30 0 427 KB
LAPORAN PENDAHULUAN BRAIN METASTASE 1. Konsep Penyakit 1.1 Definisi Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempatiruang didalam tulang tengkorak (Baughman, 2000).
Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak (Price, 2000).
Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruangdi dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, selglia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).
1.2 Etiologi Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,yaitu : 1. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukankecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai padaanggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.Selain jenisjenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma. 2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
1
3. Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapatmengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi. 4. Virus. Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalamproses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi. substansi Karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethylurea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. 6. Trauma. Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
1.3 Tanda dan gejala Tumor otak menunjukkan gejala klinis yang tersebar bila tumor inimenyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak. a) Gejala peningkatan tekanan intracranial Gejala–gejala peningkatan tekanan intracranial disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral. Semua terletak di tengkorak. Gejala yang banyak terjadi akibat tekanan intra cranial yaitu: Sakit kepala Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari danmenjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan gerakan yangtiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan ataupenyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yangmengiringi adanya tumor. MuntahKadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla.
2
Papil edema (edema pada saraf optic) Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti penurunan tajam penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan. Perubahan kepribadian Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf cranial b) Gejala terlokalisasiLokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otakyang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang. Tumor
korteks
motorik
memanifestasikan
diri
dengan
menyebabkangerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebutkejang jacksonian. Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsiahomonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapangpandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan. Tumor
serebelum
menyebabkan
pusing,
ataksia
(kehilangankeseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengankecenderungan
jatuh
kesisi
yang
lesi,
otot-otot
tidak
terkoordinasi danmistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menimbulkan gerakan horizontal. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental, pasien kurang merawat diri. Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak. Yaitu: tisnitus dan kelihatan vertigo, kesemutan dan terasa gatal-gatal pada wajah dan lidah, terjadi kelemahan atau paralisis, karena pembesaran tumor menyerang serebelum mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan funsi bicara dan gangguan gaya berjalan teutama pada pasienlansia.
3
1.4 Patofisiologi Tumor
otak
menyebabkan
gangguan
neurologik
progresif.
Gangguanneurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua factor gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasiatau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringanneuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksisirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif danoleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi selsel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus
atau
serebelum
yang
timbul
bilagirus
medialis
lobus
temporalisbergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.Perubahan fisiologi lain terjadi akibat
4
peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
1.5 Komplikasi 1. Edema Serebral Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik). 2. Hidrosefalus Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa. 3. Herniasi Otak Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli. 4. Epilepsi 5. Metastase ketempat lain
1.6 Penatalaksanaan Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan penghilangan atau mengurangi simtomatologi serius. Pendekatan terapeutik ini mencakup radiasi, yang menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intracranial tunggal), kemoterapi. Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison) menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya. Obat-obat lain mencakup agenagen osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak, yang
5
ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang (penitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang. Bila pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruang epidural atau subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin ke segmen spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil diberikan pada interval yang ditentukan Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu a. Surgery Terapi Pre-Surgery : Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine Shunt
®
Digunakan
untuk
mengalirkan
cairan
cerebrospina
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi
histopatologik,
sehingga
diagnosis
patologi
anatomi
diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita. b. Radiotherapi Radioterapi
merupakan
salah
satu
modalitas
penting
dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna
6
menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi. Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis. c. Chemotherapy Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
1.7 Patwhay
7
2. Rencana Asuhan Klien Dengan Brain metastase 2.1 Pengkajian a. Anamnesis : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, statusperkawinan,
pendidikan,
pekerjaan,
golongan
darah,
penghasilan,alamat, penanggung jawab, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis b. Keluhan utama Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatanTIK dan adanya gangguan fokal sepeti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang dan penurunan tingkat kesadaran. c. Riwayat kesehatan sekarang Kaji bagaimana terjadi nyei kepala, mual, muntah, kejang dan penurunan tingkat keasadaran. Adanya penurunan atau perubahanpada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive dan koma. d. Riwayat Kesehatan laluKaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat inidapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. e. Riwayat Kesehatan KeluargaUntuk mengetahui adanya tumor otak pada generasi sebelumnya.
2.1.1
Pemeriksaan Fisik a.
Saraf
:
kejang,
tingkah
laku
aneh,
disorientasi,
afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis b. Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur c. Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi d. Jantung : bradikardi, hipertensi e. Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler f. Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus g. Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
8
2.1.2
Pemeriksaan Penunjang Elektroen sefalografi (EEG), memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron. Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika. Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna. Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan diagnosa. Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerahdaerah akumulasiabnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak). Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi. Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanandarah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.
2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi padapusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan ototototpernapasan, kegagalan fungsi pernapasan. (00032)
9
2.2.1
Definisi inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
2.2.2
Batasan Karakteristik Subjektif
Dispnea
Napas pendek
Objektif
2.2.3
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik tumpu
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
Penurunan vntilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam
Peningkatan diameter anterior-posterior
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan binir mencucu
Kecepatan respirasi
Usia dewasa atau 14 tahun lebih ; ≤11 atau ≥24 x permenit
Usia 5-14 tahun < 15 atau > 25
Usia 1-4 tahun 30
Usia bayi 60
Takipnea
Rasio waktu
Pengunaan otot bantu asesoris untuk bernapas
Faktor Yang Berhubungan - Hiperventilasi - Penurunan energi/kelelahan - Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal - Kelelahan otot pernafasan
10
- Hipoventilasi sindrom - Nyeri - Kecemasan - Disfungsi Neuromuskuler - Obesitas - Injuri tulang belakang
Diagnosa 2 : Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan, vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibatkompresi/ perubahan tempat jaringan otak. (00035) 2.2.4
Definisi Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan.
2.2.5
Faktor Risiko Eksternal
Mode transpor atau cara perpindahan
Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)
Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan)
Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)
Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)
Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet, kosmetik, celupan (zat warna kain))
Internal
Psikolgik (orientasi afektif)
Mal nutrisi
Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan, trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.
Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
Disfugsi gabungan
11
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)
2.3 Perencanaan Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola napas (00032) 2.3.1
Tujuan dan Kriteria Hasil (outcome criteria) NOC: ❖ Respiratory status : Ventilation ❖ Respiratory status : Airway patency ❖ Vital sign Status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil: ❖ Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips) ❖ Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) ❖ Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
2.3.2
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi
Berikan
posisi
yang
Rasional nyaman
, Meningkatkan
inspirasi
maksimal,
biasanya dengan peninggian kepala meningkatkan
ekspansi
paru
dan
tempat tidur. Baik kesisi yang sakit. ventilasi pada sisi yang tidak sakit. Dukung klien untuk duduk klien untuk duduk sebanyak mungkin. Observasi
fungsi
pernapasan
, Disters pernapasan dan perubahan
catatfrekuensi pernapasan , dispnea pada tanda vital dapat terjadi sebagai
12
atau perubahan TTV
akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan Pengetahuan apa yang diharapkan tersebut dilakukan untuk menjamin dapat keamanan.
mengurangi
mengembangkan
ansietas
kepatuhan
dan klien
terhadap rencana terapeutik. Jelaskan pada klien tentang etiologi / Pengetahuan apa yang diharapkan factor pencetus adanya sesak atau dapat kolaps paru-paru.
mengurangi
mengembangkan
ansietas
kepatuhan
dan klien
terhadap rencana terapeutik Pertahankan prilaku tenang, bantu Membantu
klien
klien untuk mengontrol diri dengan efekfisiologi menggunakan
pernapasan
kantung
hipoksia
lebih dapatdimanifestasikan
lambat dan dalam Taruhlah
mengalami yang sebagai
ketakutan /ansietas resusitasi
di Kantung
resusitasi
/
samping tempat tidur dan manual ventilasisangat
manual berguna
ventilasi untuk sewaktu-waktu dapat untukmempertahankan digunakan.
fungsi
pernapasan jika terjadi gangguan pada alat ventilator secara mendadak.
Kolaborasi dengan tim kesehatan Kolaborasi dengan tim kesehatan lain lainmisalnya dokter, radiologi, dan untuk fisioterapi.
mengevaluasi
kondisiklien parunya.
Pemberian antibiotic Pemberian analgesic Fisioterapi dada Konsul foto thoraks.
Diagnosa 2 : resiko cedera (00035) 2.3.3
Tujuan dan Kriteria Hasil (outcome criteria) NOC : Risk Kontrol Immune status
13
atas
perbaikan
pengembangan
Safety Behavior Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak mengalami injury dengan kriterian hasil: ❖ Klien terbebas dari cedera ❖ Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera ❖ Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal ❖ Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury ❖ Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada ❖ Mampu mengenali perubahan status kesehatan 2.3.4
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi
Rasional
Jauhkan dari benda-benda tajam
Meminimalkan risiko cedera
Jauhkan dari benda-benda tajam
Meminimalkan terjadinya benturan
Usahakan lantai tidak licin dan
Meminimalkan klien jatuh
basah Pasang side rail
Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
Anjurkan pada keluarga klien untuk Untuk meningkatkan menjaga selalumenemani klien dalam
keamanan
beraktivitas.
3.
Daftar Pustaka Nurarif, Huda. A. & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis& Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediaction Publishing. https://www.scribd.com/doc/127081293/LAPORAN-PENDAHULUAN-docx
14
Banjarmasin, Januari 2017
Preseptor Akademik
Preseptor Klinik
(..............................................)
(.............................................)
15