Laporan Lengkap1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL......................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... KATA PENGANTAR............................................................................................ DAFTAR ISI.......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang…………………………………………………............. I.2 Maksud Percobaan………………………………………………........... I.3 Tujuan Percobaan………………………………………………............ I.4 Prinsip Percobaan………………………………………………............ BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Deskripsi Tanaman................................................................................ II.2 Uraian Bahan........................................................................................... BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM III.1 Alat dan Bahan…………………………………………….................. III.2 Cara Kerja.............................................................................................. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengamatan…………………………………………….............. IV.2 Pembahasan………………………………………………................... BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan…………………………………………………................. V.2 Saran………………………………………………………...................



DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………................ LAMPIRAN KERJA……………………………………………………………..... KETERANGAN BEBAS LABORATORIUM......................................................... KARTU KONTROL.................................................................................................. BIOGRAFI………………………………………………………………................



BAB I PENDAHULUAN I.1



Latar Belakang Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Fitokimia, senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai obat .terkadang banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dan tumbuhan. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagi obat yang belum mengalami pengolahan dalam bentuk apapun , kecuali dapat dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan . Simplisia digunakan sebagai bahan obat-obatan yang memanfaatkan zat aktif yang terdapat dalam sebuah tanaman yang memiliki efek terapi. Ekstraksi adalah proses penarikan zat aktif (minyak atsiri) yang terkandung dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan komponen aktifnya. Adapun ekstrak adalah sediaan kering, kental



atau cair yang dibuat dengan cara mengambil sari simplisia menurut cara yang tepat dan diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Sudewo, 2009). Maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan pada suhu kamar (bila dilakukan pada suhu panas itu disebut “Digest”), memungkinkan untuk pelarut yang menembus struktur seluler pada tumbuhan dan melarutkan senyawa aktif (Supriyatno, 2014). Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Materia Medika Indonesia Edisi III, 1986). Ekstraksi cair - cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong pisah (Anonim, 2012). Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat terlarut dalam air dan adapula senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik. Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuhan. Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga (Wijayakusuma, 2001). Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara



luas pada tanaman. Diperkirakan sekitar 15 – 20%vascular tanaman mengandung lakaloid. Banyak alkaloid merupakan turunan asam amino lisin, ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam antranilat. Asam amino disintesis dalam tanaman dengan proses dekarboksilasi menjadi amina,amina kemudian dirubah menjadi aldehida oleh amina oksida (Trevor, 2000). Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip ini. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu (Rudi, 2010). Pelaksaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Sudarmadji, 2007). Dalam kromatografi, eluen adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorben dengan eluen sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluen dan jumlah umpan (Harjad, 1990). Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktek fitokimia di dalam laboratorium karena seorang farmasis harus mengetahui proses dan pengidentifikasian suatu simplisia dan bahan alam lainnya, sehingga dapat diketahui kualitas suatu sediaan alam, untuk menjaga keaslian, khasiat dan kemanan suatu bahan alam yang akan berpengaruh langsung pada konsumen.



I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN I.2.1



Maksud Percobaan 1. Pengambilan dan pengolahan sampel Memahami cara pengambilan dan pengolahan suatu sampel, dengan mengetahui khasiat dan kandungan kimia pada



2.



sampel. Dasar metode ekstraksi Memahami prinsip dasar metode ekstraksi secara perkolasi, maserasi, refluks, soxlhletasi, dan ekstraksi cair-cair.



3.



Ekstrasi sampel Memahami cara ekstraksi suatu sampel sesuai dengan metode yang digunakan pada sampel yang terdiri dari metode perkolasi, maserasi, refluks, soxlhletasi, dan ekstraksi cair-cair. 4.



Penguapan pelarut pada sampel Memahami cara penguapan pelarut pada suatu sampel dan dihitung % penyusutan



5.



Partisi ekstrak (Ekstraksi cair-cair) Memahami cara metode partisi cair-cair dan pemisahan senyawa polar dan non polar dengan menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur menggunakan corong pisah.



6.



Identifikasi ekstrak Memahami cara identifikasi senyawa menggunakan kromatografi lapis tips (KLT), dan identifikasi kandungan kimia pada ekstrak melalui reaksi kimia yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin



I.2.2



Tujuan Percobaan



1.



Pengambilan dan pengolahan sampel Mengetahui cara pengambilan dan pengolahan suatu sampel, dengan mengetahui khasiat dan kandungan kimia pada



2.



sampel. Dasar metode ekstraksi Mengetahui prinsip dasar metode ekstraksi secara perkolasi, maserasi, refluks, soxlhletasi, dan ekstraksi cair-cair.



3.



Ekstrasi sampel Mengetahui cara ekstraksi suatu sampel sesuai dengan metode yang digunakan pada sampel yang terdiri dari metode perkolasi, maserasi, refluks, soxlhletasi, dan ekstraksi cair-cair. 4.



Penguapan pelarut pada sampel Mengetahui cara penguapan pelarut pada suatu sampel dan dihitung % penyusutan



5.



Partisi ekstrak (Ekstraksi cair-cair) Mengetahui cara metode partisi cair-cair dan pemisahan senyawa polar dan non polar dengan menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur menggunakan corong pisah.



6.



Identifikasi ekstrak Mengetahui cara identifikasi senyawa menggunakan kromatografi lapis tips (KLT), dan identifikasi kandungan kimia pada ekstrak melalui reaksi kimia yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.



I. 3 PRINSIP PERCOBAAN 1. Pengambilan dan pengolahan sampel



Pengambilan sampel dan pengolahan sampel daun kelor (Moringa Oleifera), dengan mengetahui khasiat dan kandungan kimia yang terkandung pada sampel daun kelor, dan menghitung susut pengeringan dari sampel daun kelor. 2. Dasar metode ekstrak Prinsip dari percobaan ini yaitu mengekstraksi sampel daun kelor (Moringa Oleifera) dengan dasar metode ekstrak secara maserasi, perkolasi, soxhletasi, refluks, dan ekstraksi cair-cair. 3. Ekstraksi sampel prinsip dari percobaan ini yaitu mengekstraksi sampel daun kelor (Moringa Oleifera) dengan menyesuaikan metode yang digunakan yaitu dengan metode maserasi yaitu dengan penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang disimpan pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel larutan dengan konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah. 4. Penguapan pelarut dan sampel Prinsip dari percobaan ini yaitu menguapkan pelarut dengan membiarkan penutup wadah ampel terbuka dan dihitung % penyusutan. 5. Partisi ekstrak ( cair-cair ) Prinsip dari percobaan ini yaitu dengan menimbang 2 gram ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera) dengan menambahkan 10 ml aqudest dan dimasukkan kedalam corong pisah dan penambahan 30 ml n- heksan dikocok dan di diamkan sampe fase air dan n- heksan terpisah secara triplo,fase air ditambahkan etil asetat 3 ml, di tampung fraksi etil dan fraksi air kemudian di uapkan, dan fase n-heksan ditampung fraksi n-heksan dan diuapkan kemudian dihitung % rendamen. 6. Identifikasi ekstrak



Prinsip dari percobaan ini mengidentifikasi dengan menggunakan dua cara yaitu mengidentifikasi ekstrak (heksana, etil dan air) dan dilarutkan 1 : 1 (methanol : klorofrom) dan dielusi dan diamati dengan menggunakan alat kromatografi lapis tipis, dan hitung nilai rf, dan identifikasi identifikasi kandungan kimia pada ekstrak melalui reaksi kimia yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Deskripsi Tanaman



Kelor (Moringa oleifera) Menurut Roloff (2009) dalam Nugraha (2013), klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai berikut : Regnum



: Plantae



Division



: Spermatophyta



Subdivisio



: Angiospermae



Classis



: Dicotyledoneae



Subclassis



: Dialypetalae



Ordo



: Rhoeadales (Brassicales)



Familia



: Moringaceae



Genus



: Moringa



Spesies



: Moringa oleifera Kelor (Moringa oleifera) tumbuh di dataran rendah maupun dataran



tinggi sampai di ketinggian ± 1000 dpl. Kelor banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang. Daun kelor dapat dipanen setelah tanaman tumbuh 1,5 hingga 2 meter yang biasanya memakan waktu 3 sampai 6 bulan. Namun dalam budidaya intensif yang bertujuan untuk produksi daunnya, kelor dipelihara dengan ketinggian tidak lebih dari 1 meter. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik batang daun dari cabang atau dengan memotong cabangnya dengan jarak 20 sampai 40 cm di atas tanah (Kurniasih, 2014). Daun kelor di Indonesia dikonsumsi sebagai sayuran dengan rasa yang khas, yang memiliki rasa langu dan juga digunakan untuk pakan ternak karena dapat meningkatkan perkembangbiakan ternak khususnya unggas. Selain dikonsumsi daun kelor juga dijadikan obat-obatan dan penjernih air. Menurut Simbolan et al., (2007), kandungan kimia yang dimiliki daun kelor yakni asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan



methionin. Daun kelor juga mengandung makro elemen seperti potasium, kalsium, magnesium, sodium, dan fosfor, serta mikro elemen seperti mangan, zinc, dan besi. Daun kelor merupakan sumber provitamin A, vitamin B, Vitamin C, mineral terutama zat besi. Akar, batang dan kulit batang kelor mengandung saponin dan polifenol. Selain itu kelor juga mengandung alkaloida, tannin, steroid, flavonoid, gula tereduksi dan minyak atsiri. Akar dan daun kelor juga mengandung zat yang berasa pahit dan getir. Sementara biji kelor mengandung minyak dan lemak (Utami dan Puspaningtyas, 2013). Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) menurut Van Steenis (2008), klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) adalah sebagai berikut: Regnum



: Plantae



Divisio



: Spermatophyta



Classis



: Monocotyledonae



Ordo



: Pandanales



Familia



: Pandanaceae



Genus



: Pandanus



Species



: Pandanus amaryllifolius, Roxb.



Pandan



wangi



adalah



jenis



tanaman



monokotil



dari



famili



Pandanaceae. Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan, Ponda, Pondago (Sulawesi); Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa



Tenggara).



Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7 meter, bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar tunjang sekitar pangkal batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 12cm; ujung daun segitiga lancip-lancip; tepi daun dan



8–



ibu tulang daun



bagian bawah berduri, tekstur daun berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral, soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu SE dan S Handayani, 2008). Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Menurut (Backer dan Van Bakhuizen den Brink, 1965), klasifikasi Tanaman Jati Belanda adalah sebagai berikut: Divisio



: Spermatophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Klassis



: Dicotyledonae



Ordo



: Malvales



Familia



: Sterculiceae



Genus



: Guazuma



Species



: Guazuma ulmifolia Lamk Tumbuhan berasal dari Amerika. Morfologi tunbuhan berupa semak



atau pohon, tinggi 10-20 m, percabangan ramping. Bentuk daun bundar telur sampai lanset, panjang helai daun 4 cm sampai 22,5 cm, lebar 2-10 cm, pangkal menyerong berbentuk jantung, bagian ujung tajam, permukaan daun bagian atas berambut jarang, permukaan bagian bawah berambut rapat, panjang tangkai daun 5-25 mm, mempunyai daun penumpu berbentuk lanset atau berbentuk paku, panjang 3-6 cm. Perbungaan berupa mayang, panjang 2-4 cm, berbunga banyak, bentuk bunga agak ramping dan berbau wangi; panjang gagang bunga lebih kurang 5 mm; kelopak bunga lebih kurang 3 mm; mahkota bunga berwarna kuning, panjang 3-4 mm; tajuk terbagi dalam 2 bagian, berwarna



ungu tua kadang-kadang kuning tua, panjang 3-4 mm; bagian bawah terbentuk garis panjang 2-2,5 mm; tabung benang sari berbentuk mangkuk; bakal buah berambut, panjang buah 2-3,5 cm. Buah yang telah masak berwarna hitam (Anonim, 1979). Inggris: Bastard cedar, Perancis: Orme d’amerique, Meksiko: Guasima, Melayu: Jati belanda, Jawa tengah: Jati londo (Backer dan Van Bakhuizen den Brink, 1965). Binahong (Anredera cordifolia) Menurut Mus, 2008 (dalam Octavia, 2009),



klasifikasi Tanaman



binahong adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae (tumbuhan)



Sub kingdom



: Tracheobionta (berpembuluh)



Superdivisio



: Spermatophyta (menghasilkan biji)



Divisio



: Magnoliophyta (berbunga)



Kelas



: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)



Subkelas



: Hamamelidae



Ordo



: Caryophyllales



Familia



: Basellaceae



Genus



: Anredera



Species



: Anredera cordifolia (Tenore) Steenis Suseno (2013) mendeskripsikan bahwa: “tanaman binahong memiliki



batang yang lunak, berbentuk silindris, dan saling membelit satu sama lain. Batang berwarna merah dan memiliki permukaan yang halus.Adakalanya tanaman ini berbentuk seperti umbi-umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk yang tidak beraturan dan memiliki tekstur yang kasar.Jenis bunga pada tanaman binahong ini adalah majemuk yang tertata rapi menyerupai tandan dengan tangkai yang panjang.Bunga tersebut muncul di ketiak daun.Mahkota Bunga berwarna krem keputih-putihan dengan jumlah kelopak sebanyak 5



helai.Bunga ini cukup menarik karena memiliki aroma wangi yang khas.” Daun binahong memiliki ciri-ciri seperti: berdaun tunggal, memiliki tangkai yang pendek (subsessile), tersusun berseling-seling, daun berwarna hijau, bentuk daun menyerupai jantung (cordata), panjang daun 5-10 cm sedangkan lebarnya 3-7 cm, helaian daun tipis lemas dengan ujung yang meruncing, memiliki pangkal yang berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, dan bisa dimakan (Suseno, 2013) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Menurut Wijayakusuma (2007 ), klasifikasi temulawak adalah sebagai berikut : Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae.



Kelas



: Monocotyledonae.



Ordo



: Zingiberales.



Keluarga



: Zingiberaceae.



Genus



: Curcuma.



Spesiesa



: Curcuma xanthorrhiza Roxb



Temulawak yang mempunyai nama ilmiah Curcuma xanthorrhiza Roxb adalah



tanaman



obat-obatan



yang



tergolong



dalam



suku



temu



temuan(Zingiberacea). Temulawak banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, teutama pada tanah yang gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampaipada ketinggian tanah 1.500 meter di atas permukaan laut (Afifah, 2005). Kersen ( Muntingia calabura L. )



Menurut Tjittrosoepomo (1991 ), klasifikasi kersen adalah sebagai berikut : Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Malvales / Columniferae



Keluarga



: Elaeocarpaceae



Genus



: Muntingia



Spesiesa



: Muntingia calabura L. Kersen adalah tanaman tahunan yang dapat mencapai ketinggian 10



meter. Kersen memiliki beberapa bagian seperti daun, batang, bunga, dan buah. Batang tambuhan kersen berkayu, tegak, bulat, dan memiliki percabangan simpodial. Daun kersen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial (Prasetyo dan Sasongko, 2014). Disebutkan oleh Sari (2012), Tanaman kersen mempunyai ketinggian 3-12 meter. percabangannya mendatar, menggantung ke arah ujung, berbulu halus, daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset, pangkal lembaran daun yang nyata tidak simetris, dengan ukuran (4-14) cm x (1-4) cm, tepi daun bergerigi, lembaran daun bagian bawah berbulu kelabu. Bunga tumbuhan keren terletak pada satu berkas yang letaknya supra-aksilar dari daun bersifat hemaprodit. Buahnya mempunyai tipe buah buni, berwarna merah kusam bila masak, dengan diameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil, terkubur dalam daging buah yang lembut (Hakim, 2009). Kersen merupakan tanaman buah tropis yang mudah dijumpai di pinggir jalan. Nama tanaman ini beragam di beberapa daerah, antara lain kerukup siam (Malaysia), jamaicancherry (Inggris), talok (Jawa), ceri



(Kalimantan) dan lain-lain. Kersen biasanya ditemui dengan ukuran kecil, pohonnya selalu hijau terus menerus, berbunga dan berbuah sepanjang tahun (Binawati dan Amilah, 2013).



II.2 Uraian Bahan 1. Air Suling (FI III, hal 53) Nama Resmi : AQUA DESTILATA Nama Lain : Air suling RM/BM : H2O/18,02 Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna dan tidak berbau, tidak mempunyai rasa.



Kelarutan Khasiat Kegunaan Penyimpanan Persyaratan Kadar



: : Zat tambahan : Sebagai pelarut : Dalam wadah tertutup baik :-



2. Kloroform (FI III, 1997 : 152) Nama Resmi : CHLOROFORMUM Nama Lain : Kloroform RM / BM : CH3Cl / 119,38 Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna,bau khas rasa Kelarutan



manis dan membakar. : Larut dalam lebih kurang 100 bagian air,mudah larut dalam etanol mutlak p, eter p,dalam sebagian besar



Khasiat Kegunaan Penyimpanan



pelarut. : Pengawet, zat tambahan : Sebagai pelarut penyari : Dalam wadah tertutup baik, tersumbat kaca, terlindung dari cahaya.



3. Etanol (FI, Hal 65) Nama Resmi : AETHANOLUM Nama Lain : Etanol/Alkohol Rm/Bm : C2H5OH/46,07 Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap, dan mudah



bergerak.bau khas, dan rasa panas,mudah



terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak Kelarutan



berasap. : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroformP, dan



Khasiat Kegunaan Penyimpanan



dalam eter P. : Zat tambahan : Sebagai pereaksi : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di



tempat sejuk,jauh dari nyala api. Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 94,7 % atau 92,0% dan Tidak lebih dari 95,2 % v/v atau 92,7% C2H6O.



4. Besi (III) klorida Nama Resmi Nama Lain RM / BM Pemerian



(FI III, 1997 : 659) : FERII (III) CHLORIDUM : Besi (III) klorida : FeCl3 / 156,2 : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh



Kelarutan Khasiat Kegunaan Penyimpanan



oleh kelembapan : Larut dalam air, larut berpatesensi,berwarna jingga. : : Sebagai pereaksi : Dalam wadah tertutup baik.



5. Dragendroff Mengandung Bi (NO3)3. H2O + 30%b/v HNO3 KI + 50 ml H2O 6. Metanol (FI III, 1997 : 706) Nama Resmi : METANOLUM Nama Lain : Metanol RM / BM : CH3Cl / 32,00 Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas Kelarutan : Dapat bercampur dengan air membentuk cairan jernih tidak berwarna Khasiat : Kegunaan : Sebagai eluen dan pelarut Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. 7. Etil asetat ( FI Edisi III; hal 673 ) Nama resmi : ETIL ASETICUM Nama lain : Etil asetat P RM/BM : CH3COO.C2H5 / 88,00 Pemerian : Cairan,tidak berwarna, bau khas. Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air , dapat bercampur Kegunaan Khasiat Penyimpanan



dengan etanol ( 95 %) dengan eter P. : Sebagai eluen : Zat tambahan : Dalam wadah tertutup rapat.



8. Heksana (FI IV, 1995 : 1159) Nama Resmi : HEKSANA Nama Lain : Heksana RM / BM : C6H4 / 86,18 Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, berbau seperti eter Kelarutan



lemah atau bau khas seperti kloroform. : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak dapat tercampur dengan eter dan kloroform, benzen



Khasiat Kegunaan Penyimpanan



dan sebagian besar minyak lemak dan atsiri. : Zat tambahan : Sebagai eluen : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari nyala api.



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM



III.1 Waktu dan Tempat III.1.1 Waktu 14 Februari – 14 Maret 2017 III.1.2.Tempat Laboratoriom Farmakognosi – Fitokimia, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam, Universitas Tadulako. III.2 Alat dan Bahan III.2.1. Alat 1. Pengambilan Dan Pengolahan Sampel 1 Gunting 2 Karung 3 Tali 2. Dasar Metode Ekstraksi _ 3. Ekstraksi Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Toples Rotary evaporator Gelas Ukur 250 ml Neraca Analitik Gunting Alat Soxhlet Blender



4. Metode Penguapan Pelarut Pada Sampel _



5. Partisi Ekstrak (Ekstraksi Cair-Cair) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Neraca Analitik Corong Pisah Statif dan Klem Cawan Porselin Gelas Kimia Pipet Tetes Batang Pengaduk Mangkok kaca Gelas Ukur 50 ml



6. Identifikasi Ekstrak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Gelas Kimia 250 ml Batang Pengaduk Pipet Tetes Chamber Gelas Ukur 50 ml Cawan porselin Neraca Analitik Pingset Kromatografi Lapis Tipis (KLT)



III.2.2 Bahan 1. Pengambilan Dan Pengolahan Sampel 1. Daun Kelor 2. Koran 3. Air Bersih 2. Dasar Metode Ekstraksi _



3. Ekstraksi Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Kelor Etenol (95%) 2 L Isolasi Kresek Hitam Label Aseton Kertas Saring Tali Godam Timbal



4. Metode Penguapan Pelarut Pada Sampel _ 5. Partisi Ekstrak (Ekstraksi Cair-Cair) 1. 2. 3. 4. 5.



N- heksana Etil Asetat Aquadest Aluminium Foil Ekstrak Kelor



6. Identifikasi Ekstrak 1. Ekstrak Kelor 2. N-Heksana 3. Etil Asetat 4. Lempeng KLT 5. Kloroform 6. Etenol 7. Pereaksi Dragendorf 8. Aquadest 9. Asam Klorida 10. Aquadest Panas 11. Natrium Klorida



12. Besi III Klorida 13. Metanol



III.2



Cara Kerja 1. Pengambilan dan pengolahan sampel 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Diambil bagian tanaman yang akan dibuat simplisia 3. Dilakukan sortasi basah dengan memisahkan bagian tanaman yang akan 4. 5. 6. 7. 8. 9.



diambil Dicuci tanaman menggunakan air mengalir Dirajang sampel / tanaman simplisia Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan Dilakukan sortasi kering dengan cara memisahkan dari kotoran Dihaluskan tanaman dengan blander Dimasukan kedalam pot dan diberi label



2. Dasar metode ekstraksi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian methanol atau etanol, lalu dimasukan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perlokator ditutp dan dibiarkan selama 24 jam. 3. Ekstrasi sampel 1. Ditimbang sampel lalu dimasukan kedalambejana maserasi (toples) hingga sepertiga bejana. 2. Dimasukan methanol hingga menutupi sampel 3. Direndan selama 3 x 24 jam dengan sekali kali diaduk 4. Setelah itu, disaring dengan ketas saring atau kainkasa 5. Cairan penyari yang diperoleh kemudian di rotavapor hingga kental



6. Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk menempatkan ekstarak kental methanol 7. Ekstrak metanol dikeringkan dengan menggunakan kipas hingga pelarutnya benar-benar meguap 8. Disimpan dieksikator. 4. Penguapan pelarut pada sampel 1. Ditimbang 100 g sampel lalu dimasukan kedalam labu alas bulat 2. Dimasukan methanol hingga menutupi sampel ( 2/3 dari labu ) 3. Seperangkat alat rafluks dirangkai dan dipasangkan dengan labu alas bulat. Proses refluks dijalankan selama 4 jam dan diulang sebanyak 2 kali dengan cairan pelarut yang baru 4. Cairan hasil ekstraksi ditampng dalam wadah gelas lalu dirotavapor hingga kental 5. Ditimbang wadah baru yang akanmenampung ekstrak kental methanol 6. Dikeringkan ekstrak methanol yang diperoleh dengan menggunakan kipas



aingin hingga pelarutnya



benar-benar



menguap



secara



keseluruhan 7. Disimpan dalam eksikator 8. Kemudian dihitung % penyusutan



5. Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair) 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Ditimbang 2 gram ekstrak dan ditambahkan aquadest 10 ml Dimasukkan kedalam corong pisah Ditambahkan n-heksan 30 ml, kocok selama 5 menit Diamkan sampai terjadi pemisahan ( fase air dan fase n-heksan) Ditampung fraksi n-heksan, lalau uapkan dan hitung % rendamen Ditambahkan etil asetat sebanyak 3 ml kedalam ekstrak methanol



dalam corong pisah hasil ekstraksi heksana pada fase air 7. Dikocok kuat hingga homogen kemudian didiamkan hingga lapisan air dan etil-asetat berpisah 8. Diulang sebanyak 3 kali 9. Seluruh ekstrak etil astat dikeringkan, ditimbang lalu dsimpan dalam eksikator



10. Hitung % rendamen 6. Identifikaisi ekstrak 1. Identifikasi ekstarak dengan pereaksi kimia  Ditimbang ekstarak methanol sampelsebanyak 4 g  Dilarutkan dalam wadah labu erlemeyer 250 ml dengan 



menggunakan methanol(larutan stok) Dilakukanuji alkaloid, uji saponin, uji flavanoid, uji steroid dan uji tannin



Uji alkaloid      



Dari larutan stok dipipet 1ml kedalam tabung reaksi Ditambahkan 1 ml HCL 2 n dan 1 ml NH4OH Ditambahkan 10ml aquadest Ditambhakanpereaksi wagner dan dragendroff Dikocok lalu diamatiperubahan warna yang terjadi Positif untukpereaksi wagner jika berwarna coklelat dan positif untuk pereaksi dragendroff jika berwarna merah kekuningan



Uji saponin 



Diambil ekstrak methanol kering kemudian dimasukan







kedalam tabung reaksi Ditambahakan air panas laudikocok kuat-kuat selama 1 meni







dengankekuatan konstan Didiamkan, apabila busa yang terbentuk dengan tinggi 1-10 cm







stabil selama 10 menit maka ditambahkan HCl Apabila tetap berbusa berate positif mengandung saponin



Uji flavanoid 



Diambil ektrak methanol kering dan ditambahkan air dan heksan







Dikocok, akan terpisah2 lapisan dimana ekstrak methanol dalam air akan berada dibawah dan lapisan heksan berada







diatas Lapisan heksan dipisahkan sementara lapisanair ditambahkan







methanol lalu ditambahkan HCl danserbuh Mg Jika warna merahungu berarti positif mengandung flavanoid



Uji tanin     



Diambilekstrak methanol kering Ditambahkan air sebanyak 10 ml Ditambahkangaramdapur(NaCl)untukmengendapkanproteinnya Lalu tambahkan FeCl3 3-4 tetes Jika berwarna hijaubiru berarti positif adanyatanin katekol sedangkan jika warnabiru hitamberati positif adanya tannin pirigalol



2. Identifikasiekstrak dengan kromatografi lapis tipis a. Penjenuhan chamber  Disiapkan chamber yang bersih lengkapdengan penutupnya  Camber diisi dengan eluen yang diinginkan  Kemudiandimasukanpotongankertas saring yang panjangnyalebih dari 



tinggi chamber dan kemudian ditutup Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga melewati



penutup kaca  Pembuatan eluen b. Eluen polar Dibuat 20 ml dengan perbandingan etil asetat : heksan : air denga jumlah 9: 2 : 1  Etil asetat : 9/12 x 20mL = 15 ml  Heksan : 2/12 x 20 mL = 3,3 mL  Air : 1/12 x 20 mL = 1,6 mL c. Eluen non polar Dibuat 10 ml dengan perbandingan heksan : etil asetat jumlah 9 : 1  Heksan : 9/10 x 10 mL = 9 m



 Etil asetat : 1/10 x 10 ml = 1 ml d. Penotolan sanpelpada lempeng  Disiapkan alat dan bahan  Ekstarak methanol, heksan dimasukan kedalam vial yang berbeda  Masing masing ekstrakdiambil menggunakan pipa penotol kemudian 



ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan Lempeng yang telah ditotolkan diangin



anginkan



untuk



menghilangkan pelarutnya lalu dimasukanpada chamber yang telah 



dijenuhkan Bila eluen telahmencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dat dikeluarkan



e. Penampakannoda pada UV 254 mn dan UV 366 nm Setelah prosesKLT selesai dilakukan maka lempeng silica ge diletakandibawah lampu UV 254 nm dan UV 366 nm, kemudian diamati noda yang tampak. f. Penampakan noda H2SO4 10 % Setelah penampakan noda pada UV, dilkukanjuga penampakan noda dengan menggunakan sam sulfat 10 %. Lempeng silica gel disemprotkan dengan samsulfat 10%, lalu dipanaskan diatas pemanas listrik hingga tampak noda yang terbentuk.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Pengamatan 1. Pengambilan dan pengolahan sampel Daun jati belanda (Guazuma umifolia. lank) I.



Bobot Sampel Basah = 250 gram Bobot Sampel Kering = 35 garm Susut Pengeringan



II.



= 14 %



Perhitungan Susut Pengeringan Susut Pengeringan



Berat Kering Sampel x 100 = Berat Basah Sampel 35 gram x 100 = 250 gram = 14%



2. Dasar dan metode ekstrasi _



3. Ekstraksi sampel jati belanda (Guazuma umifolia. lank) Berat sampel sebelum ekstraksi



= 450 g



Berat sampel setelah ekstraksi



= 35 g



Presentase



= 7,7%



Jumlah cairan penyari



= 2000 ml



4. Penguapan pelarut pada sampel -



5. Partisi ekstrak (ekstrasi cair-cair) Sampel I jati belanda (Guazuma umifolia. lank) Berat ekstrak methanol



= 2 gram



Ekstrak n-heksan yang diperoleh



= 74,28 gram



Persentase ekstrak heksana



= 3.714 %



Ekstrak Etil Asetat yang diperoleh



= 37,34 gram



Persentase ekstrak Etil Asetat



= 1.867 %



Sampel II jati belanda (Guazuma umifolia. lank) Berat ekstrak methanol



= 2 gram



Ekstrak air yang diperoleh



= 6,14 gram



Presentasi ekstrak air



= 307 %



6. Identifikasi ekstrak a. Pelarut polar 1. Dibawah lampu uv 254 nm 1. Air



=



Jarak Noda Panjang Plat



=



5,6 cm 9 cm



= 0,62 cm 2. N-heksan



3. Etil Asetat



= −¿



=



Jarak Noda Panjang Plat



=



5,5 cm 9 cm



= 0,61 cm 2. Dibawah lampu 366 nm 1. Air



=



Jarak noda Panjang plat



= R1



= 0,3 cm =



R2



2. n-heksan



3,1 cm 9 cm



4,4 cm 9 cm



= 0,48 cm



= −¿



3. etil Asetat



=



Jarak noda Panjang plat



=



6,5 cm 9 cm



= 0,7 cm b. pelarut non Polar 1. Dibawah lampu uv 254 nm 2. Dibawah lampu uv 366 nm 1. Air



=



Jarak noda Panjang plat



=



2,9 cm 9 cm



= 0,48 cm 2. N-heksan



=



Jarak noda Panjang plat



=



2,4 cm 9 cm



= 0,26 cm 3.



Etil asetat



=



Jarak noda Panjang plat



=



2,1 cm 9 cm



= 0,23 cm



Metode KLT a. Hasil pengamatan dibawah lampu UV 256 nm



b. Hasil pengamatan dibawah lampu UV 366 nm



Identifikasi kandungan kimia sampel



Keterangan



gambar



Daun kelor



-



Alkaloid



Daun jati belanda



+



Tanin pirogalol



Daun kelor



-



Saponin



Daun kelor



+



Flavonoid



IV.2 Pembahasan 1.



Pengambilan dan Pengolahan Sampel Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random (probability sampling) dan sampling nonrandom (nonprobability sampling). Sampling random yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan dengan cara undian, atau tabel bilangan acak/random atau dengan menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan sampling nonrandom atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan sampel tidak secara acak. Pada percobaan ini dilakukan pengambilan dan pengolahan sampel pada tanaman jati belanda (Guazuma umifolia. lank). Pertama-tama disiapkan alat dan bahan, kemudian timbang sampel kelor yang kemudian dimasukkan kedalam toples dan ditambahkan pelarut etanol sebagai cairan penyari. Lalu toples ditutup dengan lakban dan dibungkus dengan plastik hitam untuk menghindarkan sampel dari sinar matahari langsung yang dapat mengganggu proses pengolahan sampel, lalu di beri label. Toples yang berisi sampel di kocok setiap hari selama 3-5 hari untuk memaksimalkan proses penyarin sampel. Lalu sampel dievaporasi untuk menguapkan, lalu akan diperoleh hasil ekstrak kental. Khasiat dari jati belanda (Guazuma umifolia. lank) yaitu untuk mencegah diare, mengontrol kolesterol dan juga bisa anda gunakan untuk menurunkan berat badannya. Kenapa? Karena daun jati belanda mengandung beberapa kandungan penting yang bisa memberikan anda Manfaat daun jati belanda yang sangat maksimal. Tanin yang terkandung pada daun jadi belanda dapat membantu penyerapan makanan pada tubuh anda dan juga menghindari pengendapan mukosa protein pada permukaan usus. Selain Tanin Daun jati belanda juga mengandung musilago yang berfungsi sebagai pengurangan absorbs usus terhadap makanan. Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengambil dan mengolah sampel yang memiliki kandungan kimia yang berkhasiat bagi pasien secara baik dan benar.



2.



Dasar Metode Ekstraksi



Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan. Ada beberapa jenis ekstraksi yaitu esktraksi dingin (maserasi dan perkolasi), ekstraksi panas (refluks dan sokletasi), dan ekstraksi cair-cair. Prinsip perkolasi, penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. Prinsip maserasi, Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Prinsip refluks, Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada



kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Prisip soxhletasi, Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Prinsip cair-cair, Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetauhi cara-cara ekstraksi yang baik dan benar agar dapat menghasilkan ekstrak tanaman tanpa merusak efek farmakologinya terhadap manusia. 3.



Esktraski Sampel Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga



pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Pada percobaan ini dilakukan ekstrasi pada tanaman jati belanda dengan menggunakan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu karena cara yang digunakan sederhana dan sampel yang digunakan tidak tahan terhadap panas. Prinsip maserasi, Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Pertama timbang sampel yang sudah dalam bentuk serbuk simplisia sebanyak 200 gram, digunakan sampel dalam bentuk simplisia untuk memudahkan proses penyarin dimana cairan penyari akan lebih mudah untuk menembus dinding sel sampel. Kemudian masukan kedalam toples lalu tambahkan penyari etanol 2,5 liter, digunakan pelarut etanol karena sesuai dengan kepolaran sampel sehingga dapat terjadi proses penyarian. Lalu toples di lakban dan dibungkus dengan plastik hitam untuk mencegah terkena cahaya langsung. Sampel dikocok setiap hari selama 3-5 hari untuk memudahkan proses penyarian, lalu akan disaring dan di dapatkan filtratnya. Hasil dari analisis data yaitu berat sampel daun jati belanda sebelum diekstraksi yaitu 250 gram, berat sampel setelah diektraksi yaitu 35 gram, sehingga didapatkan hasil perhitungan persentase yaitu 14%. Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui cara ekstraksi yang baik dan benar dengan menyesuaikan cairan penyari yang diguaka dengan sampel sehingga dapat memudahkan proses penyarian.



4.



Penguapan Pelarut Pada Sampel Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari. Tujuan dilakukannya penguapan adalah untuk menghilangakan cairan penyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah diperoleh hanya dua lapisan. Penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-100C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Pertama filtrat yang telah dipekatkan dievaporator, kemudian masuk kedalam corong yang telah dilapis kertas saring untuk menyaring cairan penyari lalu simpan dalam wadah dan simpan wadah pada suhu kamar untuk menjaga sampel tidak rusak. Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu dapat mengetahui cara penguapan ekstrak yang benar sesuai dengan jenis ekstrak dari masing – masing sampel.



5.



Partisi Ekstrak (Cair-Cair) Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Pertama timbang 2 gram ekstrak, lalu masukan kedalam corog pisah dan tambahkan aquadest 10 ml dan n-heksan 30 ml kemudian kocok selama 5 menit untuk melihat pemisahan lapisan pada sampel. Pada percobaan ini ada dua lapisan yang ingin diamati yaitu lapisan n-heksan sampel dan lapisan air sampel. Untuk lapisan n-heksan, setelah terjadi



pemisahan maka ditampung fraksi n-heksannya kedalam wadah mangkok kemudian ditutupi dengan aluminium foil untuk mengeringkan ekstrak yang nantinya setelah kering akan dihitung %rendamennya. Untuk lapisan air, sampel ditambahkan dengan etil asetat sebanyak 30 ml kemudian dikocok 5 menit, lalu di liat pemisahan yang terjadi, tampung masingmasing fraksi kedalam wadah mangkok yang berbeda dan ditutupi dengan aluminium foil dan tunggu hingga ekstrak kering. Adapun alasan penggunaan tiga pelarut yang berbeda yaitu untuk mengetahi tingkat kelarutan dari sampel berdasarkan tingkat kepolarannya. Pada hasil percobaan didapatkan berat ekstrak n-heksan jati belanda yaitu 74,28 gram, ekstrak etil asetat jati belanda yaitu 37,34 gram,dan ekstrak air yang diperoleh 6,14 gram dan persentase ekstrak n- heksan yaitu 3714 %, presentase ekstrak etil asetat yaitu 1867%, dan presentase ekstrak air yaitu 307 %. Hasil persentase ekstrak ideal yaitu 100%, adapun perbedaan yang jauh dengan hasil yang didapatkan yaitu karena adanya factor kealahan dalam penimbangan yang dilakukan oleh praktikan. Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu dapat mengetahui cara ekstraksi cair-cair pada sampel yang memiliki efek farmakologi yang baik untuk tubuh. 6.



Identifikasi Sampel Identfikasi sampel senyawa merupakan pemilihan senyawa berdasarkan perbedaan kepolaran dengan menggunakan pelarut yang tidak saling bercampur. Pada percobaan ini digunakan dua cara identifikasi sampel yaitu dengan UV vis dan dengan uji kimia. Untuk dengan UV Vis pertama, menggununakan sampel esktrak dari hasil percobaan sebelumnya (nheksan, etil asetat dan air). Digunakan lempeng KLT sebagai fase diam dan eluen metanol : kloroform (9:3) yang merupakan pelarut polar dan nonpolar. Lalu eluen dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring agar konsentrasi eluen merata. Setelah itu dilakukan proses pentotolan masingmasingg pada plat KLT kemudian dilempeng dielusi hingga eluen sampai ke garis batas lempeng. Kemudian masing-masing plat KLT diamati di UV 245 nm dan 366 nm. Diamati pergerakan fase gerak dan fase diam lalu hitung nilai rf sampel.



Pada pelarut polar dibawah lampu UV 254 nm, sampel air yaitu 0,62 cm, etil asetat 0,61 cm, dan n-heksan tidak ditemukan, perhitungan Rf karena tidak didapatkan adanya perpindahan sampel. Untuk pelarut polar dibawah sinar UV 366 nm, sampel n-heksan tidak didapatkan hasil perhitungan Rf karena tidak didapatkan adanya perpindahan sampel, sedangkan sampel air yaitu 0,3 cm dan etil asetat yaitu 0,7 cm. Pada pelarut non-polar dibawah sinar UV 366 nm, sampel n-heksan yaitu 0,26 cm, air yaitu 0,48 cm, dan etil asetat 0,23 cm. Untuk uji kimia, dilakukan uji alkaloid, saponin, flavonoid, dan ujia tanin. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh diketahui kelor positif mengandung saponin yang ditandai dengan adanya busa yang konstan dan tanin jenis pirogalol yang dilihat hasil akhir warna sampel yaitu biru kehitaman. Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui cara identifikasi senyawa dengan menggunakan cara dengan KLT dan uji kimia pada suatu sampel tanaman.



BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Pengambilan dan pengolahan sampel Dasar metode ekstrasi Ekstraksi sampel Penguapan pelarut pada sampel Partisi ekstrak (ekstrasi cair-cair) Identifikasi ekstrak



V.2 Saran Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disarankan agar materi praktikum lebih dikembangkan, ketersediaan alat dan bahan yang digunakan lebig dilengkapi begitu pula dengan bahan, dan asisten lebih lagi mendampingi dan memahamkan praktikan.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Wijayakusuma, M. Hembing. (2007). Penyembuhan dengan TemulawakI. Sarana Pustaka Prima, Jakarta. Rahayu, S. E dan S. Handayani. 2008. Keanekaragaman Morfologi dan Anatomi Pandanus (Pandanaceae) di Jawa Barat. Vis Vitalis 1 (20) Backer, A and Van Den Brink, B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes Only),Volume I, N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen. Sari, Rury, N. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Mus, 2008. Informasi Spesies Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).www.Plantamor.com/spcdtail.php?recid=1387.Diakses pada tanggal 28 September 2012). Nugraha, Aditya. 2013. “Bioaktivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Eschericia coli penyebab Kolibasilosis pada Babi”. Thesis. Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Roloff, A., H. Weisgerber., U. Lang., B. Stimm. 2009. Moringa oleifera Lamk., 1785. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim. Novie Susanti, Suseno 2013. “An empirical analysis of auditor independence and Audit fees on audit quality”. International Journal of Management and Business Studies, ISSN 21670439 Vol:3



Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta Bryophyta. Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjahmada University Press.



Binawati, D. K., dan Amilah, S. 2013. Effect of Cherry Leaf (Muntingia calabura L.) Bioinsecticides Extract Towards Mortality of Worm Soil (Agrotis Armyworm (Spodoptera exiqua) on Plant Leek (Allium



ipsilon)



and



fistolum). Wahana, 61(2)