Laporan Pendahuluan Tentang Fase Laten [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG FASE LATEN



1. Pengertian Persalinan



adalah



Serangkaian



Kejadian



yang



berakhir



dengan



pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan. Disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. ( Sulaiman Sastrowinata, 1983: 221) Selain itu definisi lain dari Persalinansuatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. ( Mochtar, 1998: 91) Sedangkan Persalinan Normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 47 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi pada ibu maupun janin. (Sarwono Prawirohardjo : 2001: 101) Menurut Sarono Prawirohardjo dalam buku pelayanan maternal dan neonatal fase laten memanjang adalah suatu keadaan pada kala I dimana pembukaan serviks sampai 4 cm dan berlangsung lebih dari 8 jam. 2. Sejarah 3. Penyebab Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri) pada dasarnya fase laten memanjang dapat disebabkan oleh : a. His tidak efisien (adekuat) b. Tali pusat pendek c. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)



d. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. 4. Asuhan Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase laten memanjang ini memungkinkan terjadinya partus lama. Maka dari itu bidan harus bisa mengidentifikasi keadaan ini dengan baik. Diagnosa partus lama ialah : Tanda dan Gejala 1. Serviks tidak membuka Tidak didapatkan his/his tidak teratur 2. Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur 3. Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf a. Frekuensi his kurang dari 3 x his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik b. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik c. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tak maju dengan caput, terdapat moulase hebat, oedema serviks, tanda ruptura uteri imins, gawat janin 4. Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan



Diagnosa Belum inpartu Fase laten memanjang



Fase aktif memanjang Inersia uteri



CPD



Obstruksi kepala



Kala II lama



Kekeliruan melakukan diagnosa persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan operasi SC yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis. Oleh sebab itu maka petugas kesehatan atau bidan harus benar-benar tahu atau paham tentang perbedaan persalinan sesungguhnya dan persalinan palsu yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut : a.



Persalinan sesungguhnya



1) Serviks menipis dan membuka 2) Rasa nyeri dengan internal teratur 3) Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek 4) Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah 5) Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke belakang 6) Dengan berjalan menambah intensitas 7) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri 8) Lendir darah sering tampak 9) Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi 10) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya 11) Ada penurunan kepala bayi b.



Persalinan Semu



1) Tidak ada perubahan serviks 2) Rasa nyeri tidak teratur



3) Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain 4) Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi 5) Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja 6) Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan 7) Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri 8) Tidak ada lendir darah 9) Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin 10) Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi 11) Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan 5. Penanganan a. Penanganan secara umum (menurut Sarwono Prawirohardjo) 1) Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-



tanda vital dan tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan gelisah, jika ya pertimbangkan pemberian analgetik. 2) Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu 3) Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi



jumlah O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan dan mengedan dengan tidak menahan napas terlalu lama 4) Perhatikan DJJ



b. Penanganan secara khusus Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tandatanda kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan penilaian ulang serviks :



Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu. Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostoglandin. Lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai His adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin lakukan seksio sesarea. Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh, selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes permenit setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit atau diberikan preparat prostaglandin, serta berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan yaitu amplisilin 29 gr IV. Sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam ditambah dengan gestamisin setiap 24 jam. Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam



Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik pada primipara maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala I dan atau kala II. Penilaian proses persalinan dengan menggunakan partograf sangat membantu. Fase persalinan dalam kala I dan kala II sehubungan dengan proses membukanya serviks ialah:



1.



Fase laten: mulai pembukaan 0 sampai 3 cm



2.



Fase akselerasi: pembukaan 3 cm menjadi 4 cm



3.



Fase dilatasi maksimal: pembukaan 4 cm menjadi 9 cm



4.



Fase deselerasi: pembukaan 9 cm menjadi lengkap (10 cm)



5.



Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir