Laporan Pendahuluan Kekeruhan Vitreus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEKERUHAN VITREUS A. DEFENISI Vitreus merupakan struktur transparan, segala bentuk struktur yang menyebabkan vitreus tidak lagi transparan akan menimbulkan kekeruhan pada vitreus yang berakibat timbulnya gejala kekeruhan. Obscura Corpus Vitreous/Vitreous opacity/ kekeruhan vitreus adalah perubahn struktur vitreus dari transparan menjadi struktur yang tidak transparan dan menyebabkan timbulnya gejala seperti gambaran benang-benang, jarring laba-laba, objek-objek serupa piring-piring kecil atau sebuah cincin tembus pandang yang tampak di lapangan penglihatan seseorang. B. ANATOMI DAN FISIOLOGI Anatomi Vitreus Vitreus mempunyai sifat gelatin, jernih, avaskuler dan terdiri atas 99 % air dan selebihnya campuran kolagen dan asam hialuronik yang memberi sifat fisika normal lainnya. Sesungguhnya fungsi vitreus sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina Vitreus memenuhi ruangan antara lensa mata, retina dan papil saraf optik. Bagian luar (korteks) vitreus bersentuhan dengan kapsul posterior lensa mata, epitel pars plana, retina dan papil saraf optik. Vitreus melekat sangat erat dengan epitel pars plana dan retina dekat ora serata. Kebeningan vitreus disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Vitreus melekat tidak begitu erat dengan kapsul lensa mata dan papil saraf optik pada orang dewasa. Vitreus yang normal sangat jernih sehingga tidak nampak apabila diperiksa dengan oftalmoskopi direk maupun oftalmoskopi indirek. Apabila terjadi perubahan struktur vitreus seperti misalnya pencairan sel, kondensasi, pengerutan, barulah keadaan ini dapat dilihat dan inipun hanya dengan slit-lamp dan bantuan lensa kontak.(9,10)



Gambar 2.1 Anatomi Vitreus C. KLASIFIKASI Kekeruhan vitreus diklasifikasikan berdasarkan etiologic nya yaitu :  Kongenital  Didapat (acquired) o Endogenus o Eksogenus Seiring dengan berkembangnya teknologi diagnostic, etiologic dari kekeruhan vitreus menjadi semakin berkembang. D. ETIOLOGI Penyebab kekeruhan vitreus yang didapat dikategorikan menjadi :  Genetic  Inflammatory non infectious  Inflammatory infectious  Inflammatory iatrogenic  Degenerative  Traumatic  Neoplastic  Idiopathic Berikut ini adalah beberapa kondisi yang sering terjadi yang menyebabkan timbulnya kekeruhan vitreus :  Muscae Volitantes



Ini merupakan suatu keadaan fisiologi opasitas dan merupakan residu dari hyaloid primitive pembuluh darah.Pandangan pasien seperti titik halus dan filament, yang sering hanyut kedalam dan keluar dari lapangan visual, dengan latar belakang 



terang. Persistent hyperplastic primary vitreous (PHPV) Ini merupakan hasil dari gagalnya struktus vitreous primer untuk mengurangi hubungan dengan hypoplasia dari bagian posterior vascular.Secara klinis







dikarakteristikkan dengan adanya refleks putih pupil yang dapat dilihat setelah lahir. Inflammatory vitreous opacities Ini terdiri dari eksudat yang dialirkan ke vitreous pada pasien dengan anterior







uveitis, uveitis posterior, pars planitis, pan uveitis, dan endophtalmitis. Vitreous aggregates and condensation with liquefaction Merupakan penyebab utama kekeruhan vitreus. Terjadi kondensasi jaringan kolagen saraf sebagai akibat degenerasi vitreus karena usia tua, myopia, pasca trauma, atau











pasca inflamasi. Amyloid degeneration Merupakan kondisi yang jarang dimana terjadi penumpukan material amyloid di vitreus pada amyloidosis. Asteroid hyalosis Ditandai dengan badan kecil, putih dan bulat tersuspensi yang mengelilingi gel vitreus,



yang



merupakan



akumulasi



kalsium



yang



mengandung



kalsium



lipid.Asteroid hyalosis baisanya unilateral dan asimptomatik pada pasien tua dengan vitreus sehat.Tetapi ini dipengaruhi secara genetic pada pasien diabetes dan hiperkolesterolemia.Tidak diketahui secara genesis dan tidak ada pengobatan yang efektif. 



Synchysis scintillans Merupakan suatu kondisi dimana vitreus diisi oleh badan angular putih dan kristalin yang dibentuk dari kolesterol.Dalam kondisi in ivitreus menjadi cair dan Kristalkristal tenggelam ke bawah. Fenomena ini muncul sebagai pancuran yang indah



  



berupa hujan emas pada pemeriksaan ophtalmoskop. Red cells opacities Disebabkan perdarahan kecil atau massif pada vitreus Tumor cells opacities Terlihat seperti gambaran opak yang mengapung pada beberpa pasien denga retinoblastoma dan sarcoma sel reticulum.



E. PATOFISIOLOGI



Vitreus mengisi ruang antar lensa dan retina, dan terdiri atas matriks serat kolagen tigadimensi dan gel asam hialuronat. Permukaan luar vitreus memiliki daya rekat yang berbeda-beda ke permukaan retina. Proses penuaan, perdarahan, peradangan, trauma, miopia, dan proses-proses lain sering menyebabkan kontraksi matriks kolagen vitreus. Sebagian besar kekeruhan terjadi oleh karena proses penuaan. Proses penuaan ini menyebabkan vitreus mengalami sineresis yaitu proses terbentukanya kavitas oleh vitreus yang pada akhirnya menimbulkan kolaps vitreus, opacification yaitu terjadinya kekeruhan pada vitreus yang awalnya jernih dan merupakan suatu proses alami dan penyusutan dari vitreus. Hal ini menyebabkan terdorongnya vitreus dari dinding bola mata dimana tempatnya menepel dengan retina, sehingga terjadi pelepasan vitreus dari retina yang di sebut pelepasan vitreus posterior atau Posterior Vitreous Detachment (PVD) dan pada sebagian besar orang yang berusia antara 40-70 tahun ini merupakan kejadian yang biasa terjadi. Posterior Vitreous Detachment (PVD) merupakan penyebab utama terjadinya kekeruhan. Pelepasan ini menyebabkan sedikit perdarahan dari pembuluh darah retina yang akan menyebabkan kekeruhan. Kekeruhan juga dapat muncul pada infeksi mata, cedera mata dan bila adanya protein atau material lain yang terperangkap di dalam mata maupun yang terbentuk di dalam vitreus. Posterior Vitreous Detachment (PVD) juga menyebabkan rangsangan mekanis pada retina, biasanya terjadi sekunder setelah pemisahan vitreus dari retina dan menimbulkan kilatan cahaya yang juga disebut fotopsia. Skotoma bilateral berkilau, seperti-kilat, bergerigi yang terjadi sekunder pada migrain (50% tidak disertai dengan sakit kepala) sering disalah artikan dengan fotopsia. Sebagian besar pasien yang vitreus posteriornya terlepas akan mengalami kilatan sinar, terutama saat melakukan gerakan sakadik, sampai pemisahannya sempurna.



F. GAMBARAN KLINIS Manifestasi klinis yang paling sering terjadi dan membuat pasien datang ke dokter adalah : 



Kekeruhan



Kekeruhan dapat digambarkan sebagai benang-benang, jarring laba-laba, objek serupa piring kecil atau sebuah cincin tembus pandang. Sebanyak 70% populasi mengeluhkan gejala ini. G. DIAGNOSA Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan alat-alat penunjang.  Pemeriksaan dengan oftalmoskop  Pemeriksaan dengan slitlamp  Ultrasonografi B-Scan Merupakan alat diagnostic dan prognostic penting yang digunakan pada banyak kelainan segmen posterior yang berkaitan dengna kekeruhan korpus vitreus.Mata dengen vitreus yang keruh dapat dilakukan vitrektomi, evaluasi ultrasonic membantu dalam mendiagnosa penyebab patologi, waktu yang tepat untuk dilakukan operasi, pengoptimalan penggunaa alat-alat vitrektomi dan memprediksi kualitas penglihatan pasien pasca operasi. H. PENATALAKSANAAN Kekeruhan di mata adalah tidak berbahaya dan hanya mengganggu penglihatan. Kebanyaka akan hilang dengan sendirinya dan menjadi kurang mengganggu. Bila kekeruhan tersebut benar-benar menghalangi penglihatan, dokter akan menganjurkan dilakukan tindakan operasi. Cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan vitreus dari bintik-bintik dan jaringan-jaringan adalah dengan mengangkat substansi gel dari mata melalui prosedur vitrektomi. Vitrektomi dibagi atas 3 tipe :  Anterior vitrektomi : pengangkatan bagian anterior vitreus  Core vitrektomi : pengangkatan bagian sentral vitreus  Subtotal dan total vitrektomi : pengangkatan seluruh bagian vitreus Terdapat 2 teknik vitrektomi yaitu : 







Open-sky vitrektomi Teknik ini dipakai untuk anterior vitrektomi. Adapun indikasi teknik ini adalah : - kehilangan vitreous sewaktu ekstraksi katarak - aphakic keratoplasty - rekonstruksi ruang anterior pasca trauma yang menyebabkan hilangnya vitreus - pemindahan lensa yang dislokasi Closed vitrektomi Teknik ini dipakai untuk core, subtotoal dan total vitrektomi. Adapun indikasi teknik ini : - endoptalmitis disertai abses vitreus - perdarahan vitreus - proliferative diabetes retinopati - komplikasi pelepasan retina



-



pemindahan benda asing di intraocular hyperplasia vitreus primer yang persisten pemindahan lensa intraocular dari ruang vitreus



ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN a. Aktivitas/Istrahat Gejala: Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan b. Neurosensori Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskasn kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil. Peningkatan air mata. c. Nyeri/Kenyamanan Gejala: Ketidaknyamanan ringan atau mata berair d. Pembelajaran/Pengajaran Gejala: Riwayat keluarga diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin. e. Pertimbangan rencana pemulangan



DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat: 4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan). Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan, perawatan/pemeliharaan rumah. f. Prioritas Keperawatan - Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut - Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan atau penurunan ketajaman penglihatan - Mencegah komplikasi - memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan g. Tujuan Pemulangan - Penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin - Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif - Komplikasi dicegah atau diminimalkan - Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dipahami B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera. 2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler. 3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan dan mengingat, keterbatasan kognitif. 4. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi. 5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan C. INTERVENSI Nyeri



akut (Sensori



yang



tidak



menyenangkan



dan



pengalaman



emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau



menggambarkan



adanya



kerusakan



(Asosiasi



Studi



Nyeri



Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan) b/d agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis NOC :



Pain Level, Pain Control, Comfort Level Pain : Disruptive Effects Kriteria Hasil : – –



Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan



– –



manajemen nyeri. Melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi Mampu menggunakan metode non farmakologi



untuk



mengurangi nyeri NOC : Mengontrol nyeri dengan indikator: Mengenal factor-faktor penyebab nyeri, Mengenal onset nyeri, Melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, Menggunakan analgetik, Melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan, Mengontrol nyeri NOC :Menunjukan tingkat nyeri Indikator: Melaporkan nyeri, Melaporkan frekuensi nyeri, Melaporkan lamanya episode nyeri, Mengekspresi nyeri: wajah, Menunjukan posisi melindungi tubuh, kegelisahan, perubahan respirasi rate, perubahan Heart Rate, Perubahan tekanan Darah, Perubahan ukuran Pupil, Perspirasi, Kehilangan nafsu makan NIC : 1.



Manajemen Nyeri/ Paint management



- Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi - observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif - Berikan analgetik sesuai dengan anjuran - Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri - Kaji latar belakang budaya pasien - Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran



- Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis - Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan - Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan - kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (seperti: temperatur ruangan, penyinaran, dll) - Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase) - Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien - Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup - Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat - Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan - Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif - Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri 2.



Pemberian Analgetik/Analgesic Administration



- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan - Berikan obat dengan prinsip 5 benar - Cek riwayat alergi obat - Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan - Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan - Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri



- Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah pemberian analgetik - Monitor reaksi obat dan efeksamping obat - Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya 2.



Manajemen Lingkungan: Kenyamanan



- Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat - Batasi pengunjung - Tentukan hal hal yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien sepeti pakaian lembab - Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih - Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman - Hindari penyinaran langsung dengan mata - Sediakan lingkungan yang tenang - Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan - Atur posisi pasien yang membuat nyaman Nyeri kronis (serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai



berat,



konstan



atau



berulang



tanpa



akhir



yang



dapat



diantisipasi/diprediksi dan durasi waktunya lebih dari 6 bulan) b/d Ketidakmampuan fisik kronis/psikososial NOC: Pain Level, Pain Control, Comfort Level Pain : Disruptive Effects Kriteria Hasil : – –



Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan



– –



manajemen nyeri. Melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi Mampu menggunakan metode non farmakologi mengurangi nyeri



NIC: 1.



Pain Management



untuk



w Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi – –



Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk



– – –



pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang







ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan







dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu



– –



ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri



– – – – – –



farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri







tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri



2.



mengetahui



(farmakologi,



non



Analgesic Administration



Defisit pengetahuan (tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif tentang hal yang spesifik) NOC: Setelah tindakan perawatan -



Mengenal penyakitnya



-



Mengetahui cara hidup sehat



Kriteria Hasil : 



Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan







Pasien



dan



keluarga



mampu



melaksanakan



prosedur



yang



dijelaskan secara benar 



Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya



NIC: 1. -



Pendidikan kesehatan: Proses penyakit Kaji tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan proses



penyakit yang spesifik -



Jelaskan patofisiologi penyakit serta anatomi dan fisiologi



-



Jelaskan tanda-tanda dan gejala yang biaanya muncul;



-



jelaskan tentang proses penyakit



-



Kaji penyebab yang mungkin



-



Berikan informasi kepada pasien tentang kondisinya



-



Berikan informasi tentang tindakan diagnostik yang dilakukan



-



Diskusikan perubahan perilaku yang dapat mencegah komplikasi



-



Diskusikan pilihan terapi



-



Fasilitasi pasien untuk mendapatkan second opinion



-



Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin muncul



2.



Pendidikan Kesehatan:Pengobatan



- Jelaskan kepada pasien tentang pengobatan yang didapatkannya - Jelaskan kepada pasien tentang obat generik - Jelaskan kepada pasien tujuan dari tindakan setiap pengobatan - Jelaskan kepada pasien dosis, rute, dan durasi dari setiap pengobatan - Mengecek kembali kemampuan pasien dalam mengelola pengobatan yang didapat - Jelaskan kepada pasien tindakan yang dibutuhkan sebelum mendapatkan pengobatan (ex: cek nadi, dan kadar glukosa) - Jelaskan kepada pasien apa yang dilakukan jika dosis telah habis - Jelaskan kepada pasien tentang efek samping dari pengobatan dan tindakan yang tepat untuk menanggulanginya - Jelaskan kepada pasien tentang tanda-tanda dan gejala dari over atau under dosis - Terangkan kepada pasien kemungkinan interaksi obat dengan makanan - Jelaskan kepada pasien bagaimana cara penyimpanan obat yang tepat



- Libatkan keluarga dalam pengobatan 3.



Pendidikan kesehatan: Perawatan dirumah



- Jelaskan tentang pentingnya pembatasan aktivitas dan tindakan yang diperbolehkan yaitu: 1.



Menonton televisi; Membaca bila perlu tapi jangan terlalu lama



2.



Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi



3.



Pada awal mandi waslap



4.



Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi



5.



Tidur dengan pelindung mata



6.



Ketika tidur tidak boleh telungkup, tidur telentang atau miring



7.



Aktivitas dengan duduk



8.



Menggunakan kaca mata hitam untuk kenyamanan



9.



Berjongkok atau berlutut



- Jelaskan tentang tindakan yang perlu dihindari untuk jangka pendek (1 mg) Menggosok mata 1.



Mengejan pada saat defekasi



2.



Memakai sabun mendekati mata



Sesuai Penyakit Oce!!! 3.



Mengangkat benda berat



4.



Hubungan seks



5.



Mengenderai kendaraan



6.



Batuk, bersin atau muntah



7.



Menundukan kepala sampai bawah pinggang



- Jelaskan tentang perawatan dirumah dan pengobatannya - Jelaskan kepada pasien untuk segera menghubungi tim kesehatan jika muncul gejala: 1.



Nyeri , Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat



pengurang nyeri 2.



Nyeri disertai dengan gejala lain



3.



Perubahan kesehatan, dll



Defisit perawatan diri (Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri Mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting dll. ( ADL ) b/d: kelemahan,



kerusakan



kognitif



atau



perceptual,



kerusakan



neuromuskular/ otot-otot saraf. NOC: -



Self care : hygiene



-



Self care : Activity of Daily Living (ADL)



-



Self care : Bathing, dressing, feeding, dan toileting.



Kriteria hasil : -



Tubuh tidak bau/kotor dan kulit terjaga



-



Tertarik untuk ADL sesuai kemampuannya



-



Menjelaskan dan menggunakan metode perawatan diri secara



aman dan dengan kesulitan minimal NIC: Self care assistance : -



Monitor kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri.



-



Monitor kebutuhan pasien untuk perlengkapan, kebersiahan



personal, toileting dan makan -



Sediakan kebutuhan yang dibutuhkan personal



(misalnya:deodoran, sikat gigi dan sabun mandi) -



Berikan bantuan sampai pasien mampu secara penuh



melakukan perawatan diri -



Bantu pasien menerima ketergantungan



-



Dukung pasien untuk melakukan aktifitas sehari hari dengan



normal sesuai tingkat kemampuan -



Dukung kemandirian klien dalam perawatan diri



-



Tetapkan rutinitas untuk perawatan diri



Gangguan Persepsi sensori ( penglihatan, pendengaran, kinestetik, pengecapan, perabaan, penciuman ) Definisi : perubahan jumlah atau pola dari rangsangan yang masuk yang disertai dengan pengurangan, membnci, mengubah atau kerusakan respon dari berbagai rangsangan. NOC :



Visual (Body image, Cognitive orientation, Sensory function Auditory (Cognitive orientation. Communicative receptive ability,Distorted thought control ) Kriteria hasil : -



Menunjukkan pemahaman verbal, tulis atau sinyal respon



-



Menunjukkan pergerakan dan ekspresi wajah yang rileks



-



Menjelaskan rencana memodifikasi gaya hidup untuk



mengakomodasi kerusakan visual dan pendengaran -



Bebas dari bahaya fisik karena penurunan keseimbangan



pendengaran, penglihatan dan sensasi -



Memelihara kontak dengan sumber komunitas yang tepat



NIC: 1.



Communication enhancement : speech deficit (utama)



2.



Activity therapy



3.



Environmental management



Resiko cedera (Dalam resiko cedera sbagai akibat dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif individu dan sumber pertahanan) NOC : Perilaku Aman: Mencegah Jatuh dengan indikator - Menghindari jatuh dan terpeleset di lantai - Menggunakan tongkat - Menjauhkan bahaya yang bisa menyebabkan jatuh - Memakai alas kaki yang tidak mudah slip - Mengatur tinggi tempat tidur - Menggunakan alat Bantu penglihatan NIC : 1.



Manajemen Lingkungan



- ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien - identifilasi kebutuhan rasa aman bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik dan kognitif dan riwayat perilaku masa lalu - jauhkan lingkungan yang mengancam



- jauhkan objek yang berbahaya dari lingkungan - berikan side rail - antarkan pasien selama aktivitas di luar rumah sakit 2.



Mencegah Jatuh :



- Kaji penyebab defisit fisik pasien - Kaji karakteristik lingkungan yang menyebabkan jatuh - Monitor gaya jalan pasien, keseimbangan, tingkat kelelahan - Berikan penerangan yang cukup - Pasang siderail tempat tidur



DAFTAR PUSTAKA 1. Berdahl JP, Mruthyunjaya P, Scott IU et al. Vitreous hemorrage: diagnosis and treatment. Diunduh dari www.americanacademyofophtalmology.com, 26 Mei 2013. 2. Phillpotts BA, Blair NP, Gieser JP et al. Vitreous hemorrage. Diunduh dari www.emedicine.com, 26 Mei 2013. 3. Kanski JJ, Nischal KK. Vitreous. Dalam: Ophtalmology : clinical sign and differential diagnosis 2000; 237. 4. Kincaid MC, Green WR. Anatomy of the vitreous retina, and choroid. Dalam: Regillo CD, Brown GC, Flynn HW, ed. Vitreoretinal disease the essentials. New York; Thieme 1998;11-24. 5. Dibernardo C. Ultrasonography. Dalam: Regillo CD, Brown GC, Flynn HW, ed. Vitreoretinal disease the essentials. New York; Thieme 1998; 65-86. 6. Green RL, Byrne SF. Diagnostic ophtalmic ultrasound. Dalam: Ryan SJ, ed. Retina. Edisi-3. Missouri; Mosby 2001; 224-306.



7. Charles S, Edward WO. Vitreus. Dalam: Susanto D, ed.Oftalmologi umum. Edisi-17. Jakarta; EGC 2009; 178-184. 8. Lang GK.Vitreous body. Dalam: Ophtalmology a short textbook; 2009; 287-290. 9. Crick RP, Khaw PT. Painless impairment of vision. Dalam: A textbook of clinical ophtalmology. Edisi-3. London; World Scientific 2003; 111-112. 10. Retina Eye Specialist. Vitreous hemorrage. Diunduh dari www.retinaeye.com, 1 Juni 2013.