Laporan Pendahuluan Respiratory Distress Syndrome [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME



Oleh : INTAN NILASARI 1911040021



PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO PURWOKERTO 2019



1. DEFINISI Respiratory Distress Syndrom (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang baru lahir dengan masa gestasi kurang (Suriadi dan Yulianni, 2006). Sindrom Distres Pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyalin membrane diseaser (Suriadi dan Yulianni, 2006). Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Kompas, 2012). Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2005). Jadi berdasarkan dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa RDS adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan dan ketidakmampuan sel untuk menghasilkan surfaktan yang memadai.



2. ETIOLOGI Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) etiologi dari RDS yaitu: 1.



Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.



2.



Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.



3.



Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.



4.



Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.



5.



Adanya kelainan di dalam dan di luar paru Keluar dalam paru yang menunjukkan sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastum, penyakit membran hialin (PMH).



6.



Bayi prematur atau kurang bulan Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke- 22, semakin muda usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, secsiocaesaria. (Bobak, Lowdermik. 2013)



3. MANIFESTASI KLINIS Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan. Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut : 1.



Takhipneu (> 60 kali/menit, normal laju penapasan 40 kali per menit)



2.



Retraksi cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi



3.



Mendengkur



4.



Sianosis



5.



Pucat



6.



Kelemahan



7.



Apneu dan pernafasan tidak teratur



8.



Penurunan suhu tubuh



9.



Pernafasan cuping hidung



4. PATOFISIOLOGI Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini (Wong L, 2003). Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek, pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).



5. KOMPLIKASI 1. Komplikasi jangka pendek ( akut ) a.



Ruptur alveoli Bila



dicurigai



terjadi



kebocoran



udara



(pneumothorak,



pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ) pada bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi. b.



Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.



c.



Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.



d.



PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.



e.



Hiponatermi/ hipermatremi



2. Komplikasi jangka panjang a.



Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu.BPD berhubungan dengan tingginya



volume



dan



tekanan



yang



digunakan



pada



waktu



menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. b.



Retinopathy premature Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan



masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi



intrakranial, dan adanya infeksi (Suriadi dan Yuliani,2006).



6. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Memberikan lingkungan yang optimal Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,50-370C) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator. 2. Pemberian oksigen Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh kompleks pada bayi premature. Pemberian oksigen yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang. 3. Pemberian cairan dan elektrolit Pemberian



cairan



mempertahankan



dan



elektrolit



homeostasis



dan



ini



sangat



menghindarkan



diperlukan dehidrasi.



untuk Pada



permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena yang berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui tetesan dengan menggunakan campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam perbandinagn 4:1. 4. Pemberian antibiotic 5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen (surfaktan dari luar).



8. FOKUS PENGKAJIAN Riwayat maternal - Menderita penyakit seperti diabetes mellitus - Kondisi seperti perdarahan placenta - Tipe dan lamanya persalinan - Stress fetal atau intrapartus



Status infant saat lahir - Prematur, umur kehamilan - Apgar score, apakah terjadi aspiksia - Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar



Cardiovaskular - Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat - Murmur sistolik - Denyut jantung dalam batas normal



Integumen - Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal - Pitting edema pada tangan dan kaki - Mottling



Neurologis - Immobilitas, kelemahan, flaciditas - Penurunan suhu tubuh



Pulmonary - Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x ) - Nafas grunting - Nasal flaring - Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal - Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral)



berhubungan dengan



persentase desaturasi hemoglobin - Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea



9. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL 1.



Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasanan



2.



Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan membaran kapiler



3.



Ketidakefektifan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan kurang suplai lemak subkutan



4.



Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imun



10. INTERVENSI No



Diagnosa Keperawatan



NOC



NIC



1.



Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan



2.



Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan membaran kapiler



Respiratory status : Airway management Ventilation 1. Auskulatsi suara Respiratory status: nafas, catat adanya Airway patency suara tambahan Vital sign status Oxygen therapy Kriteria hasil : 1. Bersihkan mulut, 1. menunjukan jalan hidung dan secret nafas yang paten trakea (klien tidak merasa 2. Pertahankan jalan tercekik, irama nafas yang paten nafas, frekuensi 3. Siapkan peralatan pernafasan dalam oksigenasi rentang normal, 4. Monitor aliran oksigen tidak ada suara 5. Monitor respirasi dan abnormal) status O2 2. Tanda-tanda vital 6. Pertahankan posisi dalam rentang norml pasien (tekanan darah, nadi, 7. Monitor volume aliran pernafasan ) oksigen dan jenis canul yang digunakan. 8. Monitor keefektifan terapi oksigen yang telah diberikan 9. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi 10. Monitor tingkat kecemasan pasien yang kemungkinan diberikan terapi O2 Respiratory status : Gas Airway Management exchange 1. Mengidentifikasi pasien Respiratory status : perlunya pemasangan Ventilation alat bantu jalan napas Vital sighn 2. Memposisikan pasien Kriteria hasil : untuk memaksimalkan 1. Mendemonstrasikan ventilsi Peningkatan 3. Auskultasi suara nafas, ventilasi dan catat adanya suara nafas oksigen yang tambahan adekuat 4. Monitot respirasi dan 2. Memlihara status O2 kebersihan paruRespiratory Monitoring paru dan bebas dan 1. Monitor suara nafas



bebas dari tandatanda distress 3. Tanda – tanda vital dalam rentang normal



seperti dengkur 2. Monitor pola nafas seperti bradipnea, takipnea, kussamual, hiperventilasi, cheyne stokes, blot 3. Monitor kelelahan otot 4. Auskultasi suara nafas, catata area penururnan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan Oxgyen Tyerapy 1. Menjaga patensi jalan nafas 2. Memantau aliran liter oksigen Temepartuere regulation ( pengaturan suhu ) 3. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 4. Monitor TD, Nadi, dan RR 5. Monitor warna dan suhu kulit 6. Monitor tanda- tanda hipertermi 7. Tingkatkan intake cairan nutrisi 8. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh 9. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penangnan yang diperlukan Infection control (kontrol infeksi) 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 2. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat



3.



Ketidakefektifan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan kurang suplai lemak subkutan



Hidration Adherence behavior Immune status Risk control Risk detektion Keriteria hasil : 1. Temperatur stabil (36,5-370) 2. Tidak ada perubahan warna kulit 3. Pengendalian resiko (hypotermia)



4.



Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imun



Imune status Knowledge : infection control Risk control Kriteria hasil : 1. Klien bebas dari tanda dan gejala 2. Menunjukkan kemampuan untuk



mencegah terjadinya infeksi



3. Tingkatkan intake nutrisi Inspeksi kondisi luka / insisi bedah



7. PATHWAY Bayi Lahir Prematur



Surfaktan tidak adekuat / tidak sempurna



Lapisan lemak belum terbentuk pada kulit



Alveoli kolaps/ tidak bisa mengembang



Resiko gangguan terminologis : hipotermia



Ventilasi berkurang



Hipoksia



Peningkatan usaha nafas



Cedera paru akibat paru-paru kaku



Takipnea



Edema



Ketidakaktifan pola nafas



Gangguan pertukaran gas