Laporan Jurnal Refleksi Halusinasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN JURNAL REFLEKSI PASIEN DENGAN GANGGUAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Ny. M DI UGD RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO JAWA TENGAH Nama Mahasiswa



: Fara Dila Santi



NIM



: P1337420916012



Program Studi Profesi NERS Poltekkes Kemenkes Semarang



KRONOLOGI PENERIMAAN DAN PENGKAJIAN PASIEN Pasien berinisai Ny. M. 50 tahun dengan status belum menikah, pekerjaan pembantu rumas tangga datang ke UGD RSJD dr. Amino Gondohutomo Jawa Tengah pada pukul 13.15 WIB di bawa oleh petugas LMS di Pekalongan bersama dengan satu pasien lainnya. Alasan masuk adalah pasien sering berbicara sendiri dan berteriak teriak, dan sering ngomel-ngomel sendiri mengaku bahwa ia adalah seorang artis bintang film terkenal di televise yang sudah selesai melaksanakan perkuliahan. Selain itu pasien juga sudah 3 hari tidak mandi dan badan berbau tidak sedap. Faktor predisposisi, klien pernah mengalami gangguan jiwa dengan serangan pertama pada tahun 2014, dan terus berulang selama 5 kali, dengan riwayat pengobatan yang kurang teratur. Klien tidak terkaji apakah mengalami trauma pada masa lalunya, atau adakah pengalaman di masa lalunya yang tidak menyenangkan. Pada saat pengkajian, didapatkan hasil pemeriksaan fisik, TD: 130/70 mmHg, N: 98x/ menit, S: 36,6oC, dan RR: 21x/ menit dengan BB 53 Kg, dan TB 150 cm serta memiliki keluhan fisik yaitu gatal-gatal pada bagian lengan kanan, yang dipenuhi bentol-bentol serta luka bekas garukan. Pasien tidak memiliki gangguan psikosoisal. Status mental pasien tergambarkan oleh penampilan pasien yang tidak rapi dan kucel, pembicaraan cepat koheren, aktivitas motorik normal, afek dan emosi afek baik, alam perasaan gembira, interaksi selama wawancara pasien mudah tersinggung karena ia menganggap semua orang harusnya sudah tau siapa dirinya karena ia adalah seorang artis terkenal, kontak mata baik. Pasien memiliki gangguan persepsi sensori



halusinasi pendengaran dan penglihatan yang masih sangat kuat, sering terjadi selama wawancara dengan durasi sekitar 1 menit, pasien mengatakan ia melihat bayangan wanita yang membisikkan sesuatu yang tidak jelas, pasien terlihat agak kaget dan ketakutan ketika halusinasinya muncul dan ia mengatakan halusinasinya sering muncul sejak sekitar 2 minggu yang lalu. Proses piker pasien baik, kesadaran composmentis, daya ingat jangka panjang dan pendek pasien baik. Tingkat konsentrasi pasien mudah beralih, pasien tidak memiliki gangguan penilaian, daya tilik dirinya buruk. Kegiatan hidup sehari-hari pasien semua normal kecuali pada pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pasien yang terganggu, ia sering tidak bisa tidur dan apabila pasien bisa tertidur ia sering terbangun. Setelah pengkajian selesai, Ny. M dilakukan pemeriksaan penunjang seperti EKG dan pengambilan sampel darah untuk pengecekan laboratorium. Setelah pengambilan darah kondisi pasien gaduh gelisah dan dilakukan restrain/ fiksasi untuk menstabilkan kondisi klien dan meminimalkan resiko cidera baik bagi klien atau orang-orang disekitar. Setelah meminta persetujuan dari petugas LSM untuk melakukan prosedur restrain, pasien pun diikat di bed, pasien awalnya menolak dan mengamuk, seluruh ekstremitas ditekuk dan sangat kaku, dengan petugas kesehatan sejumlah 6 orang yang terdiri dari mahasiswa, perawat UGD serta dokter muda akhirnya pasien berhasil di fiksasi. Pasien pun dipantau kondisinya paska fiksasi dengan cara medikasi dan secara fisik. Pasien masih ngomel-ngomel mengenai tangan dan kakinya yang sakit karena diikat. DISKRIPSI PERASAAN Sebagai mahasiswa saya merasa beruntung karena diijinkan praktek di IGD sebuah RSJ sehingga bisa melihat kondisi pasien yang pertama kali di bawa ke RSJ. Ekspektasi awal saya adalah saya akan melihat pasien-pasien yang mengamuk di pintu IGD, meracau tidak karuan bahkan membahayakan bagi kami mahasiswa praktikan dan perawat IGD. Ternyata saya salah, tidak semua pasien yang dibawa di IGD RSJ adalah pasien yang gaduh gelisah, dengan perilaku kekerasan. Adapula pasien yang kooperatif seperti Ny.M ini, meskipun dengan halusinasi yang kuat. Saat Ny.M di injeksi terjadi penolakan dalam dirinya terhadap rasa sakit yang menyebabkan pasien menjadi gaduh gelisah dan tidak percaya lagi kepada orang-orang disekitarnya. Proses restrain yang berlangsung banyak melewatkan tahapan-tahapan yang seharusnya dilalui.



Berikut adalah SOP pemasangan restrain: Preinteraksi 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien instruksi restrain/terapi psikofarmakoterapi 2. Siapkan Tim 3. Siapkan alat-alat 4. Siapkan lingkungan yang aman 5. Siapkan medikasi bila perlu sesuai advise dokter (Diazepam Injeksi 1 ampul (IM/IV) Haloperidol injeksi 1 ampul (IM)) Tahap orientasi 6. Berikan salam, panggil klien dengan namanya 7. Jelaskan dan lakukan kontrak Prosedur, tujuan, lamanya di restrain kepada klien dan keluarga bila perlu kontrak sepihak. Tahap kerja 8. Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk menghentikan perilakunya 9. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan pengikatan 10. Tawarkan untuk menggunakan medikasi daripada dilakukan pengikatan. (Jangan tawar menawar dengan pasien) 11. Jangan membiarkan pasien berfikir tentang keraguan kita untuk melakukan pengikatan. 12. Staf yang akan melakukan pengikatan harus sudah berada di tempat Susunan tim (5-6 orang) :   



Empat orang menahan anggota gerak Satu mengendalikan kepala Satu melakukan prosedur pengikatan



13. Siapkan peralatan dan medikasi 14. Lakukan pengikatan 



Tiap anggota gerak satu ikatan



  



Ikatan pada posisi sedemikian rupa agar tidak mengganggu aliran cairan IV jika diperlukan Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi Lakukan pemeriksaan vital sign (tiap ½ jam)



15. Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf 16. Manset / restrain diperiksa tiap 60 menit demi kenyamanan 17. Merubah posisi tiap 60 menit 18. Monitor tanda-tanda vital tiap 60 menit 19. Kolaborasi dengan medis untuk medikasi antipsikotik potensi tinggi dengan interval 30-60 menit. (contoh: Haloperidol 5-10 mg, peroral/injeksi IM) 20. Observasi gejala Ekstra Piramidal Sindrome (EPS) dalam 24 jam pertama, Pada umumnya berespon sebelum diberikan total dosis 50 mg, bila EPS terapi Trihexyphenidil 2mg, dan diphenhydramin 50mg (IM/IV). Restrain | Blok Sistem Neurobehaviour II 21. Setelah pasien dapat dikendalikan, satu manset sekali waktu harus dilepas dengan interval 5 menit, bergantian kiri dan kanan 22. Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak menganjurkan mengikat pasien dengan satu ikatan pada anggota gerak) Terminasi 23. Evaluasi perasaan klien 24. Pastikan pasien nyaman dan ikatannya baik 25. Lakukan kontrak untuk bisa dilepaskan ikatannya Dokumentasi 26. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan



Dari SOP diatas ada beberapa prosedur yang terlewatkan/ tidak sesuai urutan saat pemasangan restrain yaitu diantaranya:     



Manset / restrain diperiksa tiap 60 menit demi kenyamanan Merubah posisi tiap 60 menit Monitor tanda-tanda vital tiap 60 menit Setelah pasien dapat dikendalikan, satu manset sekali waktu harus dilepas dengan interval 5 menit, bergantian kiri dan kanan Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak menganjurkan mengikat pasien dengan satu ikatan pada anggota gerak)



Prosedur tersebut tidak dilaksanakan saat Ny.M dilakukan tindakan restrain. Bedasarkan paparan tersebut implikasi pada diri saya saya harus meningkatkan kemampuan saya dalam hal pengkajian, terutama pada pasien dengan gangguan jiwa. Selin itu saya juga harus sudah memahami SOP suatu prosedur tindakan agar ketika tindakan itu hendak dilakukan saya sudah mengetahui prosedurnya, tata urutannya sehingga tidak ada prosedur atau tahapan yang tidak dilakukan serta menimbulkan kerugian pada pasien.