Laporan Kwu Fix-Sudono Salim [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan berbagai potensi yang dimiliki termasuk sumber daya alam dan letak secara geografis yang strategis. Jumlah penduduk Negara Indonesia menempati urutan keempat terbesar dengan 251 juta jiwa di bawah Cina (1,3 miliyar), India (1,2 miliyar), dan Amerika Serikat (316 Juta). Jumlah penduduk yang begitu besar dan di dukung dengan kekayaan alam serta letak geografis yang strategis belum mampu membuat Indonesia menjadi negara yang maju. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2014 terdapat 28,28 juta penduduk miskin (11,25% dari populasi penduduk) dan jumlah pengangguran mencapai 7,24 juta orang (5,94 % dari angkatan kerja). Menurut McClelland (Kasali, dkk., 2010), salah satu faktor yang menyebabkan sebuah negara menjadi maju adalah ketika jumlah wirausaha yang terdapat di negara tersebut minimal 2% dari populasi penduduknya. Saat ini jumlah wirausaha di Indonesia baru mencapai 1,56%, bila dibandingkan dengan Amerika Serikat (11,5%) dan Singapura (7,2%). Dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 250 juta, maka dibutuhkan sekitar lima juta wirausaha. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan paradigma berpikir untuk mencetak wirausaha baru. Seorang wirausaha harus mempunyai 3 jenis modal, yaitu human capital, social capital, dan financial capital. Selain 3 jenis modal tersebut, seorang wirausaha harus mampu meningkatkan kegiatan wirausahanya. Salah satu upaya untuk memahami modal untuk menjadi wirausaha yang sukses adalah meneladani wirausaha yang telah memenuhi modal untuk menjadi seorang wirausaha. Seorang wirausahawan yang akan dikupas kehidupannya dalam berwirausaha adalah Sudono Salim. Beliau merupakan pemiliki dari beberapa perusahaan yang tergabung dalam Salim Grup. 1.2 Tujuan 1. Megetahui penjabaran dari 3 jenis modal wirausaha, yaitu human capital, social capital, dan finance capital yang dimiliki oleh pengusaha sukses Sudono Salim 2. Mengetahui upaya peningkatan usaha yang dilakukan oleh Sudono Salim sehingga mempunyai banyak perusahaan besar yang tergabung salam Salim Grup.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Wirausaha (Entrepreneur) Secara entimologis kewirausahaan adalah padanan kata entrepreneurship dalam bahasa Inggris. Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan. Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta atau wirausaha berasal dari kata : Wira: utama, gagah, berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif. Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada orang-orang yang dapat berdiri sendiri. Terdapat berbagai macam defenisi mengenai wirausaha (entrepreneur). Menurut Alma (2010) wirausaha (entrepreneur) adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukan cara berpikir lamban. Dewanti (2008) mengemukakan bahwa



wirausahawan adalah orang yang



menciptakan bisnis dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Pengertian kewirausahaan menurut Drucker (1996) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Zimmerer dan Scarborough (1996), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Secara komprehensif Kuratko (2009) menjelaskan bahwa wirausaha (entrepreneur) adalah seorang innovator atau pengembang yang mampu mengenali dan mengambil peluang, mengubah peluang tersebut menjadi ide yang workable/marketable. Penambahan nilai pada ide tersebut melalui waktu, usaha, uang, atau keterampilan dan mampu melihat resiko dari lingkungan yang kompetitif sebagai pertimbangan dari keputusan implementasi ide tersebut serta mampu mengidentifikasi hasil atau penghargaan dari usaha yang dilakukan. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai entrepreneur, individu yang disebut sebagai entrepreneur digambarkan sebagai individu yang mempunyai gagasan atau inovasi baru yang dapat diterima dengan baik oleh market. Inovasi baru muncul karena kejelian dalam melihat



peluang yang ada. Berani mengambil resiko merupakan hal yang harus dilakukan seorang entrepreneur dan organisasi bisnis yang baik untuk menciptakan keuntungan secara ekonomi. 2.2 Human Capital Menurut Becker (1993) human capital adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan investasi. Pengertian human capital yang dikemukakan oleh Becker bersifat umum dan memandang bahwa manusia memiliki modal di dalam dirinya untuk melakukan suatu kegiatan investasi. Modal yang ada di dalam dirinya merupakan sifat-sifat entrepreneur yang akan mengembangkan kualitas dari suatu usaha. Menurut Ongkorahardjo (2008) Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan, inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sehingga dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan. Menurut Fitzens (2000) pengertian human capital dapat dijelaskan sebagai suatu kombinasi dari faktor-faktor sebagai berikut: 1. Sifat-sifat seseorang yang dibawanya sejak lahir ke dalam pekerjaan, inteligensi, energi, sikap yang secara umum positif, reabilitas, dan komitmen. 2. Kemampuan seseorang untuk belajar, bakat, imajinasi, kreativitas, dan apa yang sering disebut sebagai street smart (akal kecerdasan). 3. Motivasi seseorang untuk berbagi informasi dan pengetahuan, semangat tim dan orientasi tujuan. Beberapa komponen dari human capital yang perlu dimiliki oleh seorang entrepreneur, yaitu personal qualities, skills, knowledge, experience, dan education. Berikut di bawah ini merupakan penjelasan komponen-komponen tersebut. 1. Personal Qualities Personal qualities merupakan human capital yang perlu dimiliki oleh seorang entrepreneur. Personal qualities meliputi attitude dan behaviour. Menurut Fadel Muhammad (1992) terdapat 7 ciri yang melekat pada seorang wirausaha: a. Kepemimpinan



ini merupakan faktor kunci bagi seorang wirausaha. Melalui keunggulan pada aspek kepemimpinan, maka seseorang wirausaha akan sangat memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja/personal dan efektifitas. Pemimpin yang berorientasi pada ketiga faktor diatas, senantiasa tampil hangat, mendorong pengembangan karir stafnya, disenangi bawahan dan selalu ingat pada sasaran yang hendak dicapai. b. Inovasi Inovasi akan selalu membawa perkembangan dan perubahan ekonomi. Seorang wirausahawan merupakan seorang inovator harus merasakan gerakan ekonomi di masyarakat. Persoalan-persoalan yang muncul dari gerakan ekonomi tersebut selalu diantisipasinya dengan penggunaan inovasi. c. Cara pengambilan keputusan Menurut ahli kedokteran terdapat perbedaan signifikan antara fungsi otak kiri atau fungsi otak kanan. Otak kiri berfungsi menganalisa atau menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Otak kanan berfungsi melakukan pemikiran kreatif tanpa didahului suatu argumentasi. Otak kiri dan otak kanan senantiasa dilakukan secara bersama-sama. Seorang wirausahawan adalah mereka yang cenderung didominasi oleh otak kanan. Itulah yang mendorong bekerjanya intuisi dan inisiatif seorang wirausahawan. d. Sikap Tanggap Terhadap Perubahan Sikap tanggap wirausahawan terhadap perubahan relatif lebih tinggi dibanding dengan orang lain. Setiap perubahan oleh seorang wirausahawan dianggap mengandung peluang yang merupakan masukan dan rujukan terhadap pengambilan keputusan. e. Bekerja Ekonomis dan Efisien Seorang wirausahawan melakukan kegiatannya dengan gaya yang smart (cerdas, pintar, bijak) bukan bergaya seorang mandor. Ia bekerja keras, ekonomis dan efisien, guna mencapai hasil maksimal. f. Visi Terhadap Masa Depan Visi ibarat benang merah yang tidak terlihat yang ditarik sejak awal hingga keadaan yang terakhir. Visi merupakan mencerminkan komitmen, kompetensi, dan konsistensi. g. Sikap Terhadap Resiko Seorang wirausahawan adalah penentu resiko dan bukan sebagai penanggung resiko. Sebagaimana dinyatakan Drucker (1996), mereka yang ketika menetapkan sebuah



keputusan telah memahami secara sadar resiko yang bakal dihadapi, dalam arti resiko itu sudah dibatasi dan terukur. Kemudian kemungkinan munculnya resiko itu diperkecil. Dalam hal ini penerapan inovasi merupakan usaha yang kreatif untuk memperkecil kemungkinan terjadinya resiko. Wasty Soemanto berpendapat bahwa manusia wirausaha merupakan manusia yang berkepribadian kuat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki moral yang tinggi b. Memiliki sifat mental berwirausaha c. Memiliki kepekaan terhadap lingkungan d. Memiliki keterampilan wirausaha Selain dari sifat-sifat di atas, seorang entrepreneur harus memiliki sifat jujur, realistis, pandai memanfaatkan peluang, dapat dipercaya, berani, dan percaya diri 2. Skills Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dibekali dengan bekal keterampilan. Keterampilan yang harus dimiliki entrepreneur, yaitu keterampilan konseptual dalam mengatur strategi, memperhitungkan resiko, keterampilan dalam menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam mengelola, serta keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi. 3. Knowledge Knowledge tentu harus dimiliki oleh seorang entrepreneur, diantaranya bekal pengetahuan bidang mengenai usaha yang dimasuki atau dirintis dan lingkungan usaha yang ada di sekitarnya serta pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. 4. Education Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang. Kegiatan pendidikan tersebut perlu dirancang, diatur, dimonitor sedemikian rupa dan dievaluasi agar mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendidikan kewirausahaan yang memiliki peran penting bagi tumbuhnya minat wirausaha dapat diklasifikan dalam 4 kategori. Menurut Alcadeet (2002) kategori tersebut yaitu entrepreneurial awareness education, dimana kategori pendidikan ini memiliki tujuan untuk



meningkatkan jumlah orang yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang kewirausahaan. 2.3 Social Capital Fukuyama (1995) memandang social capital sebagai trust, dan kemampuan orang untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama kelompok atau organisasi. Menurut Coleman (1988) social capital setara dengan konsep modal finansial, fisik, dan manusia, hanya saja social capital menjadi dasar hubungan antar orang. Oleh Coleman konsep social capital dedifinisikan sesuai dengan fungsinya, bahwa social capital bukan tunggal melainkan beragam yang memiliki dua karakteristik yaitu; mengandung beberapa aspek struktur sosial dan memfasilitasi aktivitas tertentu individu dalam struktur tersebut. Dari kedua pengertian tersebut social capital bertumpu terhadap relasi. Dalam konteks entrepreneur tentunya relasi ini akan dimanfaatkan untuk membuat usahanya berkelanjutan dan berkembang lebih pesat. Bourdieu (1986) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang dimiliki seseorang ataupun kelompok dengan memanfaatkan jaringan, atau hubungan yang melembaga dan didasari oleh saling pengakuan antar anggota yang terlibat di dalamnya. Dari defenisi tersebut, modal sosial yang dimiliki seseorang terbentuk karena seseorang memiliki jaringan atau memiliki status anggota dalam suatu lembaga atau kelompok jaringan sosial. Besarnya pemanfaatan modal sosial tergantung dari seseorang tersebut mampu memobilisasi lembaga atau kelompok jaringan sosial untuk melakukan sebuah kerjasama. Adapun dari defenisi tersebut keanggotaan atau memiliki hunbungan dengan kelompok sosial tertentu belum cukup, perlu ada kualitas pendekatan secara individu kepada individu agar terbangun hubungan usaha yang semakin intensif dan berkualitas. Menurut Putnam (2000) terdapat dua dimensi jejaring sosial, yaitu bonding dan bridging. Bonding merupakan hubungan ke dalam komunitas yang cenderung memunculkan eklusifitas identitas dan kelompok homogen. Sedangkan bridging merupakan jejaring terbuka yang memberikan kesempatan pada anggota untuk berhubungan dengan kelompok lainnya. Bonding di satu sisi membuat keluarga dan kerabat saling peduli, namun di sisi lain menimbulkan pembentukan jejaring yang berdasar pada eklusivitas agresif dan membahayakan masyarakat. Bonding social capital berkaitan dengan penggalian dampak ikatan internal kolektif dan hubungan jejaring dalam kolektif tersebut, sedangkan bridging social capital fokus pada individual dan hubungan jejaring. Dibandingkan dengan bonding, bridging menekankan pada ikatan sosial eksternal individual dan



bagaimana social capital sebagai sumberdaya dalam jejaring tersebut digunakan untuk kepentingan atau keuntungan individual. Terdapat beberapa sumber dari social capital yang bisa dimanfaatkan oleh seorang entrepreneur, yaitu: 1. Civil Society Civil society merupakan suatu komunitas masyarakat baik yang formal maupun informal. Seorang entrepreneur bisa membangun relasi dengan lapisan masyarakat yang tergabung dalam sebuah komunitas. Bisanya kelompok masyarakat ini mempunyai hobi dan berkecimpung di bidang tertentu. 2. Ethnicity Ethnicity merupakan kelompok yang berbasis agama, suku, budaya tertentu. 3. Gender Gender tentunya tidak asing, terdapat laki-laki dan perempuan. Seorang entrepreneur bisa masuk ke pasar laki-laki atau perempuan tentunya berbasis kebutuhan gender yang berbeda. 2.4 Finance Capital Finance capital sangat berkaitan erat dengan sumber modal yang akan digunakan untuk memulai sebuah usaha, memastikan agar usaha tersebut sustainable, dan membuat usaha yang telah dirintis dapat berkembang serta bertambah besar cakupannya. Permodalan atau budgeting yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana seorang calon wirausaha mendanai atau memodali usahanya, dari mana sumbernya dan berapa besar yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan permodalan usaha bagi seorang calon wirausaha dapat diperoleh melalui beberapa cara: 1. Dana Pribadi Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu likuiditasnya. Modal sendiri yang berasal dari sumber internal (dari dalam perusahaan) yaitu modal yang dihasilkan



sendiri di dalam perusahaan dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber eksternal ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang bentuknya tergantung dari bentuk hukum perusahaannya. 2. Menggadaikan Barang yang Dimiliki Kepada Lembaga Keuangan Pada dasarnya semua kebendaan bergerak yang berwujud dapat dijadikan sebagai jaminan pinjaman atau kredit gadai pada lembaga pegadaian. Kredit gadai adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan pegadaian. 3. Meminjam Kepada Lembaga Keuangan Perbankan Kredit atau pinjaman bank merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan. 4. Meminjam Kepada Lembaga Non Perbankan Meminjam kepada lembaga keuangan non bank seperti BMT, koperasi simpan pinjam, asuransi dan lain-lain. Selain perbankan, lembaga keuangan non bank juga menjadi alternatif lain untuk mendatangkan modal bagi sebuah usaha. Karena lembaga-lembaga keuangan non bank juga menyediakan jasa pinjaman modal dengan ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan jenis badan usaha. 5. Menghimpun Modal dari Anggota Menghimpun modal dari para anggota pendiri bila usaha yang dibangun adalah usaha bersama seperti Koperasi, BMT dan lain-lain. Jika modal yang didapat dari pinajaman anggota maka konsekwensinya adalah bukan mebayarkan bunga kepada anggota akan tetapi anggota yang ikut menyertakan modalnya mendapatkan deviden dari keuntungan usaha mereka.



BAB III SUDONO SALIM (LIEM SIOE LIONG) Kehidupan seorang pengusaha atau enterpreneur memang menarik untuk didalami. Hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan semangat dalam diri untuk tidak pantang menyerah dalam membangun sebuah usaha. Pada bab ini akan dipaparkan analisa kepribadian seorang pengusaha serta upaya peningkatan capital yang dilakukan oleh pengusaha tersebut. Gambar 3.1 merupakan foto Sudono Salim selaku pengusaha melegenda di Indonesia dan biografinya.



Gambar 3.1 Sudono Salim (Liem Sioe Liong) Tempat, Tanggal Lahir



:



Fuqing, China, 16 Juli 1916



Tempat, Tanggal Wafat



:



Singapura, 10 Juni 2012



Nama Istri



:



Lilani Salim



Nama Anak



:



Anthoni Salim, Mira Salim, Andre Salim dan Albert Salim



Sudono Salim merupakan pemilik Salim Grup yang meliputi beberapa perusahaan besar, yaitu PT. Indocement Prakarsa Tunggal Tbk, PT. Indofood Tbk, PT. Indomobil, PT. Indomarco, Bank Central Asia, PT. Bogasari Tbk, Indomaret, dan lain-lain.



3.1. Human Capital Seperti yang telah dijelaskan pada kajian pustaka bahwa human capital atau lebih sering dikenal sebagai istilah sumber daya manusia merupakan faktor utama kesuksesan sebuah perusahaan. Sudono Salim sebagai businessman sukses-dan bahkan pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Asia- memiliki kemampuan luar biasa dalam mengelola semua perusahaannya. Beberapa komponen Human Capital yaitu individual capability, individual motivation, leadership, the organizational climate, dan workgroup effectiveness. Analisa mengenai Human Capital dari seorang Sudono Salim dapat dipelajari dari biografi atau kisah hidupnya, kemudian dikelompokkan sesuai dengan komponen Human Capital. Tabel 3.1. Analisa Human Capital Sudono Salim Komponen Human Capital



Indikator



Individual Capability



Bakat bisnis yang luar biasa, pekerja keras, pantang



(Kemampuan Pribadi)



menyerah, tekun, tidak curang dan tidak mengambil hak orang lain, dan dermawan.



Individual Motivation



Krisis di keluarga dan negara asalnya.



(Motivasi Pribadi) Leadership



Menjadi pemimpin beberapa perusahaan besar dan



(Sifat Kepemimpinan)



menjadikan Sudono Salim sebagai orang terkaya di Indonesia bahkan Asia.



The Organizational Climate



Menjadi distributor cengkeh di Kudus dan memonopoli



(Situasi Lingkungan Sekitar)



peredaran cengkeh, bisnis impor tekstil murah dari Sanghai,



Workgroup Efectiveness



Membentuk kelompok bisnis (The Gang Of Four) yang



(Efektivitas Bekerja Dalam Grup)



mendirikan pabrik tepung terigu terbesar, kemudian memperluas bisnisnya dengan mendirikan Indocement, perusahaan real estate, Indomobil, Indofood dan berbagai perusahaan lainnya yang membuat mereka menjadi konglomerat yang sangat terkenal.



Berdasarkan indikator diatas, Sudono Salim sudah memiliki modal dari dalam dirinya berupa sifat-sifat yang mengembangkan kualitas dari usaha-usaha yang dijalaninya.



3.2. Social Capital Social capital atau relasi merupakan modal yang dimiliki oleh seorang enterpreuneur dalam membangun dan memperluas jaringan usahanya. Sudono Salim telah memiliki modal sosial semenjak ia masih tinggal di Kudus. Beliau menjalin relasi dengan petani cengkeh dalam pendistribusiannya ke pabrik rokok. Selain itu, beliau juga memiliki modal sosial dengan pedagang kain di Cina sehingga mengimpor kain-kain murah dari Cina untuk dijual di Indonesia. Setelah menjadi pedagang terkenal, Sudono Salim dikisahkan banyak berteman dengan para kelompok TNI termasuk Soeharto. Sudono Salim salah bentuk pengusaha binaan militer Soeharto , dimana sudah mempunyai pandangan yang sama dengan perwira tinggi lainnya. Soeharto dan perwira tinggi lain percaya bahwa untuk operasi militer berhasil, perlu adanya kerjasama dengan cukong (umumnya Cina). Jalur ini dipelihara Soeharto saat dia menjadi pangdam di Semarang. Melalui koperasi divisi militer disana, Sudono Salim sudah menjadi pemasok. Tidak hanya Soeharto. Hampir semua Panglima pada jaman itu sudah melakukan bisnis. Jadi penyelundup untuk kesejahteraan prajurit. (Danu, 2016). Kedekatan Sudono dan Soeharto terus berlanjut hingga Soeharto menjadi presiden Indonesia.



Gambar 3.2 Foto Kebersamaan Soeharto dan Sudono Salim Kisah yang tak kalah terkenal adalah hubungan Sudono Salim dengan The Gang of Four. The Gang of Four yang beranggotakan Sudono Salim, Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad merupakan contoh modal sosial yang juga dimiliki oleh Sudono Salim. Di antara Gang of Four, Liem menjadi pimpinan. Perannya antara lain mengatur urusan finansial perusahaan. "Om Liem menonjol karena dia yang membuka jalan masuknya investor ke Indonesia. Dia punya jaringan dengan Bangkok Bank, bank terbesar di ASEAN kala itu," (Sumartomjon, 2012). The Gang of Four mendirikan CV Waringin Kentjana yang menjadi cikal bakal Salim Grup. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang, dan



kopra, serta mengimpor gula dan beras. Potret Sudono Salim besama The Gang of Four dapat dilihat pada Gambar 3.3.



Gambar 3.3. The Gang of Four 3.3. Financial Capital Pada awal masa berdagang, Sudono Salim banyak menggunakan modal pribadi yang beliau dapatkan ketika bekerja menjadi distributor cengkeh dan karyawan perusahaan tahu dan kerupuk. Ketika usaha pemasok senjata mulai dirintis modal usaha yang dijalankan oleh Sudono Salim banyak di dapat dari pemerintah (Soeharto) dan lembaga keuangan di negara lain seperti Bangkok, Cina dan Singapura. Selain itu, kerajaan bisnisnya juga dilindungi oleh militer pada masa orde baru (Liputan6, 2012).



BAB IV KESIMPULAN



Berdasarkan kisah dan biografi Sudono Salim, dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa hidup ini adalah tentang perjuangan. Salah satu nasehat yang diberikan Om Liem adalah, kita tidak boleh hanya mendengarkan perkataan orang lain karena itu hanya akan menghambat kita, yang harus dilakukan adalah bertindak dan mencobanya sendiri. Mengembangkan sifat kerja keras, pantang menyerah dan tekun merupakan modal utama bagi seorang calon enterpreuneur. Jangan putus asa. Bangun lagi dengan kiat baru. Begitu seterusnya hingga Anda menemukan formula paling pas untuk sukses Terakhir Om Liem mengingatkan: rajinlah membantu fakir miskin. Tujuannya, agar jiwa kita terasah unuk selalu berbagi. Kini, di usia yang sudah senja, Om Liem tinggal di bukit Timah, Singapura. Sesekali, ia pergi ke kantornya yang sederhana, untuk bersosialisasi. Banyak teman-teman yang datang berguru padanya, untuk menjadi seorang pengusaha besar.



DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2010. “ Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum”. Bandung: Alfabeta Anonim. 2012. “Om Liem dan Gurita Bisnisnya”. Tersedia : http://news.liputan6.com/read/410839/om-liem-dan-gurita-bisnisnya yang direkam pada 11 Juni 2012. [14 Desember 2012] Becker, Gary Stanley. 1993. “Human Capital : a theoretical and empirical analysis, with special reference to education 3rd edition”. London : The University of Chicago Press, Ltd. Danu, 2012. “Sekelumit Cerita Taipan Indonesia Liem Sioe Liem”. Tersedia : http://www.tandapagar.com/liem-sioe-liong/ yang direkam pada 8 Maret 2016. [14 Desember 2017] Dewanti, Retno, 2008. “Kewirausahaan”. Jakarta: Mitra Wacana Media. Kuratko, D.F. 2009. “Entrepreneurship, Theory, Process, Practice”. South-Western: SouthWestern Cengage Learning. Ongkorahardjo Martina D.P. A., Antonius Susanto, Dyna Rachmawati. 2008. ”Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia)”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1. Sumartomjon. 2012. “Gang of Four. Legend Konglomerasi Orde Baru”. Tersedia: http://industri.kontan.co.id/news/gang-of-four-legenda-konglomerasi-orde-baru yang direkam pada 12 Juni 2012. [14 Desember 2017]