikan sebagai : Fr



V g.y



Dimana: V



= Kecepatan Aliran



g



= Percepatan Grafitasi



y



= Kedalaman aliran



Berdasarkan bilangan Froude, aliran dapat dibagi kedalam 3 jenis aliran, yaitu:  Aliran subkritis



Bilangan Froude < 1.



 Aliran Kritis



Bilangan Froude = 1.



 Superkritis



Bilangan Froude > 1.



Dan berikut ini adalah profil aliran subkritis dan juga aliran kritis pada saluran.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-24



Bab 4



Gambar 4.17



Pengolahan dan Analisis Data



Profil Aliran Subkritis



Gambar 4.18



Profil Aliran Kritis



Gambar 4.19



Profil Aliran Kritis



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-25



Bab 4



4.2.2



Pengolahan dan Analisis Data



Bilangan Reynold



Keadaan suatu aliran bisa juga dipengaruhi kekentalan. Jenis aliran yang dipengaruhi keadaan ini dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu: Aliran Laminar, terjadi apabila gaya kekentalan lebih besar daripada gaya gravitasinya. Aliran laminar biasanya hanya terjadi pada saluran-saluran di laboratorium. Aliran Turbulen, terjadi apabila gaya gravitasi sangat dominant bila dibandingkan dengan gaya kekentalannya. Angka yang menentukan jenis aliran ini dikenal dengan Bilangan Reynold. VL



Re



Re = Bilangan Reynold V



= Kecepatan aliran (meter/detik)



L



= Panjang karakteristik (m) = Kekentalan kinematik (m2/det)



Jenis aliran menurut Angka Reynold :  Aliran laminar memiliki angka Reynold antara 0 sampai dengan 500.  Aliran peralihan memiliki antara 500 dengan 2000.  Aliran turbulen memiliki angka Reynold lebih besar dari 2000. Jika dipadukan dengan keadaan jenis aliran berdasarkan pengaruh kecepatan dan gravitasinya, maka akan dikenal 4 jenis keadaan aliran: 1. Aliran Laminar -Subkritis 2. Aliran Laminar -Superkritis 3. Aliran Turbulen-Subkritis 4. Aliran Turbulen -Superkritis



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-26



Bab 4



Gambar 4.20



Pengolahan dan Analisis Data



Empat jenis keadaan aliran pada saluran terbuka



Untuk saluran terbuka jenis aliran yang biasa terjadi adalah aliran turbulen. Aliran laminer sangat jarang terjadi di saluran terbuka, walaupun ada hanya terjadi pada saluran yang sangat dangkal dengan kecepatan yang sangat rendah. Aliran yang perpaduan antara jenis subkritis dengan turbulen (Turbulen-Subkritis).



4.2.3



Kecepatan Aliran



Kecepatan aliran pada suatu saluran harus dibatasi dan itu tergantung kepada struktur bangunan saluran itu sendiri. Pada Tabel di bawah ini dikemukakan besarnya kecepatan yang diizinkan untuk beberapa jenis saluran. Tabel 4.17



Kecepatan aliran yang diizinkan berdasarkan jenis bahan saluran. Jenis Bahan



Kecepatan (m/dtk)



Pasir Halus



0,45



Lempung Kepasiran



0,50



Lanau Alluvial



0,60



Kerikil Halus



0,75



Lempung Keras



0,75



Lempung Padat



1,10



Kerikil Kasar



1,20



Batu-batu Besar



1,50



Beton-beton Bertulang



1,50



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-27



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



4.3 Pemodelan Matematik dengan Perangkat Lunak HEC-RAS 4.3.1



Umum



Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik dari suatu masalah rekayasa air, baik berupa masalah mekanika fluida, hidrolika ataupun hidrologi diperlukan suatu model pendekatan yang dapat mewakili permasalahan yang sedang dihadapi semirip mungkin. Model pendekatan ini dapat berupa model numerik/matematik atau model fisik. Pada pekerjaan ini digunakan model numerik untuk menyelesaikan permasalahan hidrolik. Model matematik yang digunakan adalah model yang dikenal dengan HECRAS. Meski hasil outputnya tidak seakurat jika dibandingkan dengan menggunakan model fisik tetapi model matematik memiliki keunggulan dalam hal penghematan waktu, biaya dan tenaga.



4.3.2



Teori Dasar



Program HEC-RAS merupakan solusi numerik dari persamaan aliran tak-langgeng satu dimensi untuk saluran terbuka baik alami ataupun buatan. Yang diturunkan dari prinsip kekekalan energi dan kekekalan massa. Secara singkat berikut ini akan diuraikan mengenai dasar teori yang digunakan dalam program HEC-RAS. Persamaan momentum untuk aliran tak-langgeng: Q



Qv



H



gA



t



x



x



gQQ 2



2



b w co s



C AR



Persamaan kontinuitas untuk aliran tak-langgeng: Q



B



H



x



0



t



Hubungan Q, v, dan A adalah sebagai berikut: Q



v



A



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-28



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



1



2 B



H



x datum



Gambar 4.21



Persamaan momentum dan kontinuitas.



dimana :



t



= waktu



x



= jarak yang diukur pada as saluran



H(x,t)



= elevasi permukaan air



v(x,t)



= kecepatan rata-rata aliran air



Q(x,t)



= debit



R(x,H)



= jari-jari hidraulik



A(x,H)



= luas aliran



b(x,H)



= lebar aliran



B(x,H)



= lebar tampungan aliran



g



= percepatan grafitasi



C(x,H)



= koefisien De Chezy



w(t)



= kecepatan angin



(t)



= sudut arah angin terhadap utara



(t)



= sudut arah aliran terhadap utara



(x)



= koefisien konfersi angin = faktor koreksi kecepatan untuk aliran tidak seragam A Q



2



v y, z



2



dydz



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-29



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



4.3.3



Input Data



Data-data yang di dapat dari kondisi fisik di Sungai Penyak, Desa Penyak, Kabupaten Bangka Tengah:  Sistem aliran berupa saluran dengan kedalaman 0,5 -1,0 m  Saluran tidak terpengaruh oleh pasang surut.  Panjang Total Saluran Rencana



= 6.400 m.



 Rata-rata lebar saluran



=



1,5 m.



 Daerah Tangkapan Hujan



=



± 50,0 Ha



 Kemiringan talud



=



2.0



 Kemiringan saluran



=



0,001 - 0,005



Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk menjalankan program HecRas diperlukan data-data input sebagai berikut ini:  Skema Jaringan Saluran.  Penampang Melintang Saluran.  Debit Aliran dan Kondisi Batas.  Data-data Bangunan Air. Program HEC-RAS digunakan untuk mendapatkan perilaku hidrolis aliran tak langgeng. Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi dengan program HEC-RAS akan diuraikan berikut ini. 1. Skema Jaringan Saluran Pada HEC-RAS, data untuk skema jaringan sungai atau saluran dimasukan melalui modul Geometric Data. Pada modul ini kita memasukan sistem jaringan dari saluran dimana kita bisa memasukan anak sungai atau saluran lain yang masuk. Skema Jaringan dapat dilihat pada Gambar 4.22 di bawah ini.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-30



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Gambar 4.22



Skema jaringan saluran Drainase.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-31



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Penyak



Plan: Plan 01



.01 5



10/12/2010



.01 5



.01 5



7 .0



Lege nd G ro u nd B an k Sta



6 .5



E lev at ion (m )



6 .0



5 .5



5 .0



4 .5



4 .0 0 .0



0 .5



1 .0



1 .5



2 .0



2 .5



S ta ti on (m)



Gambar 4.23



Tipikal potongan melintang saluran drainase.



Penyak P e n y a k



10



Penyak B-K



Penyak D3-F2



Penyak C2-F1



Plan: Plan 01 10/12/2010



P e n y a k



B G



Penyak C1-D1



Penyak A2-D3 Penyak O1-D1 Legend EG Tr2 WS Tr2



D 1 D 2



9



Crit Tr2 Ground LOB ROB



E le v at io n (m )



8



7



6



5 0



200



400



600



800



1000



1200



1400



1600



M ain Channel Distance (m)



Gambar 4.24



Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 2 th



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-32



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Penyak P e n y a k



10



Penyak B-K



Penyak D3-F2



Penyak C2-F1



Plan: Plan 01 10/12/2010



P e n y a k



B G



Penyak C1-D1



Penyak A2-D3 Penyak O1-D1 Legend EG Tr5 WS Tr5



D 1 D 2



9



Crit Tr5 Ground LOB ROB



E le v at io n (m )



8



7



6



5 0



200



400



600



800



1000



1200



1400



1600



M ain Channel Distance (m)



Gambar 4.25



Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 5 th Penyak



P e n y a k



10



Penyak B-K



Penyak D3-F2



Penyak C2-F1



Plan: Plan 01 10/12/2010



P e n y a k



B G



Penyak C1-D1



Penyak A2-D3 Penyak O1-D1 Legend EG Tr10 WS Tr10



D 1 D 2



9



Crit Tr10 Ground LOB ROB



E le v at io n (m )



8



7



6



5 0



200



400



600



800



1000



1200



1400



1600



M ain Channel Distance (m)



Gambar 4.26



Profil elevasi muka air di saluran.untuk perioda ulang 10 th



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-33



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Penyak .015



Plan: Plan 01 10/12/2010 .015



.015



7.0



Legend EG T r10 WS T r10



6.5



EG T r5 WS T r5



E le v at io n (m )



6.0



EG T r2 WS T r2 Crit T r10



5.5



Crit T r5 Crit T r2 5.0



Ground Bank Sta



4.5



4.0 0.0



0.5



1.0



1.5



2.0



2.5



Station (m)



Gambar 4.27



Penyak .015



Elevasi muka air di saluran



Plan: Plan 01 10/12/2010 .015



.015



9.4



Legend EG T r10 WS T r10



9.3



EG T r5 WS T r5



E le v at io n (m )



9.2



EG T r2 WS T r2 Ground



9.1



Bank Sta



9.0



8.9



8.8 0.0



0.5



1.0



1.5



2.0



2.5



Station (m)



Gambar 4.28



Elevasi muka air di saluran



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-34



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Penyak .015



Plan: Plan 01 10/12/2010 .015



.015 Legend EG T r10 WS T r10



6.8



EG T r5 WS T r5 EG T r2



E le v at io n (m )



6.6



WS T r2 Ground Bank Sta



6.4



6.2



6.0 0.0



0.5



1.0



1.5



2.0



2.5



Station (m)



Gambar 4.29



Elevasi muka air di saluran



Penyak .015



Plan: Plan 01 10/12/2010 .015



.015



9.4



Legend EG T r10 WS T r10



9.2



EG T r5 WS T r5



E le v at io n (m )



9.0



EG T r2 WS T r2 Ground



8.8



Bank Sta



8.6



8.4



8.2 0.0



0.5



1.0



1.5



2.0



2.5



Station (m)



Gambar 4.30



Elevasi muka air di saluran



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-35



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Penyak P e n y a k



Penyak D3-F2



Penyak C2-F1



Plan: Plan 01 10/12/2010



P e n y a k



B G



1.5



Penyak C1-D1



Penyak A2-D3 Penyak O1-D1 Legend Vel Chnl Tr10 Vel Chnl Tr5



D 1 D 2



Vel Chnl Tr2 Vel Left Tr10 Vel Right T r10



1.0



0.5



0.0 0



200



400



600



800



1000



1200



1400



1600



M ain Channel Distance (m)



Gambar 4.31



Grafik kecepatan aliran di saluran



Penyak



Plan: Plan 01 10/12/2010



Legend



(m )



9.05 9.00



W . S. E le v



V e l L e ft (m / s) , Ve l C hn l (m / s) , V e l R ig ht (m / s )



Penyak B-K



8.95



W.S. Elev



8.90 8.85 8.80 8.75 0.00



0.05



0.10



0.15



0.20



Q T otal (m 3/s) Gambar 4.32



Rating Curve



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-36



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Penyak P e n y a k



0.8



H y dr D e pt h L (m ) , Hy d r De p th C (m ), H y d r D e p th R ( m )



0.7



Penyak B-K Penyak Penyak O2-B1 D3-F2



Penyak C2-F1



Plan: Plan 01 10/12/2010 Penyak A2-D3 Penyak C1-D1 Penyak O1-D1



P e n y a k



B G



Legend Hydr Depth C T r10 Hydr Depth C T r5



D 1 D 2



0.6



Hydr Depth C T r2 Hydr Depth L T r10 Hydr Depth R T r10



0.5



0.4



0.3



0.2



0.1



0.0 0



200



400



600



800



1000



1200



1400



1600



M ain Channel Distance (m)



Gambar 4.33



Kedalaman aliran di saluran



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-37



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



4.4 Pasang Surut Pengolahan data pasang surut dengan alur sebagaimana disajikan oleh Gambar 4.21. Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Least Square. Hasil pencataan diambil dengan interval 1 jam sebagai input untuk Least Square dan konstanta pasang surut. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut : NF



K1



O1



M2



S2



dimana jenis pasut untuk nilai NF: 0 - 0,25



= semi diurnal



0,25 - 1,5



= mixed type (semi diurnal dominant)



1,5 - 3,0



= mixed type (diurnal dominant)



>3,0



= diurnal



Data Pasut



Admiralty



Komponen Pasang Surut



Penaksiran Pasang Surut 15 Hari



Perbandingan Hasil Taksiran dengan Pengukuran Lapangan



Gambar 4.34



Jenis Pasang Surut



Penaksiran Pasang Surut 20 Tahun



Elevasi Acuan Pasang Surut



Probabilitas Kejadian tiap Elevasi Acuan Pasang Surut



Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut laut



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-38



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Tabel 4.18



Data Hasil Pengamatan Pasang Surut di Penyak



0



1



2



3



4



5



6



7



8



9



Waktu ( jam ) 10 11 12 13



26-Jul-10



200



210



200



190



180



160



140



120



90



80



70



70



70



80



90



100



120



130



140



150



160



170



180



200



27-Jul-10



210



220



220



210



200



180



160



140



110



90



70



70



70



70



80



90



90



100



120



130



150



160



180



190



28-Jul-10



210



230



230



230



220



200



180



160



130



110



90



70



70



70



70



70



80



80



100



110



130



140



160



180



29-Jul-10



200



220



240



240



230



210



200



170



150



130



110



90



80



80



70



70



70



70



80



90



100



120



140



170



30-Jul-10



190



210



230



230



230



220



210



190



170



150



130



110



100



90



90



80



70



70



70



80



90



100



120



150



31-Jul-10



170



190



210



220



230



220



210



190



180



160



150



140



120



110



100



100



90



80



70



70



80



90



110



130



1-Aug-10



150



170



190



210



210



210



200



190



180



170



160



150



140



130



130



120



100



90



80



80



80



90



100



110



2-Aug-10



130



150



170



180



190



190



190



180



180



170



170



160



160



150



140



140



130



110



100



90



90



90



100



110



3-Aug-10



120



140



150



160



170



170



170



170



160



160



160



160



160



160



160



150



150



130



120



110



110



110



110



110



4-Aug-10



120



130



140



150



150



150



150



140



140



150



150



150



160



160



170



160



160



150



140



140



130



130



130



130



5-Aug-10



130



130



140



140



140



130



120



120



120



120



130



140



150



150



160



170



170



160



160



150



150



150



150



150



6-Aug-10



150



150



140



140



130



120



110



100



100



100



110



120



130



140



150



160



170



170



170



170



170



170



170



180



7-Aug-10



170



170



160



150



140



120



100



90



80



80



90



100



110



120



130



140



160



160



170



170



170



180



190



200



8-Aug-10



200



190



180



170



150



130



110



90



70



70



70



80



90



100



110



130



140



150



160



170



170



190



200



210



9-Aug-10



220



220



210



190



170



150



120



100



80



60



60



60



70



80



90



110



120



130



140



150



170



180



200



220



Tanggal



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



14



15



16



17



18



19



20



21



22



23



4-39



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan di lokasi pekerjaan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya, terlihat pada Gambar 3.13. Perbandingan Hasil Pengamatan dan Penaksiran



Hasil Penaksiran



270



MSL = 136.5 cm Hasil Pengamatan



230



Elevasi Muka Air (cm)



190



150



110



70



30 26-July-10



29-July-10



01-August-10



04-August-10



07-August-10



10-August-10



Waktu



Gambar 4.35



Perbandingan data pasang surut pengukuran dengan hasil penaksiran.



Langkah selanjutnya dari pengolahan data pasang surut adalah mencari harga elevasi-elevasi acuan dari karakteristik perairan di wilayah proyek. Untuk mencari harga elevasi-elevasi tersebut, digunakan nilai-nilai komponen pasang surut dari hasil peramalan seperti disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut. Tabel 4.19



Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil Pengamatan.



Konstituen



Amp (cm)



Fasa (derajat)



M2



2.30



204.84



S2



4.77



66.89



N2



2.14



268.68



K2



8.33



86.31



K1



43.44



225.18



O1



49.46



-82.39



P1



13.47



213.93



M4



0.92



262.08



MS4



1.83



143.14



S0



141.12



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-40



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei Dimana : A



: amplitudo



g



: beda fase



M2



: komponen utama bulan (semi diurnal)



S2



: komponen utama matahari (semi diurnal)



N2



: komponen eliptis bulan



K2



: komponen bulan



K1



: komponen bulan



O1



: komponen utama bulan (diurnal)



P1



: komponen utama matahari (semi diurnal)



M4



: komponen utama bulan (kuarter diurnal)



MS4



: komponen utama matahari-bulan



Berdasarkan konstanta-konstanta utama pasang surut di atas diketahui bahwa tipe pasang surut di lokasi pekerjaan adalah Tipe Diurnal, dengan nilai Bilangan Formzahl, NF = 13,14. Dengan konstanta di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3. Dari elevasi acuan pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai MLWS sebagai elevasi nol acuan. Disamping itu dari peramalan untuk masa 20 tahun ke depan akan didapatkan nilai probabilitas dan prosentase dari masing-masing elevasi acuan di bawah. Harga probabilitas dan prosentase dapat dilihat pada Gambar 3.14. 1.5



HWS = 1.13 MHWS = 0.86



1.0



MHWL = 0.51



Elevasi Muka Air (m)



0.5



MSL = 0 0.0



MLWL = -0.47 -0.5



MLWS = -1.12 -1.0



LWS = -1.43



-1.5



0



10



20



30



40



50



60



70



80



90



100



Prosentase Probabilitas (%)



Gambar 4.36



Harga probabilitas dan prosentase elevasi-elevasi acuan.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-41



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei Tabel 4.20



Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan (cm)



No



Elevasi Acuan



Terhadap Peilschaal



1



HHWL



257.94



121.44



231.87



2



MHWS



236.49



99.99



210.42



3



MHWL



189.91



53.41



163.84



4



MSL



136.5



0.00



110.43



5



MLWL



86.37



-50.13



60.30



6



MLWS



46.46



-90.04



20.39



7



LLWL



26.07



-110.43



0.00



HHWL



: Highest High Water Level



MHWS



: Mean High Water Spring



MHWL



: Mean High Water Level



MSL



: Mean Sea Level



MLWL



: Mean Low Water Level



MLWS



: Mean Low Water Spring



LLWL



: Lowest Low Water Level



Terhadap MSL



Terhadap LLWL



Tunggang pasang (cm) : 231,87 cm.



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-42



Bab 3  Pelaksanaan dan Pengolahan Data Survei



4.5 Analisis Gelombang Dari hasil pengolahan data angin diperoleh windrose, waverose dan periode ulang gelombang sebagai berikut. D is trib u s i K e c e p a ta n d a n A ra h A n g in Ja m -ja m a n 2 0 0 0 -2 0 0 9 L o k a s i: P e n y a k



U



BL



TL 12% 9% 6% 3% 0%



B



T



BD



TG



S T id a k B e ra n g in = 4 8 .3 5 %



T id a k T e rc a ta t = 0 .0 0 %



Je n is to n g k a t m e n u n ju k k a n k e c e p a ta n a n g in d a la m k n o t. P a n ja n g to n g k a t m e n u n ju k k a n p e rs e n ta s e k e ja d ia n .



Gambar 4.37 Tabel 4.21



Windrose lokasi Penyak.



Kecepatan aning untuk berbagai perioda ulang Periode Ulang (tahun) 1 2 3 5 10 25 50 100 200



Kec. Angin Nilai Ekstrim (knot) 13.2 19.9 22.2 24.9 28.4 33.0 36.7 40.4 44.3



LAPORAN DRAFT FINAL  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-43



Bab 4



Gambar 4.38 Tabel 4.22



Pengolahan dan Analisis Data



Fetch lokasi Penyak.



Panjang Fetch lokasi Penyak



Arah



Fetch Effektif (m) PENYAK



N



142971



NE



200000



E



187543



SE



26940



S



0



SW



0



W



0



NW



0



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-44



Bab 4



Pengolahan dan Analisis Data



D is trib u s i T in g g i d a n A ra h G e lo m b a n g d i L e p a s P a n ta i P e n y a k D ira m a l B e rd a s a rk a n D a ta A n g in Ja m -ja m a n d i P a n g k a lp in a n g T o ta l 2 0 0 0 -2 0 0 9



U



BL



TL 12% 9% 6% 3% 0%



B



T



BD



TG



S C a lm = 6 9 .2 5 %



T id a k T e rc a ta t = 0 .0 0 %



Je n is to n g k a t m e n u n ju k k a n tin g g i g e lo m b a n g d a la m m e te r. P a n ja n g to n g k a t m e n u n ju k k a n p e rs e n ta s e k e ja d ia n .



Gambar 4.39



Waverose lokasi Penyak.



Tabel 4.23



Periode Ulang Gelombang



Periode Ulang (tahun) 1 2 3 5 10 25 50 100 200



Nilai Ekstrim Tinggi Gel. (m) 0.66 1.08 1.22 1.39 1.60 1.89 2.12 2.35 2.59



Nilai Ekstrim Perioda Gel. (det) 3.22 4.08 4.33 4.61 4.93 5.34 5.65 5.94 6.22



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



4-45



Laporan Draft Final Pekerjaan:



Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak, Kabupaten Bangka Tengah



Bab



5



Alternatif Penanganan



Bab 5 Alternatif Penanganan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung



5.1



Metodologi dan Pendekatan



5.1.1 Penyebab Banjir Ada 3 faktor penting penyebab banjir di sungai: a.



Kondisi alam yang bersifat natural Geografi Topografi Geomorfologi alur sungai seperti ; kemiringan, meandering, penyempitan, ambal alam dan sedimentasi



b. Kegiatan manusia bersifat dinamis seperti ; Pemanfaatan dataran banjir, tata ruang peruntukan lahan, pembabatan hutan c.



Peristiwa alam bersifat dinamis seperti ; Curah hujan, pasang surut, erosi tanah, amblas tanah, gempa bumi, gunung meletus, pasang surut, tsunami dan pendangkalan



Pengendalian banjir termasuk bagian dari daya rusak air dalam pasal 51 UU No.7 tahun 2004, tentang SDA. Kegiatan - kegiatan pengendalian mencakup kegiatan pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. UU lebih mengutamakan kegiatan pencegahan melalui perencanaan pengendalian banjir yang disusun terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan Sumber Daya Air. Maka dalam studi ini konsultan akan menjabarkan bentuk-bentuk kegiatan pengendalian banjir yang mencakup keperluan pencegahan, penanggulan dan pemulihan banjir. Sejalan dengan tujuan studi adalah Conference 12th of Rhine Ministers, Januari 22, 1998 di Rotterdam, Belanda. Perinsip Pencegahan Banjir secara umum adalah: 1. Air adalah bagian dari “natural ecology” atau “ecologycal circle” yang harus diperhitungkan



dalam



penyusunan



tata



ruang,



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



land



use



dll.



5-1



Bab 5



Alternatif Penanganan



2. Air sedapat mungkin disimpan di catchment area dan disepanjang sungai sebanyak-banyaknya.



Upayakan



daerah-daerah



sebagai



parkir



air



atau



retention areas baik dihulu, ditengah maupun dihilir dan perlambat turunya air (run-off). Artinya selain menampung di waduk - waduk juga mempertahankan situ - situ yang ada dan juga memperlambat run-off dilakukan dengan vegetasi yaitu dengan menghutankan kembali serta mengatur tata ruang. 3. Biarkan sungai melebar secara alamiah sehingga run-off bisa diperlambat dan tidak akan membahayakan. Ini artinya jangan mengganggu bantaran sungai agar run-offnya dapat diperhitungkan sesuai dengan debit banjir yang memang sudah diperhitungkan. 4. Sadar akan bahaya. Karena banjir itu bisa datang sewaktu-waktu. Peningkatan kesadaran dan informasi dapat mengurangi bahaya akibat banjir dan resiko yang akan ditimbulkan. 5. Integrasi kegiatan dalam catchment area, yaitu dengan mengikut sertakan semua sektor terkait dalam pengelolaan daerah tangkapan air, karena ini adalah kunci sukses dalam mengatasi atau penanganan terhadap masalah banjir. Kegiatan



pencegahan



adalah



kegiatan



sebelum



terjadi



banjir,



kegiatan



penanggulangan adalah melakukan mitigasi atau mengurangi daya rusak ketika sedang terjadi banjir, sedangkan pemulihan adalah cara mengembalikan fungsi sesuatu yang rusak akibat terjadi banjir (sesudah terjadi banjir).



5.1.2 Strategi Umum Mengurangi Kerugian Akibat Banjir Strategi umum mencegah kerugian akibat banjir dapat dikelompokan menjadi 4 kategori yang harus dilakukan. Pengaturan pada dataran banjir a. Pengaturan pemanfaatan lahan 1.



pengaturan pengembangan



2.



pengaturan reklamasi lahan



b. Pengaturan elevasi lantai bangunan c. Mengasuransikan setiap yang dibangun Aktifitas bersifat tanggap darurat a. Desiminasi atau penyuluhan tentang informasi banjir b. Melawan banjir dengan persiapan bahan-bahan banjiran c. Menangani tanda-tanda tentang evakuasi d. Mempersiapkan satuan pengaman khusus banjir



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



5-2



Bab 5 e. Mempersiapkan



material



atau



bahan-bahan



Alternatif Penanganan



yang dapat



meringankan



kerugian akibat banjir Memperlambat jalannya aliran permukaan air a. Konsevasi daerah hulu (upper) 1.



pengaturan pengembangan daerah hulu



2.



penghutanan kembali daerah gundul (daerah tanpa vegetasi)



b. Pembangunan resevoar / waduk c. Menyimpan air pada cekungan rendah d. Membuat fasilitas penampung air hujan Merawat dan memperbaiki palun / badan sungai a. Membuat tanggul dan dinding penangkis banjir b. Menormalisasi profil aliran c. Menbuat flood way atau membagi aliran d. Membuat krib, bronjong, retaining wall e. Pelurusan sungai / sodetan Kegiatan strategi umum pengurangan kerusakan akibat banjir dapat dikelompokan menjadi 2 cara yaitu : a.



Secara Nonstruktur



b. Secara Struktur Sedangkan kapan dan dimana pengaturan tersebut diterapkan sesuai dengan kondisi topografi ruas sungai dan pertimbangan teknik persungaian. Kondisi topografi ruas sungai dapat diklasifikasikan 3 (tiga) bagian pokok sbb: Upper atau bagian hulu biasanya kemiringan sungai lebih terjal, agak lurus, tampang melintang berbetuk V, dengan palung dalam, kecepatan aliran tinggi, tebing dan atau dasar sungai tergerus/tererosi Middle atau daerah bagian tengah kemiringan agak landai, mulai berkelokkelok, gerusan tebing dan atau dasar sungai berkurang, mulai ada tumpukan / endapan sedimen, kecepatan arus sedang Lower atau bagian hilir sampai muara kelandaian relatif datar, banyak berkelok-kelok, terbentuk meadering, sedimentasi tinggi, sering terbentuk pulau-pulau pasir dari tumpukan / endapan sedimen



5.1.3 Penanganan Pengendalian Banjir Non-struktur dan Struktur Strategi umum pengurangan kerugian akibat banjir dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) sistem penanganan yaitu secara :



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



5-3



Bab 5



Alternatif Penanganan



Nonstruktur / Nonfisik Diantaranya kegiatan seperti : a.



Mengatur daerah hulu (Upper Watershed Management)



b. Peramalan banjir (Flood Forecasting System) c.



Pengaturan Dataran Banjir (Floodplain Management)



d. Pengaturan zone-zone tertentu (Flood Zoning System) e.



Aktifitas yang bersifat tanggap darurat dll.



f.



Pembinaan dan penyuluhan



g. Pengamanan, pengawasan antara lain tentang bantaran sungai h. Pemasangan papan-papan pengumuman / larangan / peringatan Struktur / dengan fisik Diantaranya kegiatan seperti : a.



Menyimpan air di daerah hulu (Bendungan/dam dan Reservoar)



b. Flood way menghidarkan lokasi dari aliran sungai atau membagi volume air ketempat lain, sehingga muka air dapat diturunkan c.



Retention Basin, bagian daerah rendah / cekungan atau rawa-rawa di dalam catchment area dijadikan tempat-tempat penyimpanan air.



d. Pembuatan tanggul, berguna untuk menghalangi genangan banjir tidak meluas di bantaran sungai e.



Pembuatan tanggul



f.



Pembuatan tanggul, polder dan pompa biasanya di daerah muara sungai yang relatif rendah seperti kota Jakarta.



g. Pelurusan sungai / sodetan h. Pembuatan krib, bronjong, retaining wall



5.1.4 Langkah Penyusunan Pola Pengendalian Banjir Sungai Prioritas 1.



Pengumpulan data teknis dan non teknis, peta dan informasi



2.



Identifikasi permasalahan banjir a.



Topografi, Morfologi sungai dan bentuk DAS sungai



b. Tutupan lahan (land cover) catchment area (data hutan, perkebunan dan lain-lain) c.



Historis Penyebab banjir



d. Data peil muka air dan debit sungai e.



Data hujan



f.



Data banjir



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



5-4



Bab 5



Alternatif Penanganan



g. Kinerja masyarakat dalam antisipasi bahaya banjir h. Latar belakang kehidupan sosial, ekonomi dan budaya msyarakat i.



Pertumbuhan penduduk



j.



Faktor-fakror dominan penyebab banjir



k.



Geologi dan pemanfaatan lahan



l.



Kondisi hidrologi dan klimatogi



m. Kondisi Oceonografi muara sungai n. Catatan kejadian, intensitas dan kecendrungan terjadi banjir o.



Macam / jenis lahan yang tergenang banjir



p. Kencendrungan perluasan pemukiman dan faktor penggerak / pemicu yang dominan perluasan q. Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan kepedulian dalam hal antisipasi bahaya banjir r.



Tingkat keberhasilan usaha yang dilakukan Pemerintah



s.



Tingkat kecendrungan besarnya kerugian akibat bahaya banjir



t.



Tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya banjir



u. dan lain-lain Pengumpulan data diatas menjadi dasar-dasar masukan untuk membuat Analisis permasalahan dan membuat solusi pola pengendalian banjir yang terdiri dari 3 hal yaitu pencegahan, penanggulangan, pengendalian.



5.1.5 Analisa dan Evaluasi a.



Perhitungan debit banjir



b.



Analisis angkutan sedimen dan erosi lahan



c.



Analisis pengaruh pasang surut



d.



Analisis topografi daerah genangan



e.



Evaluasi daerah genanangan



f.



Evaluasi kondisi badan sungai



g.



Evaluasi kondisi lahan DAS



Alternatif bentuk penanganan pengendalian banjir ditinjau dari: a.



Kondisi topografi, morfologi, hidrologi, klimatogi, geologi, sedimentasi, erosi, pemanfaatan lahan dan kondisi hutan



b.



Sosial, Ekonomi dan budaya



c.



Teknis pengendalian banjir



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



5-5



Bab 5



Alternatif Penanganan



5.1.6 Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif penanganan mengacu pada UU No.7 tahun 2004, tentang SDA yaitu berupaya membuat keseimbangan hulu dan hilir sungai, serta pertimbangan non teknis seperti budaya masyarakat yang selama ini telah hormonis dengan alam tempat tinggalnya. Hanya kemungkinan ada hal-hal yang menyimpang dari tingkah laku masyarakat memanfaakan alam yang perlu dibetulkan seperti membakar hutan untuk peladangan, berkebun dilereng yang terjal, perlu disosialisasikan tentang dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kebiasaanya selama ini. Alternatif penanganan pengendalian banjir dikelompokan sebagai berikut : Secara Nonstruktur / Non-fisik Secara Struktur / fisik Bentuk-bentuk kegiatan yang tergolong non-fisik/non-struktur dan sebaliknya yang tergolong fisik/struktur telah diuraikan diatas. Pengalaman yang panjang haruslah menjadi pelajaran bagi pengambil keputusan, terutama pengalaman di Pulau Jawa. Biaya untuk membenahi alam telah menjadi sangat besar terutama akibat perencanaan pemenfaatan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung alam serta lingkungan lainya, amanat UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA, yang baru disyahkan cukup memadai memperhatikan atau peduli terhadap kondisi alam, maka harus segera disosialisaikan, agar tidak terlambat berpacu dengan bencana terutama pengaturan tentang tata ruang yang mengacu pada natural sistem.



5.1.7 Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif penanganan mengacu pada UU No.7 tahun 2004, tentang SDA yaitu berupaya membuat keseimbangan hulu dan hilir sungai, serta pertimbangan non teknis seperti budaya masyarakat yang selama ini telah hormonis dengan alam tempat tinggalnya. Hanya kemungkinan ada hal-hal yang menyimpang dari tingkah laku masyarakat memanfaakan alam yang perlu dibetulkan seperti membakar hutan untuk peladangan, berkebun dilereng yang terjal, perlu disosialisasikan tentang dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kebiasaanya selama ini. Alternatif penanganan pengendalian banjir dikelompokan sebagai berikut : Secara Nonstruktur / Non-fisik. Secara Struktur / fisik. Bentuk-bentuk kegiatan yang tergolong non-fisik/non-struktur dan sebaliknya yang tergolong fisik/struktur telah diuraikan diatas. Pengalaman yang panjang haruslah menjadi pelajaran bagi pengambil keputusan, terutama pengalaman di Pulau Jawa. Biaya untuk membenahi alam telah menjadi sangat besar terutama akibat



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



5-6



Bab 5



Alternatif Penanganan



perencanaan pemenfaatan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung alam serta lingkungan lainya, amanat UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA, yang baru disyahkan cukup memadai memperhatikan atau peduli terhadap kondisi alam, maka harus segera disosialisaikan, agar tidak terlambat berpacu dengan bencana terutama pengaturan tentang tata ruang yang mengacu pada natural sistem.



5.2



Jenis-jenis Alternatif Penanganan



Konsultan mengusulkan beberapa alternative pananganan yang akan dibahas pada bab ini, yaitu:



A. Alternatif-1: Pembangunan Sodetan Pembuatan sodetan merupakan suatu cara untuk mengalihkan aliran sungai sehingga tidak melewati suatu areal rendah yang dapat menimbulkan banjir pada saat hujan dikarenakan naiknya muka air sungai. Selain itu pembuatan sodetan akan memperpendek jarak tempuh aliran menuju hilir. Pembuatan sodetan biasanya memakan biaya yang sangat besar selain itu akan mempengaruhi morfologi sungai apalagi bila perencanaannya tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Apabila dilakukan sodetan terhadap Sungai Penyak maka total panjang trase sodetan sekitar 2.000 m. Biaya pengerukan dengan alat berat berkisar Rp 200.000/m3. Dengan dimensi yang paling minimal yaitu lebar saluran 20 m, kedalaman 2 m dan kemiringan saluran 1:1 maka akan memakan biasa sampai sekitar 12 Milyar Rupiah.



B. Alternatif-2 : Tanggul Salah satu upaya paling sederhana untuk menghindari terjadinya banjir akibat luapan air sungai pada suatu daerah adalah dengan menaikkan tinggi tebing sungai alami/eksisting yang akan memperbesar kapasitas pengaliran. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun tanggul di sepanjang kedua sisi sungai. Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul merupakan bangunan menerus yang sangat penting serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar. Bahan tanah biasanya diperoleh dari hasil galian di kanan kiri trase rencana tanggul atau dapat diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi dilaksanakan



sungai,



berupa



bersamaan



galian



dengan



pelebaran pembangunan



alur



sungai,



tanggul.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



yang



Selain



biasanya itu



tanah



5-7



Bab 5



Alternatif Penanganan



merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Apabila di beberapa tempat



terjadi



kerusakan



tanggul, perbaikannya sangat



mudah



dan



cepat



menggunakan tanah yang tersedia di sekitar lokasi kerusakan. Biaya konstruksi tanggul pasangan batu berkisar antara 300 ribu - 400 ribu per m3. Dengan tinggi tanggul 2 m maka akan didapat harga permeter lari sekitar 600-800 ribu. Tanggul sepanjang 2000 m akan memakan biaya sekitar 1,3 Milyar Rupiah.



C. Alternatif-3 : Pembangunan Sistem Drainase Penyebab banjir yang paling umum terjadi di suatu pemukiman terutama perkotaan adalah tidak berfungsinya saluran drainase yang ada. Hal tersebut bisa disebabkan: 1. Tertutupnya saluran karena tebing saluran runtuh 2. Berkurangnya daya tampung saluran karena timbunan sedimen 3. Berkurangnya daya tampung saluran karena timbunan sampah 4. Kemiringan saluran yang tidak memadai. 5. Curah Hujan yang melebihi kapasitas saluran



5.3



Pemilihan Alternatif



Dari ketiga alternative di atas maka akan dibuat criteria pemilihan alternative untuk memperoleh yang paling efektif. Kriteria pemilihannya adalah sebagai berikut.



Untuk hasil penilaian berdasarkan criteria di atas adalah sebagai berikut.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



5-8



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



Aspek Sosial



Kemampuan menahan sedimentasi dan banjir



Operasi dan Pemeliharaan



3



4



5



*) Skala Bobot: 3 : Sangat Penting 2 : Penting 1 : Cukup Penting



Kemudahan Pelaksanaan



2



JUMLAH



Biaya Pelaksanaan



Aspek yang Ditinjau



1



No.



100



10



20



20



20



30



Bobot Tanggul Pasangan Batu 2000 m



Pembangunan Sodetan



Saluran harus dipelihara terhadap sedimentasi



Tidak akan menimbulkan efek terhadap aspek sosial



Secara konstruksi adalah paling mudah untuk dilaksanakan



Pemeliharaan meliputi perbaikan tanggul yang rusak



Hanya akan ada kegiatan pemeliharaan terhadap saluran



Sedimentasi dan banjir akan terus terjadi di lokasi Banjir di pemukiman akan teratasi karena volume karena bangunan yang dikonstruksi bukan air hujan dan aliran air masuk dari Sungai Penyak bertujuan untuk menahan sedimentasi dan banjir akan langsund dialirkan langsung ke laut



Dilihat dari aspek sosial akan cukup berat Tidak akan menimbulkan efek terhadap aspek konsekuensinya karena pemindahan bukan hanya sosial memindahkan tanah dan rumah saja tetapi harus diperhatikan aspek keberlanjutannya



Pelaksanaan akan lebih sulit karena harus terlebih Secara konstruksi akan lebih mudah dahulu memindahkan penduduk yang terlewati oleh dilaksanakan, hanya elevasi muka air di Sungai trase saluran sodetan tersebut Penyak akan memberikan sedikit kendala



Sedimentasi dan banjir akan teratasi atau paling tidak pada musim-musim basah akan tereduksi dengan angka yang cukup signifikan



Pembangunan Sistem Drainase



Alternatif 3



Biaya konstruksi tanggul pasangan batu berkisar Biaya Pembangunan Sistem Saluran Drainase antara 300 ribu - 400 ribu per m3. Dengan tinggi pada suatu pemukiman seluas 300 Ha adalah tanggul 2 m maka akan didapat harga permeter sekitar 7 Milyar Rupiah lari sekitar 600-800 ribu. Tanggul sepanjang 2000 m akan memakan biaya sekitar 1,3 Milyar Rupiah.



Jenis Alternatif Alternatif 2



Alternatif 1



Kriteria Pemilihan Alternatif



Total panjang trase sodetan sekitra 2.000 m. Biaya pengerukan dengan alat berat berkisar Rp 200.000/m3. Dengan dimensi yang paling minimal yaitu lebar saluran 20 m, kedalaman 2 m dan kemiringan saluran 1:1 maka akan memakan biasa sampai sekitar 12 Milyar Rupiah.



Tabel 5.1



Bab 5 Alternatif Penanganan



5-9



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



Aspek Sosial



Kemampuan menahan sedimentasi dan banjir



Operasi dan Pemeliharaan



3



4



5



*) Skala Nilai: 3 : Sangat Baik 2 : Baik 1 : Kurang



Kemudahan Pelaksanaan



2



JUMLAH



Biaya Pelaksanaan



Aspek yang ditinjau



1



No.



Tabel 5.2



10



20



20



20



30



Bobot



3



1



1



1



1



120



30



20



20



20



30



Nilai x bobot



2



2



3



2



3



Nilai



250



20



40



60



40



90



Nilai x bobot



2



3



3



3



2



Nilai



260



20



60



60



60



60



Nilai x bobot



Pembangunan Sistem Drainase



Tanggul Pasangan Batu 2 KM



Pembangunan Sodetan Nilai



Alternatif 3



Alternatif 2



Alternatif 1



Hasil Penilaian Pemilihan Alternatif



Bab 5 Alternatif Penanganan



5-10



Bab 5



Alternatif Penanganan



Dari hasil matrikulasi pemilihan alternative di atas, alternative-3 mempunyai nilai lebih besar daripada 3 alternatif lainnya, sehingga konsultan menyarankan adanya Pembangunan Sistem Drainase (Alternatif-3) untuk solusi penangan banjir di Desa Penyak.



LAPORAN INTERIM  SID Pengendalian Banjir Sungai Penyak di Kabupaten Bangka Tengah



5-11