Laporan Kunjungan Studi PT Tambi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Perkembangan dunia kerja yang semakin komplek disertai dengan era globalisasi menjadikan persaingan semakin ketat dalam segala sektor. Hal ini menjadikan tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Untuk menghadapi perkembangan ini kreatif dan mandiri harus ditumbuhkan. Mengingat Indonesia adalah negara agraris maka sektor pertanian sangat berperan dalam menunjang perekonomian negara. Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan komoditas perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia. Bahkan minuman teh sudah banyak sekali dijadikan minuman sehari-hari. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Secara tradisional teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu teh hitam dan teh hijau. Perbedaan kedua macam teh tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pengolahan. Dalam proses pengolahan teh hitam memerlukan proses oksidasi enzimatis sedangkan teh hijau tidak memerlukan proses oksidasi enzimatis. Untuk mengikuti perkembangan pasar/konsumen, yang beberapa tahun terakhir lebih menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick brewing). PT. Perkebunan Teh Tambi Wonosobo merupakan salah satu perusahaan pengolahan teh yang cukup berkualitas. Hal ini dapat ditinjau dari segi teknologi yang digunakan dan mutu produk yang dihasilkan. Hasil produksi teh di PT Perkebunan Tambi sebagian besar telah di export ke berbagai negara-negara di dunia seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jepang, Jerman, Polandia, Inggris, Australia, 1



Selandia Baru, Rusia, Irak dan Uni Emirat Arab. Seiring dengan proses globalisasi yang menuntut produsen untuk menghasilkan produk berkualitas, maka pemberian jaminan mutu yang pasti dari perusahaan terhadap produk berkualitas sangat berpengaruh dalam menentukan pasar dan daya saing, sehingga mendorong penulis untuk mengetahui proses pengolahan dan rantai pasok secara rinci. B. Tujuan Tujuan kegiatan studi lapangan di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT. Perkebunan Teh Tambi, Wonosobo adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses produksi teh hijau



mulai dari bahan baku sampai produk jadi. 2. Mengetahui sistem (proses produksi, pengemasan, pemasaran) dan



distribusi. C. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari studi lapangan ini adalah : 1. Bagi Mahasiswa Salah satu sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan keilmuan yang menjadi disiplin ilmunya secara langsung di lapangan, mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan dengan kondisi di lapangan, menyiapkan diri menghadapi dunia kerja setelah menyelesaikan studi. 2. Bagi STIE Cendekia Karya Utama Mendapatkan kerjasama dengan industri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta mempromosikan keberadaan lembaga kepada industri untuk memenuhi kebutuhan tenaga



2



BAB II TATA LAKSANA KEGIATAN A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan studi lapangan ini dilaksanakan di PT Perkebunan Teh Tambi,



Unit Perkebunan Tanjungsari, yang beralamat di Desa Sedayu



Kecamatan



Sapuran Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.



B. Waktu Pelaksanaan Kegiatan studi lapangan ini dilaksanakan selama 1 hari pada hari Sabtu, 17 Januari 2020. C. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan studi lapangan antara lain: a. Pengumpulan data secara langsung 1) Observasi dan partisipasi aktif Observasi dan partisipasi aktif adalah melakukan pengamatan secara langsung berkaitan dengan proses produksi teh hijau serta berpartisipasi aktif pada semua kegiatan yang dilakukan selama proses produksi. 2) Wawancara Wawancara tentang



dilaksanakan



untuk



mendapatkan



informasi



perusahaan dan topik yang berkaitan dengan proses



produksi teh hijau dengan cara menanyakan langsung kepada pihakpihak terkait.



3



3) Pencatatan Mencatat data sekunder dari sumber-sunmber yang dapat dipertanggungjawabkan. Jenis data sekunder antara lain data mengenai kondisi umum perusahaan, sejarah berdirinya perusahaan dan data lainnya yang berkaitan dengan tujuan praktek magang. b. Pengumpulan data secara tidak langsung 1) Dokumentasi Dokumentasi melengkapi



adalah



data.



4



kegiatan



pendokumentasian



untuk



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Keadaan Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Perkebunan Teh Tambi pada mulanya (tahun 1865) merupakan perusahaan perkebunan milik pemerintah Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusahapengusaha swasta Belanda yaitu antara lain D. Vander Ships (untuk Unit Perkebunan Tanjungsari) dan W.D. Jong (untuk Unit Perkebunan Tambi dan Bedakah). Perkebunan tersebut pada tahun 1880 dibeli oleh Mr. M.P. van Der Berg, A.W. Hole, dan Ed Jacobson, yang kemudian bersama-sama mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij di Wonosobo, yang dalam pengurusan dan pengolahan perkebunan teh tersebut diserahkan kepada firma John Feet and Co. yang berkedudukan di Jakarta. Tahun 1942, saat Jepang di Indonesia, Kebun Bedakah, Tanjungsari, dan Tambi dikuasai oleh Jepang. Tanaman teh pada umumnya tidak dirawat dan sebagian dibongkar untuk diganti tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian, dan jarak. Kebun Bedakah, Tambi, dan Tanjungsari setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 secara otomatis diambil alih oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di bawah Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berpusat di Surakarta, sedangkan kantor perkebunan daerah Tambi, Bedakah, dan Tanjungsari dipusatkan di Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda pada November 1949, maka perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia yang sebelumnya sudah diakui sebagai milik Negara harus diserahkan kembali kepada pemilik semula. Sesuai hasil KMB maka perkebunan teh Bedakah, Tambi, dan Tanjungsari harus diserahkan kembali oleh pemerintah Indonesia kepada pemilik



5



semula yaitu Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Setelah diadakan koordinasi antara ketiga pengelola kebun tersebut, para eks pegawai PPN membentuk kantor bersama yang dinamakan Perkebunan Gunung pada tanggal 21 Mei 1951. Beberapa tahun setelah Perkebunan Gunung mengelola ketiga kebun itu, Bagelen Thee En Kina Maatschappij tidak berminat untuk melanjutkan usahanya dan merasa terlalu sulit untuk mengurus perkebunan yang kondisinya sudah sangat memburuk (akibat revolusi fisik antara Indonesia dengan Belanda). Oleh Bapak Imam Soepomo, SH selaku Kepala Jawatan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah mengusahakan agar pihak Bagelen Thee En Kina Maatschappij diserahkan ke Indonesia. Hal tersebut diterima baik oleh Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Selanjutnya didirikan Perseroan Terbatas (PT) NV Eks PPN Sindoro Sumbing pada tanggal 17 Mei 1954. Perjanjian jual beli antara NV Bagelen Thee En Kina Maatschappij dengan PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing terjadi tanggal 26 November 1954, sehingga status perkebunan Bedakah, Tambi, dan Tanjungsari resmi dalam penguasaan PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Tahun 1957, tercapai kesepakatan bersama antara Pemerintah Daerah Wonosobo dan PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing untuk bersamasama mengelola perkebunan tersebut, dengan membentuk perusahaan baru yang modalnya 50 % dari PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing dan 50 % dari Pemerintah Daerah Wonosobo. Perealisasian tujuan tersebut dilakukan melalui pembentukan suatu perusahaan baru dengan nama Perseroan Terbatas (PT) NV Perusahaan Perkebunan Teh Tambi, disingkat PT NV Tambi (saat ini PT Perkebunan Tambi) dengan akte notaris Raden Sujadi di Magelang pada tanggal 13 Agustus 1957 No. 10, serta mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman tanggal 18 April 1958, No. JA 5/30/25 yang kemudian diterbitkan pada lembaran berita negara tanggal 12 Agustus 1960 No. 6. Pada perkembanganya, pada bulan mei 2010 terjadi kesepakatan bahwa PT NV ex PPN Sindoro Sumbing tidak lagi melanjutkan usaha bersama PEMDA untuk pengelolaan PT Perkebunan Tambi.



6



Pengelolaan PT Perkebunan Tambi sejak saat itu 50% modalnya berasal dari PEMDA dan 50% dari PT Indo Global Galang Pamitra. 2. Identitas, Tujuan, Visi dan Misi Perusahaan a. Identitas Perusahaan 1) Nama Perusahaan



: PT Perkebunan Teh Tambi



2) Status Perusahaan



: Perseroan Terbatas



3) Alamat Perusahaan Pusat



: Jl. T. Jogonegoro No.39 Wonosobo 56314



No Telp



: (0286)321077, 321088



Fax



: (0286)321203, 321092



Email



: [email protected]



4) Lokasi Unit Perkebunan Desa



: Sedayu



Kecamatan



: Sapuran



Kabupaten



: Wonosobo



b. Tujuan Didirikan Perusahaan Tujuan didirikan perusahaan adalah menumbuh kembangkan perusahaan guna memberikan nilai kepada shareholder/penanam saham dengan



menghasilkan laba yang semakin meningkat. c. Visi dan Misi Perusahaan 1) Visi



7



Mewujudkan perusahaan perkebunan teh yang berproduktivitas tinggi, ramah lingkungan, kualitas standar, ramah lingkungan, kokoh dan lestari. 2) Misi Mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pendapatan pajak dan devisa bagi negara, pelestarian alam dan penyerapan tenaga kerja. 3. Lokasi Perusahaan Unit Perkebunan Tanjungsari terletak kurang lebih 15 km dari kota Wonosobo ke arah timur melalui jalan provinsi arah kab. Purworejo. Di Desa Sedayu kecamatan Sapuran kabupaten Wonosobo. Memiliki lahan seluas 207,42 Ha dengan status tanah HGU seluas 207,17 Ha dan HGB seluas 0,25 Ha. Unit perkebunan Tanjungsari berada di ketinggian 700 s.d 1.000 mdpl. Terdapat 3 blok lahan perkebunan the yang ada di Unit Perkebunan Tanjungsari



yaitu Blok Kutilang, Blok Murai dan Blok Gelatik.



4. Jenis Produksi Unit Perkebunan Tanjungsari memproduksi teh hijau yang kemudian di



distribusikan ke PT Teh Poci, PT Teh Dandang dan PT Teh 99. B. Manajemen Perusahaan 1. Struktur dan Sistem Organisasi Unit Perkebunan Tambi merupakan salah satu unit produksi dari PT Perkebunan Teh Tambi yang mengelola perkebunan dan pengolahan



komoditas



teh. Dalam pelaksanaan kerja di UP Tanjungsari dibagi menjadi tiga



bagian utama, yaitu:



8



a. Bagian kebun, yang tugasnya adalah mengusahakan produksi pucuk sebagai bahan baku teh seoptimal mungkin dengan segala aspek pekerjaan pendukungnya. b. Bagian pabrik, yang tugasnya mengelola hasil dari bagian kebun menjadi teh siap jual sesuai dengan petunjuk dari direksi atau pemasaran. c. administrasi



Bagian



kantor,



tugasnya



adalah



malaksanakan



pekerjaan



dan masalah perkantoran lainnya sebagai bagian dari kegiatan suatu



usaha. d. Bagian Wisata Agro, tugasnya adalah mengelola agro atau taman rekreasi



unruk



para



pengunnjuang



guna



memperkenalkan



serta



mempromosikan PT Tambi UP Tanjungsari. Struktur organisasi di PT. Perkebunan Teh Tambi dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat dilihat bahwa PT. Perkebunan Teh Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin PT, dengan urutan sebagai berikut: 1) Direktur Utama 2) Direktur 3) Kepala Departemen 4) Pemimpin Unit Perkebunan Kepala Bagian Kebun Kepala Bagian Pabrik Kepala Bagian Kantor Kepala Bagian Wisata Agro



9



2. Tanggung Jawab dan Wewenang PT Perkebunan Teh Tambi dipimpin oleh seorang Direktur Utama sedangkan Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh Pemimpin Unit Perkebunan.



Dalam menjalankan tugasnya Pemimpin Unit Perkebunan dibantu oleh



Kepala



Bagian Kebun, Pabrik, Kantor dan Wisata Agro. Masing-masing



memiliki



tugas



Penjabaran tugas



dan



wewenang



yang



harus



dijalankan



sebaik-baiknya.



dan wewenang dari masing-masing anggota pada struktur



organisasi UP Tanjungsari sebagai berikut : a. Pemimpin Unit Perkebunan Pemimpin Unit Perkebunan merupakan kepala perkebunan yang bertanggung jawab secara langsung kepada Direksi PT Perkebunan Teh Tambi yaitu di atasi oleh Bapak Rian Budi Nugroho S.H. yang membawahi Kepala Bagian Kebun, Pabrik, Kantor dan Wisata Agro. b. Kepala Bagian Kebun Kepala bagian kebun ini membawahi beberapa Kepala Blok dan bagian Keamanan Kebun yang di pegang oleh bapak Rodiman. c. Kepala Bagian Pabrik Kepala Bagian Pabrik ini membawahi, Kepala Seksi Teknik Kepala Haccp dan Kepala Pengelolaan Pabrik yang dipegang oleh Bapak Muhyani. d. Kepala Bagian Kantor Kepala bagian kantor ini membawahi bagian Umum, Keuangan, Akuntansi dan Kamtib. e. Kepala bagian Wisata Agro Kepala bagian ini membawahi kepala bagian operasional dan umum.



10



3. Ketenagakerjaan a. Pembagian Tenaga Kerja Pembagian karyawan di UP Tanjungsari dibagi menjadi beberapa macam yaitu karyawan I, karyawan II yang terdiri dari golongan II A, golongan II B, golongan II C, golongan II D, golongan II E, karyawan lepas tetap dan karyawan borong (lepas). Jumlah tenaga kerja di UP Tanjungsari yaitu : No



Golongan



Gender L



Jumlah P



1



KI



7



3



2



KII E



3



3



3



KII D



8



8



4



KII C



5



5



KII B



7



6



KII A



17



3



20



7



PASTAP PABRIK/UMUM



44



1



45



8



WISATA AGRO



4



9



PETIK



5



88



93



10



PEMELIHARAAN



33



6



39



JUMLAH



133



102



235



1



10



6 7



4



Tabel 3.1 Jumlah Karyawan di PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari 11



Jam kerja Unit Perkebunan Tanjungsari adalah 24 jam kerja selama 6 hari kerja. Dalam satu hari terbagi menjadi tiga shift kerja yaitu pagi, sore dan malam. Unutk di setiap shiftnya memiliki jam kerja selama 7 jam ditambah 1 jam istirahat. Pembagian jam kerja karyawan pabrik masing-masing shift adalah : 1) Shift pagi pukul 07.00-15.00 2) Shift sore pukul 15.00-23.00 3) Shift malam pukul 23.00-07.00 Sedangkan jam kerja untuk karyawan operasional kantor adalah : 1) Senin-Kamis pukul 07.00-15.00 2) Jumat pukul 06.30-11.30 (didahului senam pagi dan forum komunikasi dan informasi). 3) Sabtu pukul 07.00-13.00 4) Istirahat pukul 12.00-13.00 b. Fasilitas Kesejahteraan Karyawan PT Perkebunan Tambi menyediakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua karyawan untuk memenuhi hak semua karyawan. Beberapa fasilitas di sediakan bagi para karyawan serta kesejahteraan keluarga karyawan. Fasilitas tersebut antara lain: o Kesejahteraan karyawan seperti Jamsostek, koperasi karyawan, santunan pendidikan dan punakarya. o Pelayanan kesehatan untuk karyawan, keluarga, dan punakarya seperti pengobatan BPK, pelayanan KB, Posyandu, Pemeriksaan kesehatan calon



12



karyawan, pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan pabrik dan petugas pestisida. o Sarana olahraga, kesenian, dan tempat ibadah. o Panitia Pembina Keselamatan dan Kesejahteraan Karyawan (P2K3) o Sarana perumahan bagi para karyawan. o Rekreasi. o Tunjangan-tunjangan meliputi : Tunjangan Hari Raya, cuti tahunan, pakaian kerja, meninggal dunia. o Pemberian dana pensiun. o Pemberian natura berupa teh setiap bulannya. C. Penyediaan Bahan Baku 1. Sumber Bahan Baku Bahan baku merupakan elemen terpenting dalam proses produksi yang nantinya diolah dari bentuk mentah menjadi produk jadi. Bahan baku dalam industri pengolahan teh hijau di UP Tanjung sari (Blok Kutilang, Blok Murai, Blok Gelatik). Sebagai bahan pertimbangan keberlangsungan jalannya industri, maka penyediaan bahan baku sangat penting untuk diperhatikan. Teh yang bermutu tinggi biasanya didapat dari pengolahan daun teh muda. Faktor utama yang dituntut dalam mutu pucuk teh adalah senyawa polifenol teh (golongan catechin) dan enzim polifenol oksidase yang harus tetap terjaga, baik jumlah maupun mutunya.



2. Spesifikasi Bahan Baku Kualitas bahan baku (pucuk teh) sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari teh kering. Semakin baik kualitas bahan baku maka samakin baik



13



juga kualitas teh kering yang dihasilkan. Hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh bahan baku yang baik adalah pemetikan. Pemetikan adalah pengambilan hasil pucuk tanaman teh di atas bidang petik yang memenuhi syarat untuk diolah secara berkesinambungan menjadi menjadi produk teh kering. Ketentuan pucuk yang dipetik harus disesuaikan dengan pucuk standar yang akan diolah. Pemetikan yang dilakukan secara teratur dapat membuat tanaman teh tidak rusak dan apabila pemetikan dilakukan secara kurang teratur maka dapat mengakibatkan tanaman cepat tinggi, bidang petik tidak rata dan jumlah daun muda yang dipetik juga sedikit. Ketentuan pucuk yang dipetik harus disesuaikan dengan pucuk standar yang akan diolah. a. Berdasarkan jenisnya, pemetikan dapat dibedakan menjadi : 1) Pemetikan jendangan Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada awal setelah tanaman dipangkas. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang tinggi. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan. 2) Pemetikan produksi Pemetikan produksi dilakukan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan, dan terus berlangsung secara rutin sehingga tiba giliran pemangkasan produksi berikutnya dengan siklus 8-12 hari. 3) Pemetikan gendesan



Pemetikan gendesan adalah pemetikan



produksi yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memeperhatikan daun yang ditinggalkan. b. Jenis petikan



14



Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu : 1) Petikan halus apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (P) dengan satu daun, atau pucuk burung (B) dengan satu daun muda (M), biasanya ditulis dengan rumus P+1 atau B+1M. 2) Petikan medium apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda, ditulis dengan rumus P+2, P+3, B+1M, B+2M, B+ 3M. 3) Petikan kasar apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus [P+4 atau lebih, B+(1-4 T)]. Gambar 3.1 Jenis-Jenis Pucuk Teh



Keterangan gambar : P+1 : Pucuk peko dan 1 daun



15



P+2 : Pucuk peko dan 2 daun P+3 : Pucuk peko dan 3 daun B+1M : Pucuk burung dan 1 daun muda B+2 : Pucuk burung dan 2 daun B+3M : Pucuk burung dan 3 daun muda Di UP Tanjungsari ini umumnya jenis petikan yang dikehendaki ialah petikan medium, dengan komposisi 70% pucuk medium maksimal 10% pucuk halus dan 20% pucuk kasar. Kegiatan pemetikan di UP Tanjungsari biasa dilakukan dari pukul 06.00-09.30 WIB. Pukul 09.30 WIB untuk penimbangan pertama dan penimbangan kedua pada pukul 10.00 WIB, dimana pucuk masih dalam keadaan segar. Pemetikan di UP Tanjungsari dilakukan oleh tenaga pemetik dengan alat gunting. Tujuan penggunaan gunting sebagai alat pemetikan pucuk daun teh, untuk mengejar target produksi yang dalam setiap blok berbeda-beda tergantung musim. Setelah daun dipetik, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang. Selanjutnya setelah keranjang penuh, dimasukkan ke dalam waring yang berkapasitas kurang lebih 25 kg untuk selanjutnya ditimbang dengan diadakan sortir daun tua. Dalam satu blok terdapat beberapa tenaga pemetik dan dua pembimbing (mandor) yaitu mandor petik dan mandor pemeliharaan. Tiap mandor petik idealnya membantu 20-25 orang. c. Menilai kondisi pucuk Rangkaian akhir dari kegiatan pemetikan di kebun adalah adalah pengumpulan, penimbangan di kebun dan pengangkutan hasil. Pengangkutan dari lokasi penimbangan kebun ke pabrik diusahakan sesegera mungkin dan pucuk harus langsung dibongkar dan dimasukkkan segera ke dalam bak pelayuan (withering trough) setelah sampai ke pabrik. d. Penerimaan Bahan Baku 16



Pucuk segar setelah dipetik dari setiap blok dan telah dilakukan penimbangan di kebun kemudian diantar ke UP Tambi untuk diolah, adapun pengangkutannya dengan menggunakan truk. Setelah pucuk segar sampai di pabrik selanjutnya ditimbang. Tujuan dari penimbangan di pabrik antara lain: -



Memperkirakan jumlah produksi.



-



Sebagai dasar pengolahan di pabrik Pada saat penimbangan terjadi perbedaan antara berat pucuk segar saat



di kebun dengan setelah penimbangan di pabrik. Hal ini disebabkan : - Terjadi penguapan pucuk daun teh - Tercecernya pucuk daun teh pada saat di kebun, saat pengangkutan dan pada saat penimbangan di pabrik Selisih hasil penimbangan yang normal antara kebun dan pabrik adalah 2%. Pada saat penimbangan harus diperhatikan jumlah tumpukan waring tidak boleh lebih dari 5 dalam satu kali penimbangan, karena jika terlalu banyak tumpukan, pucuk akan lebih banyak mengalami kerusakan akibat terlalu banyak mendapat tekanan. Setelah pucuk segar ditimbang kemudian dihamparkan ke dalam Withering Trough (WT) dengan menggunakan troli sebagai alat angkutnya. D. Proses Pengolahan Teh Hijau



Daun Segar



Pengeringan Akhir



Pelayuan



Pengeringan Tahap II



17



Penggulungan



Pengeringan awal



Pengemasan dan penyimpanan Gambar 3.1 Diagram Proses Pengolahan Teh Hijau 1. Pelayuan Pelayuan merupakan tahap pertama dalam pengolahan teh hijau. Sebelumnya pucuk daun di timbang kemudian di beber atau di anginangibkan selama beberapa saat. Proses pelayuan dilakukan di mesin Rotarry Panner dengan kapasitas 750-800 kg/jam perputaran mesinnya 48 rpm. Tujuan dari proses pelayuan ini adalah unutk menguapkan kandungan air dalam pucuk hingga 30 – 40 % serta memudahkan dalam proses penggulungan. Penguapan kadar air kurang lebih 25%. Bahan bakar dalam proses ini menggunakan kayu bakar. Kriteria pucuk layu sempurna dalam : -



Lentur dan terasa lemas merata



-



Keluar aroma segar pucuk layu



-



Jika dikepal saling melengket dan tidak terurai



-



Apabila di patahkan tidak patah (lentur/liat)



18



Gambar 3.2 Proses pelayuan 2. Penggulungan Penggulungan adalah proses kedua setelah proses pelayuan. Penggulungan di lakukan di dalam mesin Jacson Roller dengan kapasitas penggulungan 45 kg/20 menit dengan perputaran 45 rpm. Tujuan dari proses ini adalah untuk menggulung dan memecahkan sel pada pucuk layu serta unutk mengeluarkan enzim yang terkandung di dalam pucuk untuk melapisi seluruh permukaan teh. Kriteria pucuk tergulung sempurna adalah : -



apabila gulungan pucuk dibuka, daun tetap utuh



-



apabila jatuh ke lantai pucuk tetap tergulung



-



pucuk basah dan lengket akibat cairan sel (katekin) yang keluar tapi tidak sampai menetes.



Gambar 3.3 proses penggulungan 3. Pengeringan awal Selanjutnya adalah proses pengeringan awal yang dilakukan oleh msin ECP(Endless Chain Presure) dengan kapasitas muatan 250 kg/jam. Tujuan



19



dan fungsi dari proses ini adalah unutk mengeringkan pucuk hingga kadar 30-40%, memperkokoh bentuk gulungan serta memunculkan aroma khas teh



hijau. Kriteria bubuk teh kering yang baik adalah apabila bubuk teh kering berwarna coklat kehitaman dan muncul aroma khas teh hijau (harum segar). Gambar 3.4 Proses Pengerimgan Awal 4. Pengeringan tahap II Pada proses ini pucuk the di keringkan lagi menggunakan mesin Rotary Drier dengan kapasitas 750-800 kg/jam. Temperatur suhu yang digunakan 75-80 C. Dengan tingkat perputaran mesin 48 rpm dengan waktu ideal untuk proses pengeringan 45-90 menit. Tujuan dari proses pengeringan tahap II ini adalah untuk mengeringkan teh hingga kadar air mencapai 14%. Kriteria hasil teh kering yang baik adalah: -



Teh berwarna coklat kehitaman dan kering



-



Apabila diremas terasa keras dan kering



-



Aroma khas teh hijau semakin kuat



20



Gambar 3.5 Proses Pengeringan Tahap II 5. Pengeringan akhir Proses ini merupakan proses tahap akhir dimana pucuk daun dikeringkan lagi menggunakan mesin Ball Tea dengan kapasitas 400 kg/7 jam dan dengan perputaran mesin 48 rpm. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperbaiki bentuk gulungan sehingga menjadi bulat dan terpilin. Kriteria teh kering yang baik adalah teh tergulung dan terpilin dengan rapi serta teh berwarna hitam keabuan dan mengkilap.



Gambar 3.6 Proses Pengeringan Tahap Akhir 21



6. Pengemasan dan penyimpanan Setelah pucuk dan dipastikan telah memenuhi standar prosedur selanjutnya di kemas ke dalam karung-karung besar dengan kapasitas 1 karung 35 kg. Kemudian di tutup rapat selanjutnya di simpan di ruang penyimpanan/gudang. Sistem penyimpanan di gudang adalah FIFO (First In First Out) dimana barang pertama kali masuk pertama kali keluar. Waktu penyimpanan di gudang ini kurang lebih selama 1 minggu, jika stok pesanan sudah terpenuhi akan langsung dikirim sehingga tidak ada stock lama tersimpan. Barang yang dikeluarkan sesuai dengan pesanan. Penanganan dalam penyimpanan di dalam gudang adalah : -



Menggunakan pallet kayu sehingga barang tidak tertempel langsung dengan lantai dengan ketinggian pallet sekitar 10 cm.



-



Jangan sampai barang tertempel dengan tembok karena bisa lembab yang dapat menimbulkan bakteri/jamur berkembang di dalam teh.



-



Para pekerja tidak boleh memakai parfum, karena dapat mempengaruhi aroma dari teh hijau.



-



Penumpukan barang dengan cara zig-zag supaya mudah dalam menata dan maksimal penumpukan 8 karung.



-



Pemindahan



barang



kedalam



maupun



keluar



gudang



menggunakan tenaga kerja manusia tidak menggunakan alat/mesin.



22



Gambar 3.7 Proses Pengemasan Gambar 3.8 Gudang Penyimpanan



23



7. Pemasaran Hasil Produk Sebagai produsen, PT Perkebunan Tambi melakukan kegiatan pemasaran teh hitam sebagai komoditinya. Teh hitam produksi PT Perkebunan Tambi sebagian besar dipasarkan untuk expor. Untuk expor sebanyak 70-80% sedangkan untuk pasar lokal sebanyak 2030%. Adapun pangsa pasar yang dituju oleh PT Perkebunan Tambi adalah pangsa ekspor dan lokal. 1) Pasar Expor (Perdagangan Luar Negri) a. Direct Export (Export langsung), dimana semua proses exportnya langsung berhubungan dengan pembeli atau agen pembeli di negara tujuan pembeli, demikian pula untuk seluruh pengurusan dokumen-dokumen pendukungnya. Pembeli yang termasuk ini antara lain : - Hung An Trading Co.LTD, Hong Kong - Iteaco, Kanada - J. Fr. Scheibler GmbH & CO, Hamburg, Jerman b. Indirect Export (Export tidak langsung), yang meliputi Exporter dan Blender Exporter. Pihak ini lah yang langsung berhubungan dengan pembeli atau agen pembeli di negara tujuan pembeli, termasuk pengurusan dokumen-dokumen pendukungnya. Pembeli yang termasuk ini antara lain :



- PT Unilever



Indonesia TBK, Jakarta - PT Trijasa Primasejati, Jakarta 2) Pasar Lokal (Perdagangan Dalam Negri) Antar Daerah, hubungan dengan pembeli dilakukan secara langsung, dalam hal ini pembeli biasanya juga merangkap sebagai Packer ( mengemas kembali dengan merk-merk mereka sesuai standar yang mereka tetapkan sendiri) karena koita mengirimkan barang unsorted. Pembeli yang termasuk ini antara lain :



24



-



PT Gunung Slamat Unit Jogja(Teh Poci) Alamat:



Jl.



Mangkuyudan



No.58,



Mantrijeron,



Kec.



Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55143 -



PT Gunung Selamat (Teh Poci&teh Sosro) Alamat: Jl. Pamularsih Raya No.64, Bojongsalaman, Kec.



Semarang Bar., Kota Semarang, Jawa Tengah 50141 -



PT Kartini Teh Nasional (Teh Dandang) Alamat: 74, Jl. Urip Sumoharjo, Sambongpos, Sambong, Kec.



Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah 51216 -



PT. Gunung Subur Sejahtera (teh 99) Alamat: Jaten KM.9, Dusun V, Jaten, Kec. Jaten, Kabupaten



Karanganyar, Jawa Tengah 57731



25



BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan PT Perkebunan Teh Tambi merupakan perusahaan produksi teh yang terbesar dan satu-satunya di kabupaten Wonosobo. PT Perkebunan Teh Tambi memiliki tiga Unit Perkebunan yaitu Unit Perkebunan Bedakah, Unit Perkebunan Tambi dan Unit Perkebunan Tanjungasari. Di Unit Perkebunan Bedakah dan Unit Perkebunan Tambi memproduksi teh hitam, sedangkan untuk pengemasan teh hitam dan produksi teh hijau ada di Unit Perkebunan Tanjungsari. Proses pengolahan teh hijau di Unit Perkebunan Tanjungsari melalui beberapa proses yaitu: pembeberan pucuk, [elayuan pucuk, pendinginan pucuk, penggulungan pucuk, pengeringan awal pucuk, pengeringan kedua pucuk, pengeringan akhir pucuk dan pengemasan produk jadi (teh hijau). Dalam setiap tahap atau proses produksi memeiliki SOP(Standart Operational procedure) yang berisi standar operasi kegiatan dan harus di jalankan oleh para pekerja dalam kegiatan tersebut. Dalam proses pengolahan teh hijau Unit Perkebunan Tanjungsari diperlukan sumber energi bahan bakar yang berasal dari kayu bakar dan sumber energi listrik yang berasal dari diesel. Limbah hasil pengolahan teh di Unit Perkebunan Tannjungsari berupa limbah gas (asap), padat dan cair. B. Saran 1.



Perlu dilakukan proses pembersihan secara berkala pada alat,



mesin, serta bangunan seperti atap, dinding, dan lantai.



26



2.



Perlunya atribut keselamatan dan keamanan bagi karyawan



produksi DAFTAR PUSTAKA Primanita, Asri Yulian.2015. Laporan Magang Di Unit Perkebunan Teh Tambi Pt Perkebunan Teh Tambi Wonosobo Diakses dari http://agris.fao.org/agrissearch/search.do?recordID=GB201540 3454 pada tanggal 01 Februari 2020. Muljana, W. 1983. Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Teh. CV. Aneka Ilmu. Semarang. Nasution, Z. Dan Wachyuddin, T. 1975. Pengolahan Teh.



IPB.



Bogor. Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. Kantono,Andika dkk.2014 Diakses dari Laporan Praktik Industri (Pi) Di



Up



Tambi



Pt



Perkebunan



Tambi



Wonosobo.



http://andikapshtsejati.blogspot.com/2014/02/laporan-praktikindustri-pi-di-up-tambi.html pada tanggal 01 Februari 2020.



27