Laporan Kimia Koloid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR ALKOHOL



Disusun Oleh : Kelompok 3 Novitia Nurul Hikma



(2017340004)



Nefo Adiatama



(2017340005)



Fildzah Hashfi Safitri



(2017340011)



Adinda Putri



(2017340018)



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS SAHID JAKARTA 2017



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Kata “alcohol” sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut Grain Alcohol dan kadang untuk minuman yang mengandung alcohol, hal ini disebabkan karena alcohol merupakan bahan dasar dari minuman tersebut bukan methanol atau grup alcohol lainnya. Begitu juga dengan alcohol yang digunakan dalam indutri farmasi alcohol yang dimaksudkan tersebut adalah etanol. Sebenarnya alcohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Dalam kimia, alcohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organic apapun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hydrogen dan atau atom karbon lain. Sejak zaman prasejarah, manusia telah menggunakan etanol sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Dan pada tahun 1840 etanol pernah menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat



1.2. Tujuan Tujuan percobaan praktikum kali ini adalah mengetahui dan mempelajari sifat fisik dari beberapa senyawa alcohol diantaranya untuk mengetahui perbedaan titik didih, perbedaan viskositas, serta perbedaan kelarutan. Dan dapat menentukan dan membandingkan sifat-sifat kimia antara struktur alcohol primer, sekunder dan tersier.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Pengertian Koloid Koloid berasal dari Bahasa Yunani ‘kolia” yang artinya lem. Koloid pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tapi sulit terdisfusi. Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem disperse dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara 1 µm – 100 µm sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi. Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah.



2.2. Jenis – Jenis Koloid Sistem koloid terdiri atas 2 fase, yaitu fase terdispersi (zat terlarut) dan fase pendispersi (medium dispersi). Dalam sistem koloid, baik fase terdispersi maupun fase pendispersi dapat berupa gas, cair, atau padat. Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fase pendispersinya koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis koloid yaitu sebagai berikut :



No.



Fase



Fase



Nama Koloid



Contoh



Terdispersi



Pendispersi



1



Gas



Padat



Busa padat



Batu apung, kerupuk



2



Gas



Cair



Buih



Krim, pasta



3



Cair



Padat



Emulsi padat



Keju, mentega



4



Cair



Cair



Emulsi



Susu, santan, mayonaise



5



Cair



Gas



Aerosol cair



Awan kabut



6



Padat



Padat



Sol padat



Mutiara, kaca



7



Padat



Cair



Sol



Pati dalam air, cat, jeli



8



Padat



Gas



Aerosol padat



Debu, asap



2.3. Sifat – Sifat Koloid Koloid memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. Sifat Koligatif Sifat koligatif berguna untuk menghitung jumlah mol atau konsentrasi partikel koloid. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat ini memberi manfaat bagi organisme, kontair sel mengandung partikel koloid sehingga memiliki tekanan osmotic. Akibat air tertarik ke dalam sel bertahan di dalamnya. b. Sifat Optik Ukuran partikel koloid agak besar, maka cahayanya yang melewatinnya akan dipantulkan. Arah pantulan itu tidak teratur karena partikel tersebar secara acak sehingga pantulan itu tidak teratur karena partikel tersebar secara acak sehingga pantulan cahaya itu berhamburan ke segala arah atau yang disebut dengan efek Tyndall. Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung pada ukuran partikel, maka efek tyndall juga dapat digunakan untuk memperkirakan berat molekul koloid. Partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran kecil, cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran besar cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang. c. Sifat Kinetik Sebagai partikel yang bebas dalam mediumnya, partikel koloid selalu bergerak ke segala arah. Gerakannya selalu lurus dan akan patah jika



bertabrakan dengan partikel lain, gerakan ini disebut juga dengan gerakan Brown. d. Sifat Adsorpsi Adsorpsi koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan partikel dari larutan kasar dengan massa yang sama. Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. e. Sifat Listrik Partikel koloid memiliki muatan di permukaannya disebabkan oleh pengionan atau penyerapan muatan, muatan ini dapat bersifat positif maupun negatif. Kestabilan sistem koloid disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid, selain karena adanya gerakan Brown. Pada peristiwa elektroforesis, partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan pada elektroda. Kegunaan dari sifat ini adalah untuk menentukan muatan yang dimiliki oleh suatu partikel koloid. f. Koagulasi Koagulasi atau penggumpalan adalah peristiwa pengendapan partikel – partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendisperinya. Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang disebut koagulasi atau penggumpalan. Koagulasi spontan umunya lambat dan dapat dipercepat dengan alat sentrifugal ultra. Alat ini akan memutar koloid dengab kecepatan tinggi sehimgga partikel didorong ke dasar tabung reaksi.



2.4. Kegunaan Koloid Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.



Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid : Jenis Industri



Contoh Aplikasi



Industri makanan



Keju, mentega, susu, saus salad



Industri kosmetika dan perawatan tubuh



Krim, pasta gigi, sabun



Industri cat



Cat



Industri kebutuhan rumah tangga



Sabun, deterjen



Industri pertanian



Peptisida dan insektisida



Industri farmasi



Minyak ikan, pensilin untuk suntikan



Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :  Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.  Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O



à Al(OH)3 +



3H+



Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.



BAB III



METODOLOGI



3.1. Alat dan Bahan a. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 2 buah erlenmeyer 500 ml, 6 buah tabung reaksi, pembakar gas, segi tiga/ kasa, gelas piala 400 ml dan 2 buah pipet tetes. b. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaaan ini adalah etanol 95%, minyak tanah, natrium thiosulfat, besi (III) khlorida, calcium acetat, asam khlorida pekat, garam dapur, gelatin, sabun/detergen dan natrium hidroxida.



3.2. Metode a. Persiapan Sol Sol adalah dispersi koloid zat padat dalam cair. Sedangkan yang dimaksud dengan koloid adalah ukuran (diameter) dari partikel dalam larutan terletak diantara 1 – 100 µm. 1) Sol Belerang Disiapkan suatu larutan natrium thiosulfat 0,5% , ditambahkan 5 ml asam khlorida pekat dengan diaduk, diamati perubahan yang terjadi pada larutan. 2) Sol Besi Hidroksida Disiapkan suatu larutan besi (III) khlorida dengan cara dilarutkan 2 g besi khlorida dalam 6 ml air, dipanaskan sebagian kecil dari larutan itu dalam tabung reaksi sampai mendidih. Endapan yang berwarna cokelat terbentuk akibat terjadinya hidrolisa dari besi khlorida itu menurut reaksi berikut : Fe3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 3H2O (c)  Fe(OH)3 + 3 HCl (g)



Dipanaskan 500 ml air sampai hampir mendidih dan diteteskan sisa larutan besi khlorida itu setetes demi setetes ke dalam air panas



tersebut sehingga terbentuk sol dari besi (III) hidroksida, gunakan senter untuk melihat efek tyndall. Bandingkan dengan larutan garam dapur ( pakai air suling untuk membuat kelarutan garam dapur). Ditambahkan larutan garam dapur yang pekat ke dalam 250 ml sol besi (III) hidroksida itu. Diamati perubahan yang terjadi pada larutan.



b. Persiapan Gel 1) Gel Gelatin Gelatin (2 g) digerus sampai halus dan direndam dengan 2 g air panas, lalu dibiarkan selama seperempat jam. Dicuci dengan air panas sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml, biarkan sampai dingin



c. Persiapan Emulsi Dimasukan 5 ml minyak tanah dan 50 ml aquadest ke dalam labu ukur, kocok. Dimasukan 5 ml minyak tanah, 50 ml aquadest dan 2,5 ml larutan sabun kedalam tabung reaksi, kocok. Dimasukan 5 ml minyak tanah, 50 ml aquadest dan 2,5 ml larutan detergen kedalam tabung reaksi, kocok. Dimasukan 5 ml minyak tanah, 50 ml aquadest dan 2,5 ml larutan gelatin kedalam tabung reaksi, kocok. Dimasukan 5 ml minyak tanah, 50 ml aquadest dan 2,5 ml larutan NaOH kedalam tabung reaksi, kocok. Diamati perubahan yang terjadi pada larutan.



BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN



1. Hasil Pengamatan a. Persiapan Sol Percobaan 1. Sol Belerang Saat larutan Natrium Thiosulfat 0,5% dicampurkan dengan asam khlorida pekat, larutan mengeluarkan uap gas berbau belerang dan warna lebih keruh.



Percobaan 2. Sol Besi Hidroksida No.



Larutan



Keterangan



1.



Larutan FeCl₃



Terdapat endapan coklat yang berada didasar



dipanaskan hingga



gelas piala



mendidih



2.



Larutan FeCl₃



Warna larutan menjadi warna sindur



ditambahkan kedalam 500 ml air mendidih Larutan Sol : 3.



Perbandingan efek



Larutan tersebut tembus pandang saat disinari



thyndall larutan sol



oleh senter = tidak terjadi efek tyndall



FeCl₃ dan larutan



Larutan garam :



garam



Larutan tersebut tidak tembus pandang saat disinari oleh senter = terjadi efek tyndall



4.



Larutan NaCl pekat



Larutan FeCl₃ larut sempurna saat dicampur



dicampurkan dngan



dengan larutan NaCl jenuh



larutan sol FeCl₃



b. Persiapan Gel



Gel Gelatin Saat serbuk gelatin ditambahkan air panas dan didiamkan selama ±15 menit, serbuk tersebut menjadi lelehan dan larut dalam air.



c. Persiapan Emulsi No.



Minyak



Keterangan Bercampur antara sabun dan minyak, tetapi



1.



Pelarut sabun



lama kelamaan terpisah menjadi 3 bagian Mengahasilkan buih pada larutan lalu



2.



Pelarut detergen



larutan tersebut tercampur Tidak bercampur antara gelatin dan minyak



3.



Pelarut gelatin



dan terdapat 2 lapisan Menghasilkan buih, tidak bercampur antara



4.



Pelarut NaOH



NaOH dan minyak dan terdapat 2 lapisan



2. Pembahasan a. Persiapan Sol -



Sol belerang Pada hasil percobaan sol belerang, reaksi natrium thiosulfat 0,5% dengan 5 ml asam klorida larutan hanya mengeluarkan uap gas berbau belerang dan warna lebih keruh. ini mungkin disebabkan asam kloridanya kurang baik (kurang pekat). Seharusnya, koloid akan terihat buih-buih kecil.



-



Sol Besi Pada hasil percobaan sol besi, ketika larutan besi dan NaCl dipancarkan cahaya dari senter memiliki hasil yang berbeda. Sol besi cahaya yang dilewatkan pada lautan terdapat pancaran cahaya yang memantul, larutan ini memiliki efek tyndal. Sedangkan, pada larutan garam, cahaya yang dilewatkan tidak memantul atau tidak terjadi efek tyndal. Efek tyndal adalah suatu sifat optic yang dimiliki sol untuk menghamburkan cahaya. Sehingga cahaya yang seharusnya diserap menjadi dihamburkan.



b. Persiapan Gel -



Gel Gelatin Gelatin merupakan zat kimia padat, tembus cahaya, tak berwarna, rapuh (jika kering), dan tak berasa. Gelatin umumnya digunakan sebagai zat pembuat gel pada makanan, farmasi, fotografi, dan pabrik kosmetik. Gelatin merupakan campuran antara peptida dengan protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang secara alami terdapat pada tulang atau kulit binatang. Gelatin komersial biasanya diperoleh dari ikan, sapi, dan babi. Dalam industri pangan, gelatin luas dipakai sebagai salah satu bahan baku dari permen lunak, jeli, dan es krim.



c. Persiapan emulsi Pada percobaan emulsi menghasilkan : -



Percobaan emulsi dengan sabun Berdasarkan praktikum, dapat diketahui bahwa air dan minyak tidak akan pernah bercampur karena adanya perbedaan massa jenis, karena massa jenis minyak lebih kecil dari pada air. Sedangkan sabun atau detergen dapat menyatu dengan minyak dan air, karena gugus polar pada sabun atau detergen memiliki sifat hidrofil. Sifat fisiknya adalah, menghasilkan buih, menghasilkan lapisan dan larutan berwarna keruh.



-



Percobaan emulsi dengan detergen Berdasarkan praktikum, dapat diketahui bahwa air dan minyak tidak akan pernah bercampur karena adanya perbedaan massa jenis, karena massa jenis minyak lebih kecil dari pada air. Sedangkan sabun atau detergen dapat menyatu dengan minyak dan air, karena gugus polar pada sabun atau detergen memiliki sifat hidrofil.



Sifat fisiknya adalah, menghasilkan buih, menghasilkan lapisan dan larutan berwarna keruh.



- Percobaan menggunakan 1% larutan gelatin Larutan ini dipengaruhi oleh berat jenis sehingga larutan tersebut tidak dapat bercampur. Berat jenis minyak lebih rendah dari berat jenis larutan gelatin, sehingga minyak tidak tercampur dan mengapung di permukaan larutan.



- Percobaan menggunakan 1% larutan NaOH Larutan ini dipengaruhi oleh berat jenis sehingga larutan teersebut tidak dapat bercampur. Berat jenis minyak lebih rendah dari berat jenis larutan gelatin, sehingga minyak tidak tercampur dan mengapung di permukaan larutan.



Pertanyaan 1.



Persiapan sol Sol Belerang -



Apakah yang terjadi? apakah nama fase terdispersi?  Tidak terjadi perubahan apa- apa, karena dapat disebabkan pelarut yang kurang pekat sehingga tidak terjadi endapan tersebut.



Sol Besi Hidroksida -



Penambahan larutan garam kedalam larutan FeCl3. Apa yang terjadi? mengapa?  Terjadi larutan tidak sempurna terbentuk endapan.



2.



Persiapan Emulsi - Pencampuran minyak dan air. Apa yang terjadi? mengapa?  Terjadi pemisahan antara minyak dan air karena berat jenis (BJ) komponen tersebut. BJ air lebih besar dari BJ minyak, sehingga air terdapat di bawah dan minyak terdapat diatas air. Diantara kedua lapisan



tersebut terjadi emulsi antara minyak dan air. Terdapat buih-buih minyak diantara lapisan tersebut.



-



Bagaimana stabilitas masing-masing emulsi dilihat dari pemisahan fase terdispersi dan medium pendispersi ?  Stabilitasnya sama yang berarti hasilnya juga sama, karena setelah di kocok mengalami pemisahan .



BAB V PENUTUP



5.1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : -



Pada Persiapan Sol : 



Setelah dibandingkan antara larutan sol dengan larutan garam terdapat perbedaan yaitu pada larutan sol larutan tersebut tembus pandang saat disinari oleh senter = tidak terjadi efek tyndall. Sedangkan pada larutan garam tidak tembus pandang saat disinari oleh senter = tidak terjadi efek tyndall.



-



Pada Persiapan Gel : 



-



Serbuk menjadi lelehan dan larut dalam air



Pada Persiapan Emulsi 



Dikarenakan tidak bercampurnya dua larutan yaitu antara sebuah larutan dengan minyak maka akan menghasilkan 2 atau lebih lapisan pada permukaan tersebut.



BAB VI DAFTAR PUSTAKA



Shabrina, Firda. 2015. Laporan Praktikum Pembuatan Koloid. https://www.slideshare.net/firdashabrina5/laporan-praktikum-6. Diakses pada 1 Desember 2017. Fajril, Khairul. 2015. Makalah Sistem Koloid. http://mykoloid.blogspot.co.id/2015/12/makalah-koloid-lengkap.html. Diakses pada 5 Desember 2017.