Laporan Offshore [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBORAN LEPAS PANTAI PADA BLOK MAHAKAM



Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Mata Kuliah Praktikum Operasi Migas Lepas Pantai



OLEH: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Alin Nurromadhon Kholid Saputra Yesa Aprian Wibowo Apriansyah Pajarudin Rico Febriansyah Geagana Malindo Nevri Yunda Sari Widia Ari Fernando simamora



NPM. 1703005 NPM. 1703008 NPM. 1703010 NPM. 1703012 NPM. 1703013 NPM. 1703017 NPM. 1703028 NPM. 1703032 NPM. 1703034



PROGRAM STUDI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSI MIGAS JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG TAHUN 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan laporan tetap Kuliah Kerja Lapangan ini. Laporan ini kami buat karena pada Mata kuliah, Praktikum Operasi Migas Lepas Pantai merupakan salah satu mata kuliah yang berperan penting dalam kegiatan perkuliahan mahasiswa Teknik Eksplorasi Produksi Migas, karena materi yang diberikan dalam kuliah Praktikum ini berkaitan erat dengan gambaran untuk menyusun Laporan Praktek Kerja Lapanganyang akan dilaksanakan pada program studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas.. Tidak lupa kami ucapkan kepada semua pihak, baik secara langsung maupun yang tidak langsung dan terima kasih kepada Dosen Praktikum Operasi Migas Lepas Pantai Bapak Diky Pranondo, ST dan seluruh rekan kelompok maupun mahasiswa yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Dalam pembuatan laporan ini kami meyadari bahwa dalam penyusunannya masih jauh dari kata kesempurnaan, baik dari segi materi maupun dari segi pemahaman. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan laporan dimasa mendatang, sehingga menjadi lebih sempurna lagi. Semoga laporan tetap yang kami buat ini bermanfaat bagi kita semua Amin.



Palembang, 15 Oktober 2019 Penyusun



Kelompok 3



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Tujuan ............................................................................................. 1.3. Manfaat ........................................................................................... BAB II DASAR TEORO 2.1. Jenis Drilling Rig .......................................................................... 2.2. Peralatan-Peralatan Pemboran Lepas Pantai ................................. BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Lokasi Blok Mahakam ................................................................... 3.2. Sejarah Pemboran Blok Mahakam ................................................ 3.3. Cadangan Migas Blok Mahakam ................................................... 3.4. Pertamina Hulu Mahakam ............................................................. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Bahan bakar minyak di Indonesia merupakan salah satu produk yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat, dengan bertambahnya jumlah penduduk maka konsumsi bahan bakar minyak yang dibutuhkan semakin meningkat. Pada umumnya minyak bumi ditemukan di daerah-daerah terpencil yang tidak dihuni atau sukar didatangi oleh manusia, seperti di hutan rimba, rawa- rawa, padang pasir dan daerah perairan atau lepas pantai. Dari wilayah yang terpencil itu minyak mentah di dapatkan melalui sumur minyak hasil dari pengeboran dan selanjutnya minyak mentah dialirkan ke kilang minyak untuk diolah menjadi produk yang berguna seperti bensin, kerosin, minyak diesel dan lain-lain. Pada sistem pengeboran lepas pantai memiliki sistem yang tidak jauh berbeda dengan sistem yang ada didarat, karena kondisi lingkungan darat dan laut sangat berbeda maka metode operasi pengeboran lepas pantai membutuhkan teknologi yang baru dan biaya operasi yang mahal. Peralatan mutlak yang harus ada dalam operasi pengeboran lepas pantai adalah sebuah strutur anjungan (platform) sebagai tempat untuk meletakkan peralatan pemboran dan produksi. Sekarang ini berbagai macam anjungan telah dibuat, seperti anjungan permanen (fixed) yang berdiri diatas kaki- kaki beton bertulang. Jenis ini umumnya digunakan pada laut dangkal dan pada lapangan pengembangan sehingga dapat sekaligus menjadi anjungan pemboran dan produksi Ada berbagai hambatan alam yang harus diatasi saat pengoperasian unit lepas pantai. Hambatan tersebut antara lain : angin, ombak, arus dan badai. Khusus untuk unit terapung yang amat



peka terhadap pengaruh kondisi laut, maka harus disediakan peralatan khusus, yaitu peralatan peredam gerak oscilsi vertikal akibat ombak dan peralatan pengendalian posisi pada unit terapung. Untuk pengendalian posisi pada unit terapung dikenal dengan mooring system dan sistem pengendalian posisi dinamik . Sedangkan untuk mengatasi gerak vertikal keatas dan kebawah umumnya digunakan Drill String Compensator (DSC).



1.2. Tujuan 1.



Untuk mengetahui peralatan-peralatan pemboran lepas pantai.



2.



Untuk mengetahui pemboran pada Blok Mahakam



3.



Untuk mengetahui jenis-jenis anjungan lepas pantai.



1.3. Manfaat 1. Mahasiswa dapat memahami peralatan-peralatan pemboran lepas pantai. 2. Mahasiswa dapat memahami Pemboran Pada Blok Mahakam 3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis anjungan lepas pantai.



BAB II DASAR TEORI



2.1. Jenis Drilling Rig Operasi pengeboran lepas pantai dimulai dari pengembangan teknologi pengeboran darat dengan menggunakan casing conduktor yang ditanam atau dibor dan disemen, kemudian meningkat dengan digunakan mud-line suspention system, dan terus meningkat dengan menggunakan riser system. Penggunaan BOP (blow Out Preventive) konventional terus dimodifikasi agar mampu beroperasi di bawah air. Kondisi lingkungan laut berpengaruh terhadap pemilihan jenis platform yang digunakan. Dalam operasinya pengeboran lepas pantai membutuhkan sarana utama pengeboran yaitu berupa kendaraan atau disebut Drilling rig. Pengeboran lepas pantai bisa dilakukan dengan 3 jenis kendaraan atau drilling rig, hal tersebut tergantung pada kedalaman air di tempat yang akan dilakukan proses pengeboran/lokasi pengeboran, jenis driiling rig tersebut antara lain adalah: 



Swamp Barge Merupakan driiling rig yang digunakan untuk kedalaman 7 - 15 ft (laut



dangkal) Cara kerjanya adalah dengan memobilisasi rig ke lokasi sumur, kemudian rig ditenggelamkan dengan cara mengisi ballast tanknya dengan air. Setelah rig duduk di dasar dan spud cannya tertanam di dasar laut, baru proses pengeboran bisa dimulai. Untuk mencegah rig terdesak arus laut yang terkadang kuat, biasanya posisi rig distabilkan dulu dengan cara mengikatkan rig pada tiang - tiang pancang di sekitarnya, karena apabila tidak stabil dan posisi rig tergeser oleh arus, hal ini bisa menjadi masalah yang serius. Swamp Barge ditunjukkan pada Gambar.1.



Gambar 1. Swamp Barge (Tender Barge Rig) 



Drillships (floater) Untuk laut dalam (>250 ft), digunakan drillships (floater) atau semi-



submersible. Drilling rig tipe floaters biasanya dipakai untuk mengebor sumursumur explorasi karena praktis rig jenis ini tidak bisa melekat pada platform untuk mengebor sumur- sumur development. Rig jenis ini, biasanya dilengkapi dengan 8 anchor/jangkar, yang tersebar di sekeliling rig.



Gambar 2. Drilling Ship







Jack-up rig



masing leg atau ada juga yang non-independent leg dengan tipe "mat foundation" seperti fondasi telapak. Kaki rig dengan tipe mat foundation ini biasanya dipakai di kawasan laut yang mempunyai soft seabed (dasar laut yang lembut sehingga dengan kaki rig tipe mat tertanam tidak terlalu dalam). Rig tipe jack up bisa digunakan untuk mengebor sumur - sumur explorasi maupun development (pengembangan). Jackup rig adalah platform yang dapat mengapung dan mempunyai tiga atau empat kaki yang dapat dinaik-turunkan. Untuk dapat dioperasikan, semua kakinya harus diturunkan sampai menginjak dasar laut. Kemudian badan rig akan diangkat sampai di atas permukaan air sehingga bentuknya menjadi semacam platform tetap. Untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, semua kakinya haruslah dinaikan terlebih dahulu sehingga badan rig mengapung di atas permukaan air. Lalu rig ini ditarik menggunakan beberapa kapal tarik ke lokasi yang dituju. Kedalaman operasi jackup rig adalah antara 5m sampai 200m. Jack up rig merupakan salah satu offshore rig yang mempunyai kemampuan untuk berelevasi sesuai dengan kedalaman laut tempat dia malakukan pengeboran. Ciri utama rig ini adalah adanya menara yang terbuat dari baja yang digunakan untuk menaik-turunkan pipa-pipa tubular sumur. Dengan tiga atau ada juga yang empat kaki yang dimiliki maka Jack Up Rig mempunyai tingkat kestabilan dalam operasi yang tinggi dibandingkan dengan offshore drilling yang lain seperti drill ship, semisubmersible, barge drilling, dll. Jack up rig pada umumnya terdiri atas lima lantai : o



Main deck berhubungan dengan lantai utama di mana terdapat fasilitasfasilitas umum seperti ruang makan, ruang rekreasi, dan poliklinik.



o



Di bawah lantai utama adalah pusat utilitas. Di sini terdapat generator untuk mensuplai seluruh kebutuhan listrik. Terdapat juga mesin penggerak utama kapal yang biasa dipakai waktu berlayar, juga terdapat tempat untuk pengolahan air untuk memenuhi kebutuhan air tawar yang diperoleh dari penyulingan air laut.



o



Di atas lantai utama adalah lantai satu. Di sini terdapat kamar-kamar tidur



yang dilengkapi juga dengan kamar mandi. Hampir seluruh pekerja tidur di lantai satu ini. o



Di atas lantai satu adalah lantai dua. Di sini ruangan kantor utama berada, tempat staff pimpinan dan karyawan biasa melakukan meeting. Di sini juga tempat kegiatan-kegiatan administrasi dilakukan sehingga ruangan ini dilengkapi dengan mesin fax, fotocopy, telepon dan komputer .



o



Lantai tiga adalah tempat nahkoda kapal bekerja. Di mana seluruh kegiatan dapat dipantau. Di lantai tiga ini juga terdapat halipad yang memungkinkan untuk didarati halikopter dalam kondisi darurat.



Gambar 3. Jack Up Rig



Jack up memiliki Struktur utama/main structure yang penting dalam melakukan operasinya. Main structure yang terdapat pada jack up adalah : o



Leg : cylindrical atau trussed



o



Spudcan : Sepatu leg yang nantinya akan masuk dan menyentuh sea bed sebagai pondasi jack up.



o



Cantilever : Tempat drilling dioperasikan, dapat bergerak kearah X and Y



o



Hull : berisi beberapa tanki yang disesuaikan dengan kebutuhan dan compartment untuk memasang beberpa equiptment dan machinery untuk drilling operation.



o



Accomodation atau living quarter dimana para pekerja akan bekerja dan tempat istirahat dengan berbagai macam fasilitas.



o



Helli deck : Deck untuk menempatkan halikopter.



2.2. Pearalatan –Peralatan Pemboran Lepas Pantai Pengeboran lepas pantai terdiri atas serangkaian sistim peralatan pengeboran, diantaranya adalah drilling string atau sering disebut rangkaian pengeboran, yaitu serangkaian peralatan yang disusun sedemikian rupa, sehingga membentuk batang bor, seluruh peralatan ini mempunyai lubang dibagian dalamnya yang memungkinkan untuk melakukan sirkulasi fluida atau mud. Bagian ujung terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit yang gunanya untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam.



Gambar 5. Drilling string Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa penyambung terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan pencapain kedalaman tertentu, makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill pipe yang dibutuhkan. Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang bertugas meneruskan gerakan dari rotary table untuk memutar seluruh rangkaian pengeboran.



Gambar 6. Drill Pipe



Diatas kelly disambung dengan swivel yaitu sebuah alat yang berfungsi sebagai tempat perpindahan gerakan putar dan gerakan diam dari sistem sirkulasi, fluida pemboran melalui pipa bertekanan tinggi, bagian atas dari kelly terdapat bail untuk dikaitkan ke hook supaya memungkinkan turun ke seluruh rangkaian pemboran. Selain drilling string yg merupakan salah satu peralatan pengeboran juga terdapat peralatan – peralatan lain yg dibutuhkan untuk melaksanakan proses pengeboran pada Offshore.



Gambar 7. Peralatan Pengeboran



Peralatan lain tersebut diantaranya adalah: 



Bit Sub Merupakan bagian ujung terbawah dari rangkaian pengboran, bit sub adalah pahat bor atau bit yang gunanya untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam. Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa penyambung terdalam susunan rangkaian pengeboran, untuk memungkinkan pencapain kedalaman tertentu, makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill pipe yang dibutuhkan



Gambar 8. Bit sub 



Float Sub Adalah sub penyambung yang dipasang bit sub dandrill



untuk



colar,



berfungsi



menutup semburan/tekanan formasi kedalam rangkaian pemboran secara



otomatis. Float Sub ditunjukkan seperti Gambar .9.



Gambar 9. Float Sub







Stabilizer Adalah alat yang dipasang pada susunan drill colar, yang berfungsi untuk



menstabilkan arah lubang bor dan mengurangi kemungkinan terjepitnya rangkaian pengeboran yang diakibatkan oleh differensial pressure. Stabilizer digunakan sebagai bottom hole assembly untuk menjaga kestabilan bit dan drill collar dalam lubang bor selama berlangsung operasi pengeboran. Pada umumnya stabilizer di gunakan untuk tujuan sebagai berikut : o



Untuk meningkatkan penembusan (increased penetration). Stabilizer akan memberikan WOB (Weight of Bit) yang lebih besar pada drill collar sehingga meningkatkan laju pemboran (penetration rate)



o



Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya patah lelah (fatique) pada sambungan drill collar.



o



Untuk mencegah terjadinya well sticking. Stabilizer dapat menahan permukaan rangkaian pipa bor tetap tidak menyentuh dinding lubang bor.



Gambar 10. Stabilizer  Kelly saver sub



yaitu alat yang dipasang dibagian ujung bawah kelly, berfungsi untuk melindungi ulir kelly agar tidak cepat rusak. Kelly merupakan rangkaian pipa bor yang paling atas dimana bentuk irisan luarnya dapat berbentuk segitiga, segiempat, segienam. Kelly ini dimasukkan ke dalam kelly bushing. Kelly bushing berfungsi untuk meneruskan gaya putar (torsi) dari meja putar ke kelly dan selanjutnya keseluruh rangkaian pipa bor. Selama kelly ini tidak dipergunakan (dilepas) misal pada waktu mencabut string, maka kelly ini dimasukkan ke dalam rathole yang terdapat di lantai bor. Dalam keadaan ini Kelly bushing selalu ikut terbawa demikian pula swivelnya.



Gambar 11. Kelly 



Lower kelly cock Adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver sub, befungsi untuk alat



penutup semburan/tekanan dari dalam pipa pada saat posisi kelly diatas rotary table. Lower kelly cock disebut juga kelly valve, dipasang di bawah kelly dan dipakai bila upper kelly cock rusak dan adakalanya untuk mencegah lumpur dari kelly berjatuhan saat melepas kelly.



Gambar 13. Upper Kelly Cock



BAB III TINJAUAN KHUSUS



3.1. Lokasi Blok Mahakam Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir. Di sungai hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut Mahakam. Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi. WK Mahakam, yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, mulai dikelola oleh Pertamina sejak 1 Januari 2018, terdiri dari lima (5) lapangan yang memproduksi gas (Tambora, Tunu, Peciko, Sisi Nubi, dan South Mahakam), dan dua (2) lapangan yang memproduksi minyak (Bekapai dan Handil). Sebagai blok migas yang telah dioperasikan lebih dari 50 tahun, WK Mahakam sejak tahun 2010 memasuki fase 4, yakni penurunan produksi secara alami (natural decline). Profil Wilayah Kerja Mahakam : - Lebih dari 1700 KM Jaringan Pipa - 103 GTS & Kluster - 26 Anjungan Lepas Pantai - 6 Area Pemrosesan - 3441 Karyawan * data per 31 Januari 2018



3.2. Sejarah Pemboran Blok Mahakam Pengeboran eksplorasi minyak di Kalimantan Timur, wilayah dari blok Mahakam, pertama kali dilakukan pada 1897 di lapangan Louise-1. Lalu, pengeboran eksplorasi pertama tahap kedua dilakukan pada 1898 di lapangan Mathilde-1. Penemuan lapangan Louise-1 dan Mathilde-1 itu menjadi sejarah penemuan lapangan minyak pertama dalam sejarah Kalimantan Timur. Kedua lapangan minyak itu pun mampu memproduksi sebanyak 40.000 barel dalam setahun. Setelah penemuan dua lapangan minyak itu, Penemuan lapangan minyak lainnya baru didapatkan selang 40 tahun kemudian atau pada 1938. 3.3. Cadangan Migas Blok Mahakam Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan potensi cadangan gas Blok Mahakam masih cukup besar. setidaknya ada potensi sebesar 10 triliun kaki kubik (TCF) di blok migas tersebut. Namun dari potensi sebesar itu, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) baru dapat menemukan cadangan terbukti sebesar 2 TCF. PHM pun telah memulai pengadaan alat untuk kegiatan pengeboran sumur eksplorasi di Blok Mahakam pada tahun depan. Pengeboran sumur eksplorasi dilakukan untuk menemukan cadangan migas baru Rencananya, PHM akan mengebor dua sumur eksplorasi di Lapangan Tunu dan satu lagi di Lapangan Peciko Blok Mahakam. Selain melakukan pengeboran dua sumur eksplorasi, PHM berencana mengebor 200 sumur pengembangan pada 2020. Seperti diketahui, hingga awal September 2019, PHM telah merampungkan pengeboran 80 sumur di Blok Mahakam. Ini artinya, realisasi pengeboran telah mencapai sekitar 68% dari target yaitu 118 sumur 3.4. Pertamina Hulu Mahakam PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), selaku operator Wilayah Kerja (WK) Mahakam, dengan dukungan SKK Migas, tetap agresif dalam melakukan kegiatan pengeboran. Setelah sebelumnya mengoperasikan 3 buah rig pengeboran, yaitu



Rig Maera dan Rig Yani untuk wilayah delta dan Rig Tasha untuk lepas pantai (offshore), mulai minggu kedua November 2018 PHM mengoperasikan rig ke-4, yakni jack up Rig Hakuryu-14 untuk pengeboran di lepas pantai. Keempat rig tersebut akan menyelesaikan target mengebor 65 sumur di WK Mahakam sesuai Work Program & Budget 2018 (penyesuaian) yang telah disetujui oleh SKKMigas. Menurut rencana, Rig Hakuryu-14, akan segera dioperasikan di Lapangan Bekapai (sumur BG-21 dan BG-22), yang berada di perairan Selat Makassar, sebelum akan mengebor 6 (enam) sumur lagi di tiga lapangan lainnya. Rig Hakuryu-14 adalah milik PT Japan Drilling Indonesia, dan baru selesai dibangun tahun 2018 ini. Rig tersebut ditarik langsung dari galangannya di Singapura pada 31 Oktober 2018 lalu dan tiba di Balikpapan pada 12 November 2018. Ia akan dioperasikan di WK Mahakam selama setahun, dengan opsi perpanjangan selama 1 tahun. Upaya untuk mendatangkan dan mengoperasikan Rig Hakuryu-14 dapat terlaksana berkat dukungan penuh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, SKK Migas, maupun berbagai otoritas pemerintah yang terkait.



BAB IV PENUTUP



4.1. Kesimpulan Pengeboran lepas pantai dilakukan untuk mendapatkan minyak mentah melalui sumur minyak. Sarana yang harus ada dalam operasi pemboran lepas pantai adalah sebuah struktur anjungan (plat form) sebagai tempat untuk meletakkan peralatan pengeboran. Dikenal dua macam anjungan, yaitu anjungan permanen (fixed) yang berdiri diatas kaki- kaki beton bertulang, dan anjungan tidak tetap seperti swamp barge, drilling ship (floater) dan jack up rig. Jackup rig ini merupakan salah satu offshore rig yang mempunyai kemampuan untuk berelevasi sesuai dengan kedalaman laut tempat dilakukan pengeboran. Peralatan pengeboran adalah serangkaian peralatan yang disusun sedemikian rupa, sehingga menyerupai batang bor, dan seluruh peralatan ini mempunyai lubang bagian dalamnya yang memungkinkan untuk melakukan sirkulasi fluida atau mud. Bagian ujung terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit yang gunanya untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam. Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa penyambung terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan pencapain kedalaman tertentu, makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill pipe yang dibutuhkan. Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang bertugas meneruskan gerakan dari rotary table untuk memutar seluruh rangkaian pengeboran.



DAFTAR PUSTAKA



1.



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta.



2.



Egel, Jeffrey, 1993, Kamus Istilah Teknik Perkapalan, Arikha Media Cipta, Jakarta



3.



Fakultas Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November, 1981, Kamus Istilah Perkapalan, Fakultas Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.



4.



PT. Biro Klasifikasi Indonesia, 2002, Peraturan Klasifikasi dan Survey Jilid I, PT Biro Klasifikasi Indonesia, Jakarta.



5.



Raswari, 1984. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.