Laporan Komprehensif Remaja-Cintya Abimantrana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KALIRUNGKUT SURABAYA



CINTYA ABIMANTRANA RAHMAWANTIKA P27824621011



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATANSURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN TAHUN 2021



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik Blok 1 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Kalirungkut periode praktik tanggal 25 Oktober s/d 06 November 2021.



Surabaya, 01 November 2021



Pembimbing Lahan



Pembimbing Pendidikan 1



Sriningsih, A.Md.,Keb NIP. 197009291991032008



Evi Pratami, SST., M.Keb. NIP. 19790524 200212 2001



Cintya Abimantrana R NIM. P27824621011 Pembimbing Pendidikan 2



Novita Eka K., SST., M.Keb. NIP. 19841130 200912 2001



Mengetahui



Kepala Puskesmas



Ketua Program Studi



dr. Bernadetta Martini NIP. 196106081988022001



Evi Pratami, SST., M.Keb. NIP. 19790524 200212 2001



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dengan Dismenorhea di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut, Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 1 (remaja) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Bernadetta Martini, selaku Kepala Puskesmas Kalirungkut 2. Ibu Sriningsih SST, selaku Bidan Koordinator Puskesmas Kalirungkut 3. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya dan juga selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini. 4. Ibu Novita Eka Kusuma W, SST.,M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini. 5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.



Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.



Surabaya, 01 November 2021 Penulis



DAFTAR ISI Halaman : Lembar Pengesahan ........................................................................................ i Kata Pengantar ................................................................................................ ii Daftar Isi......................................................................................................... iv BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan Praktik .......................................................................................... 5 1.3 Waktu dan Tempat Kegiatan ..................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN TEORI .......................................................................... 6 2.1 Konsep Dasar Remaja ............................................................................... 6 2.2 Konsep Dasar Dismenorrhea ..................................................................... 14 2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan dimenorrhea ........ 33 BAB 3 TINJAUAN KASUS .......................................................................... 42 3.1 Data Subjektif ........................................................................................... 42 3.2 Data Objektif ............................................................................................ 44 3.3 Asassment ................................................................................................. 46 3.4 Penatalaksanaan ........................................................................................ 46 BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 52 BAB 5 PENUTUP ......................................................................................... 55 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 55 5.2 Saran......................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting dalam rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa. Masa remaja ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke, dan perubahan psikis. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau menstruasi (Saifuddin, 2014). Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Remaja akan melalui suatu tahap perkembangan yang bertujuan untuk mencapai kematangan sehingga dapat menentukan perkembangan selanjutnya termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik mental maupun peran sosial (Setiawan & Alizamar, 2019). Menurut World Health Organization (WHO) (2019) rentang usia remaja adalah 10-19 tahun yang terbagi dalam dua periode yaitu, remaja awal (usia 1014 tahun) dan remaja akhir (15-19 tahun). Masa remaja ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke, dan perubahan psikis. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau menstruasi (Saifuddin, 2014). Populasi remaja dari keseluruhan penduduk di dunia yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 18% (Bulu at al., 2019). Kesehatan reproduksi untuk seorang wanita merupakan komponen yang amat penting. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sangat rentan terhadap gangguan yang dapat menimbulkan masalah pada kesehatan reproduksinya



(Kusmiran, 2014). Masalah-masalah kesehatan reproduksi pada remaja menurut Infodatin (2015) antara lain perilaku seksual berisiko seperti seks pranikah, kehamilan tidak diinginkan, perilaku seks berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman, dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Perilaku berisiko lain adalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza), perilaku gizi buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi khususnya anemia dan gangguan pada saat menstruasi. Kesehatan reproduksi perlu mendapat perhatian khusus apalagi di kalangan remaja terlebih seorang perempuan (Mumpuni dan Andang, 2013). Dalam kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang sering terjadi pada perempuan, salah satu di antaranya adalah Dimenorrhea. Menurut Reeder (2013) dismenore yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi. Angka kejadian dismenorhea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% disminorhea primer dan 9,36% disminorhea sekunder (Ni Kadek, 2016). Angka kejadian disminorhea tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderit dengan tipe sekunder. Hampir 90% wanita Amerika Serikat mengalami disminorhea dan10-15 % diantaranya mengalami disminorhea berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing (Ni Kadek, 2016). Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang terjadi secara periodik. Kita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak haid sama sekali. Penyebab gangguan haid dapat karena gangguan psikologis seperti stres maupun emosi (Purwoastuti, 2015). Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkitjangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menjalar kedaerah



pinggang dan paha. Bersama dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. Gangguan ini dengan jelas sangat menghalangi pekerjaan atau sekolah, atau dengan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan hubungan dengan yang lain, misalnya menghindari dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, produktivitas, dan efesiensi yang menurun ditempat kerja atau sekolah. Wanita-wanita yang beresiko tinggi terkena atau mengalami sindrom premenstruasi antara lain riwayat keluarga, wanita yang pernah melahirkan, status perkawinan, usia, stres, diet, kegiatan fisik, kebiasaan merokok dan minum alkohol. Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Olahraga seperti berenang dan berjalan kaki. Tarikan nafas dalam dan relaksasi juga bisa meringankan rasa tidak nyaman. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi serta dapat membantu relaksasi dan tidur dimalam hari. Selain aktivitas fisik, status gizi juga berperan penting terhadap terjadinya disminorhea. Diit yang adekuat pada remaja adalah diit yang bervariasi dan seimbang, meliputi cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air. Dengan diit yang adekuat maka status gizi remaja putri akan baik. Pada remaja putri dengan status gizi baik, maka akan tercapai derajat kesehatan maksimal, fungsi hormon estrogen dan progesteron maksimal, terhindar dari pre menstrual syndrom, dan terhindar dari keluhan menarche. Remaja putri mulai menarche disertai hilangnya zat besi hal ini disebabkan meningkatnya asupan diet pembentukan sel darah merah. Faktor gizi berperan dalam menentukan postur dan performance diusia dewasa. Memberikan nutrisi yang seimbang sesuai aktivitas dan kondisi kesehatan. Pada usia anak dan remaja nutrisi diperlukan untuk beraktivitas, semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka kebutuhan energi dan nutrisi lainnya semakin banyak.



1.2 Tujuan praktik 1.2.1 Tujuan Umum



Mahasiswa mampu memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada remaja. 1.2.2 Tujuan Khusus Mahasiswa mampu: 1. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 2. Meningkatkan pendidikan keterampilan hidup sehat 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja kesehatan reproduksi bagi remaja tentang kesehatan. 4. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA. 5. Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja. 6. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik. 7. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular. 8. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan. 1.3 Waktu dan tempat kegiatan Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut Surabaya, pada tanggal 25 Oktober 2021 sampai dengan 06 November 2021



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Konsep Dasar Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Pengertian remaja adalah seseorang yang berada dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Menurut WHO, masa remaja terjadi dalam rentang usia 10-19 tahun. Sementara, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, arti remaja merupakan penduduk yang berusia 10-18 tahun. Lain lagi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. remaja digolongkan dalam rentang usia antara 11-20 tahun, yang terbagi menjadi tiga tahapan perkembangan yaitu : a. Masa remaja awal/dini (Early Adolescence) umur 11-13 tahun. b. Masa remaja pertengahan (Middle Adolecence) umur 14-16 tahun c. Masa remaja lanjut (Late Adolescence) umur 17-20 tahun Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Kusmiran,2011). Masa remaja atau masa adolensi adalah suatu perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan berlangsung pada decade kedua masa kehidupan. 2.1.2 Perkembangan remaja dan ciri-cirinya Menurut Widyastuti (2011) berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal : 1. Masa Remaja awal (usia 10 – 12 tahun).



a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b. Tampak dan merasa ingin bebas c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (Abstrak) 2. Masa remaja tengah (13-15 tahun) a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri. b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c. Timbul perasaan cinta yang mendalam d. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3. Masa remaja Akhir (16-19 tahun) a. Menampakkan pengukapan kebebasan diri. b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya 2.1.2



Perubahan Fisik pada remaja Datangnya masa remaja, ditandai oleh adanya perubahan – perubahan fisik menyatakan bahwa perubahan fisik tersebut, terutama dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri –ciri seks primer dan perkembangan ciri –ciri seks sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja dapat terjaddi melalui perubahan – berubahan baik internal maupun eksternal. 1.



Perubahan Internal



Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah : a.



Sistem pencernaan Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot – otot di perut dan dinding – dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.



b.



Sistem Peredaran Darah Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali lebih berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan encapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.



c.



Sistem Pernafasan Kapasitas paru –paru anak perempuan hamper matang padausia tujuh belas tahun, anak laki – laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian, satu atau dua tahun setelah usia anak perempuan.



d.



Sistem Endoktrin Kegiatan kelenjar kelamin yang meningkat pada masa remaja menyebaabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem kelamin pada masa awal remaja.Kelenjar – kelenjar seks berkembang



pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa. e.



Jaringan Tubuh Perkembangan kerangka berhenti rata – rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.



2.



Perubahan Eksternal Perubahan dalam tubuh seseorang remaja yang mengalami datangnya masa remaja ini sangat pesat. Perubahan yang terjadi dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah : a.



Tinggi Badan Rata – rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata – rata anak laki – laki kira kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan pada anak yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari anak yang tidak mendapatkan imunisasi.Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya terhambat.



b.



Berat Badan Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak bagian – bagian tubuh yang hanya mengandung



sedikit



lemak



atau



bahkan



tidak



mengandung



lemak.



Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidakidealan badan remaja, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, makan bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk/ gembrot (gemuk pendek). c.



Proporsi Tubuh Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan tubuh yang baik. Ciri tubuh yang kurang proposional pada masa remaja tidak sama untuk seluruh tubuh, ada pula bagian tubuh yang semakin proporsional. Ada tiga jenis bangun tubuh yang menggambarkan keanekaragaman perubahan proporsi tubuh, yaitu endomorfik, mesomorfik dan ektomorfik. Endo morfik banyak lemak sedikit otot (padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).



d.



Organ seks/ Ciri seks primer Baik laki – laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian (dewasa).



e.



Ciri –ciri seks sekunder Ciri – ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain



ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki – laki sedangkan pada wanita ditandai dengan membesarnya payudara. Pertumbuhan



pesat



umumnya



pada



usia



10-11



tahun.



Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas, dimana daerah putting susu dan sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan ramut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara rambut ketiak dan badan mulai tumbuh pada usia 12-13 tahun, tumbuhnya rambut bervariasi luas. Pengeluaran secret vagina terjadi pada usia 10 -13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi pada 12 – 13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga



menyebabkan keringat



ketiak



mempunyai



bau



khas.



Menstruasi terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun, sedang pada laki – laki pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17 -18 tahun. 2.1.3 Karakteristik Perkembangan Remaja 1. Perkembangan Psikososial Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri.Pada



periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran.Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat. 2. Emosionalitas Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan



emosinya



sampai



waktu



dan



tempat



untuk



mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka



menggambarkan



perasaan



tidak



aman,



ketegangan,



dan



kebimbangan. 3. Perkembangan Kognitif Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode



berpikir



konkret;



mereka



juga



memerhatikan



terhadap



kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel



pada



waktu



yang



bersamaan.



Misalnya,



mereka



dapat



mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis. 4. Perkembangan Moral Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong(2009), masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara



verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut. 5. Perkembangan Spiritual Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritasyang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.Mereka mungkin memerlukan



eksplorasi



terhadap



konsep



keberadaan



Tuhan.



Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka. 6. Perkembangan Sosial Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harusmembebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkansebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua.Namun,proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orangtua.Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapimereka takut ketika mereka mencoba



untuk



kemandirian.



memahami



tanggungjawab



yang



terkait



dengan



2.2



Konsep dasar dismenorhea



2.2.1 Pengertian Dismenorhea Istilah dismenorhea (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno (Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; menoyang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2011). Menurut Reeder (2013) dismenorhea yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi. 2.2.2 Patofisiologi Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2α) dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur sehingga menimbulkan nyeri. Selama periode menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat dismenorea mempunyai tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali lebih banyak dalam darah (menstruasi) dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami nyeri. Uterus lebih sering berkontraksi dan tidak terkoordinasi atau tidak teratur. Akibat peningkatan aktivitas uterus yang abnormal tersebut, aliran darah menjadi berkurang sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan timbulnya nyeri. Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh protaglandin (PGE2) dan hormon lain yang membuat saraf sensori nyeri diuterus



menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin serta stimulus nyeri fisik dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013). 2.2.3 Gejala Dismenorrhea Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu: a.



Menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer, yaitu



1) Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah 2) Pegal pada mulut vagina 3) Nyeri pinggang 4) Pegal-pegal pada paha 5) Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare. Adapun gejala- gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul dan sakit.Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013). b. Dismenore Sekunder Menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder, yaitu 1) Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan



2) Nyeri saat berhubungan seksual 3) Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid 4) Nyeri tekan pada panggul 5) Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina 6) Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul. 2.2.4 Pencegahan Dismenorrhea Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu a. Menghindari stress b. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna; c. Hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid; d. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak menguras energi yang berlebihan; e. Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam dalam sehari; f. Lakukan olahraga ringan secara teratur 2.2.5 Penatalaksanaan Dismenorhea Menurut Anurogo (2011) penatalaksanaan dismenore primer meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu : a. Terapi Farmakologi Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore meliputi beberapa upaya. Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan



memberikan obat analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obatobatan paten yang



beredar



dipasaran antara



lain



novalgin,



ponstan,



acetaminophen dan sebagainya. Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. b. Terapi Non Farmakologi Selain terapi farmakologi, upaya untuk menangani dismenore adalah terapi non



farmakologi.



Terapi



nonfarmakologi



merupakan



terapi



alternatif-



komplementer yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani dismenore tanpa menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi non farmakologi adalah ntuk meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat. Penanganan nyeri secara nonfarmakologi terdiri dari: 1) Terapi es dan panas Terapi es dan terapi panas adalah dua terapi yang berbeda. Terapi es dan terapi panas dapat dilakukan menggunakan air hangat atau es batu yang dimasukkan ke dalam wadah kemudian dikompreskan pada bagian yang terasa nyeri. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan. 2) Penjelasan dan Nasehat



Penjelasan dan nasehat merupakan upaya penambahan wawasan untuk penderita dismenore. Memberikan edukasi kepada klien merupakan tugas seorang perawat. Menurut Afroh (2012) pemberian edukasi mengenai dismenore, meliputi apa saja yang dapat menyebabkan bertambahnya nyeri, teknik apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Selain itu dapat dilakukan dengan cara berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, serta menentukan olahraga yang sesuai. 3) Pengobatan Herbal Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling diminati oleh masyarakat. Disamping biaya yang murah, pengobatan herbal bisa dilakukan dengan mudah. Menurut Anurogo (2011) pengobatan herbal dapat dilakukan dengan membuat minuman dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu manis (mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri), kedelai (mengandung phytoestrogens untuk menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit, bubuk pala, jahe. 4) Relaksasi Sama seperti pengobatan herbal, saat ini relaksasi merupakan cara yang banyak dipilih untuk digunakan. Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan kapan saja dan dimana saja. Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi nafas dalam (contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai cara untuk relaksasi diantaranya adalah



dengan meditasi, yoga, mendengarkan musik, dan hipnotherapy. Relaksasi juga dapat dilakukan untuk mengontrol sistem saraf (Anurogo, 2011).



2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan dismenorhea 2.3.1 Pengkajian 1. Data subjektif a. Biodata 1) Nama



: untuk membedakan pasien satu dengan yang lain



2) Umur



: remaja awal 11-13 tahun, remaja tengah 14-16 tahun,



dan remaja akhir 17-20 tahun (Soetjiningsih, 2010) 3) Suku/bangsa



:



untuk



mengetahui



adat



istiadat



sehingga



mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan 4) Agama



: untuk memperoleh informasi tentang agama yang



dianut sehingga mempermudah kita untuk membimbing pasien dalam berdoa 5) Pendidikan : untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan klien 6) Alamat



: ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah



bila diperlukan b. Keluhan Keluhan yang dirasakan oleh remaja yang dismenorhea adalah nyeri dan kram perut bagian bawah,rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo, 2011) c. Riwayat menstruasi Menarche



: untuk mengetahui usia awal anak mendapatkan haid



pertama kalinya,



Siklus



: untuk mengetahui siklus haid anak teratur atau tidak



d. Pola fungsional kesehatan 1) Pola Nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. Untuk mencegah terjadinya dismenorhea remaja harus mengonsumsi makan bergizi seimbang dan mengurangi konsumsi makanan pedas dan asam. 2) Pola Eliminasi : Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. 3) Pola Istirahat : Menggambarkan pola istirahat dan tidur, berapa jam



tidur,



kebiasaan



sebelum



tidur



misalnya



membaca,



mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. 4) Pola Aktivitas : Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. 5) Pola Personal Hygiene : Dikaji untuk mengetahui apakah remaja selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, saat menstruasi mengganti pembalut berapa kali dalam 1 hari. 2. Data objektif a. Keadaan umum : bagaimanakan keadaaan pasien dengan masalah pemenuhan gizi b. Tanda-tanda vital : 1) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah, tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. 2) Nadi : untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 6080x/menit.



3) Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit, pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 2030x/menit. 4) Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5 – 37,5°C. c. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala : untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut, mudah rontok atau tidak. 2) Muka : untuk mengetahui wajah simetris/tidak, tampak pucat/ tidak. 3) Mata : untuk mengetahui apakah conjungtiva merah muda, sklera putih, adakah kelainan atau tidak. 4) Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,dll. 5) Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen dan kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau tidak. 6) Mulut : untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, lidah bersih atau tidak, gigi karies atau tidak. 7) Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis. 8) Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, adakah nyeri/tidak 9) Abdomen : pada kasus dismenorhea terdapat nyeri dan kram pada abdomen bagian bawah 10) Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tandatanda infeksi vagina. 11) Anus : untuk mengetahui kebersihan anus, ada hemoroid atau tidak. 12) Ekstremitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan atau tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak d. Pemeriksaan Antropometri



1) BB



:



untuk



mengetahui



berat



klien.



Apakah



termasuk



normal,gemuk, obesitas,atau kurang dari normal. 2) TB : untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk normal, atau kurang dari normal 3) LILA



: untuk mengetahui lingkar lengan klien. KEK apabila