Laporan Pendahuluan Intoleransi Aktivitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP) “ INTOLERANSI AKTIFITAS “ PPN XXVI



Oleh :



Nama : Frets Soplero NIM : 1490120105



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2021



BAB II TINJAUAN PUSTAKA LAPORAN PENDAHULUAN INTOLERANSI AKTIVITAS



A. Pendahuluan Aktivitas merupakan suatu energy atau keadaan bergerak diamna manusia memerluka untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja, dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernafasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolism tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskletal,aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan beragam gangguan pada system muskuloskletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh, Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatka selera makan orang tersebbut dapat melancarkan eliminasinya karena apabilah seseorang tidak dapat melakukan aktivitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif.



B. Pengertian Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. (Tim Pokja SDKI DPP, 2016). Selain itu intoleransi aktivitas juga didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis yang digunakan untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin dilakukan atau harus dilakukan (Wilkinson, 2016). C. Anatomi Fisiologi a. Anatomi Sistem muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot dan kata skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan otototot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah myologi. Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh, yang terdiri dari tulang dan sendi. Ilmu yang mempelajari tentang skeletal atau osteo tubuh adalah osteologi. Muskulus (muscle) otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakkan tulang. semua selsel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. otot membentuk 40-50% berat badan, kira-kira sepertiganya merupakan protein tubuh dan setengahnya tempat



terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit. Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang digunakan pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai lokomotor dan penopang bagi tubuh manusia. Merupakan sistem yang sangat penting pada tubuh manusia. Kelainan pada sistem ini dapat mengganggu keseharian manusia karena menimbulkan keluhan-keluhan tertentu. Terdiri dari 2 sistem utama yaitu system kerangka dan sitem otot . 1. Sistem Kerangka Kerangka manusia terdiri dari beberapa jenis tulang dan tulang rawan. Tulang adalah jaringan ikat yang bersifat kaku dan membentuk bagian terbesar kerangka, serta merupakan jaringan penunjang tubuh utama. Tulang rawan atau cartilage adalah sejenis jaringan ikat yang bersifat lentur dan membentuk bagian rangka teretntu (seperti cartilage costalis). Perbandingan antara tulang dan tulang rawan dalam kerangka berunah siring bertambahnya usia, makin muda usia makin besar bagian tubuh kerangka yang merupakan tulang rawan (Moore et al., 2014) Sistem rangka (206 tulang) dapat digolongkan menjadi tiga yaitu (Sloane, 1. Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ kepala, leher, dan dada. a. Kolumna vertebra (tulang belakang) terdiri dari 26 vertebra yang dipisahkan oleh diskus intervertebral. b. Tengkorang



1) Tulang kranial, menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca indera. 2) Tulang wajah, memberikan bentuk pada wajah dan tempat melekatnya gigi 3) Enam tulang auditori (telinga), terlibat dalam transmisi suara 4) Tulang hyoid, yang menyangga lidah dan laring, serta membantu dalam proses menelan, merupakan bagian terpisah dari tulang tengkorak. 2. Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkat, dan tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada aksial. 3. Persendian



adalah



hubungan



antar



tulang



atau



lebih



yang



memungkinkan untuk menimbulkan gerakan. 2. Fungsi Sistim Rangka Sistem rangka sebagai bagian dari tubuh manusia memiliki beberapa fungsi sehingga manusia bisa beraktivitas secara normal sehari hari, fungsi itu adalah: 1. Penyangga : berdirinya tubuh, tempat melekatnya otot otot, ligament,



jaringan lunak dan organ. 2. Penyimpan mineral : sebagai tempat penyimpanan ( kalsium dan fosfat )



dan lipid (yellow marrow). 3. Produksi sel sel darah merah : (red marrow). 4. Pelindung : membentuk rongga yang melindungi organ halus dan lunak.



5. Penggerak : dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak



adanya persendian memudah kan semua itu terjadi.(Kuntarti, 2013). 3. Bagian Anatomi Sistim Muskolkletal Yang Berperan Sistem Tubuh yang Berperan dalam Aktivitas Kemampuan beraktivitas secara umum berhubungan dengan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf didalam tubuh. 1) Sistem muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang, otot dan sendi. Kerjasama ketiganya menyebabkan tubuh dapat bergerak. 2) Tulang Fungsi tulang dan dan rangka bagi tubuh antara lain : a) Menyokong atau mendukung jaringan tubuh b) Memberi bentuk tubuh. c) Melindungi bagian-bagian tubuh yang lunak, misalnya paru-paru d) Sebagai tempat melekat otot dan tendon termasuk juga ligamen. e) Sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor. f)



f. Berperan dalam proses produksi sel merah.



3) Otot Otot merupakan bagian tubuh yang berperan sebagai alat gerak aktif. Otot dapat berkontaksi dan relaksasi sehingga memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan. Selain berperan dalam proses pergerakan, otot juga berperan membentuk postur tubuh dan menghasilkan panas melalu kontraksi otot. 4) Ligamen



Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Contoh ligamen adalah ligamen yang terdapat pada lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai struktur yang menjaga kestabilan. 5) Sendi Sendi merupakan tempat pertemuan antara dua atau lebih ujung tulang dalam kerangka. Berdasarkan sifat geraknya, sendi dapat dibedakan menjasi sendi mati, sendi kaku, dan sendi gerak. Pada sendi mati tidak dapat celah sehinggan



tidak



dapat



digerakkan.



Contohnya



sendi-sendi



yang



menghubungkan tulang-tulang tengkorak. Pada sendi kaku gerakan yang dihasilkan sangat terbatas. Contohnya adalah sendi antara betis dan tulang kering. Pada sendi gerak dapat terjadi gerakan bebas. Berdasarkan bentuk dan arahnya gerakannya, sendi gerak dibedakan menjadi sendi pelana (persendian pada ibu jari), sendi peluru (persendian antara pangkal paha dan panggul), sendi engsel (persendian pada siku dan lutut), sendi putar (persendian antara tulang tengkorak dan tulang atlas), sendi geser (persendian antar tulang penyusun telapak tangan), serta sendi ovoid (misalnya sendi antara radius dan ulna). 6) Sistem saraf Sistem saraf merupakan sistem yang berfungsi mengatur kerja alat tubuh, salah satunya adalah alat-alat tubuh yang terdapat



pada sistem



muskuloskeletal yang berperan dalm kebutuhan aktivitas. Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf. Sel saraf merupakan sel yang peka terhadap rangsang dan mampu menghantarkan rangsang dari bagian tubuh 11 yang



satu ke bagian tubuh yang lain. Secara umum sel saraf dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf konektor. Sel saraf sensorik berfungsi menghantarkan impuls saraf dari indra ke otak atau medula spinalis. Sel saraf motorik berfungsi menyampaikan impuls dari otak atau medulla spinalis ke efektor, yaitu otot kelenjar tubuh. Sel saraf konektor berfungsi meneruskan rangsang dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik. Secara umum, impuls yang diterima oleh sel saraf akan diproses oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat ini terdiri atas otak dan medulla D. Etiologi Penyebab (etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiology dapat mencakup empat kategori yaitu : a) Fisiologis, Biologis atau Psikologis; b) Efek terapi/ tindakan; c) Situasional (lingkungan atau personal); d) Maturasional Tim Pokja SDKI DPP PPNI, ( 2017 ). Intoleransi Aktivitas Pada Diabetes Mellitus + Diabetic Foot adalah suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik dan mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya yang disebabkan oleh kelemahan karena berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energy.Menurut Tm Pokja SDKI DPP PPNI Revisi III, (2017) Etiologi Intoleransi aktivitas terbagi 4 sebagai berikut : 1. Tirah baring 2. Kelemahan 3. Imobilitas 4. Gaya Hidup Monoton



E. Patofisiologi Penyebab Intoleransi Aktivitas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain Ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan Oksigen, Tirah baring, Kelemahan, Imobilitas, Gaya Hidup Monoton, Gaya Hidup Monoton disebabka karena beberapa gejala yang muncul seperti Gejalah mayor dan Minor Gejalah Mayor Seperti mengeluh lelah, sedangka Gejala minor Dispnea Saat atau setelah beraktivitas dan merasa badan terasa lemah, faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas menurut Dr.Lyndom Saputra ( 2013) Keadaan sakit atau cedera, tingkat energy, usia dan status perkembangan, Kondisi Klinis terkait gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas disebabkan karena gangguan Musulokletal karena berhubungan langsung dengan system saraf, jadi apabilah terjadi gangguan pada saraf maka akan terjadi gangguan pada aktivitas, karena sistim persarafan sangat berperan aktif dan juga berfungsi mengatur kerja alat tubuh, salah satunya adalah alat – alat tubuh ynag terdapat pada sistim muskoloskletal yang berperan dalam kebutuhan aktivitas F. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah : 1) Pemeriksaan darah Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah No



Pemeriksaan



Normal



1



Glukosa Darah Sewaktu



>200 mmHg/dL



2



Glukosa Darah Puasa



>140 mmHg/dL



3



Glukosa darah 2 jam Setelah makan



>200 mmHg/dL



Sumber : WHO (World Health Organization) ,2015) 2) Pemeriksaan fungsi tiroid peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. 7) Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ). 8) Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman. G.



Penatalaksanaan Penatalaksanaan Intoleransi Aktivitas pada pasien diabetes mellitus + diabetic foot adalah Manajemen Energi dan Terapi Aktivitas. a. Manajemen energi Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan . Tindakan : Observasi 1.



Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan



2.



Monitor kelelahan fisik dan emosional



Terapeutik 1.



Sediakan lingkungan yang nyaman



2.



Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif



Edukasi 1.



Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap



2.



Anjurkan tirah baring Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



b. Terapi aktivitas Menggunakan aktivitas fisik, kognitif,social, dan spiritual tertentu untuk memulihkan keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas individu atau kelompok Tindakan : Observasi Observasi terbagi 2 antara lain : 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu Terapeutik 1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami 2. Fasilitasi aktivitas fisik rutin 3. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas Edukasi 1. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih 2. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan



Kolaborasi : Kolaborasikan dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas jika sesuai H.



Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Pengkajian merupakan suatu proses menilai informasi yang dihasilkan dari pengkajian skrining untuk menentukan normal atau tidak normal yang nantinya akan dipertimbankan untuk menentukan diagnosis masalah atau risiko (Wilkinson, 2016). Pada pengkajian perawat mengkaji adanya intoleransi aktivitas pada pasien berdasarkan data mayor minor yang ada. Data mayor intoleransi aktivitas adalah Pasien mengatakan bahwa ia merasakan letih setelah bekerja. Data minor intoleransi aktivitas setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, sianosis (Tim Pokja SDKI DPP, 2016) Fokus pengkajian pasien Intoleransi Aktivitas meliputi: a. Biodata Data 1. Identitas Nama Lengkap : Tn M TTL



: Bandung,01/12/ 1972



Umur



: 49 Tahun



, Jenis Kelamin, : Laki - Laki Agama



: Islam



Suku Bangsa



: Shunda



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Wiraswasta



Status Perkawinan, : Menikah



Tanggal masuk rumah sakit, 2. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Ny M



Hubungan dengan Klien : Istri Alamat



: Jln Koppo



b. Analisa Data Analisis data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk mengkaitkan data klien serta



menghubungkan data tersebut



dengan



konsep



teori



dan



prinsip



yang



relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan pasien. Dalam analisis data perawat Setiawan (2012) Data



Etiologi



DS : Pasien Mengatakan



Terputusnya kontinuitas



bahwa ia cepat merasa



jaringan



lemas setelah bekerja



Penekanan Saraf



Kelemahan Fisik



Keterbatasan Gerak



Intoleransi Aktivitas



Problem Intoleransi Aktivitas



c. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon klien terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung secara aktual, potensial maupun resiko yang bertujuan untuk memperoleh gambaran respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Intoleransi aktivitas masuk kedalam kategori fisiologi dan sub kategori aktivitas dan istirahat (Tim Pokja SDKI DPP, 2016). Diagnosis keperawatan yang diangkat dalam masalah ini adalah intoleransi aktivitas (Tim Pokja SDKI DPP, 2016). 1. Intoleransi Aktivitas 2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh d. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan Menurut Nurarif & Kusuma (2015), setelah merumuskan diagnosis keperawatan dilanjutkan dengan intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan masalah keperawatan pasien. Perencanaan merupakan langkah ketiga dari proses keperawatan setelah perumusan diagnosis. Tahapan ini disebut dengan perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas diagnosis keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria hasil dan menetapkan intervensi yang akan dilakukan. Penentuan prioritas diagnosis keperawatan sangat penting dilakukan karena hal ini dapat memudahkan perawat dalam menangani masalah keperawatn yang ada pada pasien serta dalam pemberian asuhan keperawatan dan mempercepat kesembuhan pasien. Intervensi 



Mengukur TTV



Rasional Untuk Mengetahui Keadaan Umum



Pasien 



Bantu Klien untuk mengidentifikasi Dapat mengetahui Jenis aktivitas aktivitas yang mampu dilakukan







Jelaskan Metode Aktivitas Sehari – hari,Jika Perlu



yang bisa dilakukan Pasien



Mencegah



Kepenatan



dan



Pengumpulan energy dalam proses pemulihan







Kolaborasi dengan Terapy Okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas jika sesuai



Memberikan bantuan yang menatap untuk



mengembangkan



rencana



terapi 



Jelaskan Manfaat Kesehatan dan efek Agar biologis olahraga



pasien



dapat



mengetahui



bahwa manfaat Kesehatan itu sangat Penting dengan berolahraga.



e. Evaluasi Evaluasi adalah aspek penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi dan menentukan intervensi harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah pada pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien mencapai tujuan atau hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier, 2010).



DAFTAR PUSTAKA



Amin Huda Nuratif & Hardi Kusuma. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic- Noc : Jogjakarta. ISBN SDKI,DPP & PPNI, 2016 Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan II Jakarta 2018