Laporan Pendahuluan SC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA Nama Mahasiswa NIM Tanggal Praktek Judul Kasus Ruangan



: Tri Supartini : I 4052191007 : 11- 17 November 2019 : Post Partum dengan Sectio Caesarea + KPD : Ruang Kebidanan RSUD dr. Abdul Azis Singkawang



1. Konsep dasar a. Pengertian Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus (Prawirohardjo Sarwono, 2010). Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Syaifudin, 2014). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010). Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan, bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Atau ketuban pecah dini dapat juga didefinisikan pecahnya ketuban secara spontan pada saat belum inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan (Wiadnya, 2016). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Indikasi seksio sesarea dapat dilakukan pada pasien dengan ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.



b. Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan Menurut Mochtar (2013) sebagai berikut : 1) Seksio sesarea klasik atau corporal Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan. 2) Seksio sesarea ismika atau profundal. Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain : penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan perdarahan banyak. 3) Seksio sesarea ekstra peritonealis Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka cavum abdominal. c. Klasifikasi Menurut Mochtar (2013) sebagai berikut : 1) Seksio Sesarea Primer Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit. 2) Seksio Sesarea Sekunder Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio sesarea. 3) Seksio Sesarea Ulang Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang. 4) Seksio Sesarea Postmortem Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup. d. Indikasi Menurut Mochtar (2013) sebagai berikut : 1) Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul. 2) Plasenta previa



3) Gawat janin 4) Pernah seksio sesarea sebelumnya 5) Kelainan letak janin 6) Hipertensi 7) Rupture uteri mengancam 8) Partus lama (prolonged labor) 9) Partus tak maju (obstructed labor) 10) Distosia serviks 11) Ketidakmampuan ibu mengejan 12) Malpresentasi janin a) Letak lintang - Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa. - Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul sempit. - Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan caracara lain. b) Letak bokong Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada : - Panggul sempit - Primigravida - Janin besar dan berharga c) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil. d) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil. e) Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila - Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu - Bila terjadi interlock - Distosia oleh karena tumor - Gawat janin 13) Ketuban Pecah Dini e. Pemeriksaan penunjang 1) Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan. 2) Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi. 3) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah. 4) Urinalisis / kultur urin. 5) Pemeriksaan elektrolit (Winkjosastro, dkk, 2011)



f. Penatalaksanaan Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, (Mochtar, 2013) sebagai berikut : 1) Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jamkemudian. 2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat. 3) Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum. 4) Pemberian antibiotika. Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan. 5) Mobilisasi. Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu, paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan. 6) Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi.



g. Komplikasi Menurut Mochtar (2013) sebagai berikut : a) Infeksi puerpuralis (nifas)  Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja  Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut sedikit kembung  Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. b) Perdarahan, disebabkan karena :  Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka  Atonia uteri  Perdarahan pada placenta bed c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi. d) Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang. 2. Asuhan keperawatan a) Pengkajian 1) Identitas



Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien dan suaminya. 2) Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio caesarea hari 1-3 adalah adanya rasa nyeri. b. Riwayat kesehatan sekarang Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. c. Riwayat kesehatan dahulu  Riwayat kesehatan klien Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak.  Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak.  Riwayat pemakaian alat kontrasepsi  Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh klien apakah menggunakan KB hormonal atau yang lainya. d. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. 3) Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional a. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok. b. Sistem pernafasan Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general. c. Sistem perkemihan



Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi. d. Sistem pencernaan Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus. e. Integritas ego  Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan, sampai ketakutan, marah atau menarik diri.  Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru. f. Eliminasi  Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih pucat.  Bising usus tidak ada, samar atau jelas. g. Nutrisi Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal. h. Nyeri/ ketidaknyamanan Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesia, mulut mungkin kering. i. Keamanan  Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan utuh.  Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema, bengkok, nyeri tekan. j. Seksualitas  Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.  Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak. b) Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih. 2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan nyeri. 3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedaran. 4) Ansietas



berhubungan



interpersonal.



dengan



perubahan



peran



atau



transmisi



5) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan. 6) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan,



perawatan



diri



dan



kebutuhan



perawatan



diri.



c) Intervensi Keperawatan No 1



Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain): awitan yang tibatiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung