Laporan Pendahuluan Inpartu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN INPARTU



A. Pengertian Inpartu



Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir. (Persis Mary Hamilton, 2014).



B. Etiologi



Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi sedikitnya ada 2 kategori yaitu: a. Faktor hormonal yang menyebabkan peningkatan kopntraksi uterus a) Rasio estrogen terhadap progesterone Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sedangkan estrogen cenderung meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, sedikitnya terjadi karena estrogen meningkatkan jumlah gap jungtion antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan. Baik estrogen maupun progesteron disekresikan dalam jumlah yang secara progresif makin bertambah selama kehamilan. Oleh karena itu diduga bahwa rasio estrogen terhadap progesteron cukup meningkat menjelang akhir kehamilan, sehingga paling tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraksi uterus. b) Pengaruh oksitosin pada uterus Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofise yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. 3 alasan peranan oksitosin : 1. Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitoksin, oleh karena itu meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan selama beberapa bulan terakhir kehamilan. 2. Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofise sangat meningkat pada saat persalinan. 3. Iritasi oleh regangan pada serviks uteri, dapat menyebabkan kelenjar hipofise posterior meningkatkan sekresi oksitosinnya. c) Pengaruh hormon fetus pada uterus Kelenjar hipopisis fetus juga mensekresikan oksitoksin yang jumlahnya semakin meningkat, dan kelenjar adrenalnya mensekresikan sejumlah besar kortisol yang merupakan suatu stimulan uterus. Selain itu, membran fetus melepaskan prostagladin dalam kosentrasi tinggi pada saat persalinan. Prostagladin meningkatkan intensitas kontraksi uterus. b. Faktor mekanis yang meningkatkan kontraktilitas uterus a. Regangan otot-otot uterus Regangan sederhana otot-otot polos meningkatkan kontraktilitas otot-otot tersebut. Selanjutnya regangan intermitten seperti yang terjadi berulang-ulang pada uterus karena pergerakan fetus juga meningkatkan kontraksi otot polos. b. Regangan atau iritasi serviks



Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi iogenik sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uterus.



C. Tanda-Tanda Persalinan



Kala I 1. Tanda dan gejala : a. His sudah Adekuat b. Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm c. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah d. His dianggap Adekuat bila : 1) His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40 detik 2) Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan diujung jari. 3) Serviks membuka. 2. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase : a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembut sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. b. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni : 1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm 2) Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan brlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. 3) Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm ) Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek.



D. Patofisiologi Kala I



Tanda mulainya persalinan yaitu bila timbul his dan terjadi pelepasan lendir yang bercampur darah. Lendir berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai mendatar, sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergesera-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase : a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. b. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni : 1. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm 2. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam dari 4 cm menjadi 9 cm 3. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum



membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum menipis dan mendatar terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 – 14 jam,sedangkan pada multi para berlangsung 6 – 7 jam.



E. Komplikasi



1. Komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan: a. Hiperemesis gravidarum b. Hipertensi dalam kehamilan c. Perdarahan trimester I (abortus) d. Perdarahan antepartum e. Kehamilan ektopik f. Kehamilan kembar g. Molahydatidosa h. Incompatibilitas darah i. Kelainan dalam lamanya kehamilan j. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin 2. Penyakit yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan a. Penyakit dan kelainan alat kandungan b. Penyakit Kardiovaskuler c. Penyakit endokrin (DM) d. Infeksi e. Penyakit pernafasan (Asthma) f. Penyakit ginjal g. Penyalahgunaan obat/psikosis h. Penyakit darah i. Penyakit G.I.T



F. Pemeriksaan Penunjang 1. Golongan darah ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas 2. Laboratorium rutin termasuk pemeriksaan Gula Darah 3. Usap vagina/rectal Tes untuk neisseria gonorrhoea, chlamydia 4. Pelvimetri radiologik (akhir trimester 3) dan Ultrasonografi (USG) 5. Tes serologi Menentukan adanya sifilis, penyakit hubungan kelamin. 6. Skrining Terhadap Tuberculosis dan TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV).



7. Titer rubella > a : ad menunjukkan imunitas 8. Papanicoloan Smear Mengidentifikasi neoplasia, herpeks simplex tipe II 9. Urinalisis Skrin untuk kondisi medis (mis : pemastian kehamilan, infeksi, diabetes, penyakit ginjal).