Laporan Kuliah Lapangan  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI KULIAH LAPANGAN II DI PT ANTAM UBPE PONGKOR KECAMATAN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Dibuat Sebagai Laporan Pada Mata Kuliah Kuliah Lapangan 2 Teknik Pertambangan



Disusun Oleh : RIAND FAIZ MUJADDID NIM : 710017038



PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2019



LAPORAN RESMI KULIAH LAPANGAN II DI PT ANTAM UBPE PONGKOR KECAMATAN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT



LAPORAN RESMI KULIAH LAPANGAN 2



Disusun Oleh : RIAND FAIZ MUJADDID 710017038



Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan Tanggal : Dosen Pembimbing



( Agung Dwi Sutrisno, S.T.,M.T.) NIK: 19730229



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat TUHAN YME, karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk penyelesaian Kuliah Lapangan 2 di PT ANTAM UBPE PONGKOR, Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Dengan tersusunnya Laporan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Staf PT. ANTAM UBPE Pongkor. 2. Seluruh Dosen Pembimbing Yang telah mendampingi kami selama di PT.ANTAM Pongkor 3. Seluruh rekan seperjuangan mahasiswa Teknik Pertambangan Angkatan 2017, serta semua pihak yang telah memberikan saran dalam penulisan Laporan ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan guna penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca. Yogyakarta, Juli 2019 Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................... 1 1.3 Pelaksanaan dan Daftar Nama Kelompok ................................................ 2 BAB II PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN EMAS PT. ANTAM UBPE PONGKOR ......................................................... 3 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah ................................................................ 3 2.2 Geologi Daerah Pongkor ........................................................................... 5 2.3 Pemilihan Metode Penambangan .............................................................. 8 2.4 Metode Penyanggan .................................................................................. 9 2.5 Sistem Ventilasi......................................................................................... 17 2.6 Pengolahan Emas ...................................................................................... 20 BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 30 3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31 LAMPIRAN ......................................................................................................... 32



iv



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Peta Lokasi PT Antam Tbk. UBPE Pongkor ................................... 4 Gambar 2.2 Peta Geologi Daerah Pongkor Dan Sekitarnya ................................ 6 Gambar 2.3 Metode Cut and Fill ......................................................................... 9 Gambar 2.4 Penyangga RockBolt (Baut batuan)................................................. 11 Gambar 2.5 Penyangga 1.wire mesh , 2. Weld Mesh .......................................... 13 Gambar 2.6 Rock Strap (Tali Pengikat Batuan) .................................................. 14 Gambar 2.7 Penyangga H-BEAM ....................................................................... 15 Gambar 2.8 Penyanggaan Beton Area Kantin ..................................................... 16 Gambar 2.9 Metode Hisap ................................................................................... 18 Gambar 2.10 Metode Hembus ............................................................................. 19 Gambar 2.11 Metode Hisap Hembus .................................................................. 20 Gambar 2.12 Metode Hisap Hembus Hubungan antara laju pengumpanan dan efisiensi pengayakan ...................................................................... 24 Gambar 2.13 Hydrocyclone ................................................................................. 26 Gambar 2.14 Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas di PT Antam Tbk ... 29



v



DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Daftar Nama Kelompok ....................................................................... 2



vi



DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A Biodata Diri ................................................................................ 33 LAMPIRAN B Catatan Kuliah Lapangan Saat Kunjungan Ke Pt Antam UBPE Pongkor Kecamatan Bogor Provinsi Jawa Barat ........................ 34



vii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Sesuai



dengan



Kurikulum



Pendidikan



Program



Studi



Teknik



Pertambangan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan yang menempuh semester IV diwajibkan untuk mengikuti mata Kuliah Lapangan II (Tambang Bawah Tanah) dengan kegiatan utama adalah melakukan kunjungan ke tambang bawah tanah PT Antam UBPE Pongkor. Kegiatan Kuliah lapangan tambang bawah tanah ini berbobot 1 SKS. Program Studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Nasonal Yogyakarta berupaya memberikan bekal kepada mahasiswa khususnya pengetahuan tentang kegiatan penambangan bawah tanah, sehingga dapat mengahsilkan tenaga-tenaga Sarjana Teknik Pertambangan yang professional, maju dan memiliki daya saing, sesuai dengan perkembnagan industri pertambangan saat ini. Dalam kegiatan Kuliah Lapangan II Tambang Bawah Tanah, mahasiswa diperkenalkan secara langsung kegiatan penambangan dan pengolahan emas di PT Antam UBPE Pongkor, sehingga diharapkan mahasiswa dapat memahami penerapan ilmu dan mata kuliah secara langsung dilapangan. 1.2



Maksud dan Tujuan Kuliah lapangan tambang bawah tanah ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa tentang pemilihan metode tambnag bawah tanah, kegiatan penambangan, penyanggaan, ventilasi, dan pengolahan bijih emas.



1



Kegiatan ini juga memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa tentang pekerjaan sarjana tambang khususnya pada tambang bawah tanh, sehingga dapat membutuhkan obsesi pada diri dan menentukan sikap dalam menekuni pendidikan di bidang pertambangan bawah tanah. Dengan adanya kuliah lapangan ini diharapkan mahasiswa dapat membandingkan antara teori-teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. 1.3



Pelaksanaan Dan Daftar Nama Kelompok Kegiatan Tambang Bawah Tanah tahun 2019 ini dilaksanakan pada Tanggal 23-25 Juli 2019 dengan kunjungan ke unit penambangan dan pengolahan emas di PT Antam Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.Daftar Nama Kelompok 2 Kuliah Lapangan 2 Gelombang 1 N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Nama Kelompok



NIM



Thole Sudayatno Franciscus Saferius Rendi Susanto Lana Agung Prasetio Riand Faiz Mujaddid Syaifuddin Zuhri Dandy Yudo Prasetyo Muhammad Ageng Kartiko Dimas Iqbal Winarno Fransischus Rodrigo Tumuatja Sasea Tabel 1.1 Daftar Nama Kelompok



2



710017031 710017033 710017035 710017036 710017038 710017037 710017044 710017046 710017046 710017051



BAB II PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN EMAS PT ANTAM UBPE PONGKOR JAWA BARAT



2.1



Lokasi dan Kesampaian Daerah PT. ANTAM (Persero) Tbk. Terletak di Gunung Pongkor, DesaBantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini dapat ditempuh sekitar 54 KM ke arah Barat Daya dari Kota Bogor. Luas Kuasa Pertambangan (KP) 6.047 Ha (No. KW 98 PP 0138/Jabar), sedangkan KP eksplorasi seluas 3.870 Ha (No. KW 96 PP 0127 B/Jabar) dari posisi geografi KP Eksploitasi ini terletak pada koordinat 106°30’01,0” BT sampai dengan 106°35’38,0” BT dan 6°36’37,2” LS sampai dengan 6°48’11,0” LS. Untuk



mencapai



lokasi



penambangan



dapat



ditempuh



dengan



perjalanan darat, yaitu dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Kondisi jalan beraspal, berkelok – kelok dan menanjak sehingga kendaraan tidak dapat melaju dengan cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi sekitar 2 – 2,5 jam dari kota Bogor. Pada daerah Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KW 98 PP 0138/Jabar) disusunoleh daerah pegunungan dengan ketinggian 300 – 900 mdpl. Sungai utama yang mengalir pada daerah ini adalah sungai Cikaniki dengan arah relatif memanjang ke tenggara sampai timur laut yang bermuara ke sungai Cisadane, yang berada pada sisi Timur laut. Anak – anak sungai Cikaniki



antara



lain



adalah



sungai



Cisarua,



sungai Cikaret,



Sungai



Cimanganten, Sungai Ciguha, Sungai Ciparay, Sungai Cisaninen, dan Sungai Ciparigi. Lembah umumnya sempit dan curam.(perhatikan gambar 2.1. dibawah ini). Sesuai data hasil eksplorasi dan penelitian yang telah dilakukan, cebakan bijih UBPE Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk terletak pada 10 lokasi, yaitu : 1)



Pasir Jawa



6)



Gunung Goong



2)



Ciguha



7)



Cimahpar



3



3)



Kubang Cicau



8)



Gudang Handak



4)



Ciurug (L 500 dan L 600)



9)



Pamoyanan



5)



Cadas Copong



10) Cikoret



Gambar 2.1 Peta Lokasi PT Antam Tbk. UBPE Pongkor (Sumber : Dokumentasi perusahaan)



4



2.2



Geologi Daerah Pongkor Kondisi geologi daerah pongkor dan sekitarnya tersusun dari batuan gunung api piroklastik yang bersifat andesit sampai dasitik di mana dapat di kelompokkan ke dalam tufa breksi yang menyebar di bagian selatan terutama sepanjang sungai cikaniki. Satuan batuan disusun oleh tufa, tufa lapili, tufa breksi, dan lempung. Sisipan batuan Tufa lebih banyak di temukan disebelah barat laut. Tufa breksi disusun oleh komponen komponen andesit, batu lempung, tufa yang berbentuk menyudut sampai membundar tanggung berukuran 2–3 cm, komponen komponen terdapat dalam matriks yang disusun oleh mineral batuan berukuran halus. Geologi daerah penelitian terdiri dari tiga unit vulkanik utama yang berumur Miosen-Pliosen (Marcoux dan Milesi, 1994). Unit yang lebih bawah mempunyai karakteristik endapan andesit kalk-alkalin bawah laut yang tergradasi secara lateral menjadi endapan epiklastik. Unit tengah dicirikan oleh banyaknya batuan vulkanik dasitik letusan subaerial yang disusun oleh lapili tuff yang ditumpangi lapili, blok tuff, tuff piroklastik berbutir halus dan batuan epiklastik. unit atas terbentuk dari aliran lava andesit dengan struktur meniang (columnar). Pola struktur geologi yang berkembang di daerah pongkor dan sekitarnya antara lain sesar - sesar seperti sesar normal ciguha dan pola-pola kelurusan struktur yang berarah barat laut - tenggara, yang dipengaruhi oleh sistem tegasan yang bersifat ekstensional. Struktur geologi yang tampak terdiri dari sesar dan kekar. Sesah dengan arah N1900E dan N2550E dengan kemiringan tegak lurus dan telah berisi oleh kuarsa. Sesar yang ditemukan dicirikan oleh adanya pergeseran antara 2–5 m kearah vertical pada lapisan batu lempung. Pola penyebaran kekar memperhatikan arah umum sejajar dengan penyebaran urat dan bidang perlapisan batuan, yang umumnya terisi oleh kuarsa, lempung, manganis oksida dan pirit.



5



Mineralisasinya berupa urat kuarsa dengan tekstur umum berupa banded, colloform, crustiform,



dan cockade (endapan epithermal). temperatur



homogenitas dari analisa fi 103° - 390° c, dengan salinitas 0,78% NaCl. Mineralogi alterasi endapan emas pongkor adalah low-sulphidation (adularia sericite epithermal vein deposit). Mineralisasi emas dan perak di gunung pongkor di temukan dalam batuan gunung api yang disusun oleh aglomerat breksi polemik, tufa breksi dan lava andesit. Anomali kadar emas di temukan dalam urat kuarsa yang berada dalam suatu zona ubahan hydrothermal yang meliputi daerah seluas 11 km x 6 km. Zona ubahan ini ditemukan urat kuarsa yang berpola saling sejajar dengan jurus umum barat laut tenggara.



Gambar 2.2 Peta Geologi Daerah Pongkor dan Sekitarnya (Dokumen Departemen Eksplorasi PT ANTAM Tbk 2000) Kondisi morfologi daerah ini terdiri dari beberapa gunung yang terdapat zona bogor barat yang terbentang bagian tengah Jawa Barat, diantara gunung Halimun ( 1929m dpl ), gunung Salak ( 2212m dpl ) dan gunung Kandeng ( 1764m dpl ).Bentangalam daerah kegiatan umumnya terdiri daerah dari



6



pegunungan terjal, perbukitan bergelombang dan daerah pedataran. Masingmasing daerah dibatasi oleh sungai sebagai daerah cekungan yang mempunyai pola aliran sungan radier dan denritik. Sungai utama yang mengalir di daerah ini Sungai Cidurian dengan cabang-cabang sungainya terdiri dari Sungai Cikian, Sungai Cilutung, Sungai Cipangarus, Sungai Ciasahan, Sungai Cikondang, Sungai Cicarong, Sungai Cikasungka dan Sungai Cikadu. Bentang alam daerah perbukitan bergelombang ditempati oleh satuan batuan hasil produk Gunung Halimun dan Gunungapi Sanggabuana sebagai endapan gunungapi kwarter, serta sebagian sebagai produk Gunungapi Endut. (Sujatmiko dan S. Santoso, 1992). Komposisi dari daerah pertambangan emas disini adalah sebagai berikut : ●



15% merupakan daerah relatif datar







60% merupakan daerah perbukitan







25% merupakan daerah pegunungan Lokasi penambangan terletak pada ketinggian ±500m Di Bawah



Permukaan laut sampai ketinggian 700 di bawah permukaan laut. Kemiringan lereng bervariasi antara 200-400. Secara umum daerah ini pada kawasan hutan produksi seluas ±50 Ha dan ±80 Ha berada pada kawasan hutan lindung serta ±6Ha area cagar alam. Pongkor adalah bagian dari busur kontinental Sunda-Banda yang berumur Neogen yang berkembang di batas selatan dari lempeng Eurasia yang menunjam ke arah utara dari lempeng Hindia-Australia. Bagian barat dari Jawa merupakan host dari endapan logam mulia epitermal yang berumur Kenozoik yang berasosiasi dengan vulkanisme aktif kalk-alkalin. Endapan ini terdiri dari 2 tipe utama yaitu endapan Au-(Sn) tipe Cirotan dan endapan Au-(Mn) tipe Pongkor(Marcoux dan Milesi, 1994). Pongkor berlokasi di sayap timur laut dari kubah Bayah, 80km barat daya Jakarta. Singkapan geologi seluas 40 x 80 km terdiri dari serpih berumur Paleozoik akhir dan basementbatupasir yang ditumpangi oleh sentral sabuk vulkanik yang berumur Oligosen-Miosen awal, 7



berkomposisi batuan vulkaniklastik berbutir kasar, dengan perselingan batugamping dan batupasir. Batuan intrusi menerobos batuan berumur. Paleogen dan Miosen Awal (Basuki, 1994). Stratigrafi daerah Pongkor dibagi menjadi : ● Satuan batuan Breksi yang merupakan Formasi Andesit Tua (Miosen Awal) ● Satuan batuan Tufa yang merupakan Formasi Cimapag(Miosen Bawah Bagian Atas) ● Satuan batuan Andesitberumur Miosen Atas ● Satuan batuan BreksiTufaberumur Pliosen–Pleistosen ● Aluvial 2.3



Pemilihan Metode Penambangan



Metode yang digunakan pada Tambang Emas Pongkor adalah Metode Cut and Fill. MetodeCut and Fill merupakan bagian dari metode penambangan bawah tanah dimana penambangannya dilakukan dengan cara memotong batuan untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka stope tersebut diisi kembali dengan material pengisi tanpa menunggu selesai dalam satu level. Prinsip kerja dari metode ini adalah bijih diambil dalam potongan yang sejajar dan setiap potongan yang telah diambil dilakukan



pengisian



dengan waste



fill dalam stope sehingga



menyisakan



ketinggian ruang yang mencukupi untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya.



Material Filling digunakan sebagai tempat berpijak untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya. Material filling sering berupa waste rock dari kegiatan development dan



eksplorasi



sekitar



tambang



yang



kemudian



ditumpahkan melalui rise mengarah ke stope yang akan diisi dan untuk



8



meningkatkan kekuatan material pengisi maka ditambahkan semenpada permukaan. System ini cocok untuk endapan sebagai berikut : a. Untuk endapan yang berbentuk Paint dengan dip 450. b. Untuk endapan dengan ketebalan 1-6 meter. c. Batuan sampingnya agak lunak/kurang kompak. d. orenya memiliki nilai yang tinggi dan memerlukan mining recovery yang tinggi guna menutupi ongkos. e. Dapat dipergunakan untuk endapan bijih yang batasnya kurang teratur dan banyak terdapat Barrent rock (batuan sekelilingnya masuk kedalam bijih). Diantara endapan bijih yang sedang ditambang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.



Gambar 2.3 Metode Cut and Fill



2.4



Metode Penyanggaan Pada dasarnya setiap metode tambang bawah tanah bersifat spesifik. Meski demikian, pada prakteknya sangat susah secara menyeluruh memenuhi



9



kondisi idealnya. Dilain pihak, bijih juga memungkinkan mempunyai kondisi yang cocok untuk aplikasi beberapa metode, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap metode-metode tambang bawah tersebut. Setiap metode mempunyai aplikasi yg spesifik, tetapi karakteristik bijih dan country rock tidak senantiasa ideal Karakteristik bijih dan country rock kadang memungkinkan aplikasi dua atau lebih metode Eksploitasi mineral dimana seluruh ekstraksinya dilakukan di bawah permukaan bumi disebut dengan istilah “underground mining” (tambang bawah tanah), atau “deep mining” (tambang dalam). Metode tambang bawah tanah diterapkan apabila kedalaman cebakan atau eksploitasi material tidak dapat dilakukan dari permukaan



1. Tujuan Penyanggaan: 



Mengontrol masa batuan disekitar lubang bukaan,



yaitu:



menahan perpindahan tegangan pada dinding lubang bukaan menyangga batuan yang potensial untuk runtuh atau memperkecil deformasi masa batuan.  Untuk menjaga tempat penambangan  Untuk menjaga para pekerja dari runtuhan batuan yang ada diatas atau sampingnya.  Untuk menjaga pekerja bila terjadi banjir atau hal-hal yang tidak diinginkan.  Untuk tempat berpijak atau lantai bagi parapekerja terutama untuk stope yang sudah tinggi.  Didasarkan pada sifat penyanggaan, jenis penyangga dapat  dibagi menjadi penyangga pasif dan penyangga aktif.



10



2. Macam macam penyangga a) Penyanggaan Aktif (Active Support) Bersifat memperkuat masa batuan secara langsung (Reinforcement) Artinya jika penyangga sudah dipasang, maka penyangga tersebut secara langsung menahan beban batuan. Yang termasuk ke penyanggaan aktif adalah Rock Bolt, Weld Mesh, Wire Mesh, Rock Straps. 1. Rockbolt (Baut Batuan)



Gambar 2.4 Penyangga RockBolt (Baut batuan) Fungsi Penahan : 



Penjangkaran Baut batuan harus pada massa batuan yang relatif keras & stabil yang berada diatas lapisan yang berpotensial runtuh



Fungsi Penguat (Reinforcement) : 



Baut batuan tidak dapat mencegah terjadinya pecah batuan tetapi dapat memperbaiki kekuatan dan integritas



11



Keuntungan : 



Lebih fleksibel, dapat digunakan dalam bentuk geometri yang bervariasi.







Memberikan



reaksi



penyanggaan



yang



cepat



setelah



pemasangan. 



Pemasangannya



dapat



sepenuhnya



dengan



mekanisasi,



sehingga relatif lebih cepat, sehingga produktifitas kerja lebih meningkat. 



Tahan terhadap korosi & relatif murah







Kerapatannya (jumlah baut batuan per satuan luas)







Dengan mudah disesuaikan dengan kondisi batuan local







Dapat dikombinasikan dengan penyangga seperti “Wire Mesh”, “Weld



Mesh”,







Rock



Pasif”Bermacam-macam



baut



Straps“, batuan



dan



“Penyangga



(RockBolt)



telah



digunakan saat ini diseluruh dunia. Banyak diantaranya hanya memperlihatkan perbedaan yang kecil didalam rancangannya, namun konsep dasarnya sama. Kerugian : 



Penyimpanan atau penanganan harus hati-hati, karena dapat mempengaruhi kehandalan pemasangan baut batuan.







Resin mempunyai batas waktu pakai : o 12 bulan pada temperatur 15 °C o 6 bulan pada temperatur 25 °C







Pemasangan baut batuan memerlukan pemantauan dan pengujian yang khusus serta prosedur yang baik dan benar.



Keuntungan pemakaian Baut Batuan (RockBolt) dibandingkan dengan H-Beam :



12







Stabilitas : Kestabilan atap lebih baik pada perkuatan batu batuan (RockBolt).







Roof Displacement : Jumlah pergeseran atap lebih rendah.







Roof Softening : Tinggi pergeseran di atap berkurang



2. Mesh (Wire Mesh Dan Weld Mesh)



Gambar 2.5 Penyangga 1.wire mesh , 2.Weld Mesh 











Dua jenis “Mesh” umumnya digunakan dengan kombinasi baut batuan (Rockbolt) yaitu “WireMesh” dan “Weld Mesh”. “Wire Mesh” kuat dan fleksibel, umumnya digunakan pada permukaan, untuk mencegah karyawan cedera dan kerusakan peralatan dari lepasnya serpihan batuan. “Weld mesh” digunakan untuk memperkuat beton tembak (Shotcrete) dan lebih kaku dari “Wire Mesh”. “Wire Mesh” kurang cocok untuk penguatan Beton Tembak (Shotcrete).



13



Pemasangan RockBolt menggunakan Jumbo Drill atau Jack Leg. Pemasangan Wire Mesh menggunakan Jack Leg, dan Weld Mesh menggunakan Jumbo Drill. 2. Rock Strap (Tali Pengikat Batuan)



Gambar 2.6 Rock Strap ( Tali Pengikat Batuan) 







Biasanya dibuat dari besi baja berukuran tebal 6 mm (1/4 in) dengan lebar sekitar 100 mm (4 in) dan berbagai ukuran panjang “Rock Straps” digunakan dimana kondisi batuan jelek dan sering terjadi batuan lepas pada sekitar ujung baut batuan.



 b) Penyanggaan Pasif (Passive Support) Bersifat memperkuat masa batuan yang akan runtuh / tidak secara langsung (Rigid) . Artinya penyangga hanya akan bekerja, jika ada batuan runtuh. Yang termasuk ke penyanggaan pasif adalah HBeam, Cribbing, Stapling.



14



1. H-BEAM



Gambar 2.7 Penyangga H-BEAM Penyangga



ini



biasanya



dipasang



untuk



lubang



yangbentuknya empat persegi panjang dan umumnya digunakan didaerah lubang-lubang produksi. Penyangga tersebut kadangkadang dikombinasikan dengan kayu atau dinding beton. Keuntungan : 



Homogen dan mempunyai sifat elastisitas yang tinggi







Tidak dipengaruhi oleh kelembaban







Lebih tahan lama dibandingkan dengan kayu



Kerugian : 



Mahal Harganya



15



2. Shotcrete (Penyangga Beton / Beton Tembak)



Gambar 2.8 Penyanggan Beton Area Kantin



Gambar 2.8 Penyanggaan Beton Area Kantin 



Campuran antara semen, pasir dan air yang kadang-kadang ditambah



CaCl2



(calsium



chlorida)yang



berfungsi



mempercepat waktu pengerasan (curing time). 



Biasa digunakan sebagai bahan penyangga di tempat yang dipertahankan



dalam



waktu



lama,



seperti



mulut



terowongan, lubang bukaan vertikal dan ruang mesin. 



Jika lokasi penyanggaan Beton (Shotcrete) sangat jauh dari permukaan, maka material Shotcrete dibawa dalam tangki Kendaraan Tambang yaitu Normet



Ada dua tipe dasar shotcrete, yaitu : 



Shotcrete campuran kering (dry – mix shotcrete), dimana campuran semennya kering dan air ditambahkan pada saat penyemprotan (di nozzle).



16







Shotcrete campuran basah (wet – mix shotcrete), pada dasarnya memiliki komponen yang sama dengan campuran kering, tetapi airnya telah dicampurkan di dalam “mixer ”.



Keuntungan : 



Mempunyai kuat tekan yang tinggi,







Tahan terhadap pengaruh cuaca,







Bahan-bahan mudah didapat.



Kerugian :



2.5







Mempunyai kuat tarik rendah,







Dapat hancur tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda,







Hancuran beton tidak dapat digunakan lagi.



Sistem Ventilasi Sistemventilasi adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis maupun alami.Yang dimaksud peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis mesin penggerak yang digunakan untuk memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke dalam lubang bawah tanah. Yang paling penting dan umum digunakan adalah fan. Fan adalah pompa udara, yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pada proses menerus dapat dilihat bahwa fan menerima udara pada tekanan tertentu dan dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar. Jadi mesin angin (fan) adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok tekanan untuk mengatasi kehilangan tekan (head losses) dalam aliran udara. Pergerakan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan diatur oleh pembangkit tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin. Mesin angin yang memasok kebutuhan udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin angin



17



utama (main fan). Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat aliran udara pada percabangan atau suatu lokasi tertentu di dalam tambang, tetapi tidak menambah volume total udara di dalam tambang disebut mesin angin penguat (booster fans), sedangkan mesin angin yang digunakan pada lokasi kemajuan atau saluran udara tertutup (lubang buntu) dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fans). Berdasarkan cara menimbulkan udaranya serta letak mesinnya, ventilasi mekanis dibedakan menjadi tiga metode yaitu



a. Metode Hisap (Exhaust System) Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan dengan sistem forcing, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan negatif yang dimaksud disini adalah tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara. Pada sistem exhaustingfan diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat memudahkan kerjanya dalam menghisap udara udara kotor ataupun debu dari front kerja tersebut



Gambar 2.9 Metode Hisap



18



b. Metode Hembus (Forcing System) Sistem forcing akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front kerja. Tekanan positif berarti aliran udara ini mempunyai tekanan lebih besar dibanding udara di atmosfer. Pipa/saluran ventilasi ini menghubungkan fan dengan front kerja.



Gambar 2.10 Metode Hembus c. Metode Hisap Hembus (Overlap System) Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing. Berbeda dengan kedua sistem diatas, sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain. Ada fan yang bertugas menyuplai udara ke front (intakefan), ada fan yang bertugas untuk menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaustfan dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari front penambangan. Sedangkan duct akhir dari intakefan dipasang lebih dekat dengan front penambangan. Hal ini untuk mencegah agar udara yang disuplai langsung dihisap oleh exhaustfan sehingga udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front penambangan.



19



Gambar 2.11 Metode Hisap Hembus 2.6



Pengolahan Emas Pada umumnya proses pengolahan bahan galian adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan. Sedangkan pemurnian atau ekstraksi metalurgi adalah cara untuk memperoleh logam melalui proses fisika dan kimia.Tahapan tahapan pengolahan dan pemurnian emas



adalah



Kominusi,



Klasifikasi,



Leaching,



Adsorpsi,



Elution,



Electrowining, Smelting, dan Tailing Treatment. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian dan fungsi dari masing masing tahapan. a) Kominusi Kominusi adalah proses untuk mereduksi ukuran bijih dengan tujuan untuk membebaskan logam berharga dari bijihnya dan tau memperluas permukaan bijih agar dalam proses pelindian dapat berlangsung dengan cepat. Faktor – faktor yang mempengaruhi kominusi diantaranya sifat fisik dari bijih, seperti tingkat homogenitas, kekerasan, kandungan air. Bijih yang heterogen, porous, dan brittle mudah dikecilkan. Sedangkan bijih yang homogen, kompak dan liat sulit untuk dikecilkan. Agar partikel bijih dapat remuk harus ada tekanan yang cukup besar dan melebihi daya tahan bijih terhadap tekanan.



20



Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan untuk meremuk atau mengecilkan ukuran bijih. 1. Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh satu atau kedua permukaan plat. Pada kompresi, energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat. Alat yang menerapkan gaya compression ini adalah Jaw Crusher, Gyratory Crusher, dan Roll Crusher. Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adanya gaya impact yang bekerja pada bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang memukul bijih. Gaya impact adalah gaya compression yang bekerja 2. dengan kecepatan sangat tinggi. Alat yang mampu memberikan gaya impact pada bijih adalah impactor dan hummer mill. 3. Attrition atau Abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi atau kikisan. Peremukan dengan abrasi, gaya hanya bekerja pada daerah yang sempit atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan cukup kecil, tidak cukup untuk memecah / meremuk bijih. Alat yang dapat memberikan gaya abrasi terhadap bijih adalah ballmill dan rod mill. 4. Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan gergaji, cara ini jarang dilakukan untuk bijih. Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi ditentukan oleh jenis gaya dan metoda yang digunakan. Pengecilan ukuran bijih yang memanfaatkan gaya impact, akan menghasilkan ukuran dengan rentang atau distribusi yang lebar. Sedangkan kominusi memanfaatkan gaya abrasi akan menghasilkan dua kelompok distribusi ukuran yang sempit. Gambar di bawah ini menunjukkan ilustrasi distribusi ukuran bijih hasil kominusi dengan berbagai gaya yang berbeda. Alat – alat kominusi, secara umum dapat dibedakan menjadi crusher (peremukan) dan grinder (penggerus). Crusher pada umumnya digunakan untuk



21



memecahkan bongkahan bongkahan partikel besar menjadi bongkahan bongkahan kecil. Crusher terbagi menjadi dua, yaitu Primary Crusher dan Secondary Crusher. Primary Crusher banyak digunakan pada pemecahan bahan bahan tambang dari ukuran besar menjadi ukuran antara 6 in sampai 10 in (150 sampai 250 mm). Contoh alat primary crusher adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Secondary Crusher akan meneruskan kerja primary crusher, yaitu menghancurkan partikel padatan hasil primary crusher menjadi berukuran ¼ in (6mm). Contoh alat Secondary Crusher adalah Cone Crusher dan Roll Crusher. Grinder akan menghaluskan partikel partikel keluaran secondary crusher. Produk dari intermediate grinder berukuran sekitar 40 mesh, produk dari fine grinder menghasilkan ukuran sampai 200 mesh, sedangkan untuk ukuran yang lebih halus lagi dapat digunakan ultrafine grinder. Contoh grinder adalah Ball Mill, SAG Mill, Rod Mill.



b) Screening Screening atau pengayakan adalah pemisahan partikel partikel secara mekanis berdasarkan ukuran, dan hanya dapat dilakukan pada partikel partikel yang relatif berukuran kasar. Pemisahan dilakukan di atas ayakan berupa batang batang sejajar (grizzly) atau plat berlubang atau anyaman kawat yang dapat meloloskan material. Material yang tidak lolos atau tinggal di atas ayakan disebut oversize atau material plus sedangkan



yang lolos disebut material



minus atau undersize. Di dalam industri mineral, tujuan pengayakan adalah : 1. Mencegah masuknya undersize ke proses kominusi sehingga meningkatkan kapasitas dan efisiensi alat peremuk atau penggerus. 2. Mencegah oversize masuk ke tahap berikutnya pada operasi sirkuit tertutup pada peremukan dan penggerusan sehingga alat peremuk atau penggerus lebih awet. 3. Mempersiapkan umpan yang berselang ukuran kecil pada operasi konsentrasi. 22



4. Menghasilkan produk dalam kelompok kelompok ukuran tertentu, misalnya pada industri pasir dan batu. Beberapa tipe ayakan adalah pelat berlubang, yaitu pelat baja yang diberi lubang dengan bentuk tertentu, disamping pelat baja, pelat karet keras, atau pelat plastik banyak digunakan terutama untuk material abrasive. Ayakan terbuat dari anyaman kawat, yaitu kawat dari metal dianyam sedemikian rupa sehingga menghasilkan lubang lubang. Batang sejajar (grizzly) permukaan ayakan yang terbuat dari batang atau rel yang disusun sejajar dengan jarak tertentu. Ayakan ada yang bergerak dan ada yang diam. (untuk lebih jelas, lihat gambar 3.8. dibawah ini). Proses proses yang berperan dalam pengayakan adalah : 1. Stratifikasi. Proses dimana partikel besar naik ke atas dari lapisan mineral yang bergetar, sedangkan partikel kecil turun ke bagian bawah lapisan. Terdapat 4 faktor yang memperngaruhi stratifikasi, yaitu : a. Total lapisan yang dipengaruhi oleh laju pengumpanan dan kemiringan ayakan. b. Laju gerakan partikel di atas ayakan, hal ini merupakan fungsi dari tebal lapisan, frekuensi, stroke, dan kemiringan deck. c. Karakteristik stroke, hal ini ditentukan oleh panjang stroke, arah gerakan dan frekuensi. d. Kandungan air, bersama material halus menimbulkan sifat lengket sehingga material akan merusak stratifikasi.



23



Gambar 2.12 Metode Hisap Hembus Hubungan antara laju pengumpanan dan efisiensi pengayakan



Pada laju rendah, efisiensi rendah disebabkan karena partikel di atas ayakan melonjak lonjak berlebihan, kemungkinan lolos berkurang. Bila laju pengumpanan terlalu besar, kemungkinan lolos juga berkurang karena stratifikasi kurang baik dan ayakan kurang luas. 2. Peluang untuk dipisahkan. Pemisahan partikel tergantung pada kesempatan dari setiap partikel untuk mencapai lubang dalam berbagai posisi.



c)



Klasifikasi Klasifikasi adalah proses pemisahan antara ukuran partikel yang



diinginkan dan yang tidak diinginkan. Pemisahan ini biasanya dilakukan dalam fluida (gas dan cairan). Tapi di industri pengolahan bahan galian biasanya digunakan air. Alat untuk melakukan klasifikasi disebut classifier. Fungsi classifier secara khusus adalah: 1. Mengeluarkan material yang ukurannya sudah memenuhi syarat sebagai overflow. 2. Mencegah terjadinya overgrinding. 3. Mengembalikan material yang masih kasar untuk digerus kembali.



24



Classifier dapat dibedakan menjadi dua, yaitu classifier yang memanfaatkan gaya gravitasi dan classifier yang memanfaatkan gaya sentrifugal. 1. Classifier yang memanfaatkan gaya gravitasi disebut juga mechanical classifier. Bagian bagian penting dari mechanical classifier adalah : a. Kolam pengendapan yanng berupa tanki berbentuk mangkuk atau saluran. b. Alat yang berfungsi untuk mengeluarkan produk underflow. Alat ini berupa rake atau spiral. c. Rake atau spiral menarik produk endapan dari kolam pengendapan sedangkan overflow akan keluar melalui bibir overflow yang dapat diatur tingginya. Contohnya adalah thickener dan spiral classifier. 2. Classifier



yang



memanfaatkan



gaya



sentrifugal



contohnya



adalah



hydrocyclone. Gaya sentrifugal berfungsi untuk mempercepat laju pengendapan. Setiap partikel yang berada dalam hydrocyclone akan mengalami dua gaya yang saling berlawanan, yaitu gaya sentrifugal yang mengarah keluar dan gaya drag yang mengarah ke dalam. Partikel besar akan mengalami gaya sentrifugal lebih besar dibandingkan dengan gaya drag, terlempar ke arah dinding, mengikuti arus spiral mengarah ke bawah dan keluar melalui lubang apex sebagai underflow. Sebaliknya, partikel kecil, gaya sentrifugal tidak cukup untuk mendorongnya ke arah luar bergerak di spiral dalam yang bergerak ke atas dan bergerak ke luar sebagai overflow. Untuk lebih jelas, lihat gambar 3.9. dibawah ini.



25



Gambar 2.13 Hydrocyclone



d)



Leaching Leaching adalah proses pelarutan selektif dimana hanya logam logam



tertentu yang dapat larit. Pemilihan metode pelindian tergantung pada kandungan logam berharga dalam bijih dan karakteristik bijih khususnya mudah tidaknya bijih dilindi oleh reagen kimia tertentu. Secra hidrometalurgi terdapat beberapa jenis leaching, yaitu: 1. Leaching in Place (in-situ leaching). Leaching yang dilakukan di tempat bijih ditemukan atau di tempat penimpanan bijih. Pada metode ini tidak ada proses transportasi. Metode ini digunakan untuk bijih dengan kadar rendah atau bijih yang sebelumnya tidak masuk kategori layak olah. Terdapat 2 cara in situ leaching, spraying technique yang digunakan pada tambang terbuka dan injection technique yang digunakan pada tambang bawah tanah. 2. Heap Leaching



26



Dalam heap leaching terdapat proses preparasi dan pengangkutan ke tempat penumpukan setelah diremuk, heap leaching cocok untuk bijih kadar rendah. Tempat penumpukan untuk heap leaching adalah pada tanah dengan kemiringan tertentu dan alasnya dilapisi oleh lapisan permeabel, misalnya aspal, beton, atau plastik. Stelah material ditumpuk, reagen pelindi disemprotkan dari puncak tumpukan sehingga larutan kaya dapat terkumpul dalam saluran saluran di ujung bagian bawah tumpukan. 3. Vat Leaching/Percolation Leaching Penggunaan vat leaching terbatas pada leaching untuk material yang tidak biasa yaitu material yang tidak bisa diproses dengan heap leaching tetapi tidak memerlukan grinding untuk pemisahan emasnya. Keuntungan dari vat leaching adalah: a. Konsumsi bahan pelindi minimal. b. Dapat menghasilkan larutan kadar relatif tinggi. c. Mengurangi cost karena tidak perlu filter atau thickener. 4. Agitation Leaching Cocok untuk bijih dengan kadar medium hingga tinggi. Dilakukan dalam tangki khusus pelindian yang dilengkapi dengan agitator (pengaduk). Tujuan pengadukan ini ialah untuk meningkatkan kontak antara logam dalam bijih dengan reagen pelindi dan meningkatkan laju pelindian 5. Autoclaving Autoclaving adalh pelindian yang dilakukan pada temperatur dan tekan tinggi. Biji kadar tinggi yang bersifat refraktori yaitu sulit dilarutkan pada kondisi normal. Autoclaving dilakukan dalam suatu alat yang dinamakan autoclave. Beberapa reagen yang digunakan untuk pelindian emas adalah thiosulfat (S2O3)2-, Thiourea (NH2.CS.NH2), Sianida (NaCN), dan lain lain. Dari ketiga reagen tersebut, yang paling banyak digunakan sampai saat ini adalah sianida. 27



e)



Adsorpsi Larutan emas hasil ekstraksi diserap atau diadsorpsi oleh ekstraktan yang



berupa karbon aktif atau ion exchange resin sintetic. Ekstraktan yang memakai karbon aktif, prosesnya disebut Carbon in Leach. f)



Elution Elution adalah prose desorbsi, yaitu pelepasan kembali [Au(CN)2]- dari



karbon aktif dengan cara pemutusan ikatan antara keduanya. g)



Electrowining Electrowinning adalah proses penangkapan logam logam yang adalah



dalam air kaya dengan prinsip elektrolisa. Dalam mempelajari electrowinning maka yang perlu diketahui adalah prinsip elektrokimia (redoks). Reduksi adalah menurunkan bilangan oksida (biloks) dari logam dengan menambahkan elektron. Sedangkan oksidasi adalah proses sebaliknya meningkatkan biloks dari logam akibat kehilangan elektron. h)



Smelting Peleburan atau smelting bertujuan untuk mengambil logam dari cake



dengan cara memisahkan logam berharga dengan slagnya pada suhu tinggi (titik leburnya) dengan bantuan penambahan flux. Fungsi flux adalah untuk mengikat slag agar terpisah dengan baik dari logam berharganya, di samping itu juga bisa menurunkan titik lebur. i)



Tailing Treatment Tailing treatment, atau pengolahan limbah adalah salah satu tugas utama



dalam industri pertambangan dan pengolahan mineral. Pada awalnya pembuangan tailing dilakukan di sekitar danau dan sungai. Namun seiring dengan kebutuhan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, maka metode metode pengelolaan tailing semakin berkembang. Secara garis besar terdapat 2 metode perusakan zat - zat buangan berbahaya, terutama sianida, yaitu metode fisika dan metode kimia.



28



Perusakan zat - zat berbahaya dengan metode fisika biasanya menggunakan faktor alami. Pembangunan tailing dam menjadi pilihan utama sebagai tempat pembuangan akhir tailing. Selain itu itu, tailing dam juga berfungsi sebagai tempat perusakan zat zat berbahaya. Faktor alami yang digunakan pada metode fisika antara lain pengencera dari air sekitar, misalnya air hujan, perubahan temperatur, perubahan tingkat keasaman (pH) larutan, perubahan tekanan, tiupan angin, dll. Sedangkan proses perusakan sianida dengan metode kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia.



Gambar 2.14 Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas di PT Antam Tbk



29



BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah penyelidikan dan penelitian tambang yang bertemakan Aktivitas Penambangan dan Pengolahan Emas PT. ANTAM (Persero) Tbk UPBE adalah: 1. Kegiatan Pertambangan di PT. ANTAM UBPE Pongkor Jawa Barat, menggunakan sistem penambangan bawah tanah (Underground Mining) dengan metode cut and fill stoping. 2. Tambang emas PT ANTAM UBPE Pongkor memiliki empat urat emas utama yakni Ciguha, Kubang Cicau, Ciurug dan Pasir Jawa. 3. Aktifitas penambangan PT ANTAM UBPE terbagi menjadi dua tahapan, yaitu tahapan produksi meliputi drilling, charging, blasting, smoke clearing, mucking, transporting, supporting dan backfilling. Sedangkan pada tahapan development terdiri dari drilling, charging, blasting, smoke clearing, mucking, supporting. 4. Metode cut and fill ini menggunakan Cemented Back Filling dengan kemajuan penambangan kearah atas Overhand Breast Stoping. 5. Kegiatan pengolahan emas di PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPE Pongkor, Jawa Barat dibagi menjadi Unit Sianidasi, Unit Recovery, dan Tailing Treatment. 6. Unit Sianidasi berfungsi untuk mereduksi ukuran bijih dan melarutkan dalam reagen leaching. 7. Unit Recovery berfungsi untuk meningkatkan kadar mineral berharga dari hasil unit sianidasi. 8. Tailing Treatment berfungsi untuk mengolah limbah hasil pengolahan sebelum dialirkan ke sungai.



30



DAFTAR PUSTAKA Buku Panduan Kuliah Lapangan Tambang Bawah Tanah ,Jurusan Teknik Pertambangan STTNAS Yogyakarta ,Tahun 2018 earning. 2003. Modul Ventilasi Dasar. Bogor : PT Antam UBPE Pongkor. http://www.docstoc.com/docs/32301157/LAPORAN-PRAKTEKKERJA- LAPANGAN-ANTAM-PONGKOR



31



LAMPIRAN



32



LAMPIRAN A Biodata Diri



33



LAMPIRAN B Catatan Kuliah Lapangan Saat Kunjungan Ke Pt Antam Ubpe Pongkor Kecamatan Bogor Provinsi Jawa Barat



34



35