Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) Panjang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS G2P1A0 33 th HAMIL 26 Minggu 4 Hari Dengan KPD



Pembimbing: dr. Cipta Pramana, SpOG (K)



Disusun Oleh : Geofanny Febrine Chandra Cyntia Berliani S



KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI - UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG RSUD KRMT WONGSONEGORO - SEMARANG 2019



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN KASUS



G2P1A0 33 th HAMIL 26 Minggu 4 Hari Dengan KPD Diajukan untuk Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Obstetri dan Gynekologi di RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO



Telah disetujui dan dipresentasikan pada :



Disusun Oleh : Geofanny Febrine Chandra Cyntia Berliani S



Semarang, Oktober 2019............... Dosen Pembimbing



dr. Cipta Pramana, Sp.OG(K)



LAPORAN KASUS OBSTETRI



I.



II.



IDENTITAS Nama penderita



: Ny. T



Umur



: 33 tahun



Jenis kelamin



: Perempuan



Alamat



: Meteseh Rt 04/01, Tembalang, Kota Semarang



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Status



: Menikah



Tanggal Masuk



: 09 Agustus 2019



Ruang



: Srikandi



No. RM



: 384728



ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 Agustus 2018 pukul 06.00



WIB di IGD Ponek RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.



Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir sejak pukul 05.00



Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang ke IGD RSUD KRMT Wongsonegoro pada 09/08/2019 dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak pukul 05.00 (1 jam yang lalu SMRS). Keluar cairan dari jalan lahir banyak, berwarna jernih, berbau khas seperti ketuban, kenceng kenceng belum dirasakan. Keluar lendir darah disangkal. Gerakan janin dirasakan aktif. Demam, nyeri daerah perut, dan riwayat trauma sebelumnya disangkal.



Riwayat menstruasi : Pasien pertama kali menstruasi saat usia 12 tahun. Siklus menstruasi pasien tiap 30 hari dengan lama menstruasi yaitu 8 hari, tiap menstruasi pasien mengganti pembalut sebanyak 2-3x. Nyeri saat menstruasi disangkal. Hari pertama menstruasi terakhir pasien yaitu 04/02/2019. Hari perkiraan lahir 11/11/2019 Riwayat pernikahan : Pasien menikah 1 kali dengan suami sekarang, usia saat menikah 29 tahun



Riwayat Obstetri : G2P1A0 No. Tahun



1



Tempat



Umur



Jenis



Penolong



partus



partus



hamil



persalinan persalinan



2015



RSWN



aterm



SC



dokter



Penyulit Jenis kelamin Minus 9 Laki-



Keadaan anak Hidup,



laki/3900 sehat gr 2



2019



Hamil ini



Riwayat Ante Natal Care (ANC) Selama kehamilan pasien sudah melakukan 3x kontrol kehamilan di pusskesmas rowosari dan hasil pemeriksaan normal Riwayat Kontrasepsi : Pasien pernah menggunakan kontrasepsi suntik dan pil



Riwayat Alergi : Riwayat obat maupun makanan disangkal



Riwayat Penyakit Dahulu : 



Riwayat keluhan serupa : disangkal







Riwayat hipertensi



: disangkal







Riwayat DM



: disangkal







Riwayat hepatitis



: disangkal







Riwayat penyakit jantung: disangkal







Riwayat TBC



: disangkal







Riwayat asma



: disangkal







Riwayat Operasi



: sesar



Riwayat Penyakit Keluarga : 



Riwayat keluhan serupa



: disangkal







Riwayat Hipertensi



: disangkal







Riwayat Penyakit Jantung



: disangkal







Riwayat Penyakit Paru



: disangkal







Riwayat DM



: disangkal



Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan tinggal bersama suaminya. Biaya pengobatan ditanggung BPJS



III.



PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis 



Keadaan Umum : baik







Kesadaran







Tanda Vital







: Compos mentis



o



Tekanan darah



: 120/70 mmHg



o



Nadi



: 82 kali/menit



o



Suhu



: 36,5C



o



Pernapasan



: 20 kali/menit



Antropometri o



Berat Badan



:65 kg



o



Tinggi Badan



: 150 cm



o



BMI



: 28,8



o



LiLA



: 28cm



Status Generalis 



Kepala : Mesocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.







Mata : Bentuk simetris, pupil ODS bulat, isokor, refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), Miopia kanan kiri -8 dan -9







Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-), deviasi septum (-).







Telinga : Normotia, discharge (-/-).







Mulut : Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis.







Thorax a.



Paru



 Inspeksi: bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,  Palpasi: stem fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru  Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru  Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-) b.



Jantung



 Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak  Palpasi



: iktus kordis teraba



 Perkusi : Batas atas jantung di ICS II midclavicula line sinistra Batas kanan jantung sejajar ICS IV parasternal line dextra Batas kiri jantung di ICS V midclavicula line sinistra . Batas Apek di ICS V Linea axillaris anterior  Auskultasi: bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-) 



Abdomen



Inspeksi



: buncit, sikatrik (-), massa (-), striae (-)



Auskultasi : bising usus (+) Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba Perkusi : timpani 



Kulit : turgor kulit baik.







Kelenjar Getah Bening



: Tidak teraba membesar



IV.







Genitalia : Dalam batas normal







Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai



PEMERIKSAAN OBSTETRI Abdomen :



-







Inspeksi → perut membuncit, striae (+), linea nigra (+), bekas operasi (+).







Palpasi → Leopold  Leopold 1



: Teraba besar bulat lunak tidak melenting (bokong)



 Leopold 2



: Perut sebelah kanan teraba memanjang  punggung, perut Sebelah kiri teraba kecil-kecil  ekstremitas



-



 Leopold 3



: Teraba bulat keras melenting (kepala)



 Leopold 4



: Konvergen (belum masuk PAP)



TFU



: 18 cm



TBJ dihitung dengan rumus : (TFU-12)x155 = (18-12) × 155 = 930 gr -



DJJ



: 137 kali/menit



-



HIS



: tdk ada



-



Genitalia : -



Inspeksi vulva-uretra: tenang, perdarahan aktif (-)



-



VT



: portio lunak, arah posterior,  1 cm, KK (-), EFF 10%,



penurunan bagian bawah janin: kepala masih tinggi . Presentasi kepala U, hodge I (station -3), ppv air ketuban, lakmus test +,



V.



PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 09 Agustus 2019 HEMATOLOGI



Hasil



Satuan



Nilai Normal



Hemoglobin



10,4 (L)



g/dl



11,7 – 15,0



Hematokrit



31,80 (L)



%



35-47



Jumlah Eritrosit



3,63 (L)



/uL



4,2 – 5,4



Jumlah leukosit



12,9 (H)



/uL



3,6-11,0



Jumlah trombosit



312



/ul



150- 400



Gula Darah Sewaktu



79



mg/Dl



70-110



HBsAg



Negatif



Urinalisa



Protein negatif



Negatif



Pemeriksaan USG 09 Agustus 2018







Uterus: tampak janin tunggal, FM (+), letak kepala punggung kanan







FHM (+), FHR (+) 140 bpm, regular







Taksiran usia kehamilan menurut USG 26 minggu







Taksiran berat janin menurut USG 786g







Taksiran persalinan menurut USG: 9-11-2019







Plasenta: menempel pada fundus sampai dinding anterior, tepi regular, kalsifikasi (-). Grade 0., tak tampak plasenta menutupi jalan lahir







Air ketuban: jumlah cukup, partikel (-)



VI. •



RESUME Telah diperiksa seorang wanita dengan G2P1A0 usia 33 tahun Hamil 26 minggu dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak pukul 05.00 (1 jam yang lalu SMRS). Keluar cairan dari jalan lahir banyak, berwarna jernih, berbau khas seperti ketuban, kenceng kenceng belum dirasakan. Keluar lendir darah disangkal. Gerakan janin dirasakan aktif. Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Riwayat persalinan sebelumnya dengan sectio caesaria tahun 2015 a/i miopia. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan TTV baik, pemeriksaan fisik sistem dalam batas normal. Pemeriksaan obstetrik didapatkan Janin 1 Hidup intra uterin, presentasi kepala, punggung kanan belum masuk PAP. DJJ 137X/menit. HIS (-) tdk ada







Pemeriksaan dalam didapakan hasil pembukaan 1 cm, KK (-), efficement 10%, penurunan kepala masih tinggi. PPV (+) cairan ketuban (lakmus tes + )



VII.



DIAGNOSIS 



Diagnosa Kerja G2P1A0 usia 33 tahun Hamil 26 minggu 4 hari Janin 1 hidup intra uteri, presentasi kepala U, punggung kanan Inpartu Kala 1 KPD 1 jam (9/8/2019 pukul 05.00) PPI Riw. SC 4 th yll a/i miopia tinggi ( -8 dan – 9)



VIII.



TATALAKSANA -



Medikamentosa : 1. Nifedipine 3x10mg 2. Inj cefotaxim 1gr-IV 3. Inj Dexamethason 2x2 amp ( mulai tanggal 10/8/19- 12/8/19) 4. IVFD RL 20tpm



-



Non medikamentosa 1. Bedrest



IX.



CATATAN PERKEMBANGAN



TANGGAL/JAM



CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)



10-09-2019



S :ibu mengatakan keluar air ketuban masih rembes, lendir darah (-) kenceng2 (-), gerakan janin masih Aktif



Pukul 12.00 wib



O : KU: baik.cm TD: 110/80 mmHg Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36,2 C RR : 20 x/mnt Terpasang infus RL 20 tpm TFU : 19 cm HIS : tidak ada DJJ : 148 x/mnt PPV : air ketuban tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10 % KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru Hasil USG : Uterus : tampak janin tunggal, FM (+), letak kepala punggung kanan. FHM (+), FHR (+) 140 bpm, regular. A: G2P1A0 33 th hamil 26 mg 5 hr partus prematurus imminen KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi ) P Pengawasan 10 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam Jam 09.30 dr. cipta, Sp.OG visit advice * terapi lanjut * dexa 2x2 amp PROGRAM * Nifedipine 3 x 10 mg -->jm 22.00 + , jm 06.00 + * Dexa 2x2 amp * Bedrest;



11/08/2019 S: ibu mengatakan keluar air ketuban, kenceng2 (-), gerakan janin aktif. O: KU: baik.cm TD: 120/70 mmHg Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36,2 C RR : 20 x/mnt Terpasang infus RL 20 tpm HIS : tidak ada DJJ : 145 x/mnt PPV : air ketuban tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10 % KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru A: G2P1A0 33 th hamil 26 mg 6 hr partus prematurus imminen KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi ) P Pengawasan 10 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam PROGRAM * Nifedipine 3 x 10 mg --> Jam 22.00 (-) * Dexa 2 x 2 amp --> jam 20.00 (+) ke3 * Bedrest 12/08/2019 Jam 10.00



S:



ibu mengatakan sudah tidak keluar air ketuban sejak jam 01.00 sampe sekarang gherak janin aktif O : KU: baik.cm TD: 110/80 mmHg Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36 C RR : 20 x/mnt Terpasang infus RL 20 tpm HIS : tidak ada DJJ : 143 x/mnt PPV : tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10



% KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru A: G2P1A0 33 th hamil 27 mg partus prematurus imminen KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi ) P Pengawasan 10 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam PROGRAM * Nifedipine 3 x 10 mg --> Jam 22.00 (+) jam 06 Dexa 2 x 2 amp --> jam 08.00 (-) ke 4 >> * Bedrest; 13/08/2019 14.43



S: ibu mengatakan masih keluar rembes, gerakan janin aktif. Dexa selesai 12/8/ 2019 jam 08.00 Tinggi/BeratBadan : 65/150 O: KU: baik.cm Tekanan Darah : 110/70 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 80 ;Suhu: 36.4 HIS : tidak ada DJJ : 145 x/mnt PPV : lendir tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10 % KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru A: G2P1A0 33 th hamil 27 mg 1hr partus prematurus imminen KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi )



Pengawasan 10 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam PROGRAM * therapy lanjut * tunda plg * Nifedipine `14/08/2019 Jam 05.00



S : ibu mengatakan masih keluar rembes, gerakan janin aktif. O : KU: baik.cm Tekanan Darah : 120/80 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 88 ;Suhu: 36.5 HIS : tidak ada DJJ : 148 x/mnt PPV : lendir tgl 9/8 2019 jam 08.30 VT pembukaan 1 cm eff 10 % KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru A: G2P1A0 33 th hamil 27 mg 2hr partus prematurus imminen KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi )



15/08/2019 02.06



P Pengawasan 10 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam PROGRAM * therapy lanjut * tunda plg * Nifedipine 3 x 10 mg --> jam 22.00 (+), jam 06.00 (+) * Bedrest S: ibu mengatakan rembes (-), gerakan janin aktif, kenceng2 (+ O : KU: baik.cm Tekanan Darah : 110/70 ;Pernapasan : 20;Nadi :



82 ;Suhu : 36.6 HIS : tidak ada DJJ : 145 x/mnt PPV : lendir VT pembukaan 1 cm eff 10 % KK (-) kepala masih tinggi, lakmus test (+) Biru jam 13.30 vt pembukaan 2cm kk+ melekat kepala turun H1 A: A G2P1A0 33 th hamil 27 mg 2 hr partus prematurus imminen KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi ) P Pengawasan 10 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam PROGRAM : * observasi * Nifedipine 3 x 10 mg --> jam 22.00 (+) jam 06.00 (+) * terapi lanjut advice dr cipta SPOG: - tidak perlu pasang infus RL lagi



12:13



S ibu mengatakan rembes (-), gerakan janin aktif, kenceng2 (+) O KU: baik.cm Tekanan Darah : 120/70 ; Pernapasan : 16; Nadi : 85 ;Suhu : 36.5 PPV : bloodslim jam 07.00 vt pembukaan lengkap kk (-) kepala turun H2 HIS 3 X10m/35 d ppv +djj 134 x/m



jam 09.00 Vt pembukaan tetap HIS 3 X10m/35 d ppv +djj 138 x/m Jam 14.00 VT pembukaan tetap HIS 3X10m/35 d ppv +djj 146 x/m A : G2P1A0 33 th hamil 27 mg 2 hr inpartu kala II partus prematurus KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi ) P Pengawasan 9 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam Melaksanakan advice dokter Visite dr Cipta SpOG : -Tunggu dan evaluasi - partus pervaginam



14.30



18.46



B : ku: baik, cm vt pembukaan lengkap kk- eff 30% kep turun h1 his: 3x/10/35 djj: 146 x/m S ibu mengatakan kenceng2 (+), gerakan janin aktif. Tinggi/BeratBadan : 65/150 O KU: baik.cm Tekanan Darah : 110/70 ; Pernapasan : 20; Nadi : 84 ;Suhu : 36.4 PPV : bloodslim Jam 14.00 VT pembukaan tetap ( lengkap kk- kep turun h2 ) HIS 3X10m/35d PPV: bloodslim DJJ: 146 x/m terpasang infus RL + Oxy 5 iu ( botol 1 ) --> jam



16.00, habis jam 21.00 A G2P1A0 33 th hamil 27 mg 2 hr inpartu kala II partus prematurus KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi )



P Pengawasan 9 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam Melaksanakan advice dokter Visite dr Cipta SpOG : - Tunggu dan evaluasi - Partus Pervaginam lapor dr cipta spog, adv: - drip oxy mulai 8tpm jam 19.30 - 20.30 di coba pimpin mengejan, bayi belum lahir. DJJ: 142x/m >> pesen NICU (+) pr. vinka; 16/08/2019 Pukul 03.14



S ibu mengatakan kenceng2 (+), gerakan janin aktif O KU: baik.cm Tekanan Darah : 120/70 Pernapasan : 20 Nadi : 84 ;Suhu : 36.4 PPV : bloodslim Jam 21.30 VT pembukaan tetap ( lengkap kk- kep turun h2 ) HIS 2X10m/20d jam 22.00 RL + oksitosin 5 iu + botol ke 2 PPV: bloodslim DJJ: 136 x/m jam 06.00 VT pembukaan tetap his 2x10m20d djj 130x/m A G2P1A0 33 th hamil 27 mg 3 hr inpartu kala II partus prematurus



KPD ( 9/8/2019 Jam 05.00 ) Miopi tinggi ( OD/ OS : -9 / -8 ) Riw. obstetri < baik ( bekas SC 4 th yang lalu a.i miopi tinggi ) P Pengawasan 9 Menganjurkan ibu untuk tidur miring Memfasilitasi kebutuhan nutrisi mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam Melaksanakan advice dokter PROGRAM - Tunggu dan evaluasi - Partus Pervaginam - drip oxy mulai 8tpm + jam 16.00 + habis + >> pesen NICU (+) pr. vinka jam 22.00 lapor dr cipta + adv - ditunggu saja - lanjut indksi botol ke 2; 11:15



S pasien mengatakan ingin meneran O ku : baik, cm terpasang Inf RL + 10 IU oxy 20 tpm HIS + 2- 3m/ 45 d ppv + djj 152 x/m VT pembukaan lengkap kk - kep turun H III + 02 3lt/m + A Inpartu kala II Partus prematurus



12.28



P Anjurkan pasien meneran 11.25 bayi lahir spontan JK : Perempuan AS : 3-5-7 menangis kurang aktif, gerakan aktif , potong TP < 2 MNT , IMD - cek janin tunggal , ; S pasien mengtakan mules + O ku : baik, cm terpasang inf RL + 10 IU oxy 20 tpm TFU setingfgi pusat CUT lembek ppv 50 cc, mengalir aktif tali pusat terlihat pendek A Inpartu kala III Retensio placenta



P Kosongkan VU MAK III+ Ij oxy 1 amp IM + PTT + dorsokranial + 11.40 placenta blm lahir , ppv 500 cc ,ij oxy ke 2 + 11.55 lapor dr CP : - manual placenta, IC + - Siapkan PRC I kolf , usaha + dpt - infus 2 jalur + 12.00 pasang inf 2 jalur : Taki terpasang Inf RL + 10 IU Oxy 20 tpm Taki terpasang Inf RL + 10 IU oxy 20 tpm ,



12.36



12.39



12.10 dilakukan manual placenta + , kaltrofen sup II + 12.15 bayi lahir spontan , Placenta lahir kesan tdk lengkap , +ppv darah mengalir 12.25 ij metergin 1 amp + B ku : baik, cm terpasang inf RL + 10 IU oxy 20 tpm TFU setingfgi pusat CUT lembek ppv 50 cc, mengalir aktif tali pusat terlihat pendek A Inpartu kala III R Di Konsulkan Kepada: dr CIPTA PRAMANA Sp.OG; 11.55 lapor dr CP : - manual placenta, IC + - Siapkan PRC I kolf , usaha + dpt - infus 2 jalur + ; S Pasien mengatakan senang atas kelahiran anaknya, mules+ O KU: Baik, CM 13.30 TD : 83/53 N : 118 RR : 20 S : 36.2 TAKI Terpasang inf RL + oksitosin 10 unit 20 tpm ---> HES 20 tpm jm 14.00 TAKA terpasang Inf RL guyur TFU 2jr bwh pusat, CUT keras PPV 150 cc, lochea rubra(+) Explorasi (+) stosel (+) perineum intake



13.10 psg DC + lancar urine 20 cc, 13.00 Pasien meracau , KU : baik, cm Taka Terpasang Inf RL + 10 iu oxytosin 20 tpm Taki Terpasang Inf RL + 10 iu oxytosin 20 tpm A P2A033 TH Inpartu Kala IV Plasenta Restan Post HPP post 3 guyur RL P Pengawasan Kala IV (KU, VS, TFU, kontraksi, VU, PPV) Mengajarkan massage uterus Mengajarkan perawatan luka perineum Evaluasi IMD Mengajarkan dan bantu ibu mobilisasi Fasilitasi rawat ruang nifas 13.15 dr Cp visite : - tdk boleh pindah DK , - cek HB skrg + H - terapy spt biasa - infus 2 jalur lanjut dulu - curet tgl 17/8 jm 09.00 , IC - IBS - anestesi - Usaha PRC 1 kolf +, usaha + dpt – 14.00 Lap dr Cp : - masuk HES 1 flash - Usaha PRC II kolf, usaha + dpt - PRC I masuk dulu tanpa crossmatch . IC - , form laborat - Infus drip oxytosin 1 sampai 2 ampul 13.55



B KU : baik, cm taka Terpasang Inf RL + 10 IU oxy 20 tpm Taki terpasang Inf RL + 10 IU oxy 20 tpm TD : 70/40 N : 112 RR : 20 S: 36 TFU 3 jr bwh pusat CUT keras PPV dbn urine 20 cc A post HPP palcenta restan Post partum spontan



17/08/2019



14.00 Lap dr Cp : - masuk HES 1 flash - Usaha PRC II kolf, usaha + dpt - PRC I masuk dulu tanpa crossmatch . IC - , form laborat - Infus drip oxytosin 1 sampai 2 ampul ; S pasien mengatakan tdk ada keluhan O KU: baik TD104/65 N:85x RR:18x Suhu 36.4 C SPO2: 98% A P2A0 33 TH post partum spontan H-1 Plasenta Restan Post HPP anemia berat (HB:6.4gr/dl) post transfusi PRC 1 kolf P - Infus drip oxytosin 1 sampai 2 ampul - jika prc ke 2 habis langsung tranfusi prc ke 3 - setelah tranfusi prc ke 3 habis, cek lab - Premed inj dexa 1 ampul - Perbaikan ku dulu - Curet sementara tunda dulu -PO:amoxicilin 3x 500mg jam asam mefenamat 3x 500mg methergin 3x 1 tambah darah 1x1 vit A 200.000 ke -2n tidakada keluhan



18/08/2019



S ibu mengtakan sdh tdk ada keluhan O KU : Baik, CM 08.00 TD : 110/70 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 80 ;Suhu : 36.5 SpO2 : 98% 10.00 TD : 106/78 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 84 ;Suhu : 36.3 SpO2 : 98% 12.00 TD : 110/68 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 84 ;Suhu : 36.5 SpO2 : 98% 14.00 TD : 112/68 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 88 ;Suhu : 36.8 SpO2 : 98%



TFU 2 jr bwh pusat, CUT keras PPV 30 cc, lochea rubra(+) DC (+) , urine buang jam 14.00 ==> cc kuning



19/8/2019



jernih hasil laborat tgl 16/8/2019 hb post tranfusi 3 kolf :8.2 hemtrokrit 24.10 trmobo :314 lekosit :36.1 EWS : 0 IRA NURHALVINA WIJAYANTI AMKEB (BIDAN) 18/8/19 10:11 Srikandi A P2A0 33 TH post partum spontan H-2 Plasenta Restan Post HPP anemia sedang t ( HB:8.2) post transfusi PRC 3 kolf IRA NURHALVINA WIJAYANTI AMKEB (BIDAN) 18/8/19 10:11 Srikandi P Pengawasan post partum Mengajarkan perawatan luka perineum Mengajarkan dan bantu ibu mobilisasi Memfasilitasi pemberian nutrisi PROGRAM : - Tunda curet - Perbaikan KU dulu - infus drip oksitosin 1 sampai 2 ampul - PO : Asam mefenamat 500 mg / 8 jam , jam 14.00 + Methergin 1 tab / 8 jam , jam 14.00 + Tambah darah 1 tab / 24 jam , jam 14.00 (+) jam 07.30dr cipta spog viste advice: usaha prc 1 kolf - dapat amox diganti injeksi cefotaxime 2.1 jam 20.00 (-) S ibu mengatakan sdh tdk ada keluhan KU : Baik, CM 07.00 TD : 120/68 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 84 SpO2 : 98% 09.00 TD : 121/62 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 82 SpO2 : 98% 12.00 TD : 121/62 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 82 SpO2 : 99% 14.00 TD : 115/71 ;Pernapasan : 20 ;Nadi : 84 SpO2 : 99%



TFU 2 jr bwh pusat, CUT keras PPV 30 cc, lochea rubra(+) hasil laborat tgl 19/8/2019 : post tranfusi 4 kolf --> HB 10.0 Leco: 26.1 HT: 29.80 EWS : 0 NIA KURNIA Amd.Keb (BIDAN) 19/8/19 13:35 Srikandi A P2A0 33 TH post partum spontan H-3 Plasenta Restan Post HPP post transfusi PRC 4 kolf NIA KURNIA Amd.Keb (BIDAN) 19/8/19 13:35 Srikandi P Pengawasan post partum Mengajarkan perawatan luka perineum Mengajarkan dan bantu ibu mobilisasi Memfasilitasi pemberian nutrisi PROGRAM : - Kuretase tgl 20-8-2019 jam 17.00 TT (-) - Perbaikan KU dulu - infus drip oksitosin 1 sampai 2 ampul - PO : Asam mefenamat 500 mg / 8 jam --> jam 14.00 (+) Methergin 1 tab / 8 jam --> jam 14.00 (+) Tambah darah 1 tab / 24 jam --> jam 14.00 (+) - Injeksi cefotaxime 2x1 --> jam 08.00 (+) - Inj Ca Gluconas (+) jam 09.00; NIA KURNIA Amd.Keb (BIDAN) 16.00 20/08/19 21/08/19



Ibu dipindahkan dari VK ke DK tidak ada keluhan P2A0 prokuretase S: BAK post kuretase + Tdk ada keluhan KU : Baik, CM Tekanan Darah : 120/80 Pernapasan : 20 Nadi : 87 Suhu : 36 TFU 3 jr bwh pusat, CUT keras Hb post tranfusi 10,0



A P2A0 33 TH post partum spontan H-5 post kuret a/iPlasenta Restan Post HPP post transfusi PRC 4 P Boleh Pulang



BAB III TINJAUAN PUSTAKA



Ketuban Pecah Dini Definisi Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membranes/PROM) adalah pecahnya ketuban yang mengacu kepada pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan dengan adanya ketuban yang pecah (Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal persalinan.



Ketuban



pecah



dini



preterm



(Preterm



Premature



Rupture



of



Membranes/PPROM) adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37 minggu. Dan pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada awal persalinan.1



Epidemiologi Ketuban pecah dini ini merupakan salah satu masalah yang paling umum di kebidanan, komplikasi yang rumit terjadi sekitar 5% sampai 10% dari kehamilan aterm dan sampai dengan 30% kelahiran premature.2,3 Masalah ketuban pecah dini memerlukan perhatian yang besar, karena prevalensinya cenderung meningkat. Kejadian ketuban pecah dini aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar.4



Struktur Anatomi dan Fungsi Selaput Ketuban Selaput ketuban (amniotic sac) yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan khorion yang sangat erat ikatannya. Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tapi kuat. Struktur avaskular ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Pada banyak kasus obstetri, pecahnya selaput ketuban secara dini pada kehamilan yang masih muda merupakan penyebab tersering kelahiran preterm.4,5 Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda dan tidak mengandung pembuluh darah atau saraf. Lapisan terdalam terdekat janin adalah epitel amnion. Sel epitel



ketuban mengandung jenis kolagen III dan IV dan glikoprotein noncollagenous (laminin, nidogen, dan fibronektin) yang membentuk membrane basal.4,5 Lapisan kompak jaringan ikat berdekatan dengan membran basal membentuk kerangka berserat utama amnion. Kolagen dari lapisan kompak ini, disekresikan oleh sel-sel mesenchymal di lapisan fibroblast. Interstisial kolagen (tipe I dan III) mendominasi dan membentuk bundle parallel yang menjaga integritas mekanik amnion.4,5 Lapisan fibroblast adalah lapisan yang paling tebal dari amnion, yang terdiri dari selsel mesenchymal dan makrofag dalam matriks ekstraseluler. Kolagen pada lapisan ini membentuk jaringan longgar dengan glikoprotein noncollagenous.5 Lapisan intermediate (lapisan spons atau zona spongiosa) terletak di antara amnion dan korion. Merupakan lapisan “stress absorber”. Pada lapisan ini banyak terdapat proteoglikan dan glikoprotein terhidrasi yang membuat lapisan ini tampak seperti “spons” pada preparasi histologis, dan mengandung anyaman nonfibrillar kolagen tipe III. Lapisan intermediate menyerap tekanan fisik dengan membiarkan amnion untuk “slide” pada dan melekat kuat pada desidua maternal.4,5



Gambar 1. Lapisan Membran Amnion



Meskipun korion lebih tebal dari amnion, namun amnion memiliki gaya tarik yang lebih besar. Korion ini menyerupai selaput epitel pada umumnya, dengan polaritas yang



diarahkan ke desidua maternal. Saat kehamilan berlanjut, vili trofoblastik dalam lapisan korion mengalami regresi.5



Cairan Ketuban Sejak awal kehamilan cairan ketuban telah dibentuk. Cairan ketuban merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan kadar serum ibu, artinya kadar di cairan ketuban merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan ketuban mengandung banyak sel janin (lanugo,verniks kaseosa). Fungsi cairan ketuban yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.4 Selaput amnion yang meliputi permukaan plasenta akan mendapatkan difusi dari pembuluh darah korion di permukaan. Volume cairan amnion berhubungan dengan usia kehamilan, dimana saat usia 12 minggu terdapat cairan amnion sebanyak 50 ml, 400ml pada 20 minggu, dan mencapai puncaknya yaitu 1 liter pada usia kehamilan 36-38 minggu. Pada kehamilan aterm rata-ratadidapatkan volume sebanyak 600-800 ml, dengan PH 7,2 dan massa jenis 1,0086. Setelah 20 minggu produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelumnya cairan amnion juga banyak berasal dari rembesan kulit, selaput amnion dan plasenta. Janin juga meminum cairan amnion yang diperkirakan sebanyak 500ml/hari. Selain itu, cairan ada yang masuk ke paru sehingga penting untuk perkembangannya.4,7 Produksi



Pembuangan



 Transudasi dari serum maternal  Tertelan janin sekitar 500-1000ml yang melewati membrane plasenta



cairan setiap hari



 Transudasi dari sirkulasi janin yang  Absorbsi intramembran dari air melewati tali pusat atau membran



dan zat terlarut (200-500ml/hari)



plasenta



dari ruang amnion ke sirkulasi janin



 Sekresi dari lapisan epitel amnion  Transudasi



dari



plasma



janin



melewati kulit janin yang memiliki permeabilitas



tinggi



sebelum



mengalami keratinisasi saat usia 20



melewati permukaan plasenta janin.



minggu  Urin janin (400-1200ml/hari)  Paru-paru janin yang memasuki rongga amnion sehingga menambah volumenya. Tabel 1. Produksi dan pembuangan cairan ketuban8



Etiologi Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.4 Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini seperti:9 1. Serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, kuretase, atau tindakan bedah obstetri lainnya). 2. Ketegangan rahim berlebihan (tekanan intra uterin meningkat secara berlebihan / overdistensi uterus: seperti pada keadaan trauma, kehamilan ganda, hidramnion). 3. Kelainan letak janin dan rahim misalnya: letak sungsang dan letak lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. 4. Kemungkinan kesempitan panggul dimana bagian terendah belum masuk PAP misalnya pada Cephalo Pelvic Disproportion (CPD). 5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah (Amnionitis/Korioamnionitis). 6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, ataupun kelainan genetik). 7. Akhirnya, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh trauma dan setelah fetoskopi atau amniosentesis (iatrogenic).



Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya penatalaksanaannya tanpa menimbulkan morbiditas janin.



Patofisiologi Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi urerus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.4 Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. 4 Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah: 



Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen;







Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat



oieh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. 4 Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini. 4 Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta. 4 Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). Termasuk



diantaranya; high virulensi yaitu Bacteroides, dan low virulensi yaitu Lactobacillus.4 Kolagen terdapat pada lapisan kompakta ketuban, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifasi dan inhibisi interleukin-1 (iL-1) dan prostaglandin. 4 Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.4



Diagnosis Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan penunjang terbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan dapat memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana pemeriksaan yang perlu dilakukan dan mana yang tidak cukup bukti untuk perlu dilakukan.2



-



Anamnesis dan Pemeriksaan fisik KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi adanya



cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor risikonya. Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang - kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.2,4 Pemeriksaan digital vagina yang terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari karena hal ini akan meningkatkan risiko infeksi neonatus. Spekulum yang digunakan dilubrikasi terlebih dahulu dengan lubrikan yang dilarutkan dengan cairan steril dan sebaiknya tidak menyentuh serviks. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin (pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks, mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara visual. Semua presentasi bukan kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan pemeriksaan digital vagina untuk menyingkirkan kemungkinaan adanya prolaps tali pusat.2



Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus diperhatikan dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil dua swab dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan pewarnaan gram, bahan lainnya diletakkan di medium transport untuk dikultur. 2 Diagnosis Ketuban Pecah Dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Atau terlihat kumpulan cairan di forniks posterior. Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.17.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 - 6) dan cari arborization of fluid dari forniks posterior vagina. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina. 2,4 Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38o C serta air ketuban keruh dan berbau. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). Hal ini karena VT dapat meningkatkan insidensi korioamnionitis, post partum endometritis, dan infeksi neonatus. Selain itu juga memperpendek periode laten. 4



-



Pemeriksaan penunjang Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan



lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/ perineum. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru. Tes ini digunakan untuk membedakan cairan amnion dari urin dan sekresi vagina. Selama hamil, pH normal vagina adalah 4,5 – 6,0 dan urin memiliki pH ≤ 6,0. Sedangkan pH cairan amnion 7,1 – 7,3. Pemeriksaan ini dilakukan pada saat pemeriksaan vagina dengan spekulum dan diletakkan kertas nitrazin. Mukus servikal, darah, dan semen merupakan penyebab tersering terjadinya false positif. Fern test juga dilakukan untuk membedakan cairan amnion dengan cairan lainnya. cairan dari fornix posterior ditempatkan pada slide dan dibiarkan kering di udara, cairan ketuban akan membentuk pola fernlike kristalisasi (bentuk pakis) pada mikroskop.2,10



Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat dipertimbangkan. Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm, kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki sensitivitas yang rendah. Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi dengan konsumsi alkohol. Selain itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm. Untuk memastikan adanya tanda infeksi



dengan pemeriksaan



leukosit



darah >



15.000/mm3.2,4,10



-



Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ultrasound dapat menentukan usia kehamilan, presentasi janin,



dan jumlah cairan amnion. Ketuban Pecah Dini dapat dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar. Normalnya volume cairan ketuban tidak menyingkirkan diagnosis, hal ini dapat disebabkan jika jumlah cairan ketuban yang keluar hanya sedikit. Normal volume cairan ketuban antara 250 – 1200 cc. Dijelaskan bahwa terjadinya persalinan dan adanya infeksi jarang terjadi jika terdapat volume cairan amnion adekuat.2,4,10



Diagnosis Banding Diagnosis banding dari ketuban pecah dini yaitu, inkontinensia uri, peningkatan sekresi vagina pada saat kehamilan (fisiologis), cairan eksogen (semen), dan fistel vesikovaginal. Selain itu amnionitis dengan keluhan cairan vagina berbau, demam menggigil dan nyeri perut, djj cepat harus disingkirkan.10



Tatalaksana Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran preterm pada kehamilan dibawah 37 minggu. Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-



tanda



KPD.



Setelah



mendapatkan



diagnosis



pasti,



dokter



kemudian



melakukan



penatalaksanaan berdasarkan usia gestasi. Hal ini berkaitan dengan proses kematangan organ janin, dan bagaimana morbiditas dan mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis.2 Lakukan penilaian awal pada ibu hamil dan janin, yaitu : 4 



Memastikan diagnosis







Menentukan usia kehamilan







Evaluasi infeksi maternal atau janin, pertimbangkan butuh antibiotik atau tidak terutama jika ketuban pecah sudah lama







Dalam kondisi inpartu, ada gawat janin atau tidak Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan



konservatif. Manajemen konservatif adalah penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan.2 Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah Dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan. 4



Konservatif Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak ahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (saibutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 - 37 minggu



berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. 4



Aktif Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.4 



Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.







Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.



Tabel 2. Pelvic score (PS) menurut Bishop



Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan terhadap kejadian respiratory distress syndrome. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih buruk dibanding melakukan persalinan.



Pemberian antibiotik Pemberian antibiotik, terutama pada usia gestasi