Laporan Pendahuluan SNH [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK



OLEH: USWATUN CHASANAH 2008092



FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG 2020



1. Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Stroke non hemoragik ialah tersumbatnya



pembuluh darah yang



menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nuratif & Kusuma, 2015). Stroke non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Wijaya & Putri, 2013) B. Etiologi Penyebab stroke non hemoragik disebabkan oleh faktor yaitu hipertensi, merokok, peningkatan kolesterol, dan obesitas (Muttaqin, 2014). a. Peningkatan kolesterol Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya thrombus sehingga aliran darah menjadi lambat untuk menuju ke otak, kemudian hal itu dapat menyebabkan perfusi otak menurun b. Obesitas Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki berat badan berlebih dengan IMT lebih besar daripada 27,8 kg/m². 8 c. Merokok Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga memungkinkan penumpukan aterosklerosis dan kemudian berakibat pada stroke.



C. Klasifikasi Menurut (Bustan, 2015) klasifikasi yang dipakai saat ini adalah sebagai berikut : Berdasarkan manifestasi klinik : a. Transient Ischemic Attack (TIA), serangan kurang dari 24 jam. b. Stroke in Evolution (SIE), hilang dalam 2 minggu. 10 c. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND). d. Completed Stroke.



Berdasarkan proses patologik (kausal) : a. Infark. b. Perdarahan Intra serebral. c. Perdarahan subarachnoidal. Berdasarkan tempat lesi a. Sistem karotis b. Sistem vertebrobasiler Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu : 1. Sroke Hemoragik Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi menjadi dua, yaitu : a. Perdarahan intraserebral (PIS): Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk masa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian 11 mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering didaerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum (Rohani, 2000 dalam Wijaya & Putri, 2013) b. Perdarahan subarakhinoid (PSA): Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar perenkim otak (Juwono, 1993 dalam Wijaya & Putri, 2013) 2. Stroke Non haemorhagic (CVA Infark) Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik. Menurut perjalanan penyakitnya atau stadiumnya :



a. TIA (Trans Iskemik Attack) Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam. b. Stroke involusi 12 Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologisnya terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat bejalan 24 jam atau beberapa hari. c. Stroke komplit Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilah stroke kumplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang (Wijaya & Putri, 2013). D. Patofisiologi Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neiron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia umum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemoragik maka faktor pencetus adalah hipertensi. 13 Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemoragik. Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dna infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena. Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja didalam arteriarteri yang membentuk sirkulasi arteria karotis interna dan sistem verterbrobasilar dan semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak



terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Menurut Wijaya & Putri 2013 proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa : 1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti ateroklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau peradangan. 2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah. 3) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium. 4) Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.



E. Patways Faktor-faktor resiko stroke antara lain: pola gaya hidup yang tidak sehat, hipertensi, diabetes melitus, kolesterol, penyakit jantung, TIA (Trans Iskemik Attack) dll. Obesitas, depresi kolestrol Kepekatan darah meningkat



Aterosklerosis



Pembentukan trombus Obstruksi thrombus di otak



Penurunan darah ke otak Sesak nafas, nafas pendek



Hipoksia cerebry



Infark jaringan serebral



Pola nafas tidak efektif



Kelemahan pada nervus V, VII, IX, X Kerusakan pusat Gerakan motoric Dilobus fronfalis Hemisphare hemiplagia



Hambatan mobilitas fisik



Kerusakan komunikasi verbal



Penurunan kekuatan oot menelan mengunyah Mobilitas menurun



Tirah baring



Resiko kerusakan integritas kulit



Gangguan perfusi jaringan serebral



Defisit perawatan diri



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



F. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011) antara lain : 1. Hipertensi 2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese) 3. Gangguan sensorik 4. Gangguan visual 5. Gangguan keseimbangan 6. Nyeri kepala (migran, vertigo) 7. Muntah 8. Disatria (kesulitan berbicara) 9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor, koma) G. Komplikasi Menurut Henderson (2002) dikutip dalam Pudiastuti (2011) pada stroke berbaring lama dapat menyebabkan masalah emosional dan fisik, diantaranya : a. Bekuan darah Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan, pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan ke paru. b. Dekubitus Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi. c. Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya pneumonia. d. Atrofi dan kekakuan sendi Pasien stroke mengalami gagguan mobilisasi sehingga menyebabkan kurangnya pergerakan dan terjadi kekakuan sendi. e. Stress atau depresi Pasien merasa tidak berdaya dan ketakutan akan masa dean. Cobalah untuk tidak berharap terlalu banyak pada diri sendiri pada hari-hari awal setelah serangan stroke f. Nyeri pundak dan subluxation atau dislokasi Keadaan pangkal bahu yang lepas dari sendinya. Ini dapat terjadi karena otot disekitar pundak yang mengontrol sendi dapat rusak akibat gerakan saat ganti pakaian atau saat ditopang orang lain.



g. Pembengkakan otak h. Infeksi Saluran kemih, paru (pneumonia aspirasi) i. Kardiovaskuler Gagal jantung, serangan jantung, emboli paru j. Gangguan proses berfikir dan ingatan Pikun (demensia). H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2013) : a. Penatalaksanaan umum 1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil 2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berkan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah 3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter 4) Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal 5) Suhu tubuh harus dipertahankan 6) Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah fungsi menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pasang NGT 7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini juka tidak ada kontraindikasi b. Penatalaksanaan Medis 1) Trombolitik (streptokinase) 2) Anti platelet/ati trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol) 3) Antikoagulan (heparin) 4) Hemmorhagea (pentoxyfilin) 5) Antagonis serotinin (noftridrofuryl) 6) Antagonis calsium (nomodipin, piracetam) c. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi 1) Atasi kejang (antikonvulsan) 2) Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitol, gliserol, furosemid, intubasi, seteroid dll) 3) Atasi dekompresi (kraniotomi)



d.



Penatalaksanaan faktor risiko 1) Atasi hipertensi (anti hipertensi) 2) Atasi hiperglikemia ( anti hiperglikemia) 3) Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)



I. Pemeriksaan Penunjang a. CT (computed tomography) scan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark. b. Ultrasonografi Doppler mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis(arteri darah atau muncul plak). c. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti peredaran darah atau obstruksi arteri adalah titik obstruksi atau rupture. d. Fungsi liumbal menunjukkan adanya tekanan normal, hemoragik, Malformasi Arteri Vena (MAV). e. SinarX tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas. f. EEG ( electro ensefalografi) mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik g. EKG (electrokardiografi) mengidentifikasi pentingnya iskemia dan aritmia jantung, serta penyakit jantung lainnya, sebagai penyebab stroke. h. Kadar gula darah pemeriksaan ini sangat diperlukan karena pentingnya diabetes melitus sebagai salah satu faktor stroke. i. Elektrolit serum faal ginjal pemeriksaan ini diperlukan, terutama berkaitan dengan kemungkinan pemberian obat osmoterapi pada pasien stroke yang disertai peningkatan intrakranial, dan keadaan dehidrasi. j. Darah lengkap rutin pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan keadaan hematologik yang dapat mempengaruhi stroke iskemik, misalnya anemia, polisitemia vera, dan keganasan. k. Faal hemostasis Pemeriksaan jumlah trombosit, waktu protrombin (PT) dan tromboplastin (aPPT) diperlukan terutama berkaitan dengan pemakaian obat antikoagulan dan trombolitik.



2. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengakajian 1. Pengkajian Identitas a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis. b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien. c. Catatan medis. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan



anggota gerak sebelah



badan, bicara pelo, tidak



dapat



berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran. b. Riwayat kesehatan sekarang Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, 42 selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan konia c. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari



riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. d. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu. 3. Pemeriksaan Fisik a) Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang. b) Mengkaji tulang belakang - Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) - Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) - Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan) c) Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi d) Mengkaji system otot Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. e) Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson). f) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. g) Mengkaji fungsional klien - Kategori tingkat kemampuan aktivitas



- Rentang gerak (range of motion-ROM) RANGE OF MOTION – (ROM) Tipe Gerakan



Derajat rentang normal



Leher, spinal, servikal Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada



45



Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak



45



Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejau mungkin



10



Fleksi lateral : memiringkan kepala sejau mungkin ke arah 40-45 setiap bahu Rotasi : memutar kepala sejau mungkin dalam gerakan 180 sirkuler Bahu Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke 180 depan ke posisi di atas kepala Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi semula



180



Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas 180 kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang 320 tubu sejau mungkin Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan 90 menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang. Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan 90 sampai ibu jari ke atas dan samping kepala Lengan bawa Supinasi : memutar lengan bawa dan telapak tangan seingga 70-90 telapak tangan menghadap ke atas Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan 70-90



menghadap ke bawah Pergelangan tangan Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan 80-90 bawah Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, 80-90 dan lengan bawa berada pada arah yg sama Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan miring Sampai 30 (medial) ke ibu jari Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan tangan miring 30-50 (medial) ke ibu jari Jari-jari tangan Fleksi : membuat pergelangan



90



Ekstensi : meluruskan jari tangan



90



Hiperkstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang 30-60 sejau mungkin Ibu jari Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan 90 telapak tangan Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjau dari tangan



90



Pinggul Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas



90-120



Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang 90-12 0 lain Lutut Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha



120-130



Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai



120-130



Mata kaki Dorsofleksi : menggerakkan sehingga jari-jari kaki menekuk 20-30 ke atas



Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki 45-50 menekuk ke bawah Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living) 1



: Pasien mampu berdiri



2



: Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal



3



:Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan



4



: Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan alat



5



: Tergantung secara total pada pemberian asuhan



Kekuatan Otot/ Tonus Otot 1



: Otot sama sekali tidak bekerja



2 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan tahanan sewaktu jatuh 3 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan sentuhan agak jauh 4 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat 5 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan melawan tekanan secara stimulant 2.



Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Batasan karakteristik (Mayor dan Minor) Gejala dan tanda Mayor : Subjektif 1.



Mengeluh



ekstremitas



sulit



Objektif menggerakan 1. Kekuatan otot menurun



2. Rentang gerak (ROM) menurun



Gejala dan Tanda Minor : Subjektif



Objektif



1. Nyeri saat bergerak



1. Sendi kaku



2. Enggan melakukan pergerakan



2. Gerakan tidak terkoordinasi



3. Merasa cemas saat bergerak



3. Gerakan terbatas 4. Fisik lemah



Faktor yang berhubungan : 1. Kerusakan integritas struktur tulang 2. Penurunan kendali otot 3. Penurunan massa otot 4. Penurunan kekuatan otot 5. Kekakuan sendi 6. Gangguan muskuloskeletal 7. Gangguan neuromuscular 8. Gangguan sensori persepsi 9. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik 2. Defisit Pengetahuan (D.0111) Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu Batasan karakteristik (Mayor dan Minor) Gejala Dan Tanda Mayor Subjektif



Objektif



1. Menanyakan masalah yang dihadapi



1. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran



2. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah Gejala Dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia)



Objektif 1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat 2. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.



apatis,



bermusuhan,



agitasi,



histeria)



3. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



Tujuan & Kriteria Hasil Planning/Intevensi (SIKI)



Keperawatan



(SLKI)



(SDKI) 1.



1. Gangguan Mobilitas Fisik berkaitan dengan gangguan neuromask uler (D.0054)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Mobilitas Fisik klien meningkat dengan KH : 1. Pergerakan ekstremitas meningkat 2. Kekuatan otot meningkat 3. Nyeri menurunm 4. Kecemasan menurun 5. Kaku sendi menurun 6. Gerakan tidak terkoordinasi menurun 7. Gerakan terbatas menurun 8. Kelemahan fisik menurun



Manajemen nyeri (I.08238) -



-



Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri Identifikasasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup



Edukasi Mobilisasi (I.12394) -



Ajarkan mobilisasi di tempat tidur Anjurkan pasien/keluarga mendemostrasik an



TTD



-



mobilisasi, miring kanan miring kiri Demonstrasikan cara melatih rentang gerak



Dukungan mobilisasi (I.05173) -



2.



Defisit pengetahu b/d



an



kurang



terpapar informasi (D.0111)



Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.I2470) asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan klien - Beri informasi tentang meningkat dengan kriteria penyakit berupa alur, hasil SLKI (L.12111) leaflet, gambar, untuk 1.Perilaku sesuai anjuran 2.Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik



-



3.Persepsi yang keliru terhadap masalah berkurang 4.Mampu menjalani pemeriksaan yang tepat



-



-



4. Implementasi



Ajarkan mobilisasi sederhana



memudahkan klien mendapatkan informasi Anjurkan keluarga mendampingi klien selama fase akut, progresif, atau termina, jika memungkinkan Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat informasikan kepada keluarga untuk memberikan dukungan



Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang lebih disusun untuk menepati tujuan yang diinginkan meliputi peningkatan kesehatan pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. 5. Evaluasi Evaluasi keperawatan merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah disusun tercapai atau tidaknya . Evaluasi didasarkan bagaimana efektifnya intervensi yang dilakukan oleh keluarga perawatan dan yang lainnya (Harmoko, 2012).