Laporan Pendahuluan BATU GINJAL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN (BATU GINJAL)



A. Pengertian Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinstik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, dan pekerjaan. Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium oslat yang mencapai 80%. Nefroliatisi berdasarkan komposisianya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xantin, batu triameteren, dan batu silikat. Pembentukan batu ginjal pada umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi. Namun pada urin normal, diperlukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada pervikalises, hiperplasia prostat benigna, strikura, dan buli buluneurogenik ikut berperan dalam proses pembentukan batu.



B. Etiologi Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya batu ginjal yang dapat dipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-obatan. a. Hiperkalsuria Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan penyerapan kalsium usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal dan peningkatan mobilisasi dari tulang. b. Hiperurikosuria Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan fisikokimia batu kalsium terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan monosodium koloid kristalisasi kalsium oksalat yang diinduksi oleh urat. c. Hipositraturia Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum. Rendahnya ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis. Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah keseimbangan asam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran penghambatan sitrat juga melibatkan pembentukan larutan kompleks dan pengurangan kejenuhan. d. Hiperoksaluria Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat pada kemih (merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium). Disebabkan oleh produksi oksalat yang berlebih akibat dari gangguan metabolisme, peningkatan penyerapan oksalat usus, peningkatan asupan makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang sangat asam (pH 5.5) dan urin yang sangat basa



(pH 6.7) dapat mempengaruhi pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam maka urin menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi kalsium oksalat. Sedangkan urin yang sangat alkalin dapat meningkatkan monohidrogen fosfat yang dalam kombinasi dengan kalsium berubah menjadi termodinamika brusit yang tidak stabil dan akhirnya terbentuk hidroksiapatit.



C. Manifestasi klinik Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu : a. Nyeri Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi. c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena batu. d. Demam e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya. f. Tubuh mengalami pembengkakan Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh akandipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki,wajah dan atau tangan. g. Tubuh cepat lelah / kelelahan h. Bau Mulut / ammonia breath i. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah



D. Patofisiologi



Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, poineprosis, urosepsis, dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). 75% dari batu ginjal adalah batu kalsum. 60% tersusun dari kalsium okslat, 20% dari campuran kalsium okslat dan hydroxyapatie, 10% dari asam urat dan struvite (magnesium ammonium fosfat) dan 2% adalah batu brushite. Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.



b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut. c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan menyebabkan terjadinya pengendapan. Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam mekanisme. Supersaturasi yang berlebihan adalah penyebab terbentuknya batu asam urat atau batu sistin, sementara batu infeksi disebabkan oleh metabolism bakteri. Sementara batu yang paling sering, yaitu batu yang mengandung kalsium, masih belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya. Terbentuk atau tidaknya batu juga ditentukan oleh adanya keseimbangan antra zat pembentukan batu dan inhibitor. Beberapa inhibitor batu antara lain ion magnesium yang dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan okslat, membentuk garam magnesium okslat sehingga jumlah okslat yang akan berikatan dengan kalsium akan menurun.



E. Pathway



Sumber : pathway-batu-ginjalpdf.html F. Penatalaksanaan a. Medikamentosa Ditujukan untuk batu yang ukurannyakurang dari 5 mm, karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapiyang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliranurine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapatmendorong batu keluar dari saluran kemih.



b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy) Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kalioleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batuureter proksimal, atau batu bulibuli tanpa melalui tindakan invasif dantanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmenfragmen kecilsehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolikdan hematuria. c. Endourologi Tindakan invasif minimal untukmengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dankemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yangdimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkanmelalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakaienergi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.Beberapa tindakan endourologi yaitu :  PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy) Usahamengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan caramemasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi padakulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulumenjadi fragmenfragmen kecil.  Litotripsi Memecah batu buli-buli atau batu uretra denganmemasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batudikeluarkan dengan evakuator Ellik.  Ureteroskopi atau ureto-renoskopi Memasukkan alatutereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecahmelalui tuntutan uteroskopi/uterorenoskopi ini.  Ektraksi dormia Mengeluarkan batu ureter denganmenjaringnya melalui alat keranjang Dormia. d. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saatini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batuureter. e. Bedah terbuka Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi ataunefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, danureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harusmenjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karenaginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), kortekssudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu salurankemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.



G. Pemeriksaan Penunjang



a. Foto polos abdomen Bertujuan untuk melihatkemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batubatu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan palingsering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen). b. Pielografi Intra Vena (IVU) Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal.Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batunon opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVUbelum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaanpielografi retrograde. c. Ultrasonografi (USG) USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaanIVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjalyang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USGdapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkansebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutanginjal. Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium,pH, dan volume total merupakan bagian dari upaya diagnostic.Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalamkeluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskanterbentuknya batu pada pasien.



H. Pengkajian a. Keluhhan utama Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang menyebar ke paha dan genetelia. Yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh oasien itu sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi b. Riwayat kesehatan lalu Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita penyakit infeksi salurankemih. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan penggunaan berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. c. Riwayat kesehatan keluarga Tidak adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat ginjal. d. Riwayat kesehatan sekarang Tidak bisa BAK (produksi sedikit), sering BAK pada malam hari, kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.



I. Pengkajian fisik a. Keadaan umum : klien tampak sakit sedang, nyeri dibagian punggung bawah hingga pangkal paha dan gangguan dalam berkomunikasi. b. Kesadaran : apatis  Eye : 3  Verbal : 4



 Motorik : 5 c. Tanda-tanda vital :  Nadi : 60-100 x/menit  Respirasi : 16-20x/menit  Suhu tubuh : 37 derajat c  Tekanan darah : 100-120 / 10-80 mmHg d. Pemeriksaan fisik head to toe 1) Kepala Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik, warna rambut hitam 2) Mata Inspeksi : strabismus, konjungtiva tidak anemis 3) Telinga Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen, tidak ada lesi. 4) Hidung Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi. 5) Mulut Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi, terkadang timbul stomatitis. 6) Leher Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjat tiroid dan vena jugularis. 7) Dada Ispeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris saat inspirasi dan ekspirasi. Perkusi : suara resonan. Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing 8) Abdomen Inspeksi : tidak ada lesi Auskultasi : terdengar bising usus Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi timpani. Palpasi : sedikit mengertas dan adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah 9) Ekstremitas atas Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM baik. 10) Ekstremitas bawah Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM aktif. 11) Genetalia Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik.



I.



Diagnosis dan intervensi keperawatan a. b. c. d.



Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih Perunahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena baru Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, terjadi peradangan (inflamasi)



J. Rencana asuhan keperawatan no 1



Diagnosa keperawatan Kriteria hasil/tujuan Nyeri akut a. Tujuan = Setelah dilakukan -Berhubungan dengan tindakan selama 3 x 24 jam peningkatan kontraksi maka nyeri hilang, uriteral, trauma keseimbangan cairan jaringan, pembentukan dipertahankan. edema, ischemia seluler b. Kriteria hasil = pasien bebas dari rasa nyeri pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.



intervensi 1. Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran 2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke perawat terkait perubahan karakteristik nyeri 3. Berikan tindakan nyaman 4. Berikan obat sesuai indikasi : :contoh meperidin (demerol) dan morfin. 5. Berikan kompres hangat 1. Awasi output dan input karakteristik urin. 2. Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi 3. Dorong peningkatan pemasukan cairan 4. Awasi pemeriksaan LAB (elektrolit, BUN, kretainin) 5. Ambil urin untuk culture dan sensifitas



2



Gangguan eliminasi urin a. Tujuan = setelah 3 x 24 jam -Berhubungan dengan mka pasien mampu stimulasi kandung berkemih dengan normal kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, b. Kriteria hasil = pola obstruksi mekanin, eliminasi urine dan output inflamasi. dalam batas normal, tidak menunjukkan adanya tanda-tanda onstruksi (tidak ada rasa sakit saat berkemih), pengeluaran urin lancar.



3



Risiko kekurangan a. Tujuan = setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan dan volume cairan tindakan 1 x 24 jam maka pengeluaran -Berhubungan dengan pasien mempertahankan 2. Catat insiden muntah, mual dan muntah keseimbangan cairan diare. Perhatikan adekuat karakeristik diare dan muntah b. Kriteria hasil = membrane 3. Tindakan pemasukan



rasional 1. Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus 2. Pemberian analgesic sessuai waktu 3. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot 4. Diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental 5. Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan reflex spasme



1. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi (infeksi dan pendarahan) 2. Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan sensasi segera 3. Peningkatan hidrasi membilas bakteri 4. Peninggian BUN, kretinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal 5. Menentukan adanya ISK, yang menjadi penyebab komplikasi 1. Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu evaluasi adanya kerusakan 2. Mual muntah dan diare secara umum



mukosa lembab, turgor kulit baik, berat badan normal



cairan 3-4 L/hari dalam toleransi jantung 4. Jika perlu, berikan obat anti enemik



berhubungan dengan kolok ginjal 3. Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis juga tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu keluar 4. Indikator hidrasi atau volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.