Laporan KKG [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan



PRAKTIKUM FITOKIMIA “KROMOTOGRAFI KOLOM GRAVITASI”



OLEH



KELOMPOK



: III (TIGA)



KELAS



: B-D3 FARMASI 2019



ASISTEN



: KHOFIFAH INDAH CAHYANI KARIM



LABORATORIUM BAHAN ALAM FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2021



Lembar Pengesahan FITOKIMIA “KROMOTOGRAFI KOLOM GRAVITASI” OLEH: KELOMPOK



: III (TIGA)



KELAS



: B-D3 FARMASI 2019



MOHAMMAD NURWANDI HUMOLA



(821319056)



FITRIAWATI KALUKU



(821319054)



ISRAWATY ADAM



(821319087)



PUTRI LESTARI FEBRIANI



(821319069)



SYAADILA S.BUNTA



(821319071)



SULISTIAWATI PANYUE



(821319046)



VANESA SUAK



(821319059)



WINRIANI DJAMU



(821319041)



Gorontalo, April 2021 Asisten



KHOFIFAH INDAH CAHYANI KARIM



NILAI



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga Laporan Praktikum Fitokimia dengan Percobaan KROMOTOGRAFI KOLOM GRAVITASI dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwah dalam penyelesaian laporan ini tercapai berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada dosen pengampuh dan asisten-asisten Fitokimia yang telah membimbing pada saat praktikum sampai pembuatan laporan ini sehingga laporan praktikum Fitokimia ini dapat terselesaikan.             Dalam penyusunan laporan ini, kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk percobaan KROMOTOGRAFI KOLOM GRAVITASI mencapai hasil terbaik namun keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki mejadikan laporan ini jauh dari kesempurnaan.             Oleh karena itu, untuk kepentingan perbaikan laporan – laporan praktikum berikutnya maka kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Wassalamu’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih.



                                                                                      Gorontalo, April



2021



Kelompok III



                                                                                                                



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB I



PENDAHULUAN..............................................................................................1



1.1



Latar Belakang....................................................................................................5



1.2



Maksud Percobaan..............................................................................................5



1.3



Tujuan Percobaan................................................................................................5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................6 2.1



Dasar Teori..........................................................................................................6



2.2



Uraian Bahan….………………………………………………………..……….9



2.3



Uraian Tanaman….……………………………….……………………………10



BAB III METODE KERJA...........................................................................................12 3.1



Waktu dan Tempat...........................................................................................12



3.2



Alat dan Bahan..................................................................................................12



3.2.1



Alat....................................................................................................................12



3.2.2



Bahan................................................................................................................12



3.3



Cara Kerja.........................................................................................................12



BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................14 4.1



Hasil..................................................................................................................14



4.2



Pembahasan.......................................................................................................14



BAB V PENTUP............................................................................................................17 5.1



Kesimpulan........................................................................................................17



5.2



Saran..................................................................................................................17



5.2.1



Saran Untuk Jurusan...........................................................................................17



5.2.2



Saran Untuk Universitas.....................................................................................17



5.2.3



Saran Untuk Laboratorium.................................................................................17



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis dikenal sebagai sumber bahan baku obat-



obatan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Begitu pula pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia salah satunya merupakan negara Indonesia bersama negara lain di Asia. Dengan semakin berkembangnya zaman dan teknologi, ilmu pendidikan berusaha mengembangkan teknologi di bidang farmasi. Farmasi berasal dari bahasa yunani pharmacon, yang berarti obat adalah salah satu ilmu kombinasi antara ilmu kesehatan  dan ilmu kimia yang mempelajari tata cara penyediaan obat menjadi bentuk tertentu sehingga siap untuk dijadikan obat untuk suatu penyakit. Selain itu, farmasi juga mempelajari pengembangan ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan kondisi pasien. Orang yang ahli dalam bidang farmasi disebut apoteker. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi  tradisional yaitu mempelajari cara bagaimana mencampur obat, meracik formula, identifikasi, kombinasi serta menganalisis mengenai obat serta pengobatan. Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan apa yang ada di dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai obat untuk



mengurangi



rasa



sakit,



menyembuhkan



dan



mencegah



penyakit



tertentu,mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar. Catatan sejarah diketahui bahwa fitoterapi dan terapi menggunakan tumbuhan telah dikenal sejak masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional. Tumbuhan atau tanaman obat tradisional merupakan tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang disengaja ditanam (budidaya) maupun tanaman yang tumbuh secara liar. Tanaman dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Obat tradisional adalah ramuan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat Penggunaan tanaman obat atau jamu sebagai obat tradisional diharapkan dapat digunakan sebagai pengobatan komplementer alternatif yang bisa disandingkan dengan pengobatan konvesional (modern) yang sudah berkembang dan telah lama dipakai pada fasilitas pelayanan kesehatan.



1



Oleh karna itu tumbuhan herbal adalah tumbuhan atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional terhadap penyakit.



Sejak zaman dahulu,



tumbuhan herbal berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengobatan tradisional terhadap penyakit tersebut menggunakan ramuan-ramuan dengan bahan dasar dari tumbuh-tumbuhan dan segala sesuatu yang berada di alam. Sampai sekarang, hal itu banyak diminati oleh masyarakat



karena biasanya bahan-bahannya dapat ditemukan



dengan mudah di lingkungan sekitar Dalam hal ini untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mmengikutkan pengawasan menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat trasdisional tergantung dari bahan baku, bangunan prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional. Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan (Dirjen POM, 1999). Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan guna menunjang kesehatan. Obat tradisional sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, maka dari itu obat tradisional berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia memiliki banyak tanaman obat-obatan karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Negara Brazil. Meskipun banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. Obat tradisional juga merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena



2



masih bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Oleh karna itu tumbuhan herbal adalah tumbuhan atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional terhadap penyakit.



Sejak zaman dahulu,



tumbuhan herbal berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengobatan tradisional terhadap penyakit tersebut menggunakan ramuan-ramuan dengan bahan dasar dari tumbuh-tumbuhan dan segala sesuatu yang berada di alam. Sampai sekarang, hal itu banyak diminati oleh masyarakat



karena biasanya bahan-bahannya dapat ditemukan



dengan mudah di lingkungan sekitar. Pengobatan tradisional yang berasal dari tanaman merupakan manifestasi dari partisipasi aktif masyarakat dalam menyelesaikan problematika kesehatan dan telah diakui peranannya oleh berbagai bangsa dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan apa yang ada di dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Salah satu caranya adalah melalui ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak yang nantinya akan mempermudah proses identifikasi. Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewanimenggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhistandar baku yang ditetapkan. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dari bahan padat pelarut. Pelarut



yang



digunakan



harus



maupun cair dengan bantuan



dapatmengekstrak



substansi



yang



diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh. Tujuan ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawasenyawa yang mudah larut dalam pelarut organic.



3



Ekstraski juga merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan terhadap dua cairan yang tidak saling larut yang berbeda. Sedangkan sokletasi yaitu ekstraksi padat cair yang berkesinambungan. Ekstraksi biasanya dilakukan menggunakan suatu alat yang dinamakan soklet. Prinsip dari sokletasi yaitu penyarian secara berkesinambungan dimana cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi, molekul-molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun ke dalam slonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi sempurna (Vogel, 1985). Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam



pelarut polar dan sebaliknya,



ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen berkhasiat, diantaranya dengan melakukan isolasi komponen kimia pada suatu sampel tanaman. Isolasi adalah pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Pemisahan ini didasarkan pada sifat adsorbsi dan partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben dan cairan pengelusi yang digunakan. Proses isolasi biasanya dilakukan dengan cara kromatografii. Kromatografi kolom gravitasi merupakan suatu meode pemisahan fisik, dimana komponennya dipishkan dan didistribusikan diantara dua fase dan menggunakan kolom sebagai alatnya (Day and underwood, 1989) Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk kepelarut non pola, dalam praktikum kali ini silika gel digunaan sebagai fase diam (Harborne, 1987). Silika gel merupakan fasa diam yang paling sering digunakan, untuk penggunaan dalam suatu tipe pemisahan perbedaannya tidak hanya pada struktur, tetapi juga pori-



4



porinya dan struktur lubangnya menjadi penting, disamping pemilihan fasa gerak (Sudjadi, 1986) Metode fraksinasi yang digunakan dalam paktikum kali ini adalah menggunakan kromatografi kolom. Kolom diisi dengan penyerap padat sebagai fase tetap dan dialiri dengan pelarut sebagai fase gerak. Cuplikan yang akan difraksi dimasukkan ke dalam kolom dan dialiri fase gerak yang akan membentuk jalur-jalur serapan dari senyawa. Bila pelarut dibiarkan mengalir melalui kolom, ia akan mengangkut senyawa-senyawa yang merupakan komponen-komponen dari campuran. Pemisahan komponen suatu campuran tergantung pada tingkat kepolaran dari fase gerak dan senyawa yang terkandung dalam campuran tersebut (Sastrohamidjodjo, 2003). Berdasarkan urain di atas maka pelu dilakukan praktikum fitokimia dengan metode Kromatografi kolom gravitasi guna untuk menambah wawasan dan pengatahuan. 1.2



Maksud Percobaan



1.



Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kromatografi kolom gravitasi.



2.



Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi kolom gravitasi.



3.



Untuk mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kolom gravitasi.



1.3 1.



Tujuan Percobaan Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kromatografi kolom gravitasi.



2.



Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis kromatografi kolom gravitasi.



3.



Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kolom gravitasi.



1.4



Prinsip percobaan Prinsip kerja KKG adalah yaitu memiahkan komponen campuran yang



didasarkan pada perbedaan interaksi antara fase diam dan fase gerak.



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Dasar Teori



2.1.1



Pengertian Kromatografi Kolom Gravitasi Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-



komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner. Fasa stasioner bisa serupa padatan maupun cairan, sedangkan fasa bergerak bisa berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom (seperti dalam kromatografi kertas atau lapis tipis, ekivalen fisik kolom), dan tentu saja dasar pemisahan terletak dalam laju perpindahan yang berbeda ( Day, 1986).



6



Kromatografi kolom adalah suatu teknik pemurnian untuk mengisolasi komponen yang diinginkan dai sutu campuran. Dalam kromatografi kolom, fase diam (adsorben padat) ditempatkan secara vertikal dalam kolom gelas dan fase gerak (cairan) ditempatkan pada bagian atas kolom dan begerak ke bawah melewati kolom (karena gravitasi atau tekanan eksternal). Sampel yang akan dianalisis dimsukkan ke bagian atas kolom. Eluen ditambahkan ke dalam kolom dan bergerak ke bawah melewtikolom. Keseimbangan terjadi antara komponen yang teradsopsi pda adorben dengan pelarut yang terelusi mengalir melewati kolom (Basset, 1994). Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipsahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, atau bahkan tabung plastik. Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut (Gritter, 1991). Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat  tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8:1 sedangkan daya penyerapnya adalah 25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan. Teknik banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organik dan konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk pemisahan jenis logan-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai (Yazid, 2005).           Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan molekulmolekul komponen untuk melarut dalam cairan, melekat pada permukaan padatan halus, bereaksi secara kimia dan terekslusi pada pori-pori fasa diam. Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut di dalamnya, teradsorpsi atau bereaksi secara kimia. Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan  analisis kualitatif, analisis kuantitatif dan pemurnian suatu senyawa. Dalam beberapa hal metode pemisahan kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode pemisahan ekstraksi. Kedua metode 7



ini sama-sama menggunakan dua fasa, dimana fasa satu bergerak terhadap fasa lainnya, kesetimbangan solut selalu terjadi di antara kedua fasa ( Alimin dkk, 2007).             Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponenkomponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom terabsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa diam yang sifafnya tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya adalah cairan atau pelarut yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fasa bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fasa bergerak (Yazid, 2005). Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fasa bergerak yang ditambahkan secara kontinu, akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut. Pada kromatografi adsorpsi, besarnya koefisien distribusi sama dengan konsentrasi zat terlarut pada fasa teradsorpsi dibagi konsentrasinya pada fasa larutan. Ketergantungan jumlah zat terlarut yang teradsorpsi terhadap konsentrasi zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan isoterm adsorpsi Langmuir (Yazid, 2005).



2.1.2



Metode Pemisahan Kromatografi Kolom Gravitasi



            Metode pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak bergantung pada ukuran kolom gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan metode kromatografi kolom diperlukan waktu yangcukup lama, bias berjam-jam hanya untuk memisahkan satu campuran. Selain itu, hasil pemisahan kurang jelas artinya kadang-kadang sukar mendapatkan pemisahan



8



secara sempurna karena pita komponen yang satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya. Masalah waktu yang lama disebabkan laju alir fasa gerak hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, ukuran diameter partikel yang cukup besar membuat luas permukaan fasa diam relative kecil sehingga tempat untuk berinteraksi antara komponen-komponen dengan fasa diam menjadi terbatas. Apabila ukuran diameter partikel diperkecil supaya luas permukaan fasa diam bertambah menyebabkan semakin lambatnya aliran fasa gerak atau fasa gerak tidak mengalir sama sekali. Selain itu fasa diam yang sudah terpakai tidak dapat digunakan lagi untuk pemisahan campuran yang lain karena sukar meregenerasi fasa diam (Hendayana, 2006). Untuk memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai campuran diisi dengan bahan penyerap seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pengaduk untuk memanfaatkan adsorben dan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hat-hati dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembunggelembung udara, untuk membantu homogenitas biasanya kolom setelah diisi divibrasi diketok-ketok. Sejumlah cuplikan yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponenkomponen dalam campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Kesetimbangan dikatakan tetap apabila suatu komponen yang satu dengan yang lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan (Yazid, 2005). 2.1.3



Keuntungan Pemisahan Kromatografi Kolom Gravitasi Menurut Alimin (2007) keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi



adalah a.



Dapat digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil.



b.



Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi komponen.



c.



Proses pemisahan dalam dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.



d.



Seringkali murah dan sederhana karena umumnya tidak memerlukan alat yang mahal dan rumit. 9



2.2



Uraian Bahan



2.2.1



Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009) Nama resmi



:



AETHANOLUM



Nama lain



:



Etanol, alkohol



Rumus molekul



:



C2 H5OH



Berat molekul



:



46,07 g/mol



Rumus Struktur



:



Pemerian



:



Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap



Kelarutan



:



Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter



Kegunaan



:



Sebagai Pembersih Alat



Khasiat



:



Antiseptik dan Desinfektan



Penyimpanan



:



Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.



2.2.2



Etil Asetat (Dirjen POM, 1979) Nama resmi



:



ACIDUM ACETICUM



Nama lain



:



Cuka.



10



Rumus Molekul  



:



C2H4O2



Berat Molekul



:



88,11 g/mol.



:



Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa



Rumus Struktur



Pemerian



:



asam tajam. Kelarutan



:



Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95%, dan gliserol.



Kegunaan



:



Sebagai pelarut pembanding



Penyimpanan



:



Dalam wadah tertutup baik.



2.1.3  N-Heksana (Dirjen pom , 1979) Nama resmi        



:   N-HEKSANA



Rumus molekul   



:   C6H14



Berat molekul     



:   86,18  g/mol



Rumus Struktur



:



11



Pemerian            



:



Cairan jernih, mudah menguap, bau  seperti eter lemah atau bau seperti petroleum



Kelarutan            



:   Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak, dapat dicampur dengan eter, dengan kloroform, dengan benzena, dan dengan sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri.



2.3



Kegunaan            



:   Sebagai pelarut pembanding.



Penyimpanan      



:   Dalam wadah tertutup baik.



Uraian tanaman



2.3.1 Tanaman Bidara (Ziziphus mauritiana) a.



Klasifikasi (Heyne, 1987)



Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Rosales



Famili



: Rhamnaceae



Genus



: Ziziphus



Spesies



: Ziziphus mauritiana Lam



Gambar 1.1 Bidara (Ziziphus mauritiana)



b. Morfologi Bidara adalah semak atau pohon berduri dengan tinggi hingga 15 m, diameter batang 40 cm atau lebih. Kulit batang abu-abu gelap atau hitam, pecah- pecah tidak beraturan. Daun tunggal dan berselang-seling, memiliki panjang 4-6 cm dan lebar 2,5-4,5 cm. Tangkai daun berbulu dan pada pinggiran daun terdapat gigi yang sangat halus. Buah berbiji satu, bulat sampai bulat telur, ukuran kira- kira 6x4 cm, kulit buah halus atau 12



kasar, mengkilap, berwarna kekuningan sampai kemerahan atau kehitaman, daging buah putih, renyah, agak asam hingga manis (Goyal et al., 2012). c.



Khasiat Bidara banyak memiliki kegunaan. Secara tradisional tanaman ini digunakan



sebagai tonik. Biji dari bidara dilaporkan memiliki efek sedatif dan direkomendasikan sebagai obat tidur. Selain itu juga digunakan untuk menghentikan mual, muntah dan untuk meredakan nyeri dalam kehamilan dan untuk penyembuhan luka. Daun dari bidara digunakan untuk mengobati diare, penurun panas dan sebagai antiobesitas. Dalam ayurveda, dekoksi dari akar bidara digunakan untuk mengobati demam, dan serbuknya digunakan untuk mengobati luka dan tukak. Kulit batang digunakan untuk pengobatan diare dan bisul. Buah bidara memiliki efek laksatif ringan (Sharma and Gaur, 2013; Goyal et al., 2012)



13



BAB III METODE PENELITIAN 3.1



Waktu dan Tempat Praktikum Fitokimia I dilakukan pada hari Sabtu, 17 April 2021 pada pukul 07.00



s/d selesai, di kampus 1 Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Adapun alat yang digunakan berupa Batang pengaduk, Buret, Botol vial kecil, Cawan porselin, Corong, Gelas kimia, Gelas ukur, Lumpang dan alu, Pipet, Rotan kecil, Statif dan klem, Spatula. 3.2.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan Alkohol 70%, Aluminium voil, Aquadest, Etil asetat, Ekstrak kental refluks, Kapas, Kertas perkamen, Kertas label, methanol, N-heksan, silica gel, dan tisu. 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Cara kering a.



Pengemasan Silica Gel



1.



Ditimbang silica gel serbuk sebanyak 5 - 10 g



2.



Dimasukan kertas saring atau kapas pada bagian dasar kolom



3.



Dimasukan silica gel yang telah di timbang dan dipadatkan sampel lebih dari setengah kolom



4.



Dialiri dengan heksan sambil dibuka keran dan dipadatkan sampaai silica gel memadat



b.



Penyiapan ekstrak



1.



Ditimbang 0,5 – 2 g



14



2.



Ditambahkan 1 g silica gel



3.



Digerus hingga homogen



c.



Proses isolasi



1.



Dirangkaikan alat kolom menggunakan statif, posisi usahakan harus simetris



2.



Dimasukan terlebih dahulu sedikit kapas dipermukaan silica gel



3.



Ditutup keran pada alat kolom



4.



Dimaksukan heksan perlahan-lahan sebanyak kurang lebih sama dengan tinggi silica gel



5.



Ditambahkan estrak homogen yang sudah disiapkan sebelumnya ke dalam kolom



6.



Selanjutnya buatlah eluen dengan perbandingan sebagai berikut untuk dimasukan kedalam kolom:  Heksan 100%



20 mL



 Etil : Heksan



10 : 10



 Metanol 100%



20 mL



7.



Dibuka keran kolom serta perlahan agar eluen yang keluar sedikit demi sedikit



8.



Disetiap tetesan yang keluar hasil isolasi dan di tampung pada botol vial kecil



9.



Diamati setiap perubahan warna yang terbentuk. Karena setiap hasil isolasi yang berbeda warna tidak boleh saling bercampur



10.



Disatukan hasil isolasi yang memiliki warna sama pada botol infuse kaca dan diberikan label.



15



BAB IV PEMBAHASAN 4.1



Hasil Kolom Perbandingan Eluen



Kolom Volume



Kolom Warna



16



N-heksan 100%



20 mL



Bening



Etil : N-heksan



20 ml



Bening



20 ml



Bening



50



:



50



Etil Asetat 4.2



PEMBAHASAN Kromatografi kolom gravitasi merupakan suatu metode pemisahan fisik. Dimana



komponennya dipisahkan dan didistribusikan diantara dua fase dan menggunakan kolom sebagai alatnya, dan kromatografi juga dapat didefinisikan suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada peristiwa absorbs. Pada metode kromatografi kolom gravitasi menggunakan sampel ektrak batang bidara (Areca catechu) hasil dari refluks. Bidara banyak memiliki kegunaan. Secara tradisional tanaman ini digunakan sebagai tonik. Biji dari bidara dilaporkan memiliki efek sedatif dan direkomendasikan sebagai obat tidur. Selain itu juga digunakan untuk menghentikan mual, muntah dan untuk meredakan nyeri dalam kehamilan dan untuk penyembuhan luka. Daun dari bidara digunakan untuk mengobati diare, penurun panas dan sebagai antiobesitas. Dalam ayurveda, dekoksi dari akar bidara digunakan untuk mengobati demam, dan serbuknya digunakan untuk mengobati luka dan tukak. Kulit batang digunakan untuk pengobatan diare dan bisul. Buah bidara memiliki efek laksatif ringan (Sharma and Gaur, 2013; Goyal et al., 2012). Prinsip kerja dari kromatografi kolom yaitu memisahkan komponen campuran berdasarkan perbedaan interaksinya dalam fasa diam dan fasa gerak. Jika suatu campuran terdiri dari beberapa komponen, maka setiap komponen tersebut memiliki struktur masing masing dengan sifat yang khas untuk setiap senyawanya. Salah satu sifat yang berpengaruh dalam kromatografi kolom adalah kepolaran senyawa serta berat dan ukuran molekul (Seno, 1997).



17



Hal pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu alat kromatografi kolom gravitasi, kolom, gelas ukur, beaker glass, neraca analitik, batang pengaduk dan vial. Bahan yang digunakan yaitu silika gel dan ekstrak hasil refluks yaitu batang bidara, alumunium foil, tisu, dan alkohol 70%. Pada Pratikum kali ini hal pertama yang dilakukan ialah dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkhol 70%, karena menurut Handoko (2007), alkohol 70% bersifat sebagai disinfektan yaitu dapat membunuh kuman-kuman yang melekat pada alat. Kemudian dilakukan penimbangan silika gel sebanyak 2 gram dan 5 gram, dan ditimbang ekstrak bidara sebaayak 2 gram lalu diukur pelarut etil asetat 20 ml. Etil asetat merupakan pelarut atau cairan penyari yang bersifat semi polar. Sehingga dapat menyari semua komponen senyawa pada batang bidara yang bersifat polar atau non polar. Tahap pertama yang dilakukan yaitu merangkai alat kolom menggunakan statif, usahakan posisi kolom simetris. Setelah itu, masukkan terlebih dahulu sedikit kapas. Menurut Gritten, dkk (1991), fungsi kapas adalah untuk menahan silika gel atau adsorban agar tidak keluar dari kolom dan memadatkan kapas sehingga tidak ada lagi udara yang terkandung didalamnya, karena jika terdapat rongga udara maka akan menghambat pengelusian. Setelah itu menyiapkan fase diam, ditimbang silika gel sebanyak 5 gr kemudian dimasukkan kedalam buret, dialiri silika gel dengan menggunakan n-heksan. Menurut Gritter (1991), tujuan silaka gel dialiri dengan n-heksan hingga terbasahi keseluruhan agar silika gel memadat sehinga pada saat ekstrak melewati fase diam cepat dan pemisahannya lebih baik.



Jika n-heksana berlebih, kran dibuka dan n-heksana



dialirkan keluar hingga 1 ml diatas permukaan silica. Karena menurut Khopkar (2000) Ini bertujuan agar fase diam tidak mengering dan pecah. Silika gel dapat memadat dengan ikatan yang kuat dan rapat sehingga dapat menoptimalkan proses pemisahan cuplikan. Selanjutnya, dibuka sedikit agar pelarut keluar sampai silika gel memadat dikolom. Tahap kedua yaitu penyiapan sampel, sampel ditimbang sebanyak 2 gram dengan menggunakan neraca ohaus, tujuan neraca ohaus adalah menurut pratiwi ( 2009), neraca ohaus adalah alat yang dipakai untuk mengukur bahan dan alat pada skala laboratorium dengan berat maksimal 311 gram. kemudian digerus dengan silika gel sebanyak 2 gram. Menurut Hartuti (2011), silika berfungsi sebagai pengering atau mencegah terbentuknya kelembapan serta menjaga agar ekstrak tidak rusak ataupun menggumpal. 18



Tahap ketiga sampel yang telah digerus dengan silika gel dimasukkan kedalam buret secara perlahan. Menurut Sudiarti, dkk (2013), tujuan dimasukkan larutan ekstrak secara perlahan-lahan agar tidak ada gelembung udara yang dapat menghambat proses pengelusian. Dimasukkan pelarut etil asetat kemudian dibuka keran kolom secara perlahan agar eluen yang keluar sedikit demi-sedikit. Menurut (Sastrohamidjojo, 1985), metode ini merupakan contoh kromatografi elusi karena linarut dielusi dari kolom. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom. metode pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Kemudian, Setiap tetesan yang keluar (hasil isolasi) ditampung pada botol vial kecil. Setelah itu, amati setiap perubahan warna yang terbentuk, karena setiap hasil isolasi yang berbeda warna tidak boleh saling bercampur. Hasil isolasi yang memiliki warna sama pada botol vial dan diberi label. Berdasarkan praktikum diatas, kemungkinan kesalahan dari hasil yang didapatkan dari perbandingan n-heksan 100% sampai etil asetat 100% tidak Nampak adanya perubahan warna (pencampuran antara sampel dan larutan) ini disebabkan mungkin dikarenakan terlalu murninya larutan yang kami gunakan dan retaknya silika yang digunakan sehingga diperlukan tahapan yang lebih lanjut untuk menguji sampel



19



BAB V PENUTUP 5.1



Kesimpulan



1.



Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain sampel yang di gunakan dalam percobaan ini ialah hasil ekstrak refluks.



2.



Kromatografi kolom yang digunakan dalam fraksinasi ini adalah kromatografi kolom kolom gravitasi (KKG). Kromatografi kolom gravitasi merupakan suatu meode pemisahan fisik, dimana komponennya dipishkan dan didistribusikan diantara dua fase dan menggunakan kolom sebagai alatnya



3.



Kita dapat mengetahui prinsip kerja KKG adalah yaitu memiahkan komponen campuran yang didasarkan pada perbedaan interaksi antara fase diam dan fase gerak.



5.2



Saran



5.2.1



Saran Untuk Laboratorium



20



Diharapkan adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar lebih lengkap sehingga jalannya praktikum lebih efisien baik dalam waktu maupun hasilnya. 5.2.2



Saran Untuk Jurusan Diharapkan fasilitas yang ada dijurusan lebih diperhatikan. Pengadaan



infrastruktur seperti kursi, meja dan pendingin ruangan lebih dimaksimalkan dan yang telah rusak diganti agar mahasiswa bisa nyaman dan fokus dalam pembelajaran maupun kegiatan praktikum. 5.2.3



Saran Untuk Universitas Diharapkan untuk universitas dapat menambah fasilitas dikampus demi



menunjang dalam proses perkuliah maupun skala praktikum.



21



DAFTAR PUSTAKA Alimin, Muh Y dan Irfan I,(2007) Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press. Basset J. dan Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen. Kesehatan Republik Indonesia. Dirjen POM. 1999. Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Obat Tradisonal. Departemen Kesehatan RI : Jakarta Gritter , R.J, Bobbic, J.N., dan Schwarting, A.E., 1991, Pengantar Kromatografi diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, hal 107, ITB Press Bandung. Goyal, M.; Nagori, B. P.; Sasmal, D., 2012. Review on ethnomedicinal uses, pharmacological activity and phytochemical constituents of Ziziphus mauritiana (Z. jujuba Lam., non Mill). Spatula DD, 2 (2): 107-116 Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung. Hendayana, Sumar. (2006).Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II,Yayasan Sarana Wana Jaya : Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6thEd, The Pharmaceutical Press, London. Sharma, G.N. and A. Gaur. 2013. Ziziphus mauritiana Lam-An Overview. Indo American Journal of Pharmaceutical Research. Vol. 3(6): 4560-4566. Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, 167 – 177, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi kelima, bagian II, Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka,



LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 : Alat dan Bahan 1. Alat No.



Nama



Gambar



Fungsi



1.



Batang Pengaduk



Untuk mencampurkan larutan



2.



Buret



Untuk alat kromatografi kolom



3.



Botol Vial Kecil



Untuk wadah penyimpanan ekstrak



4.



Cawan Porselin



Untuk melarutkan ekstrak kental



5.



Corong



6.



Gelas Kimia



Untuk mencampur eluen



7.



Gelas Ukur



Untuk mengukur eluen



Untuk mempermudah memindahkan larutan



8.



Lumpang dan Alu



Untuk mencampurkan ekstrak kental dengan silika gel



9.



Pipet



Untuk memindahkan larutan dalam volume kecil



10.



Lidi



Untuk memasukan kapas kedalam buret



11.



Statif dan Klem



12.



Spatula



Untuk tempat meletakkan dan penjepit buret



Untuk mengambil ekstrak kental pada wadah penyimpanan



2. Bahan No.



Nama



Gambar



Kegunaan



1.



Alkohol 70%



Digunakan untuk membersihkan alat



2.



Aluminium foil



Digunakan untuk membungkus alat



3.



Aquadest



Sebagai pelarut



4.



Etil Asetat



Sebagai eluen



5.



Ekstrak Kental Refluks



6.



Kapas



Untuk bahan uji



Untuk menahan silika gel atau adsorben agar tidak keluar dari kolom



7.



Kertas Perkamen



Untuk tempat bahan yang akan ditimbang



8.



Kertas Label



Untuk memberi tanda pada wadah penyimpanan ekstrak



9.



N-Heksan



Untuk larutan uji



10.



Silica Gel



Untuk proses pembuatan media ekstrak



11.



Tisu



Untuk memersihkan alat



Lampiran 2 : Diagram Alir a. Pengemasan Silica Gel Ekstra Refluks Ditimbang 5-10 g silica gel Dimasukan kapas pada bagian dasar kolom Dimasukan silica gel yang telah ditimbang dan dipadatkan ± sampai setengah kolom Dialiri dengan heksan sambil dibuka keran kolom sampai silica gel memadat Media Ekstrak



b. Pengemasan Silica Gel Ekstrak Refluks Ditimbang 0,5-2 g ekstrak refluks Ditambahkan 2 g silica gel Digerus hingga homogen Media Ekstrak



c. Proses Isolasi Ekstrak Refluks Dirangkai alat kolom menggunakan statif, diusahakan posisi kolom simetris Dimasukan terlebih dahulu sedikit kapas dipermukaan silica Ditutup keran pada alat vakum Dimasukan heksan perlahan-lahan sebanyak kurang lebih sama dengan tinggi silica gel Ditambahkan ekstrak homogen yang sudah disiapkan sebelumnya kedalam kolom Dibuat eluen dengan berbagai macam perbandingan Dibuka keran kolom secara perlahan egar eluen yang keluar sedikit demi sedikit Disetiap tetesan yang keluar (Hasil Isolasi) ditambung pada botol vial kecil Diamati setiap perubahan warna yang terbentuk, karena disetiap hasil isolasi yang berbeda warna tidak boleh saling bercampur Disatukan hasil isolasi yang memiliki warna sama pada botol vial dan diberi label Hasil



Lampiran 3 : Skema Kerja a. Pengemasan Silica Gel



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



Ditimbang 5-10 g silica gel



Dimasukan kapas pada bagian dasar kolom



Dialiri dengan heksan sambil dibuka keran kolom sampai silica gel memadat



Dimasukan silica gel yang telah ditimbang dan dipadatkan ± sampai setengah kolom



b. Penyiapan Ekstrak



Ditimbang 0,5 -2 g ekstrak refluks



Ditambahkan 1 g silica gel



Digerus sampai homogen



c. Proses Isolasi



Dirangkai alat kolom menggunakan statif, diusahakan posisi kolom simetris



Dimasuka terlebih dahulu sedikit kapas dipermukaan silica



Ditutup keran pada alat kolom



Dibuat eluen dengan beberapa macam perbandingan untuk dimasukan kedalam kolom



Ditambahkan ekstrak homogen yang sudah disiapkan sebelumnya kedalam kolom



Dimasukan heksan perlahan lahan sebanyak ± sama dengan tinggi silica gel



Dibuka keran kolom secara perlahan agar eluen yang keluar sedikit demi sedikit



Disetiap tetesan yang keluar (hasil isolasi) ditampung pada botol vial kecil



Diamati setip perubahan warna yang terbentuk, karena setiap hasil isolasi yang berbeda warna tidak boleh saling bercampur