Laporan Kasus Pasien DM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. C DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANGAN MADINAH RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PEKANBARU”



DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Jaka Saputera Yesi Sulastri Rina Salman Tuti Evana Verawati M Ibnu Sholeh



CI Pendidikan



CI Lapangan



(Ns. Destria Efliani, S. Kep. MM)



(Ns. Pitra Elita, S. Kep)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes AL-INSYIRAH PEKANBARU 2019



1



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. C Dengan Diabetes mellitus Di Ruangan Madinah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan kasus ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.



Pekanbaru, 09 Juli 2019



Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4 1.2 Tujuan Penyusunan ......................................................................................................... 5 1.3 Manfaat Penyusunan ...................................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................................................... 7 1. Definisi ............................................................................................................................... 7 2. Klasifikasi ........................................................................................................................... 7 3. Etiologi............................................................................................................................... 8 4. Fatofisiologi ..................................................................................................................... 10 5. Pathway (WOC) ............................................................................................................... 12 6. Manifestasi Klinis............................................................................................................. 12 7. Komplikasi ....................................................................................................................... 14 8. Pemeriksaan Klinis Dan Penunjang ................................................................................. 18 9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ..................................................................... 20 10. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus ........................................................................ 25 a. Pengkajian..................................................................................................................... 25 b. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 27 c. Rencana Tindakan Keperawatan .................................................................................. 28 BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................................................ 35 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 67 A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 68 B. SARAN ............................................................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 70



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang semakin banyak jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena produksi insulin yang terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi insulin dalam tubuh (Tarwoto, 2012). Penderita diabetes sering kali tidak menyadari kalau dirinya mengidap diabetes dan ketika mereka sadar, sudah terjadi komplikasi. Hal inilah yang menyebabkan penyakit diabetes sering disebut dengan silent killer. Saat ini penderita DM jumlahnya semakin banyak dan terus bertambah. Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. World Health Organization/ WHO (2016), memperkirakan sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan DM. International Diabetic Foundation (IDF), menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup dengan DM, dari 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga dimungkinkan berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan naik menjadi 592 juta orang. Sedangkan IDF Atlas (2015), memaparkan bahwa 415 juta orang dewasa menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2040 penderita DM akan naik menjadi 642 juta orang. Diabetes merupakan penyakit yang jumlah penderitanya mengalami peningkatan di Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat ke-4 dengan penderita DM terbanyak di dunia. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS (2013), menyatakan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan penderita DM dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2007. Diperkirakan penderita DM akan meningkat pada tahun 2030 sebesar 21,3 juta orang.



4



Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan. Selain itu komplikasi yang dialami dan penanganan yang kompleks dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Salah satu gangguan psikologis yang dapat mucul adalah depresi. Depresi merupakan gangguan mental umum yang ditandai dengan perasaan tertekan, kehilangan kesenangann atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan dan tidur, menurunnya konsentrasi, dan kurang energi (WHO, 2010). Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa lebih dari 18 bulan, pasien diabetes tipe 2 pernah mengalami gangguan depresi mayor sekitar 20% dan distress related diabetic (DRD) sekitar 30% (Chew et.al, 2016). Pada penelitian Peyrot, dkk (2009) bahkan prevalensi depresi pada pasien diabetes mellitus sebesar 41,3%. Selain itu, penelitian dari Roy & LIoyal, (2012) mengungkapkan jika prevalensi depresi tiga kali lebih tinggi pada orang dengan DM yaitu sekitar 12- 43,3 % dibandingkan pada non diabetes. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan bahwa penderita DM di provinsi Riau terdiagnosis pada tahun 2013 sebanyak 41.071 orang (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2016, angka kejadian DM dikota Pekanbaru sebanyak 15.233 kasus. Tingginya angka kejadian DM di Pekanbaru disebabkan oleh seringnya konsumsi makanan yang mengandung tinggi kolesterol, makanan pedas, makanan yang diolah dengan santan kelapa, dan konsumsi gorengan. Kejadian tersebut didomisili oleh suku minang dan suku melayu sebagai masyarakat yang mayoritas berada di kota Pekanbaru (Royanah, 2010). Di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Diabetes mellitus termasuk 10 kasus terbanyak dengan urutan no. 3 di tahun 2019. Pada bulan April terdapat 91 kasus, bulan Mei 35 kasus dan dibulan Juni terdapat 38 kasus.



1.2 Tujuan Penyusunan Tujuan dari makalah ini adalah: 1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus sesuai dengan diagnosa yang diambil.



5



2. Tujuan Khusus a. Melaksanakan pengkajian pada pasien dengan masalah utama Diabetes mellitus b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah utama Diabetes mellitus c. Menegakkan intervensi pada pasien dengan dengan masalah utama Diabetes mellitus d. Melakukan implementasi pada pasien dengan masalah utama Diabetes mellitus e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah utama Diabetes mellitus



1.3 Manfaat Penyusunan 1. Menjadi refesensi bagi penyusun dan mahasiswa lainnya. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan



6



BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Definisi Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long). Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart. Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).



2. Klasifikasi Berikut



data klasifikasi



diabetes mellitus yang dikeluarkan oleh



Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau PERKENI:



1. Diabetes Mellitus tipe 1



7



Adalah jenis penyakit diabetes mellitus yang diakibatkan oleh kerusakan sel penghasil insulin pada pankreas. Kerusakan ini pada umumnya menjurus ke arah kekurangan insulin mutlak atau absolut yang disebabkan oleh idiopatik dan auto imun. 2. Diabetes Mellitus tipe 2 Penyakit diabetes mellitus tipe 2 ini penyebabnya tidak hanya satu. Salah satunya terutama adalah akibat resistensi insulin yaitu banyaknya jumlah insulin tapi tidak dapat berfungsi. Bisa juga karena kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi atau produksi insulin. 3. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes MellitusGestasional ini adalah kondisi diabetes yang bersifat temporer atau sementara. Kondisi ini biasanya dialami oleh para wanita yang sedang dalam kondisi kehamilan. 4. Diabetes Mellitus tipe lain Yang disebabkan oleh bermacam misdefek atau cacat genetik. Seperti cacat genetik fungsi sel pada pankreas, cacat genetik kerja insulin, infeksi, pankreatitis, dan pengaruh obat atau bahan kimia.



3. Etiologi Secara umum penyebab terjadinya DM tidak diketahui secara pasti, namun dimungkinkan karena faktor : 1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI) a. Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.



8



b. Faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas. 2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang



9



lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: 1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) 2) Obesitas 3) Riwayat keluarga 4) Kelompok etnik



4. Fatofisiologi Pada diabetes mellitus terjadi defesiensi insulin yang disebabkan karena hancurnya sel – sel beta pankreas karena proses outoimun. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak bisa disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah yang menimbulkan hiperglikemi. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tiak dapat mengabsobsi semua sisa glukosa yang akhirnya dikeluarkan bersama urine (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebih di eksresikan kedalam urine, ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang



berlebih,



keadaan



ini



disebut



diuresis



osmotik.



Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan simpanan kalori yang menimbulkan kelelahan, kegagalan pemecahan lemak dan protein meningkatkan pembentukan badan keton, merupakan produksi, disamping pemecahan lemak oleh badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbagan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas bau aseton. Bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bagkan kematian. Pada DM tipe II masalah yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Jika sel –



10



sel beta tidak mampu mengimbangi permintaan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipeII. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin merupakan cirri khas akibat DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetika tadak terjadi pada DM tipe II, paling sering terjadi pada usia > 30 tahun. Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes antara lain: pembuluh – pembuluh kecil (mikroagiopati), pembuluh – pembuluh sedang dan besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetic yang menyerang kapiler, arterial retina, glomerulus ginjal, syaraf – syaraf perifer, otot – otot kulit. Makroangiopati mempunyai gambaran berupa arterosklerosis. Pada akhirnya akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Kalau ini mengenai arteri – arteri perifer maka dapat mengakibatkan insufusuensi vaskuler perifer yang di sertai ganggren pada ekstrimitas.



11



5. Pathway (WOC)



6. Manifestasi Klinis 1. Diabetes Tipe I Hiperglikemia berpuasa glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia keletihan dan kelemahan ketoasidosis diabetik (mual, nyeri



12



abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian). 2. Diabetes Tipe II Lambat



(selama



tahunan),



intoleransi



glukosa



progresif



gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer). Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah keluhan: - Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul - Kelainan ginekologis : keputihan - Kesemutan, rasa baal - Kelemahan tubuh - Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh - Infeksi saluran kemih Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya timbul akibat jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak sembuh. Pada wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli kebidanan. Jamur terutama candida merupakan penyebab tersering dari keluhan pasien. Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki mungkin keluhan impotensi yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Keluhan lain yaitu mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum.



13



Diplopia binokular akibat kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula merupakan



salah



satu



sebab



pasien



berobat



ke



dokter



mata.



Diabetes mungkin pula ditemukan pada pasien yang berobat untuk infeksi saluran kemih dan untuk tuberculosis paru. Jika pada mereka kemudian ditanyakan dengan teliti mengenai gejala dan tanda DM, pada umumnya juga akan ditemukan gejala khas DM, yaitu poliuria akibat diuresis osmotic, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun.



7. Komplikasi Komplikasi diabetes melitus terbagi dalam dua kategori, yakni komplikasi jangka pendek (akut) dan komplikasi jangka panjang (kronis). Hipoglikemia dan ketoasidosis adalah bentuk komplikasi akut, sedangkan komplikasi



yang



bersifat



kronis terjadi



ketika



diabetes melitus sudah



memengaruhi fungsi mata, jantung, ginjal, kulit, saluran pencernaan, dan saraf. Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa menyerang seluruh organ tubuh. Oleh sebab itu, penderita diabetes harus selalu rutin memantau dan menjaga kadar gula darahnya agar tetap normal. 1. Komplikasi Diabetes Melitus Akut Komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh dua hal, yakni peningkatan dan penurunan kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera, karena jika terlambat ditangani akan menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang, hingga kematian. Komplikasi diabetes militus akut terbagi ke dalam tiga macam, yakni: 1. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah kondisi di mana terjadinya penurunan kadar gula darah yang drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gula darah, atau terlambat makan. Gejalanya meliputi penglihatan kabur, detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar,



14



keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah bisa menyebabkan pingsan, kejang, bahkan koma. 2. Ketosiadosis diabetik (KAD) Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes melitus yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai sumber energi. Kondisi ini dapat menimbulkan penumpukan zat asam yang berbahaya di dalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan kematian, jika tidak segera mendapat penanganan medis. 3. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS) Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas, dan gangguan kesadaran hingga koma. Komplikasi akut diabetes adalah kondisi medis serius yang perlu mendapat penanganan dan pemantauan dokter di rumah sakit. 2. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis Komplikasi jangka panjang diabetes biasanya berkembang secara bertahap dan terjadi ketika diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan meningkatkan risiko komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh organ tubuh. Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus yaitu:



15



1. Gangguan pada mata (retinopati diabetik) Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini disebut retinopatidiabetik, yang berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembuluh darah di mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti katarak dan glaukoma. Deteksi dini dan pengobatan retinopati secepatnya dapat mencegah atau menunda



kebutaan.



Penderita



diabetes



dianjurkan



untuk



melakukan pemeriksaan mata secara teratur. 2. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik) Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal, disebut nefropatidiabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci darahrutin ataupun transplantasi ginjal. Diabetes dikatakan sebagai silentkiller, karena kerap kali tidak menimbulkan gejala khas pada tahap awal. Namun pada tahap lanjut, penderita diabetes akan mengalami gejala seperti anemia, mudah lelah, pembengkakan pada kaki, dan gangguan elektrolit. Diagnosis sejak dini, mengontrol glukosa darah dan tekanan darah, pemberian obat-obatan pada tahap awal kerusakan ginjal, dan membatasi asupan protein adalah cara yang bisa dilakukan untuk menghambat perkembangan diabetes yang mengarah ke gagal ginjal. 3. Kerusakan saraf (neuropatidiabetik) Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropatidiabetik ini terjadi ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya saraf akan menyebabkan gangguan sensorik, yang gejalanya berupa kesemutan, mati rasa, atau nyeri.



16



Kerusakan saraf juga dapat memengaruhi saluran pencernaan dan menyebabkan gastroparesis. Gejalanya berupa mual, muntah, dan merasa cepat kenyang saat makan. Pada pria, komplikasi diabetes melitus dapat menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi. Komplikasi jenis ini bisa dicegah dan ditunda hanya jika diabetes terdeteksi sejak dini, sehingga kadar gula darah bisa dikendalikan dengan menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat, serta mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter. 4. Masalah kaki dan kulit Komplikasi diabetes melitus yang juga umum terjadi adalah masalah pada kulit dan luka pada kaki yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah dan saraf, serta aliran darah ke kaki yang sangat terbatas. Gula darah yang tinggi mempermudah bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Terlebih adanya penurunan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri, sebagai akibat dari diabetes. Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita diabetes berisiko untuk mudah luka dan terinfeksi sehingga menimbulkan gangren dan ulkus diabetikum. Penanganan luka pada kaki penderita diabetes adalah dengan pemberian



antibiotik,



perawatan



luka



yang



baik,



hingga



kemungkinan amputasi bila kerusakan jaringan sudah parah. 5. Penyakit kardiovaskular Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah di seluruh tubuh termasuk pada jantung. Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh darah meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis). Mengontrol kadar gula darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah dan menunda komplikasi pada penyakit kardiovaskular.



17



Komplikasi



diabetes



melitus



lainnya



bisa



berupa



gangguan



pendengaran, penyakit Alzheimer, depresi, dan masalah pada gigi dan mulut. Penanganan Komplikasi Diabetes Melitus Prinsip utama penanganan komplikasi diabetes melitus adalah dengan mengendalikan kadar gula darah agar tidak merusak organ-organ tubuh. Penanganan yang diberikan mencakup pengobatan secara medis, pengaturan gizi, dan penerapan pola hidup sehat untuk diabetes. Semakin baik Anda mengelola kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar lemak darah, semakin rendah risiko terjadinya komplikasi diabetes melitus. Anda dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter agar penyakit diabetes terkelola dengan baik. Pola makan yang tepat, menerapkan pola hidup sehat dengan cara rajin berolahraga, menjaga berat badan, tidak merokok dan menghindari asap rokok, serta menghindari peningkatan tekanan darah dan kolesterol, akan mendukung Anda untuk tetap sehat dan menurunkan risiko komplikasi diabetes melitus. Jangan lupa untuk selalu proaktif. Jika mengalami salah satu gejala atau diketahui memiliki faktor risiko seperti yang telah dijelaskan di atas, segera konsultasikan ke dokter. Jangan mengabaikan tanda dan gejala yang timbul, karena dapat mempersulit proses pengobatan dan pemulihan komplikasi diabetes melitus.



8. Pemeriksaan Klinis Dan Penunjang Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolik endokrin yang perlu mendapatkan penatalaksanaan yang baik karena prevalensinya tinggi secara global termasuk di Indonesia. Kelainan ini juga banyak menimbulkan penyulit (komplikasi) baik makrovaskular (strok, penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer) maupun mikrovaskular (retinopati, penyakit ginjal kronis).



18



Kebanyakan penderita adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan sebagian kecil diabetes mellitus tipe 1, diabetes gestasional dan diabetes karena sebab lain. "diabetes tergantung insulin" dan"diabetes tidak tergantung insulin" tidak dipakai lagi sebab dapat menyesatkan; diabetes tidak tergantung insulin pada stadium lanjut akan tergantung pada insulin juga. Menurut penelitian pada saat seorang pasien didiagnosis diabetes mellitus maka sebenarnya proses sudah mulai kira-kira 9-11 tahun sebelumnya. Selain itu pada saat itu kebanyakan pasien menunjukkan jumlah sel β pancreas yang menghasilkan insulin sudah tinggal 50%. Oleh karena itu penting untuk dapat mendeteksi dini adanya diabetes mellitus atau stadium yang lebih ringan yaitu pra diabetes. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dan pemantauan pengobatan diabetes melitus adalah kadar glukosa darah, HbA1c (hemoglobin glikat) dan yang terbaru albumin glikat. Untuk pemeriksaan penyaring (screening) terhadap diabetes melitus dapat dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, 2 jam postprandial (setelahmakan) atau sewaktu, atau kadar HbA1c. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan yang sama dimana apabila sudah ada gejala dan tanda klinis maka cukup 1x kelainan tetapi apabila tiada tanda klinis maka perlu sediktnya 2 x kelainan. Apabila hasilnya masih meragukan maka dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah pembebanan dengan minum larutan 75 gram glukosa. HbA1c yang merupakan komponen utama dan terbanyak dari hemoglobin glikat menggambarkan kadar glukosa selama masa 2-3 bulan sebelumnya sesuai masa paruh eritrosit, dianjurkan untuk diperiksa setiap 3 bulan sekali pada diabetes melitus yang stabil. Pemeriksaan HbA1c telah dibakukan (standardisasi) dan diharmonisasi. Oleh karena itu selain untuk memantau pengobatan diabetes melitus, sekarang juga diajukan untuk penyaring dan diagnosis diebetes melitus. Akan tetapi hasil pemeriksaan kadar HbA1c dipengaruhi oleh perubahan eritrosit, dan Hb serta varian Hb sehingga pada



19



keadaan-keadaan dengan kelainan tersebut hasilnya dapat salah. Parameter terbaru adalah albumin glikat (AG) yang menggambarkan kadar glukosa sesuai masa paruh albumin yang jauh lebih pendek daripada eritrosit. Dengan demikian dokter dapat memantau pengobatan dengan lebih cepat..Selain itu parameter AG jugamenunjukkan beberapa kelebihan dibandingkan HbA1c, misalnya lebih tepat mencerminkan kontrol glikemik, juga retinopati pada pasien DM tipe 2, dan perubahan glukosa postprandial serta penyebab semua mortalitas pada pasien hemodialisis. Akan ketapi parameter ini juga dipengaruhi oleh perubahan kadar albumin sehingga harus dipertimbangkan bila ada perubahan kadar albumin yang nyata.



9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien. Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu: a. Diet Syarat diet DM hendaknya dapat: 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda 4) Mempertahankan kadar KGD normal 5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic 6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita. 7) Menarik dan mudah diberikan



20



Prinsip diet DM, adalah: 1) Jumlah sesuai kebutuhan 2) Jadwal diet ketat 3) Jenis: boleh dimakan/tidak Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya. 1) Diit DM I : 1100 kalori 2) Diit DM II : 1300 kalori 3) Diit DM III : 1500 kalori 4) Diit DM IV : 1700 kalori 5) Diit DM V : 1900 kalori 6) Diit DM VI : 2100 kalori 7) Diit DM VII : 2300 kalori 8) Diit DM VIII : 2500 kalori Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi, Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau Ditambah J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya. J III : jenis makanan yang manis harus dihindari Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:



BB (Kg)



21



BBR = X 100 % TB (cm) – 100 Kurus (underweight) 1) Kurus (underweight) : BBR < 90 % 2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 % 3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 % 4) Obesitas, apabila : BBR > 120 % - Obesitas ringan : BBR 120 – 130 % - Obesitas sedang : BBR 130 – 140 % - Obesitas berat : BBR 140 – 200 % - Morbid : BBR > 200 % Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah: 1) kurus



: BB X 40 – 60 kalori sehari



2) Normal



: BB X 30 kalori sehari



3) Gemuk



: BB X 20 kalori sehari



4) Obesitas



: BB X 10-15 kalori sehari



b. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah: 1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya. 2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore 3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen 4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein 5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru 6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena



22



pembakaran asam lemak menjadi lebih baik. c. Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya. d. Obat 1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes) Mekanisme kerja sulfanilurea • kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas • kerja OAD tingkat reseptor Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu: (1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik - Menghambat absorpsi karbohidrat - Menghambat glukoneogenesis di hati - Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin (2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin (3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler 2. Insulin a) Indikasi penggunaan insulin (1) DM tipe I (2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD (3) DM kehamilan (4) DM dan gangguan faal hati yang berat (5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren) (6) DM dan TBC paru akut



23



(7) DM dan koma lain pada DM (8) DM operasi (9) DM patah tulang (10) DM dan underweight (11) DM dan penyakit Graves b) Beberapa cara pemberian insulin (1) Suntikan insulin subkutan Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain: (a) lokasi suntikan ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari. (b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan. (c) Pemijatan (Masage) Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin. (d) Suhu Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin. (e) Dalamnya suntikan Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan. (f) Konsentrasi insulin



24



9on Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat. (2) Suntikan intramuskular dan intravena Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik. e. Cangkok pancreas Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik.



10. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus a. Pengkajian Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999) 1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi



obat



(glukokortikosteroid,



diuretik



tiasid,



kontrasepsi



oral).



2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.



3. Pemeriksaan Diagnostik



25



1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress. 2) Gula darah puasa normal atau diatas normal. 3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. 4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. 5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis. 4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi. 5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya. Hal-hal lain yang perlu dikaji: a. Kaji hiperglikemia dan hipoglikemia b. Kaji tumbuh kembang anak c. Satus hidrasi d. Tanda dan gejala ketoasidosis, nyeri abdomen, mual muntah, pernapasan kusmaul menurunnya kesadaran. e. Kaji tingkat pengetahuan f. Mekanisme koping g. Kaji nafsu makan h. Status berat badan i. Frekuensi berkemih j. Fatigue k. Irirtabel l. Wawancara a) Riwayat hipertensi b) Riwayar kesehatan keluarga c) Pola kehidupan sehari-hari



26



d) Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit yang berbahaya. e) Riwayat keluarga Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes mellitus (Donna L. Wong : 590) Pemeriksaan Laboratorium a. Glikosuria Diketahui dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam reagensia seperti benedict, clinitest, dan sebagainya. b. Hiperglikemia Pemeriksaan kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat dapat berkisar antara 8-20 mmol/L (130-800 mg%) atau lebih tergantung beratnya keadaan penyakit. Biasanya diatas 14 mmol/L dan sesudah makan, gula darah meningkat lebih tinggi dibandingkan anak normal dan penurunan kadar ke kadar sebelumnya membutuhkan waktu lebih lama. c. Ketonuria d. Kolestrol dapat meningkat Normalnya di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel dengan gula darah, tetapi kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu diatas 10 mmol/L) menunjukkan prognosis jangka panjangnya buruk karena komplikasi seperti oterosklerosis lebih sering terjadi. e. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2 menurun, pH merendah. Bila penyakit berat maka bisa terjadi asidosis metabolik dan perubahan biokimiawi karena dehidrasinya.



b. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Penurunan Insulin. 2. Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Osmotik. 3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan



27



4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber informasi. 5. Defisit self care perawatan diri, makan, toileting, berpakaian, mobilisasi b.d kelemahan fisik 6. PK : Hiperglikemia



c. Rencana Tindakan Keperawatan NO 1



DIAGNOSA



NOC Status Gizi : Asupan



Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Penurunan Insulin



Aktivitas yang dilakukan :



Klien diharapkan mampu untuk :



klien sering merasa lapar dan haus klien mengatakan berat badannya menurun selama 1 bulan terakhir -



Data Objektif :



Monitor gizi



Makanan Dan Cairan



Data Subjektif :



-



NIC



-



Berat badan klien sebelum sakit 76 kg setelah sakit 68 kg



Mempertahankan berat badan Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal Melaporkan tingkat energi yang adekuat



Mukosa bibir kering Klien makan 3x/hari, menghabiskan 3/4 porsimakanan dan mengkonsumsi buahbuahan



28



Amati kecenderungan pengurangandan dan penambahan BB Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan Monitor respon emosional klien ketika ditempatka pada suatu keadaan yang ada makanan



-



Monitor lingkungan tempat makanan



-



Monitor mual dan muntah



-



Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan,kelatihan dan kelemahan



-



Monitor masukan kalori dari bahan makanan



Manajemen Nutrisi Aktivitas yang dilakukan : -



Kaji apa klien ada alergi makanan



-



Kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan klien.



-



Ajari klien tentang diet yang bener sesuai kebutuhan tubuh



-



Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori



-



Timbang BB secara teratur



-



Pastikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit



-



Pastikan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan Manajemen Hiperglikemi Aktivitas yang dilakukan :



29



-



Monitor guladarah sesuaiindikasi



-



Monitor tanda dan gejala poliuri, polidipsi, polifagia. Keletihan, pandangankabur atausakit kepala



-



Monitor TTV sesuai indikasi



2



-



-



Batasi latihan ketika gula darah besar dari 250mg/dl khusus nya adanya keton dalam urin



-



Monitor status cairan intake output sesuai kebutuhan



Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Osmotik



Keseimbangan Elektrolit dan asam-Basa



Data Subjektif :



Klien diharapkan mampu untuk menormalkan :



a) Klien mengatakan sering merasa haus



-



b) Klien mengaku sering BAK, bila malam hari hingga 10 kali c) Klien mengatakan berat badannya menurun selama 1 bulan terakhir -



Albumin serum pH serum Kreatinin serum



Data Objektif :



a) Klien minum sekitar 2500 cc sehari b) Klien terlihat kurang tidur, karena sering BAK, terutama pada malam hari



Aktivitas yang dilakukan : Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan vena sentral), MAP (tekanan arteri ratarata), PAP (tekanan arteri paru)



-



Dapatkan hasil labor untuk menganalisa keseimbangna asam basa seperti ABG, urin dan level serum



-



Pantau ketidakseimbangan elektrolit yang semakin buruk dengan mengoreksi ketidakseimbangan asam basa



Bikarbonat serum pH Urine



Keseimbangan Cairan -



Manajemen Asam-Basa



Klien diharapkan mampu untuk menormalkan :



Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam pengobatan Tanda-tanda dehidrasi tidak ada ketidakseimbangan asam basa Mukosa mulut dan bibir lembab Balan cairan seimbang



c) Berat badan klien sebelum sakit 76 kg setelah sakit 68 kg Hidrasi



30



Manajemen Cairan Aktivitas yang dilakukan : -



Timbang BB tiap hari



d) Mukosa bibir kering



Klien diharapkan mampu menormalkan :



e) TD : 170/100 mmHg f) N : 80x/menit g) RR : 20x/menit o



h) S : 37,2 C



-



Pertahankan intake yang akurat



-



Monitor status hidrasi (seperti :kelembapan mukosa membrane, nadi)



-



Hidrasi kulit



-



Kelembaban membran mukosa\ Haus yang abormal



-



Pengeluaran urin



-



Tekanan darah



Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP, PAP



-



Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan BUN, Ht ↓)



-



Monitor TTV



-



Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites, distensi vena leher)



-



Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah dialisa



-



Monitor status nutrisi



-



Monitor respon pasien untuk meresepkan terapi elektrolit Pemantauan Cairan Aktivitas yang dilakukan :



31



-



Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi



-



Kaji kemungkinan factor resiko terjadinya imbalan cairan (seperti : hipertermia, gagal jantung,



diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)



3



-



Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan



Data Subjektif :



-



a) Klien mengaku jarang berolahraga saat waktu luang. b) Klien mengatakan lemas



-



Data Obejektif :



-



-



a) Aktivitas klien dibantu perawat dan keluarga b) Klien terlihat lemah c) TB/BB : 164cm/68kg



-



Monitor BB, intake dan output



-



Monitor nilai elektrolit urin dan serum



-



Monitor osmolalitas urin dan serum



-



Monitor membrane mukosa, turgor dan rasa haus



-



Monitor warna dan kuantitas urin



Toleransi Aktivitas



Terapi Aktivitas



Klien diharapkan mampu untuk menyeimbangkan : Denyut nadi saat beraktivitas. Jumlah pernafasan saat beraktivitas. Tekanan darah sistolik saat beraktivitas. Tekanan darah diastolic saat beraktivitas. Warna kulit.



Aktivitas yang dilakukan :



Kekuatan tubuh bagian atas. Kekuatan tubuh bagian bawah.



32



Monitor program aktivitas klien. Bantu klien untuk melalukan aktivitas yang biasanya ia lakukan. Jadwalkan klien untuk latihanlatihan fisik secara rutin. Bantu klien dengan aktivitasaktivitas fisik. Monitor respon fisik, sosial, dan spiritual dari klien terhadap aktivitasnya. Bantu klien untuk memonitor kemajuan dari pencapaian tujuan.



d) BMI : 25, 28(overweight)



Daya Tahan Tubuh



e) Level Aktifitas : Level 3(membutuhkan bantuan orang lain). -



Klien diharapkan mampu untuk menyeimbangkan :



Pengajaran : Penentuan Aktivitas dan Latihan



Aktivitas



Aktivitas yang dilakukan :



-



Daya tahan otot



-



Ajarkan klien tentang :



-



Hemoglobin



a.



-



Hematocrit



Tujuan dan kegunaan aktivitas dan latihan.



-



Glukosa darah



-



Serum elektrolit



-



Rasa lelah



b. Bagaimana cara melakukan suatu aktivitas. c. Bagaimana cara memonitor toleransi aktivitas. d. Bagaimana menjaga latihan. -



Perawatan Diri : Aktivitas- aktivitas sehari-hari



Berikan informasi kepada klien bagaiamana teknik-teknik untuk menyimpan energi. Berikan informasi-informasi seputar kesehatan fisik klien.



Klien diharapkan mampu untuk menyeimbangkan : Mengontrol berat badan -



Pola makan.



-



Berjalan.



-



Aktivitas



Aktivitas yang dilakukan : -



33



Diskusikan dengan klien hubungan antara intake maknan, latihan, peningkatan berat badan dan kehilangan berat badan



34



-



Diskusikan dengan klien kondisi pengobatan yang mempengaruhi berat badan



-



Diskusikan hubungan resiko berat badan normal dan tidak normal



-



Beri informasi kepada klien tentang berat badan yang ideal



-



Diskusikan bersama klien metode tentang intake makanan seharihari



-



Minta informasi dari klien, apakah ada dukungan luar yang mempengaruhi berat badannya



-



Kaji peningkatan keseimbangan makanan



BAB III TINJAUAN KASUS



3.1 FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI NERS STIKes AL-INSYIRAH



Nama Mahasiswa I.



II.



: KELOMPOK 1



Identitas diri klien Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Agama Pekerjaan Status Perkawinan Agama Suku Alamat Tanggal masuk RS Alasan masuk RS Mg/dl Yang mengirim Diagnosa medis Tanggal Pengkajian No. Medikal Record



NIM



:



: Tn. C : 66 Tahun : Laki-laki : SMU : Islam : Wiraswasta : Nikah : Islam : Minang : Jln Melati Gg. Mesjid No. 5 FB Pekanbaru : 21 Juni 2019 : Lemah anggota gerak sebelah kiri, Gula darah 506 : Datang sendiri : Diabetes mellitus Tipe 2 + Stroke : 22 Juni 2019 : 36 06 26



Riwayat Penyakit 1. Keluhan utama saat masuk RS Pasien datang ke Psp Rumah sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru pada jumat 21 Juni 2019 di antar oleh keluarganya dengan keluhan anggota gerak dan badannya lemah sebelah kiri, badan terasa lemas.



35



2. Riwayat penyakit sekarang Pada saat pengkajian klien mengatakan anggota gerak sebelah kiri lemah, badan klien lemas dan klien tampak lemah. Gula darah 506 mg/dl, TD 130/80 mmHg, T 36,7 C, N 84 x/I dan P 20 x/i. 3. Riwayat penyakit dahulu Klien mangatakan sebelumnya klien Tn C pernah dirawat dirumah sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru dengan penyakit yang sama diabetes mellitus dan stroke. Klien mengatakan ada riwayat sakit diabetes mellitus dan stroke, 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC, hepatitis maupun penyakit keturunan hipertensi ataupun DM. Genogram



Ket :



X III.



= Laki-laki = Perempuan = Klien = Meninggal



Pengkajian saat ini 1. Persepsi dan Pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan Sebelum sakit Klien mengatakan tidak bisa menjaga pola makan dan



36



sering sekali minum minuman yang manis secara berlebihan. Klien belum tahu mengenai penyakit diabetes millitus. jika sakit klien selalu memeriksakan kesehatanya ke rumah sakit atau klinik terdekat. Selama sakit, klien mengatakan cemas akan penyakitnya, klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti biasanya, klien menuruti pola makan atau diit yang diberikan dirumah sakit. Pola nutrisi/metabolik Program di Rumah Sakit Klien mengatakan selama sakit klien makan 3x sehari dari rumah sakit dengan makanan Diit Diabetes Tipe II dan tidak dihabiskan ½ porsi. Minum 11-12 gelas/hari dengan minuman yang disediakan keluarga dan Rumah Sakit dengan jenis minuman teh tawar dan air putih, berat badannya 62 kg. Intake makanan Klien mengatakan biasa makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan, klien menyukai semua jenis makanan, klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu. Intake cairan Klien minum 8-9 gelas per hari dengan minuman yang bervariasi seperti air putih, teh manis dan susu dan paling suka minum minuman manis, berat badannya 65 kg. 2. Pola eliminasi Buang air besar Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa BAB 1 kali perhari setiap pagi hari dengan karakteristik feces lunak berbentuk, warna kuning, bau khas. Klien mengatakan saat dirawat di rumah sakit klien BAB 1 kali perhari dengan karakteristik feces lunak berbentuk, bau khas. Buang air kecil Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa BAK 6-7 x/hari dengan karakteristik urine jernih agak kekuningan, jumlah 1100 cc. Klien mengatakan saat dirawat di rumah sakit BAK 8-9 kali perhari dengan karakteristik urine kuning jernih, bau khas, jumlah 3400 cc.



37



3. Pola Aktivitas dan Latihan Kemampuan Perawatan Diri 0 1 Makan/minum Toileting Berpakaian Mobilisas ditempat tidur Berpindah Ambulasi/ROM 0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat 1 : Dengan alat bantu 4 : Tergantung total 2 : Dibantu orang lain



2



3 √ √ √ √ √ √



Oksigen Klien mengatakan tidak ada sumbatan/ obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan secret, dan menggunakan nafas spontan. 4. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun) Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa tidur 8 jam/ hari, klien tidak mempunyai kebiasaan pengantar tidur klien tidak pernah mengkonsumsi obat sedatif (obat tidur). Klien mengatakan saat dirawat di rumah sakit klien tidur 4-5 jam atau lebih /hari karena klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini dan merasakan pegal-pegal pada daerah paha dan pingang. Klien masih bisa tidur karena lebih hanya menghabiskan waktu siang dan malam di tempat tidur. 5. Pola perceptual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi) Penglihatan klien kurang berfungsi dengan baik karena mengalami gangguan. Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien berfungsi dengan baik. Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul sekalipun harus dengan tekanan yang kuat. 6. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri) Klien mengatakan klien bisa menerima dengan keadaan fisik tubuhnya saat ini. Klien mengatakan harga dirinya semakin bertambah karena keluarganya



38



4



mendukung dirinya dalam kondisi sekarang ini. Klien mengatakan perannya saat ini adalah sebagai seorang ayah dan seorang suami. 7. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll) Klien sudah menikah satu kali, memiliki 4 orang anak. Klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat gangguan reproduksi. 8. Pola peran dan hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan) Klien mengatakan perannya saat ini adalah seorang ayah dan suami dari istrinya. Hubungan klien dengan orang terdekat tidak mengalami masalah. Setelah dirawat di rumah sakit klien akan menjaga kondisinya saat ini dan akan selalu periksa ke dokter. Saat di rumah sakit klien juga berinteraksi baik dengan keluarga pasien lain, perawat dan juga tenaga medis lainnya. 9. Pola managemen koping stress (Perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini) Klien mengatakan apabila ada masalah pasti didiskusikan dengan keluarganya dan maupun saudara saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah.klien terlihat cemas dan stress akan penyakit yang di deritanya. 10. Sistem nilai dan kepercayaan (pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll) Klien mengatakan klien beragama Islam dan selalu taat dalam menjalankan kewajiban sholatnya walaupun ditempat tidur. Observasi dan Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Tanda-tanda Vital TD : 130/80 mmHg P : 18 x/menit N : 82 x/menit S :36,5 о C Pemeriksaan nyeri



39



Provokatif/Paliatif (P) : Nyeri tangan kanan post terpeleset di kamar mandi, nyeri jika beraktifitas, dan berkurang jika beristirahat Qualitas/Quantitas (Q) : Nyeri tumpul pada tangan kanan Region/Radiasi (R) : Nyeri pada tangan kanan dan tangan terasa lemah Skala Seviritas (S) : Skala nyeri sedang (4) Timing (T) : Setiap beraktifitas/ digerakkan dan nyeri frekuensinya sering I. Kepala Rambut Warna hitam, bersih, pendek, dan lembab, kulit kepala bersih, tidak berketombe dan tidak ada lesi. Mata Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak menggunakan kacamata, penglihatan baik. Mulut Lidah bersih, mukosa lembab, gusi baik tidak ada perdarahan, fungsi pengecapan baik. Bibir Bibir berwarna merah dan kering Gigi Gigi bersih, tidak ada karang gigi dan tidak menggunakan gigi palsu. Telinga Telinga bersih, bentuk simetris, tidak ada gangguan pendengaran. II. Leher Tidak terdapat pembesaran tyiroid, dan tidak terpasang tracheostomi



40



III. Tangan Tangan kanan terpasang infuse RL 20 tpm, tidak ada oedema, tidak ada lecet, tidak ada masalah/gangguan di tangan, tangan kiri terasa lemah. IV. Dada (Paru dan Jantung) Inspeksi Paru-paru : Simetris, perkembangan dada kanan kiri sama Jantung : ictus cordis tampak Palpasi Paru-paru : vocal fremitus kanan dan kiri sama Jantung : ictus cordis teraba Perkusi Paru-paru : Suara sonor Jantung : suara redup Auskultasi : Paru-paru : Bunyi vesikuler tidak ada hambatan Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler V. Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi



√ Normal □ Asites □ Stoma : Tympani kuadran 1, 2, 3, 4 : tidak ada nyeri tekan : Peristaltik usus 10 x/ menit



VI. Genetelia Tidak ada kelainaan, tidak terpasang kateter, tidak ada luka VII. Kaki Tidak ada odema dan tidak ada fraktur, kaki terasa lemah VIII. Punggung Tidak ada lordosis dan tidak ada gangguan dipunggung



41



□ Luka



IX. Program terapi Ivfd RL 20 tpm, terpasang drip novorapid 5 unit/ jam (10 unit novorapid + 50 cc Nacl dalam Syring pump, cek GD/ 4 jam, jika GD > 180 mg/ dl naikkan novorapid 0,5 unit/ jam, Jika 140-180 mg/ dl tetap, jika GD