Laporan Kasus CT Scan Abdomen (Rev-3) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN MSCT WHOLE ABDOMEN NON KONTRAS 3D PADA KASUS VESICOLITHIASIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan III



Disusun Oleh : AMAJIDA RIZKY WILUJENG P1337430219105



TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2021



HALAMAN PENGESAHAN



Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan kasus guna memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan III Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang. Nama



: Amajida Rizky Wilujeng



NIM



: P1337430219105



Kelas



: 3C



Judul Laporan Kasus



: ”LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN MSCT WHOLE ABDOMEN NON KONTRAS 3D PADA KASUS VESICOLITHIASIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN”



Sragen,13 November 2021 Clinical Instructure



Pembimbing Laporan Kasus



Sutarman,Amd.Rad



Suyatno, S.ST



NIP. 19770504 200604 1 015



NIP. 198104302005 01 1005



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Laporan Kasus Teknik Pemeriksaan MSCT Whole Abdomen Non Kontras 3D Pada Kasus Vesicolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen” Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) III, Teknologi Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Semarang yang bertempat di instalasi radiologi RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen. Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd,MHP 2. Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang, ibu Fatimah,SST,M.Kes 3. Ketua Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan Program Sarjana Terapan, ibu Dartini,SKM.,M.Kes 4. Kepala Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen, dr. Prasetyo Budi Dewanto, MSc., Sp.Rad 5. Clinical Instructure PKL III di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen, bapak Sutarman,Amd.Rad 6. Seluruh Radiografer, Staf, dan Karyawan Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen. 7. Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan doa, cinta kasih serta dukungan moral dan material yang tak ternilai harganya. 8. Teman sejawat dan seperjuangan yang sudah menjadi teman baik selama Praktek Kerja Lapangan III



ii



9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini sehingga dapat selesai tepat waktu dan hasil yang baik. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.



Sragen,13 November 2021 Penulis



Amajida Rizky Wilujeng NIM. P1337430219105



iii



DAFTAR ISI



BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 1.1



Latar Belakang .................................................................................................. 1



1.2



Rumusan Masalah ............................................................................................ 2



1.3



Tujuan Penulisan .............................................................................................. 3



1.4



Manfaat Penulisan ............................................................................................ 3



1.5



Sistematika Penulisan ....................................................................................... 3



BAB II ................................................................................................................................ 5 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 5 2.1 Anatomi.................................................................................................................... 5 2.2 Patologi Vesicolithiasis ........................................................................................... 8 2.3 Dasar-Dasar CT-Scan ........................................................................................... 10 2.4 Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Abdomen ........................................................ 14 BAB III ................................................................................................................... 22 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 22 3.1



Paparan Kasus ................................................................................................ 22



3.2



Pembahasan ..................................................................................................... 27



BAB IV ............................................................................................................................. 30 PENUTUP ........................................................................................................................ 30 4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 30 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 31 LAMPIRAN..................................................................................................................... 32



iv



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Ginjal……………………………………………………6 Gambar 2.2 Ureter……………………………………………………………...7 Gambar 2.3 Anterior View Urinari Bladder……………………………………7 Gambar 2.4 Vesicolithiasis……………………………………………………..8 Gambar 2.5 Potongan Axial 1……………………………………………...….16 Gambar 2.6 Posisi Irisan Abdomen……………………………………...…….17 Gambar 2.7 Irisan CT Scan dan Jaringan pada Abdomen………………...…...17 Gambar 2.8 Jaringan CT Scan dan Jaringan Abdomen………..………………18 Gambar 2.9 Potongan CT Scan Axial 9 dan Jaringan Abdomen…..…………..19 Gambar 2.10 Potongan CT Scan Axial 13 dan Jaringan Abdomen……………20 Gambar 2.11 Potongan CT Scan Axial 15 dan Jaringan Abdomen…………….21 Gambar 3.1 Gambar alat CT-Scan di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen……………………………….…………………………………………...23 Gambar 3.2 Apron, selimut, dan bantal kepala…….…………………………....23 Gambar 3.3 Kontrol Table…………………………………….…………………24



5



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Computed Tomography merupakan salah satu sarana penunjang penegakan diagnosa yang menggunakan gabungan dari sinar-x dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar berupa variasi irisan tubuh manusia. Sebagai alat untuk menunjang penegakan diagnosa, CT Scan diharapkan dapat memberikan gambaran yang informatif terutama informasi anatomis yang dikehendaki (Seeram 2016). Multi Slice CT atau Helical CT dilakukan dengan menggerakan meja pasien dengan kecepatan yang konstan melewati gantry CT secara kontinyu saat tabung x-ray berputar disekitar pasien. Volume data gambar secara kontinyu dihasilkan pada satu kali tarikan nafas. Teknik ini meningkatkan kecepatan akuisisi citra, memungkinkan pemeriksaan dengan opasitas kontras, dan menghilangkan artefak dan kesalahan yang disebabkan oleh misregistrasi dan variasi dalam pernafasan pasien. (Brant, 2012). MSCT adalah sebuah modalitas imaging yang sangat sering diterapkan dalam menentukan malignansi ginjal dan traktus urinarius. Pemeriksaan CT Scan Abdomen tanpa kontras dapat memperlihatkan calculus urinaria, renal cysts, dan tumor (Bruening, 2006). Vesicolithiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih,batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organic (Suyono,2007). Batu ini muncul ketika terdapat defisiensi substansi tertentu,seperti kalsium oksalat,kalsium fosfat,dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisinesi substansi tertentu seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Arora P. Et al, 2006).



1



CT Scan Abdomen non kontras biasanya digunakan dalam mengevaluasi batu pada saluran kemih.kalsifikasi hemorage,dan tolak ukur atenuasi untuk pemeriksaan CT Scan Abdomen kontras untuk memperlihatkan suspek massa ginjal. CT Scan Whole Abdomen non kontras vesicolithiasis adalah pemeriksaan MSCT traktur urinarius yang dilaksanakan tanpa media kontras oral maupun intra vena untuk mendeteksi kalsifikasi pada tractus urinarius dan menampakkan batu lainnya (Brant,2012). Pemeriksaan MSCT Abdomen dalam menampakkan kelainan traktur urinarius tidak diperlukan persiapan apapun, termasuk kontras positif maupun negative baik oral maupun intra vena. Pada kasus seperti batu di tractus urinarius cukup menggunakan rekonstruksi axial, coronal, dan sagital. Namun di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen menggunakan rekonstruksi tambahan 3D. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai prosedur pemeriksaan MSCT Abdomen Non Kontras di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan mengangkatnya dalam bentuk laporan kasus dengan judul: “LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN MSCT WHOLE



ABDOMEN



VESICOLITHIASIS



DI



NON



KONTRAS



INSTALASI



3D



PADA



RADIOLOGI



KASUS



RSUD



DR.



SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN” 1.2 Rumusan Masalah Dalam penyusunan laporan kasus dengan judul “Laporan Kasus Teknik Pemeriksaan MSCT Whole Abdomen Non Kontras 3D Pada Kasus Vesicolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”,penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan MSCT Whole Abdomen Non Kontras 3D Pada Kasus Vesicolithiasis Di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen?



2



2. Mengapa pada pemeriksaan MSCT Whole Abdomen Non Kontras 3D Di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen diperlukan rekonstruksi 3D? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari perumusan masalah tersebut adalah : 1.



Mengetahui Prosedur Pemeriksaan MSCT Abdomen Non Kontras Pada Kasus Vesicolithiasis Di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.



2.



Mengetahui alasan mengapa pada pemeriksaan MSCT Whole Abdomen Non Kontras 3D di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen diperlukan rekonstruksi 3D



1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan laporan kasus ini antara lain : 1. Bagi Penulis. Dapat mengetahui lebih lanjut tentang prosedur teknik pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3D pada kasus vesicolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. 2. Bagi Rumah Sakit. Sebagai masukan bagi Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen tentang pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3D pada kasus vesicolithiasis. 3. Bagi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang Guna menambah wawasan bagi mahasiswa dan mahasiswi tentang pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3D pada kasus vesicolithiasis. 1.5 Sistematika Penulisan Guna memudahkan dalam memahami isi laporan kasus ini,maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I



: Pendahuluan Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.



3



BAB II



: Tinjauan Teori Bab ini menjelaskan tentang anatomi fisiologi, patologi dan teknik pemeriksaan CT-Scan whole abdomen 3D pada kasus vesicolithiasis.



BAB III : Hasil Pengamatan dan Pembahasan Bab ini berisi tentang paparan kasus, pelaksanaan pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan pembahasan. BAB IV : Penutup Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Anatomi Sistem urinaria terdiri dari atas dua buah ginjal,dua saluran ureter, kandung kemih dan urethra. Fungsi dari pada ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat sisa dari darah, mengatur cairan dan elektrolit dalam tubuh. Ginjal normal dapat mengekskresikan 1-2 L urine per hari. 2.1.1 Ginjal Ginjal terletak di retroperitoneal abdomen pada bagian inferior pada kedua sisi kolumna vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal ke-12 dan lumbal 3. Ginjal kiri terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena adanya liver. Penahan ginjal agar tetap berada di belakang peritoneum parietal adalah sebuah masa lemak peritoneum (kapsul adiposa) dan jaringan penghubung yang disebut fasia gerota (subserosa) serta kapsul fibrosa (kapsul renal) membentuk pembungkus luar dari ginjal itu sendiri (Black & Hawk,2014). Bila dibelah, bagian dalam ginjal memiliki tiga bagian yang berbeda, yaitu korteks, medulla, dan pelvis. Bagian eksternal atau korteks renal berwarna terang dan tampak bergranula. Bagian ginjal ini berisi glomerulus, kumpulan kecil kapiler. Glomerulus membawa darah menuju dan membawa produk sisa dari nefron (LeMone,2015).



5



Gambar 2.1 Anatomi Ginjal



Satuan fungsi ginjal disebut nefron. Setiap nefron terdiri atas: (1) Kumpulan kapiler disebut glomerulus yang akan memfiltrasi sejumlah besar cairan dan darah (2) Tubulus panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urine dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal (Guyton & Hall,2014). 2.1.2 Ureter Masing-masing ureter memiliki panjang 10-12 inci. Uretra terletak di jaringan penghubung ekstraperitoneal dan memanjang secara vertical sepanjang otot psoas menuju ke pelvis. Setelah memasuki rongga pelvis, ureter memanjang ke anterior untuk bergabung dengan kandung kemih di bagian posterolateral. Ureter memiliki tiga penyempitan,yaitu: (1) Di tempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter (2) Di tempat ureter melengkung saat menyilang apertura pelvis superior (3) Di tempat ureter menembus dinding vesica urinaria.



6



Gambar 2.2 Ureter



2.1.3 Bladder Kandung kemih merupakan organ kosong yang terletak pada separuh anterior dari pelvis, di belakang simfisis pubis. Jarak antara kandung kemih dan simfisis pubis diisi oleh jaringan penghubung yang longgar, yang memungkinkan kandung kemih untuk melebar ke arah kranial ketika terisi (Black & Hawks,2014). Pada laki-laki,kelenjar yang mengelilingi bagian proksimal dari uretra adalah kelenjar prostat. Kelenjar prostat terletak di bagian inferior dari kandung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang meningkatkan motalitas sperma selama reproduksi. (Bontrager’s 2018).



Gambar 2.3 Anterior View Urinari Bladder



7



Dinding kandung kemih terdiri dari (1) Lapisan sebelah luar atau peritoneum (2) Tunika muskularis atau lapisan berotot (3) Tunika sub mukosa (4) Lapisan mukosa atau dinding bagian dalam. 2.1.4 Uretra Uretra adalah saluran keluar dari dasar kandung kemih ke permukaan tubuh. Uretra pada laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan besar. Uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan sedikit melengkung ke depan ketika mencapai bukaan keluar atau meatus. Pada laki-laki,uretra merupakan saluran gabungan untuk system reproduksi dan pengeluaran urine. 2.2 Patologi Vesicolithiasis Vesikolithiasis merupakan batu yang terdapat pada kandung kemih yang terdiri atas substans yang membentuk kristal seperti kalsium oksalat, fosfat kalsium, asam urat dan magnesium.



Gambar 2.4 Vesicolithiasis



Menurut (Basuki, 2009) bahwa batu kandung kemih disebabkan oleh adanya infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolism kalsium)



8



Faktor-faktor yang mempengaruhi batu kandung kemih adalah : 1. Hiperkalsiuria Yaitu peningkatan kadar kalsium dalam urin,disebabkan karena hiperkalsiuria idiopatik,kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium. 2. Hipositraturia Yaitu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih khususnya sitrat. 3. Hiperurikosuria Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih. 4. Penurunan jumlah air kemih Dikarenakan cairan yang terlalu sedikit. 5. Jenis cairan yang diminum Minuman yang banyak bersoda,minuman kemasan,dan lain-lain. 6. Hiperoksalouria Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45mg/hari),kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium,peningkatan absorbs kalsium intestinal,dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang menganggu absorbs garam empedu. 7. Ginjal spongiosa medula Disebabkan karena volume air kemih sedikit,batu kalsiium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolic) 8. Batu asam urat Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah,dan hiper uricosuria (primer dan sekunder) 9. Batu struvite Batu struvite disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease.



9



2.3 Dasar-Dasar CT-Scan 2.3.1 Definisi MSC Multi Slice Computed Tomography adalah salah satu kemajuan generasi dalam pencitraan, dimana prinsip dasar MSCT yaitu dengan pergerakan tabung sinar-X yang berputar secara stasioner dan memancarkan sinar- X secara kontinyu. Berkas sinar-X yang menembus objek mengalami perlemahan (atenuasi), selanjutnya



ditangkap oleh



beberapa detektor yang ikut berputar secara stasioner dan kontinyu, diiringi dengan pergerakan pasien oleh meja pemeriksaan, melalui bidang penyinaran sehingga akan dihasilkan multi slice (Bontrager, 2018). ). Pada MSCT memakai teknologi multi detektor array, sehingga gambar yang dihasilkan memiliki tingkat kecepatan scanning dan coverage lebih baik daripada single slice CT. Perbedaan MSCT dan single slice yaitu menggunakan multiple row detektor (2D detector array), yang sebelumnya menggunakan single row detector (1D detector array) (Seeram, 2016). 2.3.2 Data Akuisisi Akuisisi data adalah salah satu faktor yang berpengaruh besar pada kualitas citra CT, seperti rekonstruksi citra (Seeram 2016). Perbedaan utama dalam akuisisi data geometri slice dan MSCT scanner adalah bahwa MSCT scanner memanfaatkan array detektor yang terhubung ke tabung X-ray. Pada MSCT, X-ray beam terkolimasi ke seluruh array detektor. Slice thickness ditentukan oleh lebar berkas sinar dan jumlah baris dari detektor. Sebagai contoh, 16 baris detektor array dengan lebar pre-kolimator dari 32 mm akan menghasilkan 16 slice masingmasing dengan ketebalan 2 mm (Seeram,2016). Slice thickness ditentukan oleh pra dan pasca kolimasi pada pasien. Slice thickness dalam rekonstruksi citra dapat berbeda dengan akuisisi data, yaitu slice yang tebal dapat dihasilkan dari akuisisi slice yang tipis namun ada



10



efek selanjutnya terhadap kualitas citra. Setelah slice thickness ditentukan, pada tahap berikutnya tidak dapat direkonstruksi menjadi slice yang lebih tipis. Kerugian dari sinar yang bertambah lebar adalah peningkatan radiasi scatter karena area yang tidak discan pada pasien lebih besar. 2.3.3 Parameter Multislice CT-Scan 1. Slice Thickness Slice thickness adalah ketebalan irisan atau potongan dari objek yang diperiksa yang mengindikasikan jumlah organ yang diperiksa pereksposi. Nilainya dapat dipilih antara 1-10 mm sesuai dengan keperluan diagnosa, scanning dapat berlanjut dengan memakai slice thickness 5 mm, 2 mm atau 1mm di daerah yang strukturnya kecil. Semakin tipis slice thickness maka akan semakin baik detail gambar yang diperoleh. Slice adalah kemampuan untuk menggabungkan detector row dan menggunakan pre dan post patient kolimasi. Variasi slice kolimasi yaitu 4 -5 mm, 4-2½ mm, 4 -1 mm dan 2 -½ mm untuk desain yang lainnya. Hal ini penting untuk catatan bahwa slice thickness merupakan kemampuan untuk membedakan gambaran antar jaringan selama akuisisi (slice kolimasi). Semakin tipis slice thickness akan meningkatkan spatial resolution tetapi akan menambah signal to noise (Seeram, 2016). 2. Range Range atau rentang adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness. Range bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada satu lapangan pemeriksaan. 3. Faktor Eksposi Pengoperasian konsul yang khas meliputi pengontrolan dan pengawasan untuk berbagai faktor teknis. Faktor eksposi pada



11



pesawat CT- Scan hampir sama dengan pesawat radiografi konvensional. Faktor eksposi tersebut meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s). Pengoperasian biasanya melebihi 120 kVp, sedangkan arus tabung pada sinar-X yang bersifat kontinyu adalah 100 mA dan untuk sinar yang bersifat pulsa maka arus tabung yang digunakan adalah beberapa ratus mA. Untuk waktu yang diperlukan setiap scanning dapat dipilih antara 1 sampai 5 detik. 4. Field Of View Field of View merupakan diameter maksimum dari gambaran yang direkontruksi. Jika FoV diperbesar (12 cm menjadi 20 cm) dengan ukuran matriks yang tetap maka ukuran pixel akan mengalami pembesaran yang proposional, namun jika ukuran matriks diperbesar (misal 512 x 512 menjadi 1024 x 1024) dengan FOV tetap maka ukuran pixel akan semakin kecil, sehingga resolusi gambar semakin baik. 5. Gantry Tilt Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara 120 sampai 300 (Seeram, 2016). Penyudutan dari gantry bertujuan untuk mengkompensasi penyudutan dari organ yang diperiksa. 6. Rekontruksi Matriks Rekonstruksi matriks adalah jumlah deretan baris dan kolomdari picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Ukuran matriks dapat dipilih dari 64 x 64 sampai 1024 x 1024. Rekonstruksi matriks ini berpengaruh terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan, semakin tinggi matriks yang digunakan maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan (Seeram, 2016).



12



7. Rekontruksi Algoritma Rekonstruksi Algorithma merupakan



rekonstruksi



otomatis



sehingga gambar dapat ditampilkan pada monitor. Rekonstruksi algorithma digunakan untuk mengubah hasil konversi dari perlemahan sinar-x menjadi gambaran CT-Scan. 8. Window Width Window width adalah rentang nilai computed tomography yang akan dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengelolahan gambar melalui rekontruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit) yang diambil dari nama penemu CT-Scan kepala pertama kali yaitu Godfrey Hounsfield. Untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai + 3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai ini adalah air dengan yang dimiliki –1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan jaringan atau substansi lain dengan nilai berbeda-beda pula tergantung pada tingkat perlemahannya. Dengan demikian penampakan tulang dalam monitor menjadi putih dan penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna abu- abu yang bertingkat yang disebut Gray Scale. Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika diberi media kontras Iodine (Bontrager, 2017). 9. Window Level Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampakan gambar. Nilainya dapat dipilih tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. window width (WW) dan window level (WL) dapat diatur pada skala tertentu sesuai dengan struktur organ yang diperiksa. Jika



13



window width dinaikkan maka kontras akan berkurang dan jika window width diturunkan maka kontras bertambah (Seeram, 2016). 10. Pitch Pitch adalah pergerakan meja perotasi dibagi slice thickness. Pitch berpengaruh pada kualitakan meningkatkan volume gambaran karena berpengaruh pada resolusi gambar sepanjang z-axis. 2.4 Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Abdomen 2.4.1 Pengertian Teknik pemeriksaan CT-Scan abdomen adalah teknik pemeriksaan secara radiologi untuk mendapatkan informasi anatomis irisan atau penampang melintang abdomen. 2.4.2 Indikasi Pemeriksaan Indikasi pemeriksaan CT-Scan abdomen diantaranya adalah: 1.



Batu ginjal



2.



Nephrolithiasis



3.



Vesicolithiasis



4.



Hemangioma



5.



Adrenal adenoma



6.



Urolithiasis



7.



Hydronephrosis



8.



Colic ginjal



9.



Cholelithiasis



2.4.3 Persiapan Pemeriksaan 1. Persiapan Pasien Pada pemeriksaan ini, malam hari sebelum pemeriksaan, pasien diminta untuk melakukan urus-urus lalu berpuasa hingga pemeriksaan dilakukan. Umumnya pemeriksaan dilakukan dengan kombinasi oral dan IV kontras, kecuali yang bersifat emergency. Pada kasus seperti batu dan focal lesi cukup



14



digunakan air sebagai kontras, hal ini untuk menghindari tertutupnya gambaran batu jika kita menggunakan kontras positif. 2. Persiapan Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu: ( Seeram , 2001 ) a) Pesawat CT Scan b)Injektor c) Baju dan selimut untuk pasien d)Tabung oksigen e) Head holder f) Body clamp g)Plaster 2.4.4 Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan CT Scan Whole Abdomen 3D dengan potongan axial, sagittal, coronal, dan 3D adalah sebagai berikut: 1.



Posisi Pasien Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi head first dan diletakkan di head holder.



2.



Posisi Obyek Kepala diatur hingga mid sagittal plane sejajar dengan lampu indikatir longitudinal. Tangan diletakkan di samping tubuh.



3.



Proteksi Radiasi Proteksi radiasi pada pemeriksaan CT-Scan kepala adalah sebagai berikut ; ( Seeram, 2001 ) a. Konsultasi kepada dokter radiolog atau dokter spesialis yang dituju apakah pemeriksaan dengan CT-Scan benarbenar diperlukan. b. Bagian tubuh yang tidak diperiksa diberi apron



15



4.



Parameter CT-Scan a. Range



:



Dari



proc



xypoideus



hingga



simpisis pubis b. Scanogram



: Abdomen AP. Diatur hingga MSP pasien berada pada long axis



5.



c. Slice Thickness



: 10mm



d. Scan Time



: 2s



e. Gantry Tilt



: 0 derajat



f. kV



: 120



g. mA



: 250



Hasil Imejing CT-Scan Gambar yang dihasilkan pada imejing CT-Scan abdomen pada umumnya adalah sebagai berikut: a. Potongan Axial 1



Gambar 2.5 Potongan Axial 1



16



b. Potongan Axial 3



Gambar 2.6 Posisi Irisan Abdomen



Gambar 2.7 Irisan CT Scan dan Jaringan pada Abdomen



17



c. Potongan Axial 7



Gambar 2.8 Jaringan CT Scan dan Jaringan Abdomen



18



d. Potongan Axial 9



Gambar 2.9 Potongan CT Scan Axial 9 dan Jaringan Abdomen



19



e. Potongan Axial 13



Gambar 2.10 Potongan CT Scan Axial 13 dan Jaringan Abdomen



20



f. Potongan Axial 15



Gambar 2.11 Potongan CT Scan Axial 15 dan Jaringan Abdomen



21



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Paparan Kasus 3.1.1



3.1.2



Identitas Pasien Nama



: Tn. AH



No RM



: 615XXX



Umur



: 39 tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Sukodono,Sragen



Tanggal Pemeriksaan



: 26 Oktober 2021



Unit



: Poli Urologi



Dokter Pengirim



: dr. R. Djoyo., Sp.U



Riwayat Penyakit Pasien datang ke radiologi pada Senin, 25 Oktober 2021 membawa surat permintaan pemeriksaan CT-Scan Whole Abdomen dengan diagosa batu vesika urinaria. Permintaan foto pada lembar tersebut adalah CT-Scan Whole Abdomen dengan irisan axial, coronal, sagital, dan 3D. Radiografer memberikan resep obat urus urus bermerk Niflec dan menjelaskan persiapan yang harus dilakukan oleh pasien. Pada Selasa, 26 Oktober 2021 pasien datang ke Instalasi Radiologi dan langsung dilakukan pemeriksaan. Pasien dapat berjalan dengan baik dan dapat diajak berkomunikasi dengan baik. Pasien kooperatif selama pemeriksaan berlangsung.



3.1.3



Prosedur Pemeriksaan CT-Scan 1) Persiapan Alat a. Pesawat CT-Scan Merk



: Eclos



Type



:CT-Scan ECLOS 16



22



No.Tabung



: 59464 – P3



kV maksimal : 130 mA maksimal : 350



Gambar 3.1 Gambar alat CT-Scan di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen



b. Apron



Gambar 3.2 Apron, selimut, dan bantal kepala



23



c. Kontrol Table



Gambar 3.3 Kontrol Table



d. Selimut e. Film f. Printer g. Bantal Kepala h. Fiksasi kepala 2) Persiapan Pasien Pasien dilakukan perjanjian waktu pemeriksaan atau terprogram karena harus melakukan urus-urus terlebih dahulu. Pasien diberikan resep obat urus urus yang harus dibeli untuk melakukan urus-urus dan diberi penjelasan oleh radiografer mengenai cara mengonsumsi obat tersebut. 3) Teknik Pemeriksaan a. Identifikasi Pasien Sebelum



dilakukan



pemeriksaan,CT



Scan



radiographer terlebih dahulu memasukkan data pasien ke computer, kemudian radiographer memilih protocol pemeriksaan CT-Scan Whole Abdomen.



24



b. Irisan Axial Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine pada meja pemeriksaan dengan posisi kepala pada arah gantry. Kedua lengan diletakkan di samping tubuh, kedua kaki lurus ke bawah, MSP tubuh diatur pada tengah meja pemeriksaan. Posisi Obyek :



MSP



abdomen



diatur



pada



pertengahan meja pemeriksaan. MSP abdomen indicator isoseter



sejajar



dengan



longitudinal dan



lampu



lampu sehingga indicator



horizontal berada pada pertengahan mammae atau pada proc. Xypoideus. Pasien diberi selimut karena pasien harus melepas celana agar bayangan ikat pinggang dan kancing celana tidak mengganggu hasil pencitraan. 4) Proses Pemeriksaan Radiografer mengatur protocol pemeriksaan CTScan Whole Abdomen, lalu dilanjutkan dengan membuat topogram atau scanogram proyeksi AP untuk menentukan daerah irisan. Setelah itu diteruskan dengan pembuatan planning scan yaitu rencana pengambilan gambar atau slice dari proc. Xypoideus hingga simpisis pubis dengan slice thickness 5mm,selanjutnya tekan proceed



dan



scanning



dimulai



serta



akhirnya



pengambilan gambar pun sesuai dengan planning scan.



25



5) Parameter Parameter pemeriksaan CT-Scan Abdomen dengan kasus Vesicolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen adalah: a. Scanogram



: Abdomen AP



b. Slice Thickness



: 5mm



c. kV



: 120



d. mA



: 250



e. Window Width



: 250



f. Window Level



: 40



g. Slice



: 20 irisan



h. Gantry



: 0 derajat



i. Range



: Batas bawah simpisis pubis dan batas atas setinggi proc. Xypoideus.



6) Proses Pencetakan Gambar Setelah scanning selesai dan gambar telah sesuai dengan yang diinginkan, maka gambar selanjutnya diproses oleh radiographer. Radiografer akan memilih gambar mana saja yang dapat dihapus dari frame tanpa mengurangi



kekuatan



radiograf



menegakkan



diagnose.



Tujuan



tersebut dari



untuk



penghapusan



beberapa frame adalah untuk mengurangi penggunaan film yang berlebih. 7) Hasil Bacaan CT-Scan a. Hepar : Ukuran dan densitas normal, permukaan licin, tepi lancip, tak nampak lesi hipo/hiperdens, sistema bilier dan vaskuler intrahepatal tak prominent dan tak melebar. Tak Nampak lesi/nodul



26



b. Lien : Ukuran dan densitas normal, tak nampak lesi hiperdens/hipodens, hillus lienalis tak prominen c. Vesica Felea : Ukuran dan densitas normal. Iumen hypodens, tak nampak batu maupun massa d. Pancreas : Letak, ukuran, dan densitas normal. Tak nampak lesi hiperdens/hipodens, ductus pancreaticus tak melebar e. Ren dextra : Letak, ukuran dan densitas normal. Tampak batu dengan densitas lk + 235 HU dengan ukuran diameter lk 7mm,SPC tak melebar f. Ren sinistra : Letak, ukuran dan densitas normal, tak nampak lesi hipodens/hiperdens, SPC tidak melebar. g. Vesica urinaria : Bentuk, ukuran normal. Dinding licin. Tampak batu dengan ukuran lk 45,3mm x 36,4mm dengan densitas lk + 934 HU h. Rectum : Tampak terisi marker air, tak tampak massa, peri rectal fat baik i. Prostat : Ukuran dan densitas normal, tak nampak lesi hipo/hiperdens KESAN : a. Vesicolithiasis b. Nefrolithiasis dextra c. Tak tampak kelainan : Hepar, Vesika felea, Lien, Pancreas, Ren Sinistra, Prostat 3.2 Pembahasan Pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan whole abdomen dengan kasus vesicolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dilakukan dengan persiapan urus-urus dengan obat bermerk Niflec. Hal ini diperlukan untuk mengosongkan rongga abdomen dari sisa-sisa makanan



27



atau feses sehingga gambaran atau hasil radiograd yang dihasilkan akan optimal. Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, dalam kasus batu pada vesica urinaria, doketer meminta rekonstruksi 3D pada radiograf. Hal ini dikarenakan pada citra 3D, kelainan khususnya batu pada vesika urinaria dapat tervisualisasi dengan baik, mulai dari ukuran batu maupun letak persis batu tersebut. Bahkan tanpa rekonstruksi coronal dan sagittal, dengan rekonstruksi axial dan 3D sudah sangat baik untuk mengakkan diagnose. Pemeriksaan CT Scan whole abdomen dengan kasus vesicolithiasis di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dilakukan dengan posisi pasien supine pada meja pemeriksaan dengan posisi kepala pada head holder. Kemudian radiographer memposisikan pasien dengan mengatur meja pemeriksaan sehingga Mid Sagittal Plane tubuh sejajar dengan lampu indicator longitudinal sehingga isosenter dan lampu indicator horizontal pada mammae sehingga gambaran akan menjadi simetris dan tidak terpotong. Proses pemeriksaan CT whole abdomen dilakukan dengan protocol pemeriksaan abdomen+pelvis dengan slice thickness 5mm, tanpa menggunakan media kontras, dimana kelainan vesicolithiasis sudah verlihat pada potongan axial abdomen. Secara teori pemeriksaan CT Scan whole abdomen menggunakan jumlah slice 6-10 slice dan menggunakan slice thickness 5-10mm. Pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dilaksanakan dengan menggunakan slice thickness 5mm,slice 20 dan scanogram 1 gambar. Penggunaan jumlah slice ini tergantung pada lebar obyek. Sehingga dari pembahasan di atas,penulis berpendapat bahwa tanpa media kontras,jumlah slice 20 dan slice thickness 5mm sudah dapat menegakkan diagnose sesuai yang diinginkan. 28



29



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pelaksanaan pemeriksaan CT Scan whole abdomen dengan kasus vesicolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen terlebih dahulu dilakukan dengan memberi obat urus-urus Niflec kepada pasien sebelum dilakukan pemeriksaan guna untuk mengosongkan rongga abdomen. Teknik pemeriksaan CT Scan whole abdomen di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dilakukan dengan posisi pasien supine dengan protocol pemeriksaan abdomen + pelvis 5mm tanpa menggunakan media kontras,jumlah slice 20 potongan axial,sagittal,coronal,dan 6 slice gambar 3D,scanogram AP,slice thickness 5mm dan batas bawah simpisis pubis dan proc. Xypoideus sebagai batas atasnya.



30



DAFTAR PUSTAKA



Lampignano, John P. 2018. Bontrager’s textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Missouri : Elsevier.



Bruening, R. 2006. Protocols for Multislice CT. Second Edition. New York : Springer



http://repository.ump.ac.id/1367/3/BUYUNG%20PAMBUDI%20BAB%20II.pd f (diakses pada 7 November 2021 pukul 20.00 WIB)



http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-dewisetyon-1121-bab1.pdf (diakses pada 7 November 18.30 WIB)



Drake, Richard. 2019. Gray’s Anatomy for Students, Fourth Edition. USA : Elsevier Saunders.



31



LAMPIRAN



32