10 0 402 KB
LAPORAN PENDAHULUAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) A. DEFINISI Prosat adalah jaringan fibromuskular dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior dari kandung kencing. Berat prostat normalnya ±20 gr. BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Haryono, 2013) BPH adalah kelenjar prostat yang mengalami pembesaran yang menyebabkan kompresi pada uretra yang menyebabkan obstruksi urinarius yang nyata (Kowalak, Welsh & Mayer, 2012) B. ETIOLOGI Menurut Kowalak, Welsh & Mayer (2012), Penyebab utama BPH dapat berupa perubahan aktivitas hormone yang berhubungan usi. Produksi hormone androgen menurun seiring pertambahan usia sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar androgen serta estrogen dan kadar dehidrotestosteron yang tinggi. Dehidrotestosteron merupakan hormone androgen intrasel prostat yang utama. Penyebab lain meliputi: 1. Arterisklerosis 2. Inflamasi 3. Gangguan metabolic atau nutrisi C. PATOFISIOLOGI BPH dimulai dengan perubahan nonmaligna dalam jaringan gladuler periuretral. Pertumbuhan nodul fibroadenomatosa (masa jaringan fibrosa glanduler) berlangsung secara progresif hingga terjadi kompresi pada kelenjar prostat normal yang masih tersisa (hyperplasia noduler). Jaringan yang hiperplastik itu kebanyakan merupakan jaringan kelenjar (glanduler) disertai sejumlah stroma fibrosa dan otot polos. Ketika prostat membesar, kelenjar ini dapat meluas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine dengan menimbulkan kompresi atau distorsi pada uretra pars prostatika. Pada keadaan ini terjadi peningkatan secara periodik
stimulasi saraf simpatik otot
polos pada uretra parsprostatika dan leher kandung kemih. Distensi kandung
kemih
yang berlangsung secara progresif dapat menimbulkan pembentukan
diverticulum di dinding kandung kemih yang akan menyimpan urine ketika bagian kandung kemih yang lain mengosongkan isinya. Urine yang tersimpan dapat menyebabkan pembentukan batu atau sistitis (Kowalak, Welsh & Mayer, 2012). D. TANDA DAN GEJALA Menurut Kowalak, Welsh & Mayer (2012), tanda dan gejala Benigna Prostat Hiperplasia adalah : 1. Penurunan caliber pancaran urine dan kekuatannya 2. Buang air kecil yang tersendat-sendat (hesitancy) 3. Kesulitan memulai BAK (yang membuat pasien mengejan, merasa buang air kecilnya tidak tuntas dan mengeluarkan air seni dengan pancaran yang terputus-putus). Dengan semakin bertambahnya obstruksi, BPH menyebabkan 1. Buang air kecil yang sering di sertai nokturia 2. Rasa seperti ingin kencing (urgency) 3. Buang air kecil yang menetes 4. Retensi urine 5. Inkontinensia 6. Kemungkinan hematuria E. ANATOMI DAN FISIOLOGI Kelenjar prostat terletak tepat dibawah buli-buli dan mengitari uretra. Bagian bawah kelenjar prostat menempel pada diafragma urogenital atau sering disebut otot dasar panggul (Bukhori, 2016). Kelenjar ini terdapat pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri, panjang 3cm, lebar 4 cm dan tebal kurang lebih 2,5cm beratnya sekitar 20gram (Bukhori, 2016). Prostat terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan stroma penyangga dan kapsul. Cairan yang dihasilkan kelenjar prostat bersama cairan dari vesika seminalis dan kelenjar cowper merupakan komponen terbesar dari seluruh cairan semen. Bahan-bahan yang terdapat dalam cairan semen sangat menunjang
dalam fertilitas, memberikan lingkungan yang nyaman dan nutrisi bagi spermatozoa serta proteksi terhadap invasi mikroba (Bukhori, 2016) F. PATOFISIOLOGI PENDEKATAN WEB CAUTION (Nurarif dan Kusuma, 2013) Hormone estrogen dan testosterone tidak seimbang
Faktor Usia
Sel prostat umur panjang
Prolikerasi abnormal strem
Sel stroma pertumbuhan berpacu
Sel yang mati kurang
Produksi stroma dan epitel berlebihan
Prostat membesar
Resiko perdarahan
Penyempitan lumen ureter prostatika
obstruksi
Retensi urin
Iritasi mukosa kandung kencing putusnya jaringan
Pemasangan DC
Rangsangan saraf eferen
Lokal
Kurangnya informasi terhadap pembedahan
Nyeri akut
Hidroureter Hidronefritis
Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
TURP
Cortex cerebri Gangguan eliminasi urin
Tempat masuknya organisme Resiko infeksi
Ansietas
G. DATA PENUNJANG Menurut Kowalak, Welsh & Mayer (2012) data penunjang untuk BPH yaitu: 1. Masa yang terlihat (vesibel) pada garis tengah abdomen diatas simfisis pubis (tanda ini menunjukan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap). 2. Pembesaran prostat yang teraba lewat pemeriksaan rectum (rektal toucher). 3. Urografi
ekskretori
untukmenyingkirkan
obstruksi
traktus
urinarius,
hidronefrosis, batu kemih atau tumor, dan gangguan pengisian serta pengosongan pada kandung kemih. 4. Pemeriksaan sistoskopi untuk menyingkirkan sebab sebab traktus urinarius yang lain (neoplasma, batu kemih). 5. Kenaikan kadar ureum dan kreatinin serum (menunjukan disfungsi renal) 6. Kenaikan kadar PSA (prostate specific antigen). 7. Urinalisis dan kultur urine yang memperlihatkan hematuria, piuria, dan dengan jumlah bakteri melebihi 100.000/uL 8. Sistouretroskopi untuk gejala berat memperlihatkan pembesaran prostat, perubahan dinding kandung kemih dan posisi kandung kemih lebih tinggi. H. PENATALAKSANAAN Menurut Kowalak, Welsh & Mayer (2012), Penatalaksanaan untuk penderita BPH yaitu: 1. Terapi Obat : Prazosin, doxazosin, alfluzosin, finasteride. 2. Pembedahan a. Reseksi transurethral atau TUR (Transuretral Resection) jika berat prostat kurang dari 56,7 gram jaringan prostat di angkat menggunakan jerat kawat (wire loop) dan arus listrik memakan resektroskop. b. Prostatektomi 1) Prostatektomi suprapubis Suatu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang dibuat dalam kandung kemih dan kelenjar prostat di angkat dari atas.
2) Prostatektomi perianal Mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. 3) Prostatektomi retropubik Adalah suatu tekhnik yang lebih umum disbanding pendekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. I. KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI 1. Definisi Eliminasi Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Ada istilah lain yang dapat kita pakai dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine yaitu miksi (berkemih). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi 2 langkah: a. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningakat diatas nilai ambang. b. Timbul refleks saraf yang di sebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jik ini gagal setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomic medulla spinalis, refleks ini juga ini bisa di hamabt atau di timbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak (Haryono, 2013). 2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perubahan
sistem
eliminasi
atau
perkemihan a. Usia: bayi atau anak kecil dengan usia 18-24 bulan tidak mampu mengontrol secara volunteer. Pada usia remaja dan dewasa sudah dapat mengontrol berkemih secara volunter. Dan pada usia lansia frekuensi berkemih meningkat diakibatkan menurunnya tonus otot dan daya tamping. b. Obat-obatan: diuretic mencegah reabsorpsi air dan elektrolot tertentu dan meningkatkan keluaran urin. Retensi urine dapat di sebabkan oleh beberpa pemakaian obat seperti atropine, Sudafed,dll.
c. Suhu: suhu rendah merangsang peningkatan frekuensi berkemih karena sekresi keringat oleh tubuh berkurang. d. Psikologis: ansietas meningkatkan frekuensi berkemih. e. Asupan nutrisi dan cairan: alkohol, kopi, teh, coklat dan cola mengandung cafein dapat meningkatkan produksi urine. Dan jumlah cairan yang masuk akan mempengaruhi haluaran urin. f. Kondisi penyakit g. Prosedur pembedahan: diakibatkan karena proses penyakit dan puasa pascaoperasi. h. Jenis kelamin: kapasitas kandung kemih wanita 400-500ml, sedangkan lakilaki 300-600ml dan frekuensi BAK wanita lebih sering di bandingkan lakilaki i. Kebiasan berkemih yang ditahan akan mempengaruhi kebutuhan eliminasi j. Tingkat aktivitas: semakin banyak seseorang beraktivitas kemampuan tonus otot semakin baik (Haryono, 2013). 3. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem perkemiham atau eliminasi Masalah yang sering terjadi pada kebutuhan eliminasi urin diantaranya retensi urin, inkontinensia urin, enuresis, perubahan pola urin (frekuensi, keinginan atau urgensi, poliurin, dan urin suppresion). Penyebab yang paling umum biasanya adalah obstruksi, pertumbuhan jaringan abnormal, adanya batu di saluran kemih, infeksi, dll (Haryono, 2013). J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Riwayat keperawatan Menurut Bukhori (2016), riwayat keperawatan yang harus dikaji: 1) Keluhan Utama : Keluhan utama yang biasanya muncul pada klien BPH pasca TURP adalah nyeri yang diakibatkan karena spasme bph. Pada saat mengkajai kaji faktor yang mempergawat atau meringankan nyeri, kualitas nyeri, intensitas nyeri, dan waku serangan atau time.
2) Riwayat penyakit sekarang: kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh BPH dikenal dengan Lower Urinary Tract Symptom (LUTS) antara lain : hesistensi, pancaran urin lemah, intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi. 3) Riwayat penyakit dahulu: adanya riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang perlu ditanyakan seperti DM, hipertensi, PPOM, PJK, dan gangguan faal darah. b. Pemeriksaan fisik (data fokus) Pada pengkajian, pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan tekananan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkt pada keadaan kesakitan pada retensi urine akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urine serta urosepsis sampai syok septik. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tekhnik bimanual untuk mengetahui hidronefrosis, dan pyeolinefrosis. Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urine. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididymitis. Rectal touché bertujuan menentukan konsistensi sistem persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat (Haryono, 2013). c. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan colok dubur 2. Pemeriksaan laboratorium: analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum dan kreatinin bila perlu dilakukan juga pemeriksaan PSA. 3. Pemeriksaan radiologi : foto polos abdomen, BNO-IVP, sistocopy. 4. USG (ultrasonografi): melihat konsistensi, volume, dan besar prostat (Kowalak, Welsh & Mayer, 2012).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut Nurarif dan Kusuma (2013) dan (Herdman & Kamitsuru, 2015) diagnosa yang mungkin muncul pada penderita BPH yaitu: a. Gangguan eliminasi urin b.d sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih: benigna prostat hyperplasia 1) Definisi: disfungsi eliminasi urine 2) Batasan karakteristik:
Dysuria
Nokturia
Dorongan berkemih
Retensi urin
Inkontinensia
Sering berkemih
Inkontinensia urine
3) Faktor yang berhubungan
Gangguan sensori motoric
Infeksi saluran kemih
Obstruksi anatomic
Penyebab multipel
b. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan sebagai efek sekunder dari prosedur pembedahan 1) Definisi: rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan 2) Faktor resiko:
Kurang pengetahuan
Prosedur invasive
untuk
Pertahanan tubuh primer tidak
menghindari
pajanan pathogen
Malnutrsi
Obesitas
Penyakit kronis (mis: DM)
adekuat
Pertahanan
tubuh
sekunder
tidak adekuat
Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat.
c. Nyeri akut b.d agent injury fisik (spasme kandung kemih) 1) Definisi: pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual dan potensial atau yang
diakibatkan karena kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi dan di prediksi. 2) Batasan karakteristik:
Bukti nyeri dengan skala nyeri
Diaphoresis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah nyeri (mata kurang bercahaya, Nampak kacau, gerakan mata berpencar, meringis)
Focus menyempit (missal, presepsi waktu, proses berpikir, interaksi dengan orang dan lingkungan)
Focus pada diri sendiri
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan standar instrument nyeri ( Mc Gill pain questionaire)
Laporan tentang prilaku nyeri
Mengekspresikan perilaku (gelisah, merengek, menangis, waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan TD, RR, nadi dan saturasi oksigen
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubahan selera makan
3) Faktor yang berhubungan:
Agens cedera biologis (mis infeksi, iskemia, neoplasma)
Agens cedera fisik (mis amputasi, abses, luka bakar, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebih)
Agens cedera kimiawi (mis luka bakar, kapsaisin, metilen klorida)
d. Ansietas 1) Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom. Perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
2) Batasan Karakteristik
Perilaku (agitasi, gelisah, gerakan ekstra, insomnia, kontak mata buruk, melihat sepintas, tampak waspada, perilaku mengintai)
Afektif (berfokus pada diri sendiri, distress, gelisah, gugup, kesedihan yang mendalam, ketakutan, menggemerutukan gigi, menyesal, putus asa, ragu, sangat khawatir)
Fisiologis (gemetar, peningkatan keringat, suara bergetar, tremor, wajah tegang)
Simpatis (anoreksia, diare, dilatasi pupil eksitasi kardiovaskuler, gangguan pernafasan, jantung berdebar, lemah, mulut kering, TTV meningkat, wajah memerah)
Parasimpatis (diare, sering berkemih, gangguan tidur, kesemutan, letih, mual, nyeri abdomen, penurunan denyut nadi dan TD, pusing)
Kognitif (bloking, menyalahkan orang lain, gangguan konsentrasi, gangguan perhatian, lupa, melamun, penurunan pola pikir)
3) Faktor yang behubungan
Ancaman kematian
Penularan interpersonal
Hubungan
Penyalahgunaan zat
interpersonal
Perubahan
besar
(status
Konflik nilai
ekonomi,
Konfil tentang tujuan
kesehatan, fungsi peran, status
hidup
peran)
Krisis maturasi
Krisis situasi
Pajanan pada toksin
Riwayat
lingkungan,
keluarga
tentang
ansietas
Stressor
e. Distress spiritual b.d nyeri 1) Definisi: suatu keadaan menderita yang berhbungan dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri sendiri dunia atau kekuatan yang tinggi.
2) Batasan karakteristik
Ansietas
Menanyakan makna hidup
Insomnia
Takut
Letih
Menanyakan makna penderitaan
Menangis
3) Faktor yang berhubungan
Ancaman kematian
Nyeri
Gangguan
Peningkatan
sosialkultural
Kehilangan
pada orang lain bagian
tubuh
ketergantungan
Program pengobatan
Sakit
Kejadian hidup tak terduga
3. PERENCANAAN Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan Kolaborasi
Gangguan eliminasi urin Batasan karakteristik:
Dysuria
Dorongan berkemih
Inkontinensia
Inkontinensia urine
Nokturia
Retensi urin
Sering berkemih
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC
NIC
Urinary elimination
Urinary contiunence
Gangguan
motoric
Infeksi saluran kemih
Obstruksi anatomic
Kandung
Penyebab multipel
(output
kemih
penilaian
urin,
pola
kosong secara penuh
berkemih,
Tidak ada residu urine
kencing praeksisten)
kemih
yang
fungsi
berkemih, kognitif,
fungsi
masalah
Memantau penggunaan obat dengan
Intake cairan dalam
sifat antikoligernik atau property alpha
rentang normal
agonis
Bebas dari ISK
Tidak
ada
Balance seimbang
Memonitor efek dari obat resepken
spasme
seperti
calcium
yang di channel
blockers dan antikolinergik
bladder
Lakukan
komprehesif berfokus pada inkontinensia
> 100-200 cc
sensori
Kriteria hasil
Faktor yang berhubungan
Urinary Retention Care
cairan
Menyediakan penghapusan privasi
Gunakan
kekuatan
sugesti
dengan
menjalankan air atau disiram toilet
Gunakan double void teknik
Masukan kateter kemih yang sesuai
Anjurkan
pasien/
keluarga
mencatat
output urine
Risiko infeksi
NOC :
Faktor-faktor risiko :
❖ Knowledge
- Prosedur Infasif
control
jaringan
peningkatan
dan paparan
- Malnutrisi paparan
- Imonusupresi pertahanan
(penurunan
Hb,
Leukopenia, penekanan respon
- Penyakit kronik
kulit,
trauma
jaringan, gangguan peristaltik)
● Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
● Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
untuk mencegah timbulnya
● Tingkatkan intake nutrisi
infeksi
● Berikan terapi antibiotik:................................. leukosit
dalam
❖ Status
● Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
perilaku
● Pertahankan teknik isolasi k/p ● Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
hidup sehat
- Pertahan primer tidak adekuat
pelindung
infeksi kandung kencing
❖ Menunjukkan
- Malnutrisi
● Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
❖ Menunjukkan kemampuan
batas normal
- Imunosupresi
(kerusakan
selama……
dengan kriteria hasil:
❖ Jumlah
inflamasi)
● Batasi pen gunjung bila perlu tindakan keperawatan
tindakan
gejala infeksi
adekuat
Menerapkan kateter intermiten
● Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
❖ Klien bebas dari tanda dan
lingkungan patogen
sekunder
Infection
pasien tidak mengalami infeksi
- Peningkatan
- Tidak
:
dilakukan
keperawatan
lingkungan
● Pertahankan teknik aseptif
❖ Risk control Setelah
Memantau asupan dan keluaran
NIC :
❖ Immune Status
- Kerusakan
imun,
kemerahan, panas, drainase
gastrointestinal,
● Monitor adanya luka
genitourinaria dalam batas
● Dorong masukan cairan
normal
● Dorong istirahat ● Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi ● Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Nyeri akut berhubungan dengan:
NOC :
NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
❖
Pain Level,
psikologis), kerusakan jaringan
❖
pain control,
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
DS:
❖
comfort level
kualitas dan faktor presipitasi
▪ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
tinfakan ▪ Observasi
- Laporan secara verbal
Setelah
DO:
keperawatan
- Posisi untuk menahan nyeri
Pasien tidak mengalami nyeri, ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Tingkah laku berhati-hati
dengan kriteria hasil:
- Gangguan tidur (mata sayu,
● Mampu
tampak
capek,
sulit
atau
gerakan kacau, menyeringai)
(tahu
dilakukan
selama
….
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
menemukan dukungan nyeri ▪ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
mengontrol penyebab
nyeri,
mampu menggunakan tehnik
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
untuk ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri
nonfarmakologi
- Fokus menyempit (penurunan
mengurangi nyeri, mencari ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
persepsi proses
waktu,
kerusakan
bantuan)
berpikir,
penurunan
● Melaporkan
intervensi
interaksi dengan orang dan
berkurang
lingkungan)
menggunakan
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-ulang) - Respon
autonom
(seperti perubahan
tekanan
perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus
otot
(mungkin
dalam
rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih,
waspada,
menangis,
iritabel,
nafas
panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum
dengan
untuk
mengurangi
nyeri:
nyeri ▪ Tingkatkan istirahat
mengenali
(skala, intensitas, frekuensi ▪ Berikan ● Menyatakan
rasa
penyebab nyaman
setelah nyeri berkurang
normal ● Tidak mengalami gangguan
informasi nyeri,
tentang berapa
nyeri
lama
seperti
nyeri
akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
● Tanda vital dalam rentang ▪ Monitor
tidur
analgetik
……...
nyeri ● Mampu
dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
manajemen ▪ Berikan
dan tanda nyeri)
diaphoresis, darah,
nyeri ▪ Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
bahwa
vital
sign
sebelum
pemberian analgesik pertama kali
dan
sesudah
Kecemasan berhubungan dengan
NOC :
NIC :
Faktor
Krisis
-
Kontrol kecemasan
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Stress,
perubahan
-
Koping
kesehatan,
ancaman
Setelah
kematian, perubahan konsep diri,
selama
kurang
kecemasan teratasi dgn kriteria
keturunan,
situasional, status
pengetahuan
dan
hospitalisasi
dilakukan
asuhan
Klien
mampu dan
- Insomnia
mengungkapkan
gejala
- Kontak mata kurang
cemas ❖
Mengidentifikasi, mengungkapkan
- Iritabilitas
menunjukkan tehnik untuk
- Takut
mengontol cemas ❖
- Penurunan TD dan denyut nadi
Vital
sign
dan
dalam
batas
normal ❖
Postur
tubuh,
wajah, bahasa tubuh dan
- Gemetar
tingkat
- Anoreksia, mulut kering
menunjukkan
- Peningkatan TD, denyut nadi,
berkurangnya kecemasan
- Bingung - Bloking dalam pembicaraan - Sulit berkonsentrasi
●
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Temani
pasien
untuk
memberikan
keamanan dan mengurangi takut ●
Berikan
informasi
faktual
mengenai
●
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
●
Instruksikan
pada
pasien
untuk
menggunakan tehnik relaksasi ●
Dengarkan dengan penuh perhatian
●
Identifikasi tingkat kecemasan
●
Bantu
ekspresi
- Gangguan tidur
- Kesulitan bernafas
pelaku pasien ●
diagnosis, tindakan prognosis
- Berfokus pada diri sendiri
RR
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
dirasakan selama prosedur
mengidentifikasi
- Diare, mual, kelelahan
●
……………klien
DO/DS:
- Nyeri perut
Gunakan pendekatan yang menenangkan
hasil: ❖
- Kurang istirahat
●
pasien
mengenal
situasi
yang
menimbulkan kecemasan ●
aktivitas
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi ●
Kelola pemberian obat anti cemas:........
Distress spiritual b.d nyeri
NOC:
Batasan karakteristik
Ansietas
Insomnia
Letih
Menangis
Menanyakan makna hidup
Takut
Menanyakan
NIC : spiritual support
Ansietas kematian
Konflik
pembuatan
membangun
keputusan
Ketidak
efektifan
Distress spiritual
penderitaan Faktor yang berhubungan
Ancaman kematian
Gangguan sosialkultural
Kehilangan bagian tubuh
Kejadian hidup tak terduga
Nyeri
Peningkatan ketergantungan
Mampu
Sediakan privasi dan waktu yang cukup
Dorong
partisipasi
mengontrol
Kesehatan spiritual
Menunjukan harapan
Atur kunjungan penasehat spiritual
Latih pasien tayamum dan sholat dalam keadaan tidur
dalam
lingkungan sosial
pada orang lain
Program pengobatan
Sakit
kelompok
arti hidup Terlibat
pada
pendukung
kecemasan
dan
untuk kegiatan spiritual
Kriteria hasil makna
kepercayaan
kepedulian
koping
Gunakan komunikasi terapeutik untuk
DAFTAR PUSTAKA
Bukhori, I. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Defisit Perawatan Diri (Eliminasi) Et Causa Post Op Prostatectomy di Ruang Dahlia RSUD dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. Jurnal, 1-10. Haryono, R. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publishing. Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2015). DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC. Kowalak, J., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta: EGC. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). APLIKASI Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Jakarta: EGC.