Laporan Pendahuluan Sol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan SOL (Space Occupying Lession) ANATOMI FISIOLOGI OTAK 1.1 Tulang dan Otot Kepala Tulang tengkorak kepala adalah satu struktur otot tulang yang terdiri atas tulang-tulang kecil yang pipih yaitu tulang tulang muka dan tulang-tulang kranium.Tulang-tulang muka membentuk kerangka muka dan melindungi organ-organ pancaindra seperti penglihatan, penciuman dsb ,serta merupakan perlekatan otot-otot fasial untuk ekspresi muka.Tulang-tulang kranium melingkupi dan melindungi otak yang rapuh, di samping untuk melekat otototot kepala dan leher.



Gambar diatas : otot kulit kepala dan otot mimik ( Otot kulit kepala: otot temporal dan otot mimik : otot frontal adalah otot yang sering dikeluhkan terasa tegang) Otot superfisial kepala yang berguna untuk ekspresi muka adalah otot muka dan otot kulit kepala. Otot-otot ekspresi muka adalah istimewa karena salahsatu perlekatannya adalah kulit atau otot yang lain. Bentuknya sangat bervariasi dan kekuatannya berbeda-beda. Di bawah kulit kepala otot yang



utama adalah epic ranius. Otot ini terdiri atas otot frontal didaerah dahi (musculus frontalis) dan otot oksipital didaerah belakang kepala (musculus occipitalis), keduanya dihubungkan oleh aponeurosis cranial (bangunan lebar, liat terdiri atas jaringan fibreus) yang disebut galea aponeurotica. Galea melekat erat ke kulit kepala dengan perantaraan jaringan lemak yang padat. Otot kepala yang lain adalah otot temporal (musculus temporalis), berbentuk kipas yang menutupi daerah temporal,sebagian frontal dan parietal tulang tengkorak kepala. Pada gambar diatas, otot ini bersama dengan otot masseter (musculus masseter) merupakan otot pengunyah dan berfungsi mengatupkan rahang. 1.2 Bagian Otak Otak manusia dibagi kedalam lima kelompok utama yaitu : 1. Telensefalon (endbrain) yang terdiri atas : hemisfer serebri yang disusun oleh korteks serebri, sistem limbic, basal ganglia dimana basal ganglia disusun oleh nucleus kaudatum,nucleus lentikularis, klaustrum dan amigdala. a. Korteks serebri berperan dalam persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih misal berpikir, mengingat, membuat eputusan, kreativitas dan kesadaran diri. b. Nucleus basal berperan dalam inhibisitonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna. 2. Diensefalon (interbrain) yang terbagi menjadi epitalamus, thalamus, subtalamus, dan hipotalamus. a. thalamus berperan dalam tasiun pemancar untuk semua masukan sinaps,kesadaran



kasar



terhadap



sensasi,



beberapa



tingkat



kesadaran, berperan dalam kontrol motorik. b. Hipotalamus berperan dalam mengatur banyak fgshomeostatik, misalnyakontrol suhu, rasahaus, pengeluaran urin, dan asupan



makanan penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar. 3. Mesensefalon (midbrain) corpora quadrigemina yang memiliki dua kolikulus yaitu kolikulus superior dankolikulus inferior danterdiri dari tegmentum yang terdiri dari nucleus rubra dan substansia nigra. 4. Metensefalon (afterbrain), pons dan medulla oblongata memiliki peran asal dari sebagian besar sarafkranialis perifer, pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan. 5. Serebellum memiliki peran dalam Memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih. Hemisfer sendiri menurut pembagian fungsinya masihdi bagi kedalam lobus-lobus yang dibatasi oleh gyrus dan sulkus, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :



Fungsi dari setiap lobus yaitu :



Lobus Serebral Frontal



Fungsi Penilaian



Gangguan kepribadian Gangguan penilaian



bawaan



Gangguan penampilan



Keahlian mental kompleks diri dan kebersihan diri abstraksi, membuat konsep, Gangguan Afek memperkirakan masa depan Gangguan proses piker Gangguan



fungsi



motorik Temporal Memori pendengaran



Gangguan memori yang



Memori kejadian yang baru baru terjadi terjadi



Gangguan psikomotor



Daerah auditorius primer Tuli yang Parietal dominan



memengaruhi



kesadaran Afasia Bicara



Agrafia



Berhitung (matematika)



Akalkulia



Topograpi kedua sisi tubuh



Agnosia Gangguan



Parietal nondominan



sensorik



bilateral Kesadaran sensorik Sintesis



ingatan



Disorientasi yang Distorsi konsep ruang



kompleks



Hilang kesadaran sisi tubuh yang berlawanan



Oksipital Defisit penglihatan dan Memori visual penglihatan



buta



Fungsi bagian-bagian otak : 1. Otak besar(serebrum ) Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaituyang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),kesadaran,danpertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuaidengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagiankorteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (areasensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengaturgerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yangmenghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitarkedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebihtinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagianbelakang. 2. Otak tengah(mesensefalon ) Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengahterdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjarendokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yangmengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran 3. Otak kecil (serebelum) Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadisecara sadar,keseimb angan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yangmerugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkindilaksanakan. 4. Sumsum sambung(medulla oblongata)



Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, reflex fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerakrefleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip. 5. Jembatan varol(pons varoli) Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu: a. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea) b. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba) c. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut: 1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak. 2. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Didalamnya terdapat cairanserebrospinal is; semacam cairan limfa yang mengisisela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalanuntuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. 3. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat denganpermukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dannutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme. 1.3 Sirkulasi Otak Sistem sirkulasi otak : Kebutuhan energi oksigen jaringan otak adalah sangat tinggi oleh karena itu aliran darah ke otak absolut harus selalu berjalan muluss. Suplai darah ke otak seperti organ lain pada umumnya disusun oleh arteri-arteri dan vena-vena. 1. Arteri karotis



Arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kita-kira setinggi tulang rawan carotid. Arterikarotis kiri langsung bercabang dari arkus aorta, tetapi arteri karotis komuniskanan berasal dari arteri brakiosefalika. Arterikarotis eksterna mendarahi wajah, tiroid, lidah dan faring. Cabang dari arterikarotis eksterna yaitu arteria meningea media, mendarahi strukturstruktur dalam didaerah wajah dan mengirimkan satu cabang yang besar ke daerah duramatter. Arterikarotis interna sedikit berdilatasi tepat setelah percabangannya yang dinamakan sinus karotikus. Dalam sinus karotikus terdapat ujung-ujung saraf. Khususyang berespon terhadap perubahan tekanan darah arteria, yang secara reflex mempertahankan suplai darah k e otak dan tubuh. Arteri karotis interna masuk ke o tak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,menjadi arteria serebri anterior dan media. 2. Arteri verebrobasilaris Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Arteri subklaviakanan merupakan cabang dari arteri arteri inomata ,sedangkan arteri subklaviakiri merupakan cabang langsung dari aorta.Arterivertebralis memasuki tengkorak melalui foramen



magnum,



setinggi



perbatasan



pons



dan



medulla



oblongata. K edua arteritersebut bersatu membentuk arteri basilaris. Tugasnya



mendarahi



sebahagian



diensefalon,sebahagian



lobus



oksifitalis, dan temporalis apparatus skoklearis,dan organ-organ vestibular. 3. Sirkulus Arteriosus Willisi Meskipun arteri karotis interna dan arteri vertebrobasilaris merupakan dua system arteri terpisah y a n g mengalirkan darah k e otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh - pembuluh darah anastomosisyang sirkulus arteriosus willisi



1.4 Sel-Sel Penyusun Otak Otak disusun oleh neuron-neuro dan neuroglia. Neuron merupakan sel saraf utama sedangkan neuroglia adalah sel-sel pendukung neuron. Neuron di otak tidak mengalami pertumbuhan lagi setelah dewasa, sementara neuroglia tetap melakukan pembelahan. 1.



Neuron Setiap neuron memiliki badan sel, dendrite dan akson serta



m yelin yang melapisi akson-aksonnya. P eran neuron dalam penyampaian impuls berkaitan dengan kemampuannya dieksitasi. Pada kondisi istirahatpotensial membrane neuron berkisar antara -70 mv. 2. Neuroglia



Neuroglia terdiri dari empat jenis sel yang mempunyai peran yang berbeda dalam menunjang system saraf yaitu : a. Astrosit ,bentuknya seperti bintang mempunyai beberapa peranyaitu:  



Sebagai perekatantar neuron Sebagai tangga yang menuntun neuron yang sedang







tumbuh selama masa janin Menginduksi perubahan anatomis dan fungsional



 



pembuluh-pembuluh darah alus di otak Berperan dalam pembentukan jaringan parutotak Menunjang neuron secara metabolic,dengan menyerab



glutamate dan GABA  Menyerap kelebihan K+dari CESotak. c. Oligodendrosit : membentuk myelinyang



merupakan



insulator dan circuit local yang mempercepat t ransmisi impuls. d. Sel ependimal:member rongga-rongga internal SSP e. Microglia: berperan sebagai makrofag, penyapu benda asing di SSP 1.5 Saraf Saraf cranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina (tunggal, foramen). Komponen Saraf Kranial a. Komponen sensorik somatik : N I, N II, N VIII b. Komponen motorik omatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XII c. Komponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII, N IX, N X d. Komponen motorik viseral Eferen viseral merupakan otonom mencakup N III, N VII, N IX, N X. Komponen eferen viseral yang ikut dengan beberapa saraf kranial ini, dalam sistem saraf otonom tergolong pada divisi parasimpatis kranial. Dengan keterangan : a. N. Olfactorius Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.



b. N. Optikus Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer. c. N. Oculomotorius Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata d. Trochlearis Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata e. N. Trigeminus Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen. f. N. Abducens Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen. g. N. Facialias Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent h.



untuk otot wajah. N. Statoacusticus Saraf ini terdiri dari komponen saraf



pendengaran dan saraf



keseimbangan i. N. Glossopharyngeus Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otototot pharing untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah, pharing, j.



tuba, eustachius dan telinga tengah. N. Vagus



Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharing yang menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh. k. N. Accesorius Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 12-3. l.



Saraf



ini



mempersarafi



muskulus



Trapezius



dan



Sternocieidomastoideus. Hypoglosus Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otototot lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi. (Price, Wilson, 2006)



Kanker otak merupakan pembunuh yang bekerja diam-diam. Kehadiran tumor otak kadang sangat sulit dideteksi. Gejala umum kanker otak adalah kepala pusing dan mual/muntah. Kanker otak dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya bisa satu atau lebih, dan secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu : Faktor dari dalam: Merupakan faktor yang datang dari dalam diri sendiri. Yang utama adalah faktor keturunan / genetik. Jika ada sanak saudara yang punya riwayat menderita kanker otak, berarti peluang Anda terkena kanker otak lebih besar daripada mereka yang keluarganya tidak ada penderita kanker otak. Faktor kedua yang dapat memicu terjadinya kanker otak adalah riwayat benturan (jika kepala Anda pernah terbentur). Benturan ini dapat menyebabkan trauma pada jaringan otak, sehingga bisa jadi penyebab tumbuhnya jaringan abnormal dalam otak (yang kemudian dapat berkembang menjadi kanker otak). Faktor dari luar: Merupakan faktor yang datang dari luar tubuh, pada umumnya berupa makanan dan radiasi. Obat-obatan tertentu yang diminum secara terusmenerus berpotensi menyebabkan kanker. Faktor-faktor lainnya:







Pola hidup yang kurang sehat: misalnya merokok, makanan berlemak, kurang serat, dsb.







Bahan karsiogenik: minyak goreng yang dipakai berulang-ulang, bahan kimia yang termakan







Radiasi: paparan radiasi dalam gelombang tertentu dapat memicu berkembangnya sel kanker



Otak bisa multitasking karena semua aktivitas tersebut diatur oleh bagian otak yang berbeda (tiap bagian memiliki fungsi yang berbeda). Secara umum, otak manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak (brain stem). Tiap bagian ini terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, di mana masing-masing bagian kecil tersebut terbagi lagi, dan seterusnya. Ruang antar bagian terisi oleh cairan otak (cerebrospinal fluid), sedangkan bagian luarnya terlindungi oleh tiga lapis selaput otak (meninges) dan tulang tengkorak.



Tiap bagian otak tersebut bisa terkena tumor/kanker. Walaupun tumor jinak, tapi karena tumbuhnya di otak, bisa menjadi sangat berbahaya. Tumor tersebut dapat mengganggu fungsi dan merusak struktur susunan saraf pusat, karena terletak di dalam rongga yang terbatas (rongga tengkorak). Seiring dengan berkembangnya tumor tersebut, jaringan otak akan semakin tertekan. Padahal volume rongga tengkorak sangat terbatas dan tidak mungkin bertambah besar. Inilah yang menjadikan sakit kepala / pusing sebagai gejala awal kanker otak.



Ciri-ciri awal kanker otak sangat bervariasi, tergantung pada bagian otak mana yang terserang. Misalnya kepala pusing atau terasa mual. Berikut gejala kanker otak yang patut Anda waspadai: 



sakit kepala disertai mual sampai muntah yang menyemprot







daya penglihatan berkurang







penurunan kesadaran atau perubahan perilaku







gangguan berbicara







gangguan pendengaran







gangguan berjalan / keseimbangan tubuh







gangguan saraf







anggota gerak melemah atau kejang







pada bayi biasanya ubun-ubun besar menonjol



Ingat, daftar di atas hanya merupakan gejala. Walaupun Anda mengalami satu atau lebih gejala di atas, belum tentu Anda terkena kanker otak. Untuk memastikan, Anda harus diperiksa langsung oleh dokter ahli syaraf serta menjalani pemeriksaan lanjutan seperti CT scan, MRI, angiogram, myelogram, spinal tap dan biopsi. PENGERTIAN SOL (Space Occupying Lession ) SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intra kranial. ( Long, C 1996 ; 130). Tumor intracranial meliputi lesi desak ruang jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Klien tumor intracranial datang dengan berbagai gejala yang membingungkan, oleh karena itu penegakan diagnosis menjadi sukar. Tumor intracranial dapat terjadi pada semua umur tidak jarang menyerang anak- anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa pada usia 50-an dan 60-an. (Muttaqin, 2011). ETIOLOGI



Penyebab dari SOL ini dapat berupa : 1. Malignansi - Meliputi metastase, glioma, meningioma, adenoma pituitary, dan neuroma -



akustik merupakan 95% dari seluruh tumor. Pada dewasa 2/3 dari tumor primer terletak supratentorial, tetapi pada



-



anak-anak 2/3 tumor terletak infratentorial. Tumor primer umumnya tidak melakukan metastasis dan sekitar 30% tumor otak merupakan tumor metastasis dan 50% diantaranya adalah tumor multipel.



SOL lain meliputi : 2. 3. 4. 5. 6.



Hematoma , yang dapat disebabkan trauma. Abses serebral. Amubiasis serebral dan cystiserkosis. Limfoma yang sering terjadi akibat infeksi HIV. Granuloma dan tuberkuloma.



FAKTOR RESIKO Faktor resiko tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok, ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan ketujuh . Faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu (okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam timbulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis. MANIFESTASI KLINIS Gejala klinis dari tumor otak bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi daripada tumor tersebut. Kebanyakan dari gejala klinis yang tampak berhubungan dengan peningkatan tekanan pada atau daerah sekitar otak. Tidak ada ruang di dalam tempurung otak kecuali untuk jaringan otak dan cairannya. Segala bentuk tumor, jaringan tambahan dan cairan yang berlebih dapat menyebabkan gambaran klinis. Pada umumnya tumor intrakranial mempunyai gejala –gejala umum dan local. Gejala-gejala umum:



Akibat peninggian tekanan intrakranial. 1. Muntah: merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama. Timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual. Pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil. 2. Sakit kepala: dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan berulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/ bilateral yang terutama dirasakan daerah frontal dan suboksipital. 3. Gejala mata: Strabismus/ diplopia dapat terjadi karena regangan nervus abdusens. Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat penting untuk tumor intrakranial. 4. Pembesaran kepala: terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial. 5. Gangguan kesadaran: dapat ringan sampai yang berat. 6. Kejang: sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut. 7. Gangguan mental: lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis Gejala-gejala lokal 1. Tumor Batang Otak (Mesencephalon, Pons, Medulla Oblongata) Tumor pada batang otak dapat memberikan beragam gambaran klinis. Gejala yang paling sering adalah muntah, biasanya setelah bangun, dan jalan yang tidak terkoordinasi dan janggal (ataxic gait). Kelemahan otot pada satu sis dari wajah menyebabkan senyuman satu sisi ataupun kelopak mata yang jatuh (drooping eyelid). Nyeri pada saat menelan dan gangguan pada tutur bicara (dysarthria) juga merupakan gambaran klinis yang penting. Sebagai tambahan, fungsi dari saraf – saraf mata menyebabkan penurunan penglihatan. Nyeri kepala, biasanya setelah bangun tidur, biasa terjadi. Rasa pusing, penurunan pendengaran, memiringkan kepala, kelemahan otot pada satu sisi (hemiparese) dan perubahan tingkah laku dapat terjadi. Gejala – gejala ini dapat timbul secara bertahap 2. Tumor Sudut Serebelopontin (Tumor Nervus Akustikus)



Gejala awal adalah telinga berdenging (tinnitus). Pada kasus-kasus tertentu disertai rasa berputar (vertigo). Seiring dengan pertumbuhan tumor, gejala lain dapat muncul seperti ketulian, dan gejala-gejala lain yang hampir sama dengan gejala tumor batang otak. 3. Tumor Serebral Hemisphere 4. Tumor Lobus Frontalis Gejala umum terdiri dari paralisis satu sisi (hemoplegia), kejang, memori defek, dan perubahan status mental dan tingkah laku. Apabila tumor terletak pada basis lobus frontalis, kehilangan sensasi penciuman (anosmia), gangguan- gangguan penglihatan, dan pembengkakan pada nervus optikus (papiledema) dapat terjadi. Apabila tumor mengenai bagian kanan dan kiri lobus frontalis, perubahan status mental atau tingkah laku dan jalan yang tidak terkoordinasi (ataxic gait) dapat terjadi. 5. Tumor Lobus Parietal Kejang, gangguan berbicara, dan ketidakmampuan untuk menulis terjadi bila tumor terletak pada bagian dominan (biasanya hemisphere kiri). Gejala lain yaitu adanya disorientasi pada ruangan atau anggota tubuh. 6. Tumor Lobus Oksipital Gejala umum adalah kebutaan pada satu sisi hemianopsia) dan kejang . 7. Tumor Lobus Temporal Biasanya tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi, dapat menyebabkan kejang ataupun gangguan berbicara (dysphasia). 8. Tumor Subkortikal Hemiplegia merupakan gejala umum. Tumor ini sering menginvasi lobus lain pada hemisphere serebral dan menyebabkan timbulnya gejala-gejala lain sesuai dengan lokasi invasi. Apabila tumor tersebur menginvasi thalamus, kehilangan sensasi sentuh dapat terjadi. 9. Tumor Midline (Craniopharyngioma, Optic Nerve Glioma, Tumors of the Thalamus and Sellar areas) Timbul gejala – gejala peningkatan tekanan intrakranial. Gejala lain adalah nistagmus, perubahan tingkah laku ataupun kesadaran. Sebagai tambahan, gangguan pada fungsi glandular menyebabkan keterlambatan pertumbuhan ataupun pertumbuhan yang terlalu cepat. Dapat terjadi gangguan gangguan keseimbangan air (diabetes insipidus) 10. Tumor Fossa Posterior (Tumors Ventricle IV, Tumor Cerebellar)



Gejala peningkatan tekanan intracranial sering terjadi. Ataxic gait, jalan mengayun dan sempoyongan dapat terjadi. Tremor, dan gangguan koordinasi dan berbicara lainnya adalah gejala yang sering. Iritasi saraf dapat menyebabkan rasa sakit pada belakang kepala. 11. Tumor Infratentorial Karena letaknya di fosa posterior, maka gejala lokal yang ditemukan ialah a. Gejala serebelar: berupa ataksia, gangguan koordinasi, nistagmus dan gangguan tonus otot. b. Gejala batang otak: pada umumnya berat karena pada batang otak terdapat pusatpusat vital serta pusat saraf kranialis. c. Gejala nervi kranialis: akibat peregangan atau penekanan tumor terutama N.VI, juga N.V, VII, IX dan X 12. Tumor Supratentorial a. Tumor supraselar memberikan gejala utama berupa gangguan penglihatan dan gangguan endokrin/ metabolik. b. Tumor hemisfer serebri: gejala yang timbul bergantung pada lokalisasi tumor di area/lobus hemisfer, seperti sindroma lobus frontalis atau sindroma lobus temporalis KOMPLIKASI a. Gangguan fisik neurologis b. Gangguan kognitif c. Gangguan tidur dan mood d. Disfungsi seksual e. Herniasi otak (sering fatal) Herniasi otak merupakan pergeseran dari otak normal melalui atau antar wilayah ke tempat lain karena efek massa, ini adalah komplikasi dari efek f. g. h. i. j. k.



massa baik dari tumor, trauma atau infeksi Herniasi unkal Herniasi Foramen Magnum Kerusakan neurologis permanen, progresif, dan amat besar Kehilangan kemampuan untuk berinteraksi atau berfungsi Efek samping medikasi, termasuk kemoterapi Efek samping penatalaksanan radiasi 1) selama tindakan: peningkatan edema, reversible 2) setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi 3) enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversible (biasanya satu



hingga dua tahun) l. Rekurensi pertumbuhan tumor.



KLASIFIKASI Berdasarkan histologi, maka tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Glioma Glioma adalah peningkatan sel-sel glia atau jaringan penghubung. Tumor ini berasal dari otak dan jumlahnya sekitar 50% dari semua neoplasma otak pada usia dewasa, jarang terjadi pada anak-anak. 2. Astrocytomas Astrocytomas stadium 1 dan 2 jumlahnya sekitar 20% dari semua gliomas. Tumor ini tumbuhnya lambat. Pada usia dewasa astrocytomas biasanya terjadi didalam serebrum, dewasa dengan menyusup ke jaringan sekitarnya dan memiliki variasi derajat malignannya. Bagaimanapun, pada anak-anak astrocytomas biasanya lokasinya di serebellum. 3. Glioblastoma Astrocytomas stadium 3 dan 4 diketahui sebagai glioblastoma dengan berbagai bentuk. Glioblastoma pertumbuhannya sangat cepat, tumor infiltrasi yang jumlahnya sekitar 50% dari semua glioma. Pada usia dewasa glioblastoma sering terjadi pada pria usia 35 tahun, dengan paling bnayak lokasi tumor ini jarang terjadi dan biasanya lokasinya di serebellum. 4. Ependymonas Ependymonas stadium 1 sampai 4 jumlahnya sekitar 10% dari semua glioma. Tumor ini mempengaruhi semua kelompok umur, sebagian besar terjadi pada anak, dengan angka kejadian yang paling tinggi pada pria. Lokasi tumor ini di fossa posterior dan ventrikel 4. 5. Oligodendrogliomas Oligodendrogliomas stadium 1 dan 4 jumlahnya sekitar 5% dari semua glioma. Tumor ini pertumbuhannya sangat lambat. Oligodendrogliomas biasanya terjadi dalam lobus frontal pada dewasa 6. Mendulloblastomas Mendulloblastomas jumlahnya sekitar 10% dari semua gliomas. Tumor ini invasif dan sangat malignan. Mendulloblastomas terjadi pada anak dibawah 10 tahun dan lebih sering terjadi pada pria. Tumor ini biasanya dimulai dari serebellum dan invasif ke ventrikel IV, III dan ventrikel lateral, kemudian metastasis ke ruang subarachnoid.



STADIUM 1. Grade 1 Jaringan



tersebut



jinak,



terlihat



seperti



sel



otak



normal



dan



pertumbuhannya lambat 2. Grade 2 Jaringan tersebut ganas, kurang terlihat seperti sel otak normal dibandingkan dengan grade 1 3. Grade 3 Jaringan ganas memiliki sel-sel yang terlihat sangat berbeda dari sel normal, sel-sel yang abnormal secara aktif tumbuh, sel-sel yang abnormal yang muncul disebut anaplastik 4. Grade 4 Jaringan ganas memiliki sel yang terlihat paling abnormal dan cenderung tumbuh sangat cepat. (Vinay Kumar, 2003) PATOFISIOLOGI Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema. Beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi pus. Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis. ( long,1996;193). Abses otak (AO) dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu. Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadangkadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang



progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. PROGNOSIS Tergantung pada lokasi dan kemungkinan tumor untuk diangkat, umur pasien, histology tumor, dan metastasis tumor. -



Bila lokasi memungkinkan tumor untuk diangkat, maka prognosis baik. Lokasi seperti hipotalamus dan batang otak sulit diakses, dapat menyebabkan kematian, meskipun tidak ada bukti histologik adanya keganasan.



-



Semakin lanjut usia pasien, maka semakin buruk prognosisnya, karena semakin menurunnya kemampuan sel-sel tubuh untuk beregenerasi. Tumor yang ganas juga memperburuk prognosis akibat cepatnya perkembangan tumor yg dapat semakin meningkatkan TIK dan memperburuk kondisi pasien.



-



Pada pasien dengan tumor otak sebagai metastasis dari keganasan di organ lain, maka pasien umumnya meninggal bukan disebabkan karena kerusakan pada otak, namun akibat keganasan tersebut. (Vinay Kumar, 2003)



PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Penyelidikin diagnostik spesifik dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-invasif yang menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang mempergunakan teknik invasif dan yang lebih berbahaya. a. Elektroensefalogram (EEG) Elektroensefalogram (EEG) merekam aktivitas umum elektrik di otak, dengan meletakkan elektroda pada area kulit kepala atau dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan pengkajian fisiologis aktivasi serebral. Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai



perubahan



kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intaserebral dapat dilihat pada ekoensefalogram. Pencitraan radio memperlihatkan area akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Kanker otak, tumor intracranial, Space



Occupying Lesion (SOL) maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. (Arif Muttaqin, 2008) Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. b. Ekoensefalogram Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral. c. Foto rontgen polos Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering digunakan untuk mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL (space occupying lesion). (Arif Muttaqin, 2008) d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetik untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto magnetik (nucleus hidrogen) di dalam tubuh seperti magnet-magnet kecil di dalam medan



magnet.



Setelah



pemberian



getaran



radiofrekuensi,



foto



memancarkan sinyal-sinyal, yang diubah menjadi bayangan. MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan abnormal serebral dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostik lainnya. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada dokter dalam memantau respons lesi terhadap pengobatan. Pemindaian MRI membarikan gambaran grafik dari struktur tulang, cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor kecil, ganas, atau sindrom infrak dini. (Arif Muttaqin, 2008) e. Computerized Tomografi (CT Scan) CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita Space Occupying Lesion (SOL). Sensitifitas CT



Scan untuk mendeteksi lesi yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL), umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya SOL dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis SOL akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras. Penilaian CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL): Tanda proses desak ruang: - Pendorongan struktur garis tengah otak - Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel f. Angiografi serebral Angiografi serebral adalah proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x terhadap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikkan ke dalam arteri yang dipilih. Angiografi serebral merupakan pilihan terakhir jika dengan pemeriksaan CT scan dan MRI, diagnosis masih belum bisa ditegakkan. (Hacke W. dan Kramer H., 1991). Angiografi memberi gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor. Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukkan kateter melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan langsung pada arteri karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri brakialis dengan zat kontras. (Arif Muttaqin, 2008) g. Radiogram Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi selatursika. h. Sidik otak radioaktif Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Space Occupying Lesion (SOL) mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.



i. Biopsi stereotaktik bantuan-komputer (tiga dimensi) Biopsi stereotaktik digunakan untuk mendiagnosis kedudukan lesi yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. (Suzanne C. Smeltzer, 2001).



DIAGNOSA BANDING Gejala yang paling sering dari Space Occupying Lesion (SOL) adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan Space Occupying Lesion (SOL) dengan beberapa penyakit berikut : a. Abses otak Abses otak adalah merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam jaringan otak. Ini dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari trauma intracranial atau pembedahan. Manifestasi klinis dari abses otak adalah sakit kepala dan biasanya memburuk pada pagi hari, muntah, kelemahan ekstremitas, penurunan penglihatan dan kejang. (Suzanne C. Smeltzer, 2001) b. Epidural hematom Epidural Hematoma (EDH) adalah suatu perdarahan yang terjadi di antara tulang dan lapisan duramater. Hematoma epidural terletak di luar duramater tetapi di dalam rongga tengkorak dan cirinya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Sering terletak di daerah temporal atau temporo parietal yang disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat retaknya tulang tengkorak. Gumpalan darah yang terjadi dapat berasal dari pembuluh arteri, namun pada sepertiga kasus dapat terjadi akibat perdarahan vena, karena tidak jarang EDH terjadi akibat robeknya sinus venosus terutama pada regio parieto-oksipital dan fora posterior. Gejala yang sering tampak antara lain: penurunan kesadaran dan bisa sampai koma, bingung, penglihatan kabur, susah bicara, nyeri kepala yang



hebat, keluar cairan darah dari hidung atau telinga, nampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala, mual, pusing, berkeringat, pucat, pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar. c. Hipertensi intrakranial benigna Hipertensi intrakranial benigna adalah kelainan neurologi yang ditandai dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat peningkatan tekanan cairan serebrospinalis tanpa adanya bukti infeksi, massa intrakranial, hidrosefalus, atau patologi intrakranial lain. (George Dewanto, 2009). Kondisi ini numumnya terjadi pada wanita muda dengan obesitas. Terdapat gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial tanpa adanya lesi massa yang diidentifikasi pada pencitraan kepala dengan CT atau MRI. Tanda dan gejalanya penyakit ini antara lain nyeri kepala pada pagi hari, muntah dan kadang gangguan penglihatan khasnya diplopia dan pandangan visual menjadi kabur(hilangnya penglihatan bilateral yang tibatiba dan sementara pada peubahan postur). (Lionel Ginsberg, 2007) d. Meningitis kronik Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organorgan jamur. Tanda dan gejala hampir sama dengan penyakit ini, antara lain: sakit kepala dan demam yang merupakan gejala awal yang sering muncul. Selain itu, bisa juga terjadi perubahan pada tingkat kesadaran yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit. (Suzanne C. Smeltzer, 2001). PENCEGAHAN 1. Jangan sampai kepala Anda terbentur atau mengalami trauma. Hindari aktivitas yang berisiko tinggi seperti tinju. Selalu gunakan helm saat naik sepeda motor. 2. Perbanyak makan buah-buahan yang mengandung antioksidan seperti kurma, jeruk, kismis, strawberry, buah plum dan anggur merah. Zat antioksidan akan melancarkan peredaran darah dari dan ke otak sehingga mencegah terjadinya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah.



3. Jangan merokok. 4. Perbanyak makan makanan berserat, jauhi makanan berlemak. 5. Hindari bahan karsiogenik, misalnya minyak goreng yang dipakai berulang-ulang. 6. Jauhi benda dengan kadar radiasi tinggi karena paparan radiasi dalam level tertentu dapat memicu perkembangan sel abnormal. Jika menelepon menggunakan handphone, gunakan handsfree agar ada jarak antara ponsel dengan kepala (otak) sehingga mengurangi kadar panas dan radiasi. 7. Gaya hidup sehat. Tidur yang cukup. Rutin olahraga agar ada sirkulasi darah ke otak 8. Kalau Anda mengalami gejala-gejala, seperti sering sakit kepala yang hilang timbul, atau tidak hilang-hilang, muntah-muntah tanpa sebab, penurunan penglihatan yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, kelemahan anggota gerak secara bertahap, berjalan limbung, gejala layaknya vertigo atau sempoyongan, maka segera lakukan pemeriksaan diri dan dianjurkan melakukan pemeriksaan MRI. 9. Jangan biarkan stres berat menyerang terus-menerus, sempatkan waktu beristirahat, dan lakukan refreshing yang dapat mengurangi dan menghilangkan stres Anda. 10. Kurangi konsumsi makanan yang diasap, dibakar dan diawetkan dengat nitrit, maupun zat-zat kimiawi buatan lainnya. 11. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Apalagi kalau Anda mempunyai riwayat keluarga penderita kanker otak. 12. Jangan mengonsumsi obat-obatan tertentu sebelum mendapat resep rujukan



dokter.



Kesalahan



penggunaan



obat



dapat



merangsang



perkembangan sel kanker. 13. Tapi masih ada satu lagi obat yang dikatakan sebagai cara pencegahan kanker otak yaitu Mariyuana (ganja). Tanaman daun ganja ternyata dapat memberikan efek positif dalam mencegah kanker otak, fakta ini dibuktikan pada hasil penelitian Guillermo Velasco dan koleganya di Complutense University, Spanyol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa zat aktif



dalam mariyuana, THC, meningkatkan proses autophagy pada sel kanker otak. Autophagy adalah suatu proses dimana sel melakukan bunuh diri dengan cara menghancurkan organel-organel dalam sel tersebut. Hasil dari penelitian tersebut ditemukan bahwa zat golongan canboid seperti THC mempunyai efek anti kanker pada tikus dengan sel kanker dan pasien penderita tumor otak. PENATALAKSANAAN MEDIS Modalitas pengobatan pada kanker secara umum terbagi dua, yaitu terapi lokal berupa pembedahan dan radiasi, dan terapi sistemik. Jenis terapi sistemik pada kanker adalah kemoterapi dengan sitotoksik, terapi hormonal, terapi biologi. a. Pembedahan. - Craniotomi Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak. Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI, Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Sedangkan menurut Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, Craniotomi adalah prosedur untuk menghapus luka di otak melalui lubang di tengkorak (kranium). Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Craniotomi adalah Operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka yang ada di otak. Tujuan Craniotomi adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang paling umum dilakukan untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga dilakukan



untuk



menghilangkan



bekuan



darah



(hematoma),



untuk



mengendalikan perdarahan dari pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma serebral), untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal dari pembuluh darah), untuk menguras abses otak, untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak, untuk melakukan biopsi, atau untuk memeriksa otak. b. Radiotherapi



Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang. Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh selsel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit. Beberapa bentuk terapi radiasi: Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama beberapa minggu. Memberikan dosis total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan sehat di daerah tumor. Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga kali sehari, bukan jumlah yang lebih besar sekali sehari. Efek samping dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual, muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di lokasi radiasi, sakit kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi) c. Kemoterapi Kemoterapi adalah pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen kimia yang biasanya digunakan untuk terapi kanker. Dasar pengobatan yaitu perbedaan antara sel kanker dan sel normal terhadap reaksi pengobatan sitostatika yang diberikan sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Perbedaan tersebut adalah perbedaan sifat biologis, biokimia, reaksi farmakokinetik dan sifat proliferatif. Sebelum membahas mengenai cara kerja masing-masing golongan obat antineoplasma, perlu diketahui dulu hubungan kerja obat antineoplasma dengan siklus sel kanker. Sel tumor dapat berada dalam 3 keadaan yaitu : 1. Yang sedang membelah (siklus proliferatif). 2. Yang dalam keadaan istirahat (tidak membelah, G0). 3. Yang secara permanen tidak membelah Sel tumor yang sedang membelah terdapat dalam beberapa fase yaitu : -



fase mitosis (M) fase pramitosis (G1)



-



fase sintesis DNA (S) fase pascamitosis (G2) 1 Pada akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang



merupakan saat terjadinya replikasi DNA. Setelah fase S berakhir sel masuk dalam fase pramitosis (G2) dengan ciri-ciri : -



sel berbentuk tetraploid mengandung DNA lebih banyak daripada sel fase lain masih berlangsungnya sintesis RNA dan protein Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sintesis protein dan RNA berkurang



secara tiba-tiba, dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali memasuki fase G1, saat sel berproliferasi atau memasuki fase istirahat (G0). Sel dalam fase G0 yang masih potensial untuk berproliferasi disebut sel klonogenik atau sel induk (stem cell). Jadi yang menambah jumlah sel kanker adalah sel dalam siklus proliferasi dan dalam fase G0 1. Ditinjau dari siklus sel, obat dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu : 1. Yang memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase – fase tertentu dari siklus



sel



(cell



cycle



specific),



misalnya



vinkristin,



vinblastin,



merkaptopurin, metotreksat, asparaginase. Zat ini terbukti efektif terhadap kanker yang berproliferasi tinggi misalnya kanker sel darah. 2. Zat cell cycle nonspecific, misalnya zat alkilator, antibiotik antikanker, sisplatin. Perbedaan kerja tersebut lebih bersifat relatif daripada absolut karena banyak zat yang tergolong cell cycle nonspecific lebih efektif terhadap sel yang berproliferasi dan terhadap sel-sel yang sedang dalam fase tertentu siklusnya. Misalnya bila DNA sel klonogenik yang telah teralkilasi diperbaiki sebelum sel memasuki fase S, maka sel tersebut tidak dipengaruhi oleh zat alkilator. Obat-obat untuk terapi kanker terdiri dari beberapa kelas obat, yaitu golongan antibiotika, hormon, antimetabolit, alkaloid nabati / alkaloid vinka dan agen alkilasi 4. Mekanisme kerja masing – masing golongan adalah sebagai berikut : I. Alkilator (Agen Alkilasi) alkilasi DNA.



Cara kerja: melalui pembentukan ion karbonium yang sangat reaktif. Yang termasuk golongan alkilator adalah : 1.1. Mekloretamin 1.2. Siklofosfamid 1.3. Klorambusil 1.4. Busulfan II. Antimetabolit Cara kerja : menggantikan purin / pirimidin dalam pembentukan menghambat sintesis DNA. Yang termasuk golongan nukleosida antimetabolit adalah : 2.1. Sitarabin 2.2. Metotreksat (MTX) 2.3. Merkaptopurin III. Alkaloid Nabati (Alkaloid Vinka) Cara kerja : berikatan dengan tubulin (komponen protein mikrotubulus), mitosis terhenti yang merupakan bagian penting dari micotic spindle dalam metafase. Yang termasuk golongan alkaloid nabati adalah : 3.1. 3.2.



Vinkristin Vinblastin



IV. Antibiotika 4.1. Daunorubisin dan Doksorubisin (Adriamisin) Cara kerja : a. Interkalasi dengan DNA -rantai DNA putus b. Bereaksi dengan sitokrom p450 reduktase - reaksi dengan O2 menghasilkan radikal bebas -sel hancur 4.2. Aktinomisin-D (Daktinomisin) Cara kerja : a. Interkalasi antara guanin dan sitosin pada 2 rantai DNA (double stranded DNA) b. Menghambat sintesis RNA yang dependen terhadap DNA (terutama ribosomal DNA) 4.3. Bleomisin Cara kerja : Membentuk kompleks dengan Fe - berikatan dengan DNA terbentuk radikal bebas - rantai DNA putus (single and double stranded) dan sintesis DNA terhambat.



Efek samping dari kemoterapi, antara lain: mual dan muntah, sariawan, kehilangan nafsu makan, rambut rontok, dan banyak lainnya. Untuk menangani efek samping dari kemoterapi, diskusikan hal ini dengan dokter Anda. (Aru w. Sudoyo, 2006)



ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS Pengkajian 1. Anamnesa a. Identitas klien: usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tgl MRS, askes dst.



b. Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran. c. Riwayat penyakit sekarang ; P : tanyakan kepada klien keadaan apa yang membuat sakit kepala hebat dan apasaja factor yang membuatnya lebih baik atau lebih buruk. Q: tanyakan bagaimana gambaran sakit kepala yang dirasakan, apakah sepertitertusuk jarum (menusuk-nusuk) atau tegang seperti di remas R: tanyakan kepada klien di bagian kepala mana yang terasa sakit,apakah hanya bagian depan (forehead),tengah,atau belakang, dan apakah terlokalisasi ataumenyeluruh. S: jika klien diberikan skala 1-10, sakit kepala yang dirasakan klien termasuk skala berapa T: tanyakan kapan klien merasa sakit kepala hebat, apakah secara terusmenerusatau pada keadaan tertentu saja d. Riwayat penyakit dahulu ; Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. e. Riwayat kesehatan keluarga f. Riwayat psiko-sosio-spiritual Pengkajian psikologis



klien meliputi



beberapa dimensi yang



memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Mekanisme yang digunakan oleh klien juga pentng untuk dikaji guna menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secra optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). 2. Pemeriksaan fisik 1) B1 (Breathing)



Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pengkajian inspeksi pernapasan pada klien tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. 2) B2 (Blood) Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pengkajian pada klien tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, tidak ada peningkatan heart rate. 3) B3 (Brain) Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan pailadema. a. Tingkat kesadaran Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting



yang membutuhkan pengkajian. Tingkat



kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantuan pemberian asuhan keperawatan. Eye (respon membuka mata) : (4) : spontan



(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon Verbal (respon verbal) : (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”) (2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon Motor (respon motorik) : (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : with draws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon b. Fungsi serebri -



status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara, dan observasi ekspresi wajah klien, aktivitas klien, aktivitas motorik pada klien tumor intracranial tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.



-



Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan



kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu kesukaran mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata. -



Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis : didapatkan bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi.



c. Pemeriksaan saraf cranial -



saraf I pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf ini tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.



-



saraf II gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual.



-



saraf III, IV, dan VI adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf IV memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiforme



-



saraf V pada keadaan tumor intracranial yang tdak mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.



-



saraf VII persepsi penngecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.



-



saraf VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi pendengaran yang



mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan. -



saraf IX dan X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut



-



saraf XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoid dan trapezius



-



saraf XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecapan normal



d. Sistem motorik Lesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan (keseimbangan dan koordinasi). Gangguan ini bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling sering dijumpai kurang menyolok tapi memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebelum yaitu hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan cirri khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis. 4) B4 (bladder) Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas 5) B5 (bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil. 6) B6 (Bone) Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat. Pemeriksaan diagnostic



-



Radiogram tengkorak: memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan, dan kalsifikasi (posisi kelenjar pineal yang



-



mengapur), dan posisi seta tursika. Elektroensefalogram: memberikan



informasi



mengenai



perubahan



kepekaan neuron: pergeseran kandungan intraserebri dapat dilihat pada ekoensefalogram. Sidik otak radioaktif memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor intracranial maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. 3. Pendekatan Fungsional Gordon 1. POLA PERSEPSI & PENANGANAN KESEHATAN Tanyakan pandangan klien & keluarga tentang penyakit dan pentingnya kesehatan bagi klien dan keluarga? Apakah klien merokok / minum alkohol / pernah mengkonsumsi obat obat tertentu ? apakah ada alergi? 2. POLA NUTRISI & METABOLISME Kaji pola nutrisi klien sebelum dan selama di rawat di RS. Apa porsi makannya? Apakah dulu selalu dihabiskan? Kaji adanya mual. Muntah dan disfagia? 3. POLA ELIMINASI Kaji pola miksi dan defekasi klien? Apakah terdapat gelaja inteinensia kandung kemih, gangguan fungsi usus ? apakah memakai alat bantu? 4. POLA AKTIVITAS/OLAHRAGA Kaji keadaan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari , kaji adanya kelemahan, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran, hemiparase, ataksia, & keterlibatan dalam beraktivitas kaji kekuatan otot 5. POLA ISTIRAHAT & TIDUR Kaji perubahan pola tidur, adanya factor factor yang mempengaruhi tidaur seperti nyeri, cemas, dll 6. POLA PERSEPSI –KOGNITIF Kaji adanya perubahan tingkah laku, amnesia, vertigo, tinnitus, kehilangan pendengaran, gangguan pengucapan, peciuman, perubahan kesadaran, & status metal, perubahan pupil, ekspresi wajahm hemiparase, kejang & sensitive terhadap Gerakan. Untuk kenyamanan kaji juga andaya nyeri, kepala intensitas berbeda & lama , respon apatis, gelisah & gangguan tidur.



7. POLA PERAN HUBUNGAN Tanyakan bagaimana fungsi peran klin dalm keluarganya sebelum & selama di RS, siapa saja system pendukung klien dan apakah ada masalah dilingkunagn keluarga ataupun social 8. POLA SEKSUALITAS Kaji adanya masalah hubungan dg pasangan, perubahan tk. Kepuasan, Jika wanita : Kaji pola menstruasi, pemeriksaan payudara.Jika Pria : Kaji adanya periksaan testis mandiri bulanan 9. POLA KOPING – TOLERANSI STRESS Tanyakan perubahan utama klien selama di rawat di RS apakah klien cemas, mudah tersinggung, deprsesi, apakah yg dilekukan klien saat ada masalah? 10. POLA KEYAKINAN – NILAI Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? 4. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Definisi : Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu kesehatan 2. Gangguan pertukaran gas Definisi : Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar-kapiler 3. Risiko Cidera Definisi : Berisiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu 4. Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri Akut ) Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan. 5. Ansietas Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan



individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.



DAFTAR PUSTAKA Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Ginsberg, Lionel. 2007. Neurologi edisi 8. Jakarta: Erlangga. Kumar, Vinay,dkk.2003.Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Price, Wilson. 2006. Anatomi fisiologi sistem persyarafan. Jakarta : EGC Saraf. Jakarta :EGC. Smeltzer, S. C. (2001).Buku ajar keperawatan medikal bedah. (Ed.8). Jakarta: EGC Widagdo, Wahyu.2008. asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: TIM NANDA Internasional. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC Tracey Hopkins,BSN, RN. 2013. Intisari medikel-bedah : buku praktik klinik (Ed.3). Jakarta : EGC