12 0 433 KB
LAPORAN PBL SISTEM GERIATRI DAN TUMBUH KEMBANG
INKONTINENSIA
OLEH : KELOMPOK 14
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
SKENARIO
:
Laki-laki 79 tahun, selalu BAK sedikit-sedikit. Namun, walaupun buang air kecilnya berlangsung lama, tetapi selesai buang air kecil, ia merasa tidak puassejak 5 hari yang lalu. Berjalan tidak stabil karena kelumpuhan pada lututnya yang sering sakit dan bengkak. Menurut keluarganya, setahun terakhir ini, pembawaan bapak ini marah dan sering lupa apa yang dikerjakannya. Sejak 7 tahun terakhir, beliau mengonsumsi obat DM, TD, jantung, dan rematik. Tiga tahun yang lalu pernah mendapatkan stroke.
KATA SULIT
:
KATA KUNCI
:
-
Laki-laki 79 tahun BAK sedikit-sedikit, lama, dan tidak puas 5 hari yang lalu BAK Jalan tidak stabil Lutut sakit dan bengkak Marah-marah dan sering lupa Mengonsumsi obat-obatan kencing manis, TD tinggi, jantung, dan rematik
DAFTAR PERTANYAAN
:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Definisi Inkontinensia Urin Proses pengaturan diuresis normal Perubahan anatomi dan fisiologi sistem urologi pada pasien geriatri Proses terjadinya inkontinensia dan penyebabnya? Apa saja tipe-tipe inkontinensia urin? Apa saja anamnesis dan pemfis yang harus dilakukan dalam penegakan diagnosis inkontinensia urin? 7. Bagaimana Tata laksana dari inkontinensia urin? JAWABAN
:
1. Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin atau feses tanpa disadari, dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial. 2. Proses pengaturan diuresis normal Proses diuresis yang normal adalah suatu proses yang dinamik yang secara fisiologik berlangsung dibawah kontrol dan koordinasi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi di
daerah sacrum. Saat pengisian kandung kemih, tekanan didalamnya tetap rendah (dibawah 15 mmH2O). sensasi pertama ingin berkemih biasanya timbul pada saat volume kandung kemih mencapai antara 150-350ml. kapasitas kandung kemih normal bervariasi sekitar 300-600ml. umumnya kandung kemih dapat menampung urin sampai kurang 500ml tanpa terjadi kebocoran. 3. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem urologi pada pasien geriatri a. Kandung kemih : Peningkatan fibrosis dan kolagen. Fungsi kontraktil otot tdk efektif. Mudah terbentuk trabekulasi hingga divertikula. Fungsi saraf otonom menurun. b. Uretra : Deposit kolagen meningkat sdgkan komponen seluler, tekanan akhiran keluar dan tekanan penutupan menurun akibat atrofi mukosa, perubahan vaskularisasi submukosa dan penipisan lapisan otot uretra c. Pd laki-laki testis mengecil, prostat membesar atau hiperplasia. d. Otot-otot dasar panggul melemah, deposit kolagen meningkat. 4. Proses terjadinya inkontinensia dan penyebabnya Penyebab terjadinya inkontinensia: a. Kelainan urologik: misalnya radang, batu, tumor, divertikel b. Kelainan neurologik: misalnya stroke, trauma pada medula spinalis, demensia, dan lain-lain c. Lain-lain: misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai/jauh dan sebagainya. 5. Tipe-tipe inkontinensia a. Inkontinensia terjadi secara akut, yang biasanya reversibel. Inkontinensia yang secara akut ini, terjadi secara mendadak, biasanya berkaitan dengan sakit yang sedang diderita atau masalah obat-obatan yang digunakan (iatrogenik). Inkontinensia akan membaik, bila penyakit akut yang diderita sembuh atau obat penyebab dihentikan. Dapat memanfaatkan akronim DRIP/DIAPPERS. Delirium: kesadaran yang menurun berpengaruh pada tanggapan rangsang berkemih, serta mengetahui tempat berkemih. Delirium merupakan penyebab utama dari inkontinensia bagi mereka yang dirawat di rumah sakit, bila delirium membaik, inkontinensia pulih juga. Infeksi: infeksi saluran kemih sering berakibat inkontinensia, tidak demikian dengan bakteriuria yang asimtomatik.
Atropik Vaginitis dan atropik urethritis: pada umumnya AV akan disertai AU dan keadaan ini menyebabkan inkontinensia pada wanita. Biasanya ada respon yang baik dengan sediaan estrogen oral setelah beberapa bulan pemakaian. Penggunaan topikal kurang nyaman dan lebih mahal. Pharmaceuticals: obat-obatan merupakan salah satu penyebab utama dari inkontinensia yang sementara, misalnya diuretika, antikolinergik, psikotropik, analgesik opioid, alfa bloker pada wanita, alfa agonis pada pria, dan penghambat kalsium. Physiologic factors: depresi berat dengan retardasi psikomotor dapat menurunkan kemampuan atau motivasi untuk mencapai tempat berkemih. Ecess urine output: pengeluaran urin berlebihan dapat melampui kemampuan orang usia lanjut mencapai kamar kecil. Selain obat-obatan diuretika, penyebab lain yang sering misalnya pengobatan gagal jantung, gangguan metabolik seperti hiperglikemia ataupun terlalu banyak minum. Restricted mobility: hambatan mobilitas untuk mencapai tempat berkemih. Bila mobilitas belum dapat ditingkatkan, penyediaan urinal atau komodo, dapat memperbaiki inkontinensia. Stool impaction: impaksi feses juga merupakan penyebab yang sering dari inkontinensia pada mereka yang dirawat atau immobil. Bila obstipasi diatasi, akan memulihkan inkontinensia lagi. b. Inkontinensia yang menetap/kronik/persisten, tidak berkaitan dengan penyakitpenyakit akut maupun obat-obatan, dan inkontinensia ini berlangsung lama. - Tipe Urgensi: aktifitas otot detrusor berlebihan menyebabkan kontraksi yang tidak terkendali dari kandung kemih dan berakibat keluarnya urin. Keadaan ini merupakan penyebab utama dari inkontinensia urin pada lanjut usia. - Tipe Overflow/Luapan: paling jarang dijumpai. Dapat idiopatik, atau akibat gangguan persyarafan sacrum (neurogenic bladder). Bila mengakibatkan inkontinensia, ditandai dengan sering berkemih, lebih sering pada malam hari, jumlah urin sedikit-sedikit. - Tipe Stress: penyebab utama kedua setelah aktifitas detrusor yang berlebihan, terutama pada wanita lanjut usia. Inkontinensia ini ditandai dengan kebocoran urin pada saat aktifitas. Urin dapat keluar saat tertawa, bersin, batuk, atau mengangkat benda berat. Keluarnya urin lebih mencolok pada siang hari. - Obstruksi Urethra: pembesaran kelenjar prostat, striktura urethra, kanker prostat adalah penyebab yang biasa didapatkan dari inkontinensia pada pria lanjut usia. Dapat tampak urin menetes setelah berkemih. 6. Anamnesis dan pemfis yang harus dilakukan dalam penegakan diagnosis inkontinensia urin a. Anemnesis
Identitas Pasien Keluhan Utama Anamnesa Terpimpin Anamnesa Sistematis Riwayat Penyakit sebelumnya, kebiasaan hidup, obat-obatan, operasi sebelumnya, bowel habit b. Pemeriksaan Fisis Tanda vital Abdominal : tumor, buli-buli teraba/tidak RT & VT : menentukan kekuatan tonus sphincter dan otot-otot dasar panggul Pemeriksaan neurologis : Reflex ani, Reflex bulbocavernosis, keadaan col.vertebralis, APR-KPR Pemeriksaan meatus urethra sementara batuk/ mengedan wkt buli-buli sementara penuh (Cough stress test) Urine sisa 7. Tatalaksana dari Inkontinensia urin a. Konservatif Merubah pola hidup : mengatur waktu-waktu kencing Mengatur makanan/minuman Memperkuat otot-otot dasar panggul kontraksikan sphincter ani berulangulang (Kegel’s exercise) Electric stimulation Vaginal cones (20-70 gr) Latihan buli-buli terutama overflow incontinence Pada inkontinensia sementara terapi ditunjukkan kepada penyakit yang mendasarinya mis.: krn infeksi Diberi antibiotika disamping latihan diatas b. Medikamentosa Pada yang stres inkontinensia α1 adrenoceptor agonist merangsang kontraksi pada bladder neck dan urethra, Oestrogen memperkuat otot-otot urethra, sphincter dan otot dasar panggul ♀ , Serotonin Pada urge inkontinensia Antimuscarenic agent :Menghambat kontraksi abnormal buli-buli , Meningkatkan kapasitas buli-buli Sementara pengobatan konservatif dapat memakai pempers maupun kateter c. Pembedahan
PEMBAHASAN LEBIH LANJUT MENGENAI SKENARIO
IU Stroke Faktor predisposisi
Tipe” IU
Demensia
Akut
Iatrogenik (DM, TD, jantung, rematik)
Kemungkinan Kronik
BPH (IU overflow)
Hubungan skenario IU dengan faktor predisposisi : a. Stroke Stroke menyebabkan paralysis dan mengakibatkan otot detrusor dari vesica urinaria mengalami kelemahan sehingga terjadilah inkontinensia urin. b. Demensia Pada stadium terminal dari demensia, pasien dapat menjadi ibarat “cangkang kosong” dalam diri mereka sendiri, pasien mengalami, disorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinensia urin
Tipe IU akut karena iatrogenik : Obat-obatan hipertensi seperti Calcium Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesic narcotic, psikotropik, antikolinergik dan diuretic dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia urin. Maka dari itu, tindakan pertama pada kasus ini yang harus dilakukan adalah menyingkirkan IU akut sebab iatrogenik dengan mengurangi konsumsi obat-obatan. Tipe IU kronik karena BPH/Ca Prostat Kemunginan Tipe IU kronik karena BPH/Ca Prostat. Pembesaran Prostat Jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah suatu pembesaran prostat yang disebabkan bertambahnya struktur kelenjar dan jaringan ikat dan ini menyebabkan obstruksi saluran kemih bagian bawah. Gejala klinis yang timbul berupa LUTS ( Lover Urinary Tract Symtoms ) yaitu : 1. Iritatif
Nochturia, kencing malam hari > 1x Frekuensi, kencing > 8x Urgency rasa terdesak ingin kencing
2. Obstructive
Pancaran kencing lemah Harus mengedan saat kencing Rasa tidak lampias setelah kencing Harus menunggu bila ingin kencing
Pemeriksaan yang akan dilakukan untuk mendiagnosis penyakit prostat adalah :
Riwayat penyakit, dokter akan menilai ringan beratnya penyakit dengan menggunakan scoring. Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai perkiraan besarnya prostat dan deteksi dini adanya kanker prostat. Transrectal Ultrasound, mengukur volume prostat secara lebih akurat, dan melihat adanya tanda-tanda kanker prostat. Uroflowmetry, pemeriksaan pancaran kencing untuk melihat sampai sejauh mana sumbatan saluran kemih akibat pembesaran prostat.
Tata laksana dalam menangani BPH bisa dalam bentuk konservatif (obat-obatan) maupun bedah. Jika sudah timbul penyulit ataupun komplikasi, akan lebih baik tata laksana bedah yang dilakukan.
SUMBER : 1. Slide inkontinensia urin pada usia lanjut, Prof. dr. Achmad M. Palinrungi, Sp.B, Sp.U 2. Buku ajar geriatri 3. http://www.rumahsakitmitrakemayoran.com/pembesaran-prostat-jinak-langkah-penangananyang-tepat/ 4. dll