14 0 234 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP KLIEN DENGAN CA OVARIUM
Disusun Oleh : EKA SUSILLAH NIM : P1605273
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA PROGRAM PROFESI NERS 2016/2017 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KLIEN NY. S DENGAN KANKER OVARIUM
DI RUANG KEMOTERAPI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Disusun Oleh : EKA SUSILLAH NIM : P1605273
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA PROGRAM PROFESI NERS 2016/2017 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KANKER OVARIUM 1. Pengertian Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses tanggal 28 Mei 2009).
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). 2. Klasifikasi Jenis kanker ovarium meliputi: a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium). Tumor
epiteal
ovarium
berkembang
dari
permukaan
luar
ovarium,
pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008) Berikut adalah beberapa kanker epithelial : 1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas) 2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi) 3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi) 4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk) 5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium). Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal (Ari, 2008). Germ cell terdiri atas :
Disgermioma Mixed germ cell tumor Teratoma imatur
Koriokarsinoma Endodermal sinus tumor Embrional karsinoma c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe lainnya adalah sertoli-leydig. Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008). Klasifikasi stadium
kanker ovarium
berdasarkan FIGO
(International
Federation of Gynecology and Obstetrics Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium IA Mengenai 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-) IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-) Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb : IC
Mengenai permukaan luar ovarium Kapsul rupture Ascites (+)
Stadium II perluasan pada rongga pelvis II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya II B Mengenai organ pelvis lainnya Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb : II C
Mengenai permukaan ovarium Kapsul ruptur Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal III A III B III C
Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium Mikroskopis : mengenai intraperitoneal Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-) Meluas mengenai KGB
Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm Stadium IV pertumbuhan mengenai 1 / 2 ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver. Derajat keganasan kanker ovarium
Derajat 1 : differensiasi baik Derajat 2 : differensiasi sedang Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik. 3. Etiologi Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker ovarium. Secara umum, kanker dimulai ketika sel-sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubah sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang biak pada tingkat yang ditetapkan, akhirnya mati pada waktu yang ditetapkan. Sel-sel kanker tumbuh dan berkembang di luar kendali, dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan terdekat dan dapat pecah dari tumor awal untuk menyebar ke tempat lain dalam tubuh (metastasis). Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. 4. Tanda dan Gejala Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
Haid tidak teratur Ketegangan menstrual yang terus meningkat Menoragia Nyeri tekan pada payudara Menopause dini
Rasa tidak nyaman pada abdomen Dispepsia Tekanan pada pelvis Sering berkemih Flatulenes Rasa begah setelah makan makanan kecil Lingkar abdomen yang terus meningkat.
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan : Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø
Nyeri perut Perut buncit Gangguan fungsi saluran cerna Berat badan turun secara nyata Perdarahan pervaginam yang tidak normal Gangguan saluran kencing Rasa tertekan pada rongga panggul Nyeri punggung Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut
5. Faktor Resiko Tejadinya Kanker Ovarium a. Obat kesuburan b. Pernah menderita kanker payudara c. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium d. Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan rahim (menunjukkan adanya sindroma Lynch II). e. Wanita di atas usia 50 tahun f. Wanita yang tidak memilki anak (nullipara) 6. Patofisiologi Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang dimulai dengan dedifferentiation dari sel-sel yang melapisi ovarium. Selama ovulasi, selsel ini dapat dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka kemudian berkembang
biak.
Kanker
ovarium
biasanya
menyebar
ke
permukaan
peritoneum dan omentum. Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi limfatik, implantasi
intraperitoneal,
penyebaran
hematogen,
dan
bagian
transdiaphragmatic. Penyebaran intraperitoneal adalah karakteristik yang paling umum dan diakui dari kanker ovarium. Sel-sel ganas dapat implan di mana saja dalam rongga peritoneal tetapi lebih cenderung untuk menanamkan di situs
statis sepanjang sirkulasi cairan peritoneum. Seperti dibahas selanjutnya, mekanisme penyebaran mewakili pemikiran untuk melakukan pementasan bedah,
operasi
debulking,
dan
administrasi
kemoterapi
intraperitoneal.
Sebaliknya, penyebaran hematogen secara klinis yang tidak biasa pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang terjadi pada pasien dengan penyakit lanjut.
7. Pathway
8. Manifestasi Klinis Gejala kanker ovarium tidak spesifik dan lebih mirip gejala-gejala umum seperti gejala gangguan pencernaan atau kandung kemih. Seorang wanita dengan
kanker ovarium dapat didiagnosis dengan cara membandingkan dengan kondisi lain sebelum akhirnya memahami dia menderita kanker. Kunci utama untuk memahami kanker ovarium adalah tanda-tanda dan gejala yang terus memburuk. Gejala tersebut meliputi gangguan pencernaan, yang cenderung untuk datang dan hilang atau terjadi dalam situasi tertentu atau setelah makan makanan tertentu. Kanker ovarium, biasanya fluktuatif, konstan, dan secara bertahap memburuk. Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih mungkin dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami gejala berikut: a. Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o.
bawah Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung Urinary urgensi Rasa tidak nyaman atau sakit panggul Mual Sembelit Sering buang air kecil Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang Sakit saat hubungan seksual (dispareunia) Kekurangan energy Punggung sakit Perubahan menstruasi Panggul terasa berat Perdarahan pervaginam
Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda awal dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan. Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat badannya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut. 9. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan yang biasa dilakukan: a. b. c. d.
Pemeriksan darah lengkap Pemeriksaan kimia darah Serum HCG Alfa fetoprotein
e. f. g. h. i. j.
Analisa air kemih Pemeriksaan saluran pencernaan Laparatomi CT scan atau MRI perut. Pemeriksaan panggul. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh. k. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian l. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka. 10. Penatalaksanaan Pengobatan Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi. a. Operasi Pada umumnya dilakukan: 1) Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya 2) Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba fallopii 3) Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut b. Radioterapi Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini. c. Kemoterapi Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin, karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi terapi sistematik
dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup. 11. Pencegahan Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk: a. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS. b. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium. c. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasI 12. Komplikasi a. Penyebaran kanker ke organ lain b. Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya berbagai organ c. Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut) d. Intestinal Obstructions Usus Penghalang Sel-sel dapat implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim, kandung kemih, usus, lapisan dinding usus (omentum) dan, lebih jarang, ke paru-paru. KONSEP KEPERAWTAN 1. PENGKAJIAN Data diri klien Data biologis/fisiologis : keluhan utama, riwayat keluhan utama Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat kesehatan keluarga Riwayat reproduksi : siklus haid, durasi haid
Riwayat obstetric Data psikologis/sosiologis Aktifitas/istrahat
: kehamilan, persalinan, nifas. : reaksi emosional setelah penyakit diketahui
Gejala : Kelemahan dan/keletihan Perubahan pada pola istrahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas.
Eliminasi Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misalnya nyeri pada defekasi Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri saat berkemih, sering berkemih. Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi Abdomen
Nyeri/Keamanan Gejala
: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misalny ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat.
Integritas ego Gejala : Faktor stress ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (mis, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual. Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya pembesaran pada daerah pelvis
Seksualitas Gejala : Masalah pada seksualitas mis, dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan
Makanan/Cairan Gejala : Kebiasaan diet buruk (mis.rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet. Anoreksia, mual/muntah Intoleransi terhadap makanan Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkurangnya masa otot. Tanda : Perubahan pada kelambanan/turgor kulit, edema
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah yang berlebihan selama tindakan pembedahan.
Kerusakan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan kelemahan fisik Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, insisi post
pembedahan. PK Perdarahan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN No
Diagnosa
NOC
1
Keperawatan Nyeri akut
Setelah dilakukan perawatan
berhubungan
selama 4x24 jam, nyeri pasien Kaji nyeri secara komprehensif
dengan agen
berkurang dengan kriteria :
termasuk lokasi, karakteristik,
Mampu mengontrol nyeri
durasi, frekuensi, kualitas dan
injuri (insisi pembedahan)
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
NIC Managemen Nyeri
faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Ajarkan tentang teknik non farmakologi, tehnik relaksasi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
menggunakan manajemen
Tingkatkan istirahat
nyeri
Kolaborasikan dengan dokter jika
Wajah rileks
ada keluhan dan tindakan nyeri
Menyatakan rasa nyaman
tidak berhasil
setelah nyeri berkurang
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Managemen lingkungan Batasi pengunjung Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
Atur posisi pasien yang nyaman 2
Resiko defisit
Setelah dilakukan perawatan
volume cairan
4x24 jam, volume cairan
berhubungan
dalam tubuh pasien terpenuhi
(kelembaban membran mukosa,
dengan
dengan kriteria :
nadi adekuat, tekanan darah
kehilangan
Tekanan darah, nadi, suhu
darah yang
tubuh dalam batas normal
berlebihan
Tidak ada tanda tanda
Fluid management Monitor status hidrasi
ortostatik), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan
selama
dehidrasi, Elastisitas turgor
makanan/cairan dan hitung intake
tindakan
kulit baik, membran mukosa
kalori harian
pembedahan.
lembab, tidak ada rasa haus
Monitor infus
yang berlebihan
Monitor balance cairan Berikan cairan Berikan diuretik sesuai interuksi Dorong masukan oral Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Atur kemungkinan tranfusi
3
Persiapan untuk tranfusi Tingkat Mobilitas
Kerusakan
Setelah diberikan perawatan
mobilitas di
4x24 jam, mobilitas di tempat Kaji tingkat mobilitas klien secara
tempat tidur
tidur terpenuhi dengan
berhubungan
kriteria :
dengan
Melakukan rentang
kelemahan
pergerakan penuh seluruh
fisik
sendi Klien dapat miring kanan maupun miring kiri Berbalik sendiri di tempat
terus menerus Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi Latih rentang pergerakan aktif/pasif untuk memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot Latih tehnik membalik dan memperbaiki kesejajaran tubuh
tidur 4
Defisit
Klien dapat duduk Setelah diberikan perawatan
Mandi :
perawatan diri
4x24 jam , aktivitas hidup
Berikan suhi air yang nyaman
berhubungan
sehari-hari terpenuhi dengan
Kaji kemampuan mandi
dengan
kriteria :
Cuci rambut jika ingin dan perlu
kelemahan
Klien terbebas dari bau
Monitor kondisi kulit saat mandi
fisik.
badan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari Dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan bantuan Kebutuhan eliminasi terpenuhi
Bantuan perawatan diri : mandi/ kebersihan diri : Tempatkan alat mandi sesuai kondisi klien Sediakan alat mandi pribadi Dorong untuk malakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika klien tidak mampu untuk melakukannya. Bantuan perawatan diri : toileting Monitor dan jaga privasi klien selama eliminasi
5
Resiko infeksi
Setelah diberikan perawatan
Bantu kebutuhan eliminasi klien Kontrol infeksi
berhubungan
4x24 jam, klien dapat
Cuci tangan setiap sebelum dan
dengan
mengontrol resiko dengan
tindakan
kriteria :
invasif, insisi Klien bebas dari tanda dan post
gejala infeksi
pembedahan. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor
sesudah tindakan keperawatan Gunakan sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan Berikan terapi antibiotik bila perlu
yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Proteksi terhadap infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
Menunjukkan perilaku hidup Dorong masukkan nutrisi yang sehat
cukup
6
PK
Setelah diberikan perawatan
Perdarahan
4x24 jam, perdarahan berhenti Lakukan penilaian menyeluruh dengan kriteria :
Pencegahan sirkulasi tentang sirkulasi
Luka sembuh kering, bebas Lakukan perawatan luka dengan pus, tidak meluas HB tidak kurang dari 10 gr dl
hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutup dengan tehnik aseptik Kelola terapi sesuai order
DAFTAR PUSTAKA - Anonim, 2008, A-Z Kanker Indung Telur , http://www.Conetique.com diakses 28 Mei 2008 - Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
- Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat Kesuburan yang Rendah. http://www.berbagisehat.com diakses 4 November 2015 - Ari. 2008. Karsinoma Ovarium. http://www.detak.org diakses tanggal 4 November 2015 - Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta - Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. - Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta. - Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier Churchill Livingstone. United States of America.