Laporan p2k [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas Program Pemantapan Profesi Keguruan atau yang sering disingkat menjadi P2K berlokasi di SD Negeri Jongaya. Menempatkan penulis sebagai peneliti dimana meninjau pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Kelas yang diteliti adalah kelas IV. Keadaan muridnya sangat bervariasi, ada yang pintar, ada juga yang sedang atau biasa-biasa saja, dan ada juga yang sama sekali tidak memahami pelajaran yang diberikan. Dalam kelas tersebut muridnya berjumlah 27 orang yang terdiri dari laki-laki 16 orang dan perempuan 11 orang. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, dipilih sebuah model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi para muridnya. Salah satu model yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif dengan Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Proses pembelajaran berlangsung dengan mengutamakan pemberian tindakan secara langsung kepada peserta didik. Sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pemberian perlakuan langsung dalam bentuk tindakan ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar murid, aktifitas murid, kreativitas murid, terlebih dalam meningkatkan motivasi belajar murid yang selama ini masih dianggap kurang. Dengan demikian, maka peneliti menganggap perlu adanya suatu metode atau model pembelajaran yang diberikan dalam bentuk sebuah tindakan. Agar pembelajaran dalam kelas juga tidak berlangsung secara monoton dan terjadi hanya satu arah, yaitu dari guru ke murid. Tapi lebih dari itu, peneliti berharap dengan menerapkan model pembelajaran ini, maka diharapkan terjadi komunikasi dua arah antara guru ke murid dan murid ke guru. Dalam pembelajaran tipe STAD murid dibentuk dalam beberapa kelompok kemudian dari kelompok tersebut murid diajak untuk lebih kreatif,



1



inovatif dan memiliki rasa kebersamaan yang kuat dalam tim masing-masing. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan ada beberapa aspek yang dilakukan yakni, minat murid, perhatian murid, partisipasi murid, serta presentasi murid di kelas. Proses pembelajaran di kelas berlangsung dalam bentuk siklus. Ada beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan seorang guru dalam proses belajar mengajar yakni apersepsi, penjelasan materi , penjelasan metode kooperatif tipe STAD, tekhnik pembagian kelompok, pengelolaan kegiatan diskusi, pemberian pertanyaan atau kuis, kemampuan melakukan evaluasi, memberikan penghargaan individu dan kelompok, menentukan nilai individu dan kelompok, menyumpulkan materi pembelajaran dan menutup pelajaran. Melalui model pembelajaran inilah, diharapkan hasil belajar murid semakin meningkat. Oleh karena itu, maka peneliti merasa perlu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini pada kelas IV, karena dengan melihat kondisi pembelajaran sebelumnya, serta melihat keadaan murid di kelas tersebut sangat heterogen.



B. Proses Hasil Belajar Setelah melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas selama siklus pertama berjalan, terlihat bahwa hasil pembelajaran murid meningkat. Ini terlihat dari hasil pemberian tugas kepada murid dalam bentuk tugas kelompok dan kuis serta tes hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar murid mengalami kemajuan. Termasuk minat, perhatian, partisipasi dan juga presentasi murid di kelas mengalami kemajuan. Sejauh yang dilakukan dalam siklus ini, telah memberikan perubahan sikap murid ke arah yang baik. Hasil belajar yang diperlihatkan murid telah membuktikan bahwa model pembelajaran ini cocok digunakan dalam kelas IV. Mengingat bahwa untuk mengetahui perubahan hasil belajar murid yang lebih konkrit maka tidak hanya diperlukan perlakuan dalam satu siklus saja,



2



tetapi ada siklus berikutnya yang bisa menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran ini valid dan memang sesuai untuk digunakan di kelas tersebut. yang juga akan dilanjutkan hal yang sama pada siklus ke dua dan ketiga. Maka diharapkan pada siklus ketiga tersebut hasil belajar murid lebih meningkat lagi dari siklus pertama dan kedua.



C. Rumusan Masalah Berdasarkan Profil Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar, maka rumusan masalahnya yaitu ”Apakah dengan penggunaan model pembelajaran koopertif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada murid kelas IV SD Negeri Jongaya?”



D. Bentuk Tindakan untuk Memecahkan Masalah sesuai dengan Masalah Bentuk tindakan yang dilakukan dalam pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang ada dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri Jongaya.



E. Argumentasi yang Logis Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik melakukan perbaikan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perbaikan awal yang



dilakukan



adalah



penerapan



model



pembelajaran



yang



lebih



mengutamakan keaktifan murid dan memberi kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat



3



multi budaya. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelolah aktifitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta didik akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama peserta didik dalam meningkatkan prestasi.



F. Tujuan Mengacu pada permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui Penelitian ini adalah “Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid kelas IV SD Negeri Jongaya dengan Penggunaan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD.”



4



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. Pengertian Belajar Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Lebih–lebih setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya masing–masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatankegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar. Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar. Ada beberapa defenisi belajar menurut beberapa pakar pendidikan dalam Agus Suprijono (2011:2) antara lain: a) Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemamapuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah. b) Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku



5



c) Cronbach Learning is shown by a change in behavior as a result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). d) Harold Spears Learning is to observe, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendebar dan mengikuti arah tertentu). e) Geoch Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil laltihan) f)



Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman)



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan “belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan”. Dari teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan– pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus–menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.



6



B. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Menurut Hamalik (2002:115) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut: 1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa 2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya. 4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengerndalikan dirinya terutaman adalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya



Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011:5-6) hasil belajar berupa: a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap ransangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak



7



memerlukan manipulasi



symbol, pemecahan



masalah maupun



penerapan aturan. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang.



Keterampilan intelektual terdiri dari keterampilan



mengategorisasi,



kemampuan



analitis-sintesis



fakta-konsep



dan



mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.



Menurut Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2004:22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengertian dan pengetahuan; (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Nana Sudjana (1989:39) yaitu: a)



Faktor internal (dari dalam individu yang belajar) Faktor yang mempengaruhi belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar.



b)



Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar) Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor



8



dari luar murid. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, peranan, konsep dan keterampilan serta pembentukan sikap.



C. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Belajar sebuah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua pelajaran. Terutama Belajar Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan dan menjadi identitas bangsa Indonesia. Salah satu upaya melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD). Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari. Waktu belajar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diberi waktu sebanyak 6 jam pelajaran untuk kelas 1, 2, 3 dan sebanyak 5 jam pelajaran bagi siswa kelas 4, 5 dan 6 per seminggu. Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dengan jumlah jam pelajaran yang banyak dimaksudkan agar peserta didik mempunyai kemampuan ketrampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta mengembangkan



kemampuan



berbahasa



Indonesia



sesuai



dengan



kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Secara umum tujuan belajar Bahasa Indonesia di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasaIndonesiayang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastraIndonesiasesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Akhadiah dkk. (1991: 1). Sedangka menurut BSNP (2006).Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa,



9



serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa. Dari penjelasan di atas maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dapat digambarkan sebagai berikut: 1.



Lulusan Sekolah Dasar diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar yang mencakup tujuan kognitif dan afektif.



2.



Lulusan Sekolah Dasar diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastraIndonesia.



3.



Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa sesuai fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.



4.



Pengajaran bahasaIndonesiadisesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa Sekolah Dasar sesuai tingkatannya.



5.



Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar meliputi aspek kemampuan keterampilan berbahasa mendengar, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa maupun ragam sastra merupakan ruang lingkup standard kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia.



6.



Belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan



dan



perasaan,



berpartisipasi



dalam



masyarakat



yang



menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.



Dengan belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar, siswa diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien baik secara lisan maupun tulis sesuai dengan etika yang berlaku. b. Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa pemersatu bangsaIndonesia.



10



c. Siswa



mampu



memahami



bahasa



Indonesia



serta



dapat



menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. d. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. e. Siswa dapat membaca dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. f. Siswa diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia serta menghargai dan bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual Indonesia. (http://sdnkacok02.sch.id/belajar-bahasa-indonesia-di-sekolah-dasar, diakses pukul 11.24, 28 september 2013)



D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif merupakan ide lama (Johnson dan Johnson 2004). Talmud, seorang filosof, berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki teman. Pada awal abad pertama, Quintillion berargumentasi bahwa siswa mendapat manfaat dari saling mengajar satu sama lain. Seorang filosofi Romawi, Seneca, mengatakan bahwa when you teach, you lear twice. Dari sinilah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan



(Ibrahim.dkk,



2000:12). Menurut Arends (2001: 316) ide tentang pembelajaran kooperatif dapat ditelusuri kembali dari zaman



Yunani Kuno. Namun demikian,



perkembangannya pada masa kini dapat dilacak dari karya psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20. Para ahli tersebut diantaranya adalah john Dewey (1916) dan Herbert Thelan (1954, 1969). Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin



11



dan



suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja didalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut. Pada akhirnya siswa diberikan tes yang mana pada saat tes ini mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau ganjaran lain. Dalam pembelajaran kooperatif STAD, materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok dengan menggunakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran. Menurut Slavin STAD terdiri dari lima komponen utama secara presentasi Kelas, yaitu: Kelompok, Kuis (tes),Skor peningkatan indiIVdual, tuntas dan Penghargaan kelompok. Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilanketerampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya yang lain. Sekarang ini, pembelajaran ini terus dikembangakan . Jacob dan Hannah (2004) mendefinisikan “cooperative learning, also known as collaborative learning is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students” (pembelajaran kooperatif yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif adalah sebuah konsep-konsep dan teknik untuk membantu memaksimalkan manfaat dari kerja sama antar siswa). Arends



(1997:



111)



mengemukakan



kooperatif, yaitu:



12



beberapa



pembelajaran



a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, rendah, c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin berbeda. d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.



Dalam



pembelajaran



kooperatif,



sebagain



besar



aktifitas



pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Suherman ( Nur Arifah, 2006: 12), mengemukakan bahwa belajar pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaiakan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Model pembelajaran kooperatif akan dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, tugas-tugas kelompok akan dapat memacu para siswa untuk bekerja sama saling membantu satu sama lain untuk mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilkinya. Dengan mempraktekkan pembelajaran kooperatif di kelas, suatu hari kelak akan menuai sebuah sebagai makhluk sosial ( homo homini socius), bukan homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi temannya). Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif adalah cara belajar mengajar berbasis peace education yang pasti mendapat perhatian. Pembelajaran kooperatif bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetensi , yakni hanya sebagai siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya. Secara umum sintaks model pembelajaran kooperatif dapat dilihat sebagai berikut:



13



Sintaks model pembelajaran kooperatif Fase



Kegiatan Guru



Guru menyampaikan tujuan Menyampaikan tujuan dan motivasi pembelajaran (indicator hasil belajar) guru memotivasi siswa mengaitkan siswa pembelajaran sekarang dengan yang terdahulu. Guru menyajikan informasi kepada Fase-2 siswa dengan jalan demonstrasi atau Menyajikan informasi lewat bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa cara Fase-3 Mengorganisasikan siswa kedalam membentuk kelompok belajar, guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar kelompok-kelompok belajar (setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan siswa). Guru membimbing kelompok belajar Fase-4 Membimbing kelompok kerja dan pada saat siswa mengerjakan tugas. Fase-1



belajar Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta siswa mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara indiIVdu maupun kelompok.



Fase-5 Evaluasi



Fase-6 Memberikan penghargaan



a. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Menurut Lundren (Isjoni, 2007: 13), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”



14



b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab siswa atau peserta didik lain kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa membagi tugas dan tanggung jawab diantara para anggota kelompok. e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar. g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara indiIVdual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.



b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif



Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Siswa



belajar



dalam



kelompok,



produktif



mendengar,



mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama. b. Kelompok



siswa



terdiri



dari



siswa-siswa



yang



memiliki



kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah. c. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompoknya terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja keolompok daripada perorangan. Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok pembelajaran kooperatif.



15



Bennet (Isjoni, 2007: 41) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: a. Positive intercepence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. b. Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa ada perantara. c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok. d. Membutuhkan keluwesan. e. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).



c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Arends (1997: 111) meyatakan bahwa “the cooperative learning model was developed to achieve at least there important instructional goals: academic achievement, acceptance of diversity and social skill development ”. yang maksudnya adalah bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurangkurangnya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,



penerimaan



terhadap



perbedaan



indiIVdu



dan



pengembangan keterampilan sosial.



d. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif a. Tugas-tugas perencanaan seperti memilih pendekatan, pemilihan materi yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, pengembangan materi dan tujuan mengenalkan siswa pada tugas dan peran, merencanakan waktu dan tempat.



16



b. Tugas-tugas intertaktif, yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan



motivasi,



mengorganisasikan



dan



menyajikan



membentuk



informasi,



kelompok



belajar,



mengevaluasi dan memberikan penghargaan.



e. Langkah-Langkah Pembelajaran Adapun



langkah-langkah



pembelajaran



langsung



setting



kooperatif tipe STAD (Student Team Acheivment Divisions) adalah sebagai berikut: a. Persiapan 1) Guru menentukan dan membatasi materi yang akan diberikan. 2) Menetapkan siswa dalam kelompok. a) Meranking siswa berdasarkan prestasi akademik di dalam kelas. b) Menemukan jumlah kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. c) Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen dalam kemampuanya. 3) Menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes yang telah lalu, atau nilai akhir siswa secara individual b. Tahap Pembelajaran 1) Guru menyampaikan informasi materi kepada Siswa sesuai dengan TIK. 2) Guru mengorganisasikan Siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar , diikuti dengan langkah dimana Siswa dibawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan LKS (Lembar Kerja Siswa) atau tugas. c. Evaluasi Mandiri dan Penghargaan Kelompok Setelah



melaksanakan



kegiatan



pembelajaran,



siswa



mengerjakan tes atau kuis secara sendiri-sendiri . setelah selesai guru memberikan skor individu dan skor tim yamg kemudian



17



diumumkan secara tertulis dipapan pengumuman . skor individu didapat dari nilai tes masing-masing siswa . sedangkan skor tim di dapat dari jumlah keseluruhan poin yang di sumbangkan masingmasing anggota tim dibagi dengan jumlah anggota tim (Nur, 2000 : 31-35). E. Kerangka Pikir Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, kerangka pikir merupakan



garis-garis



besar



yang



sangat



mendukung



agar



dalam



pengumpulan data, menganalisis data dan penarikan kesimpulan dapat lebih terarah. Adapun kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut: Bagan Kerangka Pikir Bahasa Indonesia pada aspek menyimak



Metode Kooperatif STAD



Tidak Meningkat



Meningkat



Hasil /Temuan F. Hipotesis Hipotesis penelitian yaitu “Model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jongaya”. 18



BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN



A. Jumlah Murid, Tempat, dan Waktu Pelaksanaan P2K Pelaksanaan P2K ini dilaksanakan di SD Negeri Jongaya, pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 selama kurang lebih dua bulan, dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Sebagai subjek penelitian adalah murid kelas IV SD Negeri Jongaya, yang terdaftar pada tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 27 orang murid yang terdiri atas 16 laki-laki dan 11 perempuan. B. Langkah – langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif seperti RPP dan Alat Evaluasi. Langkah pertama adalah meminta Silabus pada guru kelas (Guru Pembimbing), langkah kedua menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), serta merumuskan alat evaluasi berupa soal – soal dalam bentuk kelompok dan individu. Selanjutnya dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini: Menyusun RPP dan Rencana tindakan Siklus 1



Studi Pendahuluan dengan meneliti silabus. Rencana Tindakan Siklus 2



Refleksi



Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan



Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan



Refleksi



Rencana Tindakan Siklus 3



Simpulan



Refleksi



Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan



19



C. Implementasi RPP dan Evaluasi di Kelas Setelah menyusun Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), maka proses belajar mengajar pun dapat dimulai. Implementasi dari RPP meliputi Pembukaan, penjelasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, pemaparan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, penyampaian metode pembelajaran yang dilaksanakan, pembentukan kelompok, mengarahkan murid dalam kelompoknya, membuat kesimpulan dan Penutup. Evaluasi di kelas dilaksanakan dalam bentuk tugas individu dan uji kompetensi. Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran mengenai RPP dan alat evaluasi.



D. Prosedur Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus. Rancangan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi,dan refleksi (Kemmis dan Taggart,1998). Adapun kriteria keberhasilan untuk setiap siklus adalah jika seluruh subyek penelitian: a) Dapat memahami materi yang sedang dipelajari, b) Dapat menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, c) Senang dan aktif mengikuti pembelajaran, d) Memperoleh skor pada tes akhir tindakan minimal 65.



E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, prosedur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut: a) Tes pada setiap akhir tindakan, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari setelah pemberian tindakan. Tes yang diberikan dalam bentuk uraian, karena peneliti ingin mengetahui proses jawaban murid secara rinci.



20



b) Observasi: Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas murid selama kegiatan penelitian, sebagai upaya untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan untuk mengetahui sejauh mana tindakan dapat menghasilkan perubahan yang dikehendaki oleh peneliti. Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama pelaksanaan tindakan dalam dua siklus.



F. Tehnik Analisa Data dan Kriteria Keberhasilan Data yang telah dikumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Untuk data kuantitatif digunakan teknik pengkategorian dengan skala lima berdasarkan kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Depdiknas (dalam Misnah, 2003: 21) sebagai berikut :



NILAI



KATEGORI



KUANTITATIF 0 - 34



Sangat Rendah



35 - 54



Rendah



55 - 64



Sedang



65 - 84



Tinggi



85 - 100



Sangat Tinggi



21



BAB IV HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN



Hasil dan analisis data penelitian dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan penelitian tentang hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah dilaksanakan di SD Negeri Jongaya. Pelaksanaan ini dilaksanakan tiga siklus yaitu siklus I , Siklus II dan Siklus III, adapun yang dianalisis adalah hasil tes akhir siklus I, tes akhir siklus II dan tes akhir siklus III. A. Hasil Pelaksanaan 1. Siklus Pertama Data setiap siklus dipaparkan secara terpisah, untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap siklus. Setiap siklus memiliki tahap-tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. a. Perencanaan 1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2) Membuat rencana pembelajaran. 3) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK 4) Menggunakan alat evaluasi pengajaran. b. Pelaksanaan Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran siswa dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun oleh peneliti yakni menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pertama-tama peneliti mencoba membuat suasana kelas menjadi lebih akrab dengan terlebih dahulu saling memperkenalkan diri kemudian peneliti



memulai pembelajaran dengan mengajukan



pertanyaan-pertanyaan ringan kepada siswa yang berkaitan dengan



22



materi ajar. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian siswa mengikuti pelajaran. c. Evaluasi dan Observasi 1. Hasil Evaluasi Pembelajaran ini diikuti oleh 27 siswa, pada siklus I model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan belum sempurna, hal tersebut berdampak pada kemampuan siswa melaksanakan kegiatan dan berakibat terhadap rendahnya prestasi siswa pada perolehan skor hasil tes evaluasi pada tabel berikut ini:



Tabel 1. Daftar Skor Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus 1 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22



Jenis kelamin L L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P



Nama Maftuh Akmal M. Caesar Randika M. Rayhan M. Farland M. Hidayat Hengki Fahmi M. Aswar M. Ahnaf A.M. Fadel Deni Febria Ivva Saputra Risqi Saputra Riki Bin Nur Rosdiana Siti Nurhalisah Sri Marcella Indah Amelia Musdalifah Khaerunnisa Anjeli Reski



23



Skor Perolehan 50 60 75 75 80 80 60 60 60 80 60 65 40 55 60 60 100 55 80 80



23 24 25 26 27



Alda Dwi St. Nur aisyah Nurul A. Rahma Dwi D. M. Reza Alfarisky



P P P P L



80 80 75 80 60



Rata-Rata



63,3



Ket : - = tidak hadir



Table 2. Distribusi Frekuensi Skor Evaluasi Siswa pada Siklus 1 Skor



Kategori



Frekuensi



Persentase (%)



85-100 65-84 55-64 35-54 0-34



Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah



1 12 10 2 2



3,7 44,5 37,0 7,40 7,40



27



100



Jumlah



Dari tes siklus I pada table 1 di atas tergambar bahwa dari 27 siswa kelas IV SD Negeri Jongaya, 13 siswa atau 51,8% belum mencapai batas ketuntasan, sedang yang mencapai batas tuntas yaitu 17 siswa atau hanya 48,2%, nilai rata-rata seluruh siswa yaitu 63,3% sehingga dikategorikan sedang. 2. Hasil Evaluasi Pengamatan aktifitas siswa digunakan pada lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi aktifitas belajar pada siklus I ditampilkan dalam tabel berikut.



24



Tabel 3. Hasil Observasi Aktifitas Proses Pembelajaran pada Siklus I Pertemuan No. 1. 2. 3. 4. 5.



6.



Komponen Yang Diamati Siswa yang hadir saat pembelajaran. Siswa yang memperhatikan pembahasan materi. Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal Siswa yang mengerjakan soal latihan. Siswa yang membutuhkan bimbingan. Siswa yang melakukan kegiatan yang lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.



I



II



III



24



24



25



20



21



21



5



5



7



24



24



25



7



5



4



4



3



4



IV



Persentase % 90,03



E V A L U A S I



76,54 20,98 90,03



S I K L U S



I



19,74



20,36



Dari tabel 3. di atas diperoleh bahwa dari 27 siswa kelas IV SD Negeri Jongaya frekuensi kehadiran siswa tergolong tinggi yaitu 90,03%. Siswa yang memerhatikan pembahasan materi yaitu 76,54%, yang mengajukan diri untuk mengerjakan pembahasan contoh soal rata-rata mencapai 20,98%, siswa yang mengerjakan soal latihan rata-rata mencapai 90,03%, siswa yang membutukan bimbingan 38,27%, dan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran mencapai 20,36%. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan dengan kata lain masih ada kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi. Adapun kelemahan yang terjadi pada siklus I adalah; 1) Peneliti belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.



25



2) Masih banyak siswa yang harus mempresentasikan kegiatan untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus II dibuat perencanaan yang lebih baik lagi.



2. Siklus Kedua Seperti pada siklus I, siklus II ini juga terdiri dari perencanaan, pelaksanaaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. a. Perencanaan Perencanaan pada siklus II didasarkan perencanaan pada siklus I, dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I yaitu: 1) Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 2) Lebih intensif membimbing dan memerhatikan siswa yang mengalami kesulitan. 3) Membuat suasana kelas menjadi lebih nyaman dan lebih hidup.



b. Pelaksanaan Setelah peneliti memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksaan tindakan siklus I, maka suasana pembelajaran sudah tampak mengena ke arah pembelajaran yang sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.



c. Evaluasi dan Observasi 1) Hasil Evaluasi Pada siklus kedua model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan mengalami peningkatan, hal tersebut berdampak pada perolehan skor hasil tes evaluasi pada tabel berikut.



26



Tabel 4. Daftar Skor Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27



Jenis kelamin L L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P L



Nama Maftuh Akmal M. Caesar Randika M. Rayhan M. Farland M. Hidayat Hengki Fahmi M. Aswar M. Ahnaf A.M. Fadel Deni Febria Ivva Saputra Risqi Saputra Riki Bin Nur Rosdiana Siti Nurhalisah Sri Marcella Indah Amelia Musdalifah Khaerunnisa Anjeli Reski Alda Dwi St. Nur aisyah Nurul A. Rahma Dwi D. M. Reza Alfarisky Rata-Rata



Skor Perolehan 75 70 80 80 85 85 65 70 65 85 70 70 50 50 70 70 100 60 85 85 85 90 80 64



Ket : - = tidak hadir pada saat evaluasi



27



Table 5. Distribusi Frekuensi Skor Evaluasi Siswa pada Siklus II Skor



Kategori



Frekuensi



Persentase (%)



85-100 65-84 55-64 35-54 0-34



Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah



8 12 3 4



29,6 44,4 11,1 14,9



27



100



Jumlah



Dari tes siklus II pada table 4 di atas tergambar bahwa dari 27 siswa kelas IV SD Negeri Jongaya, 7 siswa atau 26 % belum mencapai batas ketuntasan dikarenakan sebagaian siswa tidak hadir pada saat evaluasi pembelajaran, sedang yang mencapai batas tuntas yaitu 20 siswa atau 74%, nilai rata-rata seluruh siswa yaitu 64% sehingga dikategorikan sedang. 2) Hasil Observasi Seperti pada siklus I, pada siklus II ini juga dilakukan pengamatan aktifitas siswa pada lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi aktifitas belajar pada siklus II ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Proses Pembelajaran pada Siklus II Pertemuan No. 1. 2. 3. 4. 5.



Komponen Yang Diamati Siswa yang hadir saat pembelajaran. Siswa yang memperhatikan pembahasan materi. Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal Siswa yang mengerjakan soal latihan. Siswa yang membutuhkan



I



II



III



20



22



22



18



20



20



6



8



11



20



22



22



4



3



3



28



IV



Persentase % 79,01



E V A L U A S I



71,60 30,86 79,01



S I K



12,34



L U S



bimbingan.



6.



Siswa yang melakukan kegiatan yang lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.



2



2



2



2



7,40



Dari tabel 6, diperoleh bahwa dari 27 siswa kelas IV SD Negeri Jongaya frekuensi kehadiran siswa menurun menjadi 79,01%. Siswa yang memerhatikan pembahasan materi menurun menjadi 71,60%, yang mengajukan diri pada saat pembahasan contoh soal meningkat menjadi 30,86%, siswa yang mengerjakan soal latihan menurun menjadi 79,01%, dan siswa yang membutuhkan bimbingan 12,34%, sedangkan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran menurun menjadi 7,40%. B. Refleksi Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini adalah: 1) Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa mampu membangun kerja sama serta memotivasi dirinya untuk memahami tugas yang diberikan oleh peneliti, siswa mulai berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. 2) Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar didukung oleh meningkatnaya aktifitas peneliti dan guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajararan yang mengarah



pada



pembelajaran



melalui



penerapan



model



pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti intensif membimbing saat siswa mengalami kesuilitan dan ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan. 3. Siklus Ketiga Seperti pada siklus I dan siklus II ini juga terdiri dari perencanaan, pelaksanaaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.



29



a.



Perencanaan Perencanaan pada siklus III didasarkan perencanaan pada siklus I dan II dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I yaitu: 1) Memberikan motivasi yang lebih lagi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran serta melakukan apersepsi kepada tiaptiap siswa 2) Lebih intensif lagi dalam membimbing dan memerhatikan siswa yang mengalami kesulitan. 3) Membuat suasana kelas yang efektif dan efisien lagi dalam mencipatakan suasana yang kondusif dalam menciptakan proses belajar mengajar. 4) Memberikan pengakuan dan penghargaan 5)



Membuat perangkat pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih mudah dipahami oleh siswa.



b. Pelaksanaan Setelah peneliti memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksaan tindakan siklus I dan siklus II, maka suasana pembelajaran sudah sangat tampak mengena ke arah pembelajaran yang sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tugas yang diberikan peneliti kepada siswa mampu dikerjakan siswa dengan baik, siswa menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi. c.



Evaluasi dan Observasi 1) Hasil Evaluasi Pada siklus ketiga model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan mengalami peningkatan, hal tersebut berdampak pada perolehan skor hasil tes evaluasi pada tabel berikut.



30



Tabel 7. Daftar Skor Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27



Jenis kelamin L L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P L



Nama Maftuh Akmal M. Caesar Randika M. Rayhan M. Farland M. Hidayat Hengki Fahmi M. Aswar M. Ahnaf A.M. Fadel Deni Febria Ivva Saputra Risqi Saputra Riki Bin Nur Rosdiana Siti Nurhalisah Sri Marcella Indah Amelia Musdalifah Khaerunnisa Anjeli Reski Alda Dwi St. Nur aisyah Nurul A. Rahma Dwi D. M. Reza Alfarisky Rata-Rata



Skor Perolehan 81 81 87 93 100 93 93 73 93 93 81 75 68 68 93 81 100 71 68 93 81 100 91 93 93 93 81,89



Ket : - = tidak hadir pada saat evaluasi



31



Table 8. Distribusi Frekuensi Skor Evaluasi Siswa pada Siklus III Skor



Kategori



Frekuensi



Persentase (%)



85-100 65-84 55-64 35-54 0-34



Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah



16 10 1



59,25 37,03, 3,72



27



100



Jumlah



Dari tes siklus III pada table 8 di atas tergambar bahwa dari 27 siswa kelas IV SD Negeri Jongaya, hampir seluruh siswa sudah mencapau batas ketuntasan dengan kritteria 10 orang mendapat nilai yang tinggi dengan persentasi 40,75% dan 16 orang mendapat nilain yang sangat tinggi dengan persentasi 59,25%, dan hanya 1 orang yang mendapat nilai 0 dikarenakan tidak hadir pada saat proses belajar mengajar dengan persentasi 3,72% nilai rata-rata seluruh siswa yaitu 81,89% sehingga dikategorikan tinggi. 2) Hasil Observasi Seperti pada siklus I, dan siklus II, di siklus ke III ini juga dilakukan pengamatan aktifitas siswa pada lembar observasi untuk mencatat kejadiankejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi aktifitas belajar pada siklus III ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Proses Pembelajaran pada Siklus III Pertemuan No. 1. 2. 3.



Komponen Yang Diamati Siswa yang hadir saat pembelajaran. Siswa yang memperhatikan pembahasan materi. Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal



I



II



III



24



25



26



22



23



26



12



15



20



32



IV



Persentase % 92,58



E V A L U A S I



87,65 58,02



4. 5.



6.



Siswa yang mengerjakan soal latihan. Siswa yang membutuhkan bimbingan. Siswa yang melakukan kegiatan yang lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.



25



25



26



3



2



2



3



2



0



93,82 S I K L U S



3



8,63



6,17



Dari tabel 9, diperoleh bahwa dari 27 siswa kelas IV SD Negeri Jongaya frekuensi kehadiran siswa meningkat menjadi 92,58%. Siswa yang memerhatikan pembahasan materi meningkat menjadi 87,65%, yang mengajukan diri pada saat pembahasan contoh soal meningkat menjadi 58,02%, siswa yang mengerjakan soal latihan meningkat menjadi 93,82%, dan siswa yang membutuhkan bimbingan 8,63%, sedangkan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran menurun menjadi 6,17%. C. Refleksi Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini adalah: 3) Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa mampu membangun kerja sama serta memotivasi dirinya untuk memahami tugas yang diberikan oleh peneliti, siswa mulai berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. 4) Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar didukung oleh meningkatnaya aktifitas peneliti dan guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajararan yang mengarah



pada



pembelajaran



melalui



penerapan



model



pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti intensif membimbing saat siswa mengalami kesuilitan dan ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan.



33



B. Pembahasan 1. Analisis Hasil Evaluasi Tabel 10. Perbandingan Hasil Evaluasi pada Siklus I, II dan III. Ketuntasan



Nilai Perolehan Siswa (n=39) Siklus Maks.



Min.



Mean



Tuntas



Tidak Tuntas



I



100



0



63,3



13



14



II



100



0



64



20



7



III



100



0



81,89



26



1



Tabel 10 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan yakni dari 63,3%, 64% dan menjadi 81,89%. Begitu pula ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. 2. Analisis Hasil Observasi Data aktifitas siswa pada siklus I, II dan III diperoleh melalui hasil observasi selama pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan. Adapun perbandingan deskripsi aktivitas siswa pada siklus I, II dan III dapat dilihat pada tabel berikut.



Tabel 11 Perbandingan Aktivitas Proses Pembelajaran Siswa Pada Siklus I, II dan III. Persentase(%) No. 1. 2. 3. 4.



Komponen Yang Direspon



Siswa yang hadir saat pembelajaran. Siswa yang memperhatikan pembahasan materi. Siswa yang aktif pada saat pembahasan contoh soal Siswa yang mengerjakan soal latihan.



34



Siklus I



Siklus II



Siklus III



90,03



79,01



92,58



76,54



71,60



87,65



20,98



30,86



58,02



90,03



79,01



93,82



5.



Siswa yang membutuhkan bimbingan.



19,74



12,34



8,63



6.



Siswa yang melakukan kegiatan yang lain yang tidak relevan dengan pembelajaran.



20,36



7,40



6,17



Berdasarkan tabel 11 di atas maka dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa aktivitas siswa yang mengalami peningkatan seperti kehadiran siswa, siswa yang memperhatikan pembahasan materi, siswa yang bertanya dan siswa yang mengerjakan soal latihan. Sedangkan siswa yang membutuhkan bimbingan dan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan.



35



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



A.



Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.



Peranan



pembelajaran



kooperatif



dengan



tipe



STAD



dapat



meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar. 2.



Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III.



3.



Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan karena murid sudah mulai terbiasa belajar kelompok.



4.



Penguasaan murid terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan hasil rata-rata ulangan harian



B.



Saran Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan bebarapa hal yaitu : a. Agar para guru di SD Negeri Jongaya selalu termotivasi untuk memacu diri dan terus menggunakan metode pembelajaran yang efektif, sesuai dan serasi dengan bidang studi yang diajarkan baik itu secara individu maupun organisasi.



36



b. Agar pihak sekolah jangan pernah merasa puas dengan prestasi mendidik yang bagus tetapi harus selalu introspeksi diri dan mencari tahu dimana letak kekurangan dan kelebihan demi membantu dan mengawal program Pendidikan Nasional. c. Kepada pembaca yang budiman supaya dapat membuat penelitian yang lebih bagus dari sekarang dan juga dengan hasil penelitian ini dapat membantu para peneliti selanjutnya untuk berpacu mencari hal-hal yang baru untuk diteliti dan untuk pengembangan diri pribadi, kelompok untuk masa yang akan datang.



37



DAFTAR PUSTAKA



A.M, Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta; Rajawali Ekspress. Arief Tiro, Muhammad. 2007. Dasar-dasar Statistika. Makassar; State University of Makassar Press. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Cet. XI. Jakarta; PT. Rineka Cipta. Dimyati Dan Mudjiono 1999; Belajar dan Pembelajaran .Rineka Cipta :Jakarta. Djamarah, S. B. dan Zaim A. 2002; Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta Jakarta Muslimin, Uses dan Usman 2000; Menjadi Guru Profesional Edisi Kedua PT. Rewaja Rosdakerja Bandung. Sanjaya, Wina. 2007; Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Samad, Sulaiman. Dkk. 2008. Profesi Keguruan. Makassar; FIP-UNM. Sudjana, Nana. 1998. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung; Sinar Baru. Sudjana, Nana. 200 4. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru-Algesindo. (http://sdnkacok02.sch.id/belajar-bahasa-indonesia-di-sekolah-dasar,



pukul 11.24, 28 september 2013)



38



diakses