Laporan Pendahuluan Nifas Bendungan Asi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN



ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA NIFAS DENGAN MASALAH BENDUNGAN ASI



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik pada Masa Nifas Dan Menyusui



Oleh: Nur Hasilah Nasution NIM P05140521024



Pembimbing Akademik: Nispi Yulyana, SST, M.Keb NIP. 197807212008012002



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2021



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA NIFAS DENGAN MASALAH BENDUNGAN ASI



Oleh: Nur Hasilah Nasution NIM P05140521024



Menyetujui, Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



Nispi Yulyana, SST, M.Keb NIP. 197807212008012002



Satiarmi, SST NIP. 197005301989112001



Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan



Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb NIP. 198012102002122002



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Kebidanan. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.



Yuniarti, SST,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu,



2.



Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu,



3.



Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb selaku dosen Pembimbing Akademik,



4.



Bidan Satiarmi, SST selaku Pembimbing Lahan, Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari



bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan komprehensif ini bermanfaat bagi semua pihak. Bengkulu, Oktober 2021



Penyusun



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN........................................................................



ii



KATA PENGANTAR....................................................................................



iii



DAFTAR ISI...................................................................................................



iv



BAB I TINJAUAN TEORI KASUS A. Definisi Masa Nifas…………………………………………………. 1 B. Teori Laktasi ..........………………………………………………..



9



C. Bendungan ASI............................………………………………….



11



BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN (DATA FOKUS) A. Pengkajian data subyektif……………………………………………



15



B. Pengkajian data obyektif…………………………………………….



20



C. Rencana tindakan…………………………………………………….



22



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23



iv



BAB I TINJAUAN TEORI A. Definisi Masa Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas atau masa puerperium atau masa postpartum adalah mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh otot genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan(Astutik, 2015). Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2014). Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. 2. Tahapan Masa Nifas Menurut Maryunani (2015) Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu Puerperium dini a. Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b. Puerperium intermedial Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c. Remote puerperium Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan unutk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna



dapat



berlangsung



bulanan, bahkan tahunan.



1



selama



berminggu-minggu,



3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Perubahan fisiologis masa nifas menurut Nanny (2012) adalah sebagai berikut: 1. Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus Pada uterus terjadi poses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya



uterus ke dalam keadaan sebelum hamil



setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira- kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 12 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada hiperplasia,



2



peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi sel-sel yang telah ada. Pada masa nifas penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan



hipertrofi



yang



berlebihan.



Sel-sel



tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal inilah yang menjadi penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut. 1) Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terusmenerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi. 2) Autolisis Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. 3) Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh



3



perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis. Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-



perubahan



pada



miometrium.



Pada



miometrium terjadi perubahan- perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening. Tabel 1.1 Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil



Involusi Bayi lahir



Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat



Berat Uterus (gr)



Diameter Bekas Melekat Plasenta (cm)



1000



Keadaan Serviks Lembek



Uri lahir



2 jari di bawah Pusat



750



12,5



Lembek



Satu minggu



Pertengahan pusatSimfisis



500



7,5



Beberapa hari setelah nifas dapat dilalui 2 jari akhir



Dua minggu



Tak teraba di atas Simfisis Bertambah kecil



350



3-4



50-60



1-2



Enam Minggu Delapan Minggu



Sebesar normal



30



minggu pertama dapat dimasuki 1 jari minggu pertama dapat dimasuki 1 jari



Sumber : Nanny, Vivian.2013.Asuhan Neonatus, Jakarta 2. Lochea Lokia adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan vaginaselama masa nifas. Macam-macam lokia: a. Lokia rubra (crueanta): Berwanrna merah karena berisi darah segar dan sisasisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks



4



caseosa, lanugo, danmekoneum selama 2 hari pasca persalinan b. Lokia sanguilenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yangkeluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. c. Lokia serosa: Locha ini berbentuk serum dan berwarna merah jambukemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada harike-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan. d. Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih sertaterdiri atas leukosit dan sel-sel desidua. Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal, yaitu: 1) Lokia purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbaubusuk. 2) Lochiastasis: Lokia tidak lancar keluarnya (Astutik, 2015). 3. Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostiumuteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup (Astutik, 2015) 4. Vulva dan vagina a. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besarselama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. b. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil. c. Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (Astutik, 2015). 5. Perineum a. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.



5



b. Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaansebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelummelahirkan. Untuk mengembalikan tonus oto perineum, maka pada masanifas perlu dilakukan senam kegel (Astutik, 2015) 6. Payudara/Laktasi Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mammae sudah dipersiapkan baikuntuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi pada kelenjar mammae selama kehamilan yaitu: a. Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena pengaruhhormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama hamil, merangsangduktus dan alveoli kelenjar mammae untuk persiapan produksi ASI. b. Terdapat cairan yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus laktiferus.Cairan ini kadang-kadang dapat dikeluarkan atau keluar sendiri melalui putingsusu saat usia kehamilan memasuki trimester ketiga. c. Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam kelenjar mammae. Setelah persalinan, estrogen dan progesteron menurundrastis sehinggadikeluarkan prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI kemudian dikeluarkan oleh sel\otot halus disekitar kelenjar payudara yang mengkerut dan memeras ASI keluar, hormon oksitosin yang membuat otot-otot itu mengkerut. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen danprogesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada hari-hari pertama ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan agak berwarna kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yangdisekresi setelah



6



hari ketiga postpartum. 7. Perubahan Tanda-Tanda Vital Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernapasan kembali pada fungsi saat wanita tidak hamil yaitu pada bulan keenam setelah wanita melahirkan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, serta implus dan EKG kembali normal. a) Suhu badan Satu hari (24 jam) nifas suhu badan akan naik sedikit (37,538oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis, atau sistem lain. b) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. c) Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada nifas dapat menandakan terjadinya preeklampsi nifas. d) Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu naik tidak normal,



7



pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas. 8. Jadwal Kunjungan Masa Nifas Kunjungan dilakukan 4 kali selama ibu dalam masa nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pemeriksaan untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi, dan penanganan masalah-masalah yang terjadi pada saat nifas seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Jadwal Kunjungan pada Ibu dalam Masa Nifas



8



Kunjunga n



Waktu



Tujuan



1



6- 8 jam setelah persalinan



a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut. c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. e. Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi



2



6 hari setelah



A. Teori Laktasi



3



4



a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, persalinan fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan. c. Memastikan ibu mendapat cukup cairan, makanan, dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat. 2 minggu setelah a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, persalinan fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan. c. Memastikan ibu mendapat cukup cairan, makanan, dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat. 6 minggu setelah a. Menanyakan pada ibu tentang persalinan9 penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya. b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.



1. Pengertian Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksisampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integraldari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuanmeningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anakumur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. Menurut Mochtar (2015) dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan.Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASILaktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian diantaranya, yaituproduksi ASI dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur18-19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknyahormon estrogen dan progresteron yang berfungsi untuk maturasi alveoli.Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASIselain hormon lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya (Maryunani, 2015). 2. Reflex dalam proses laktasi a. Terdapat dua refleks penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran, yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi. 1) Produksi ASI (Prolaktin) Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu. Pembentukantersebut delesai ketika mulai menstruasi dengan terbentuknya hormon estrogen danprogesteron yang berfungsi untuk maturasi alveolus. Sementara itu, hormon prolactin berfungsi untuk produksi ASI selain hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan lainlain. Selama hamil hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI



10



biasanyabelum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada harikedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan saat itu sekresi ASI semakin lancar. Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu reflek prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi 2) Pengeluaran ASI (Oksitosin) Refleks oksitosin bekerja sebelum atau setelah menyusui untuk menghasilkan aliran air susu dan menyebabkan kontraksi uterus. Semakin sering menyusui, semakin baik pengosongan alveolus dan saluran sehingga semakin kecil kemungkinan terjadi bendungan susu sehingga proses menyusui makin lancar. b. Tiga refleks penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu refleks menangkap (Rooting reflex), refleks menghisap dan refleks menelan yang diuraikan sebagai berikut : 1) Refleks menangkap (rooting reflex) Refleks menangkap timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae, makabayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu. 2) Refleks menghisap Refleks menghisap timbul apabila langitlangit mulut bayi tersentuh,biasanya oleh puting susu. Supaya puting mencapai bagian belakang palate, makasebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka sinuslaktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palate,sehingga ASI terperas keluar. 3) Refleks menelan Bila mulut bayi terisi ASI, maka bayi akan menelan B. Bendungan ASI



11



1. Pengertian Bendungan ASI Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani, 2015). Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari Saluran Sistem laktasi. Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena Sebelum laktasi (Walyani 2016). Cara paling aman agar payudara tidak membengkak adalah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir. Jika payudara masih terasa berat, maka keluarkan ASI dengan cara manual atau menggunakan pompa. Perlunya perawatan pasca melahirkan sebelum menyusui agar payudara tidak lembek serta mudah ditangkap oleh bayi(Andina,2018). 2. Etiologi Bendungan ASI biasanya terjadi pada payudara ibu yang memiliki produksi ASI banyak, jikaa diraba terasa keras dan terkadang menimbulkan nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan di payudara dan demam



(Andina,2018).



Payudara



bengkak



disebabkan



karena



menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpulan pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: a. Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadipeningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabilabayi sudah kenyang dan selesai menyusu payudara tidak dikosongkan, makamasih terdapat sisa ASI



12



didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidakdikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap,maka akan menimbulkan bendungan ASI). c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah dalam menyusuidapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeripada saay bayi menyusu. Akibatnya, ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadibendungan ASI). d. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). e. Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan kesulitanpada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI) (Rukiyah, 2012) 3. Patofisiologi Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar di susu oleh bayi karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar di hisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian, kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu merasa demam dan payudara ibu terasa nyeri. Oleh karna itu sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu. Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak : payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara



13



penuh: payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam. 4. Cara Mengatasi Bendungan Payudara a. Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu. b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif. c. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase payudara, masase leher dan punggung. d. Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema 5. Penatalaksanaan Bendungan Asi Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya payudara bengkak yaitu : a. Bila ibu menyusui Susukan sesering mungkin bila memungkinkan pada kedua payudara sebelum di susukan kompres hangat payudara. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lembek, sehingga lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan kompres hangat dan dingin. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit. Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum (Walyani dan Purwoastuti, 2015) b. Bila ibu tidak menyusui Sangga payudara terlebih dahulu, lalu kompres hangat dan dingin secara bergantian pada payudara untuk mengurangi pembengkakan



14



dan rasa sakit kemudian gunakan pompa ASI untuk mengeluarkan air susu dan masukkan ke dalam botol susu (Walyani dan Purwoastuti, 2015).



15



BAB II KONSEP ASUHAN KEBIDANAN



A. Pengkajian Data Subyektif 1.



Identitas Ibu dan Suami a. Nama.                                                   b. Umur c. Agama d. Suku/Bangsa e. Pendidikan f. Pekerjaan g. Alamat.                                               h. Telepon.                                             



2.



Keluhan Utama Untuk mengetahui keluhan ibu saat datang, yang biasanya disampaikan oleh ibu nifas adalah : a. Rasa mules akibat kontraksi uterus, biasanya 2 hari postpartum b. Keluar lokheanya tidak lancar c. Rasa nyeri jika ada jahitan perineum atau robekan pada jalan lahir d. Adanya bendungan ASI e. Rasa takut BAK dan BAB akibat adanya luka jahitan f. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara meyusui yang benar g. Kurangnya pengetahuan ibu tentang merawat bayi



3.



Riwayat Kesehatan Yang Lalu Ibu mengatakan tidak pernah atau pernah menderita penyakit seperti penyakit hipertensi/hipotensi, jantung, kencing manis, ginjal dan hepatitis (Sulistyawati, 2011). Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit yang mungkin kambuh saat nifas dan berpengaruh pada masa nifasnya, misalnya : a. Kencing manis : memperlambat penyembuhan luka b. Anemia : potensial menyebabkan HPP (Haemorrhage Postpartum) c. Penyakit jantung : kemungkinan akan mengalami perdarahan post



16



partum karena kondisi ibu yang lemah dan infeksi nifas d. TBC : resiko penularan pada bayi e. Hepatitis : resiko penularan pada bayi 4.



Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan tidak sedang atau sedang menderita penyakit seperti penyakit jantung, kencing manis, ginjal, hipertensi/hipotensi, atau hepatitis (Sulistyawati, 2011). Perlu ditanyakan apakah ibu sedang menderita penyakit menurun seperti kencing manis, darah tinggi dan jantung (dapat bertambah parah jika ibu menyusui), maupun TBC (dapat menular ke bayi mealui kontak langsung dengan bayi), hepatitis (dapat menular ke bayi melalui kontak langsung dengan sekret ibu)



5.



Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami ada atau tidak ada yang sedang dan pernah memiliki penyakit menular tertentu seperti TBC, Hepatitis, dan lain-lain dan apakah anggota keluarga memiliki penyakit keturunan seperti kencing manis, tekanan darah tinggi, asma, dan lainlain. Serta apakah dalam keluarga ibu dan suami ada riwayat kehamilan kembar.



6.



Riwayat menstruasi Ibu mengatakan usia pertama kali menstruasi pada tahun



dengan



siklus .... hari, banyaknya .... ganti pembalut setiap hari dan mengalami keluhan misalnya sakit kepala sehingga mengganggu penglihatan sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak (Sulistyawati, 2011) 7.



Riwayat pernikahan Ibu mengatakan usia menikah pertama kali....tahun, status pernikahan sah/tidak, lama pernikahan .... tahun, ini adalah suami yang ke (Sulistyawati, 2011)



8.



Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu a. Kehamilan Ibu mengatakan pada kehamilan ke... . Pernah periksa ke fasilitas kesehatan berapa kali yaitu dengan periksa kehamilan pada Trimester 1 .... kali periksa ke ..., Trimester 2 kali periksa ke ...., Trimester 3 ....



17



kali periksa ke



dengan keluhan misalnya mual, muntah, nyeri



punggung, susah tidur, gangguan eliminasi dan mendapat obat atau terapi.... serta ibu pernah atau tidak pernah mengalami tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan, preeklampsia, infeksi, perkembangan janin



terlalu



besar



dan



terganggu,



diabetes



gestasional,



poli/oligohidramnion. (Muslihatun, 2010). b. Persalinan Ibu mengatakan melahirkan anak ke ... pada usia kehamilan... minggu secara normal atau operasi Sectio Caesaria pada tanggal ... bulan ... tahun ... pukul ... WIB berjenis kelamin laki- laki/perempuan dengan Berat Badan Lahir ... gram, Panjang Badan ... cm dengan jalan lahir dijahit atau tidak dijahit. Pada proses persalinan ke ... ibu pernah atau tidak pernah bersalin dengan prematur/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi dan asidosis janin (Muslihatun, 2010). c.



Nifas Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke memberikan



ASI



pertama kali kepada anaknya segera atau .. jam setelah lahir, ASI keluar banyak atau sedikir berwarna kuning (kolostrum) pada payudara kanan atau kiri. Darah yang keluar banyak atau sedikit yaitu ... kali ganti pembalut setiap hari. Ibu mengatakan bayi menyusu setiap ... jam sekali, ibu mengganti kassa tali pusat setiap setelah mandi atau setelah BAK/BAK, bayi telah mendapatkan imunisasi Hb0, vitamin K dan salep mata pada tanggal ... bulan ... tahun ... pukul ... WIB dan bayi sudah bisa BAK/BAB pada ... jam setelah lahir. 9.



Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang a. Kehamilan Ibu mengatakan ini kehamilan ke... . Pernah periksa ke fasilitas kesehatan berapa kali yaitu dengan periksa kehamilan pada



18



Trimester 1 .... kali periksa ke ..., Trimester 2 ke ...., Trimester 3 .... kali periksa ke



kali periksa



dengan keluhan misalnya



mual, muntah, nyeri punggung, susah tidur, gangguan eliminasi dan mendapat obat atau terapi.... serta ibu pernah atau tidak pernah mengalami



tanda



bahaya



kehamilan



seperti



perdarahan,



preeklampsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar dan terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion. b. Persalinan Ibu mengatakan melahirkan anak ke ... pada usia kehamilan ... minggu secara normal atau operasi Sectio Caesaria pada tanggal ... bulan ... tahun ... pukul ... WIB berjenis kelamin lakilaki/perempuan dengan Berat Badan Lahir ... gram, Panjang Badan ... cm dengan jalan lahir dijahit atau tidak dijahit. Pada proses persalinan ke ... ibu pernah atau tidak pernah bersalin dengan prematur/postmatur,



partus



lama,



penggunaan



obat



selama



persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi dan asidosis janin (Muslihatun, 2010). c. Nifas Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke



memberikan



ASI



pertama kali kepada anaknya segera atau .. jam setelah lahir, ASI keluar banyak atau sedikir berwarna kuning (kolostrum) pada payudara kanan atau kiri. Darah yang keluar banyak atau sedikit yaitu ... kali ganti pembalut setiap hari. Ibu mengatakan bayi menyusu setiap ... jam sekali, ibu mengganti kassa tali pusat setiap setelah mandi atau setelah BAK/BAK, bayi telah mendapatkan imunisasi Hb0, vitamin K dan salep mata pada tanggal ... bulan ... tahun ... pukul ... WIB dan bayi sudah bisa BAK/BAB pada jam setelah lahir 10.



Riwayat KB dan Rencana KB Ibu mengatakan setelah menikah ibu menggunakan atau tidak



19



menggunakan KB dengan jenis ... selama ... dan setelah melahirkan anaknya ini ibu berencana akan menggunakan KB jenis ... 11.



Pola kebiasaan setelah melahirkan a. Nutrisi : setelah melahirkan ibu makan dengan porsi ... centong nasi, lauk ... biji, sayur ... mangkok kecil dan minum air putih ... gelas belimbing. b. Pola istirahat: setelah melahirkan ibu mengatakan tidur sebentar kurang lebih ... jam c. Kebersihan : ibu mengatakan setelah melahirkan ibu mandi dan keramas dengan mengganti baju dalam, celana dalam, pakaian dan pembalut setiap kali merasa lembab. d. Eliminasi : setelah melahirkan ibu mengatakan sudah BAB ... jam setelah melahirkan dan BAK ... jam setelah melahirkan e. Aktivitas : setelah melahirkan ibu melakukan



mobilisasi



dengan berjalan jalan di sekitar tempat bersalin. 12.



Riwayat Psikososial dan Sosial a. Aspek psikologi masa nifas Kesiapan ibu dan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru. Selisih dengan anak sebelumnya berapa tahun. Ini bertujuan untuk menentukan apakah terjadi sibling atau tidak. (Sondakh, 2013). Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu: 1) Periode Taking In Periode



ini



terjadi



setelah



1-2



hari



dari



persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara



ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat



dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru. 2) Periode Taking Hold



20



Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 nifas. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar. 3) Periode Letting Go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi. 13.



Aspek sosial masa nifas Riwayat sosial meliputi informasi tentang tinggal ibu, pola perawatan pranatal, dan status sosioekonomi. Bidan harus mencatat bagaimana keluarga membiayai kebutuhan keluarga, siapa yang tinggal di dalam rumah, dan siapa yang akan menjadi pemberi perawatan utama bagi bayi baru lahir. Penting untuk memahami apakah hubungan ibu dengan pasangannya saat ini stabil atau mengalami perpisahan karena itu akan mempengaruhi kemampuan ibu untuk berfokus pada tugas keibuannya. Bidan harus memastikan siapa pembuat keputusan di dalam rumah (ibu, ayah, pasangan, nenek, orang tua asuh) sehingga orang itu dapat dilibatkan dalam diskusi tertentu (Varney, 2007).



B. Data Obyektif 1.



Pemeriksaan pada Ibu a.



Pemeriksaan umum 1) Keadaan umum :Baik. 2) Kesadaran



:Composmentis, letargis, somnolen, apatis,



koma 3) Tanda vital Tekanan darah



: normal (90/60 – 120/80 mmHg).



Suhu



: normal (36,5oC – 37,5oC).



Nadi



: normal (60 – 80 x/menit). Pernafasan : normal (16 - 24 x/menit).



21



4) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik menurut Nanny (2011) dilakukan secara menyeluruh dan terutama berfokus pada masa nifas, yaitu sebagai berikut: a) Inspeksi Wajah



: oedema/tidak, pucat/tidak.



Mata



: konjungtiva merah muda/pucat,sklera putih/kuning.



Leher



: pembesaran kelenjar tiroid.



Dada



: Pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar, adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI sudah keluar atau belum pada payudara kanan dan kiri.



Abdomen



: ada bekas luka operasi/tidak, ada pembesaran abnormal.



Genetalia



: pengeluaran lokia (jenis, warna, jumlah, bau), peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum.



Ekstremitas



: Oedema, varises.



b) Palpasi Leher



: adakah pembesaran kelenjar tiroid dan



bendungan vena jugularis. Payudara : adakah pembengkakan, radang, atau benjolan abnormal, keluar kolostrum/tidak. Abdomen : kontraksi baik/tidak, tinggi fundus uteri, adakah diastasis rectus abdominalis, kontraksi baik/tidak, kandung kemih kosong/penuh. Genetalia : Oedema, Hemoroid pada anus Ekstremitas : gumpalan darah pada otot kaki yang



22



menyebabkan nyeri, oedema, homan’s sign. c) Auskultasi Untuk mengetahui ada / tidaknya ronchi, wheezing pada paru. a) Perkusi Apakah refleks patella positif atau negatif. C. Rencana Tindakan / Asuhan Nifas 2 minggu 1.



Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normal TFU tidak teraba diatas simfisis, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak berbau. Ibu dalam keadaan normal.



2.



Beritahu ibu tentang gizi yang seimbang agar kebutuhan bayi pada masa laktasi bisa terpenuhi seperti makan sayuran, buah-buahan, ikan dan minum susu dan zat gizi yang banyak untuk membantu melancarkan produksi ASI.



3.



Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menyusui bayinya sesuai kebutuhan dari 0-6 bulan supaya bayi mendapat ASI eksklusif serta mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara supaya mencegah terjadinya bendungan ASI.



4.



Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu MAL, IUD, suntik 3 bulan dan AKBK. Kemudian menjelaskan tentang keuntungan dan efek samping dari tiap- tiap alat kontrasepsi tersebut.



23



DAFTAR PUSTAKA Andina, F. S. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: PT Pustaka Baru Astutik, R. Y. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info Media Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba Medika Maritalia, D. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: PUSTAKA PELA Maryunani A. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2015. Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Purwoastuti, E., dan Walyani, E.S., 2015. Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial untuk Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Rukiyah, Ai Yeyeh. Lia Yulianti. (2012) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: TIM. Walyani, E. S., Endang, P. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS



24