Laporan Pendahuluan Tiroidectomi Ok 512 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TOTAL TIROIDECTOMI DAN DISEKSI LEHER FUNGSIONAL DI OK GEDUNG BEDAH PUSAT TERPADU RSUD Dr. SOETOMO



Disusun Oleh: Vike Naura Widya Resmi P27820714001 Tingkat IV Semester VII



JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2017/2018 LAPORAN PENDAHULUAN



TOTAL TIROIDECTOMI DAN DISEKSI LEHER FUNGSIONAL A. Definisi Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depan leher, sedikit di bawah laring. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon lainnya Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral bagian kelenjar yang terletak di garis tengah dan menghubungkan bagian bawah lobus dextra dan sinistra yang disebutIsthmus. Tiroidektomi adalah operasi untuk mengangkat sebagian dan seluruh kelenjar tiroid. Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau sebagian dari kelenjar tiroid. Tiroidektomi subtotal atau total merupakan tindakan yang dapat dilaksanakan sebagai terapi



primer



terhadap



karsinoma



tiroid,



hipertiroidisme



atau



hiperparatiroid-



isme. Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon. Diseksi leher adalah tindakan untuk membuang kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya dalam rangka penatalaksanaan kanker. Jaringan-jaringan yang dibuang dipertimbangkan situasional sesuai kondisi klinis pasien, dengan berbagai pertimbangan sehingga diseksi leher ini ada berbagai macam variasi berdasarkan strukur-strukur yang dibuang. Tujuan diseksi leher adalah untuk menghilangkan sel kanker yang berada pada kelenjar limfe serta untuk melakukan



diagnostik pemeriksaan kelenjar limfe yang diambil.



fungsional diseksi leher (FND) yaitu tindakan membuang level I-V kelenjar limfe leher namun tetap mempertahankan m. strenokleidomastoideus, vena jugularis interna dan nervus spinalis asesori. B. Indikasi a. Indikasi Tiroidectomi 1. Karsinoma tiroid yang masih operable. 2. Struma endemik, kedua lobus kanan dan kiri patologis semua. C. Kontraindikasi a. Kontraindikasi Tiroidectomi 1. Karsinoma tiroid stadium lanjut (inoperabel). 2. Karsinoma tiroid anaplastik. b. Kontraindikasi diseksi leher fungsional Kontra indikasi secara umum adalah resiko yang harus dipertimbangkan misalnya pasien memiliki penyakit jantung dan penyakit-penyakit lain yang mengganggu jalannya



operasi. Bila dipastikan kita tak mampu mengontrol tumor primernya atau metastasis jauh dari kanker sebaiknya tidak dilakukan diseksi leher. D. Manfaat Prosedur bedah ini bertujuan mengangkat kelenjar tiroid supaya gangguan tiroid dapat disembuhkan atau tidak memburuk, misalnya pembesaran tiroid, hipertiroidisme, dan kanker tiroid. E. Prosedur 1. Instrumen dan Bahan a. Instrumen Dasar No.



Jenis Instrument towel clamps Pinset cirurgis Pinset anatomis Gunting benang Needle holder Gunting metzenboum scalpel Musquito klem haemostatic forcep pean curve Klem kocher bengkok kecil delicate haemostatic forcep pean Kom Double langenbeck Alise klem Gunting mayo /lurus



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15



Jumlah 5 buah 2 buah 2 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 3 buah 3 buah 3 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 1 buah



b. Set Linen No 1 2 3 4 5



Jenis Linen Scort steril Duk besar Duk kecil Sarung meja mayo Handuk steril



Jumlah (Buah) 4 4 4 4 4



c. Bahan habis pakai No 1 2 3 4 5 6



Jenis Bahan Diatermi Hand scoon steril ukuran 6,5 / 7 / 7,5 Mess 10 Underpad Benang jahit NaCl 0,9 %



7 8 9 10 11



Kasa steril Spidol maker Spuit 10 cc Drain Selang suction



d. Persiapan



Jumlah (Buah) 1 3/3/3 1 1 3 3 40 1 1 2 1



1) 2) 3) 4) 5)



Dilakukan USG, Foto Rontgen dan cek laboratorium. Mempuasakan pasien 6 - 8 jam sebelumnya. Mengganti baju pasien dengan baju operasi saat pasien berada di premedikasi. Melepas semua perhiasan pasien termasuk jika pasien memiliki gigi palsu. Periksa rekam medik pasien terutama nomor register dan lembar inform consent tindakan operasi.



e. Penatalaksanaan 1) Sebelum tindakan operasi, dilakukan pembiusan general 2) Dalam posisi terlentang, dokter memulai operasi dengan terlebih dahulu menentukan tanda atau menentukan daerah pembedahan 3) Dokter akan membuat sayatan sesuai ukuran yang telah ditentukan. 4) Supaya lebih cepat dalam insisi menggunakan alat diatermi lebih cepat dan mengurangi resiko perdarahan 5) Selanjutnya operator mengeluarkan massa di payudara 6) Waktu operasi untuk tindakan operasi dapat berlangsung 3 jam – 4 jam F. Perawatan Perioperatif Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien). 1. Persiapan Psikologi Pada Pre Operatis Psikologis dilakukan Inform consent maka hal hal yang perlu dikaji sebagai berikut a. Pengetahuan tentang peristiwa prosedural tindakan sebelum operasi. b. Pengetahuan alat alat khusus yang diperlukan. c. Pengetahun prosedur pembedahan dan lingkungan operasi (meliputi dokter operator, dokter anastesi, dan perawat). d. Pengetahuan pengobatan setelah operasi. 2. Persiapan Fisiologi a. Diet sebelum tindakan pembedahan. b. Persiapan Perut / Pemberian lavement. c. Persiapan Kulit (pembersihan area bedah dari rambut atau bulu badan) d. Hasil Pemeriksaan (Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lainlain. e. Persetujuan Operasi / Informed Consent 3. Persiapan Akhir Sebelum Operasi di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK) maka dilakukan Inform to consent dengan hal-hal sebagai berikut a. Mencegah Cidera 1) Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement). 2) Cek gelang identitas / identifikasi pasien. 3) Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci. 4) Lepas perhiasan 5) Bersihkan cat kuku. 6) Kontak lensa harus dilepas dan diamankan. 7) Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.



8) Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran. 9) Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis. 10) Kandung kencing harus sudah kosong. 11) Catatan tentang persiapan kulit (tanda lokasi pembedahan). a) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN) b) Pemberian premedikasi c) Pengobatan rutin. d) Data antropometri (BB, TB) e) Pemeriksan laboratorium. f) Pemberian Obat Premedikasi ( Profilasis) G. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah 1. Data Subyektif a. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu. 1) Pengertian tentang bedah yang duanjurkan a) Tempat b) Bentuk operasi yang harus dilakukan. c) Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah. d) Kegiatan rutin sebelum operasi. e) Kegiatan rutin sesudah operasi. f) Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi. 2) Pengalaman bedah terdahulu a) Bentuk, sifat, roentgen b) Jangka waktu b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah 1) Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan. Metode-metode penyesuaian yang lazim. Agama dan artinya bagi pasien. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah. Keluarga dan sahabat dekat a) Dapat dijangkau (jarak) b) Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan. 6) Perubahan pola tidur 7) Peningkatan seringnya berkemih. c. Status Fisiologi 1) Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong 2) 3) 4) 5)



2) 3) 4) 5)



komplikasi-komplikasi pascabedah. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi



yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal). 6) Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas. 7) Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi. 2. Data Obyektif a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris. b. Tingkat interaksi dengan orang lain. c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas). d. Tinggi dan berat badan.



e. f. g. h. i.



Gejala vital. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas



dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah). j. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh. k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan. 3. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul a. Takut b. Cemas c. Resiko infeksi d. Resiko injury e. Kurang pengetahuan 4. Intervensi Keperawatan Diagnosa Ansietas



NOC Setelah dilakukan tindakan



NIC Anxiety Reduction (5820)



berhubungan



keperawatan selama 1 x 15



1. Gunakan



dengan



menit diharapkan klien tidak



tindakan



cemas lagi dengan kriteria



menenangkan 2. Jelaskan prosedur



selama



tindakan operasi 3. Temani pasien



untuk



operasi



atau



pembedahan



hasil : 1. Mengidentifikasi, mengungkapkan



memberikan dan



menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas 2. Vital sign dalam normal - TD : 120/80 mmHg - RR : 15-20 x/menit. - N : 80-100 x/menit 3. Ekspresi



batas



pendekatan



yang



keamanan



dan



mengurangi takut 4. Identifikasi tingkat kecemasan 5. Dengarkan dengan penuh perhatian 6. Anjurkan



kepada



pasien



menggunakan teknik relaksasi wajah



menunjukkan berkurangnya



(nafas dalam) 7. Anjurkan kepada pasien untuk selalu berdoa sesuai agamanya.



cemas. H. Kompetensi Intra Operatif Pada Intraoperatif salah satu petugas kesehatan yang ada di rungan operasi melakukan Time Out yaitu kegiatan dimana setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal. sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya, pembaca time out juga harus memastikan bahwa instrument, anestesi dan operator telah siap untuk dilakukan insisi. Pada stase intra operatif terdapat beberapa hal yang harus dipahami oleh petugas kamar operasi.



1. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril : a. Anggota steril a) Ahli bedah utama / operator b) Asisten ahli bedah. c) Scrub Nurse / Perawat Instrumen b. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : a) Ahli atau pelaksana anaesthesi. b) Perawat sirkulasi 2. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi. a. Persiapan Psikologis Pasien b. Pengaturan Posisi 1) Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien. 2) Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah : a) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi. b) Umur dan ukuran tubuh pasien. c) Tipe anaesthesia yang digunakan. d) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis). Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : a) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman. b) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk. c) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan. d) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya pertukaran udara. e) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan



perlambatan



sirkulasi



darah



yang



merupakan



faktor



predisposisi terjadinya thrombus. f) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot. g) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien. h) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan. i) Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi. c. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit. d. Penutupan Daerah Steril e. Mempertahankan Surgical Asepsis f. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh g. Monitor dari Malignant Hyperthermia h. Penutupan luka pembedahan i. Perawatan Drainase j. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PICU. 3. Pengkajian a. Selama dilaksanakannya operasi a. Pengkajian mental (Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.) b. Pengkajian fisik



a) Tanda-tanda vital b) Infus c) Pengeluaran urin d) Transfusi 4. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut : a. Cemas b. Resiko perlukaan/injury c. Resiko penurunan volume cairan tubuh d. Resiko infeksi e. Kerusakan integritas kulit 5. Intervensi Keperawatan No 1 .



Diagnosa Resiko



defisit



volume cairan b.d perdarahan



aktif



(berlangsungnya proses pembedahan)



NOC  Fluid balance  Hydration  Nutritional Status : Food and Fluid Intake Setelah



dilakukan



tindakan keperawatan selama



1



jam



diharapkan



defisit



1. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan



darah



ortostatik) 2. Monitor vital sign 3. Monitor masukan



volume cairan tidak



makanan



terjadi dengan



selama



Kriteria Hasil : 1. Tekanan darah, nadi,



proses



pembedahan 4. Monitor



tanda cairan berlebih



kulit



membran lembab, rasa



baik, mukosa



tidak haus



ada



muncul meburuk 6. Atur kemungkinan tranfusi 7. Persiapan



yang Infeksi control,



berhubungan



tindakan keperawatan



operatif (6545)



dengan



tindakan



selama 1 x 30 menit



1. Gunakan



operasi



diharapkan klien tidak



atau



:



tindakan



pembedahan



mengalami



resiko



infeksi dengan kriteria



tanda infeksi



bebas dan



dari gejala



intra sabun



antimikrobia untuk cuci tangan 2. Cuci sebelum



hasil : 1. Klien



untuk



kemungkinan tranfusi



berlebihan Setelah dilakukan



invasif



status



batas normal 2. Tidak ada tanda tanda turgor



infeksi



cairan



perdarahan 5. Kolaborasi dokter jika



tubuh



dehidrasi, Elastisitas



Resiko



/



dalam



suhu



2



NIC Fluid management :



tangan



setiap



dan



sesudah



tindakan keperawatan 3. Gunakan baju, sarung tangan



sebagai



alat



2. Vital



sign



dalam



batas normal - TD : 120/80 mmHg - RR : 15-20 x/menit - .N : 80-100 x/menit. - S : 36,5 ºC -37ºC



pelindung 4. Pertahankan aseptik



lingkungan



selama



proses



pembedahan 5. Berikan terapi antibiotik bila perlu 6. Monitor tanda dan gejala infeksi 7. Ispeksi kondisi luka /



3



Resiko



cedera



insisi bedah 8. Monitor tanda-tanda vital. dilakukan Surgical precousen Aktifitas



Setelah



behubungan dengan



tindakan



keperawatan



proses pembedahan



selama 1 x 30 menit diharapkan klien tidak mengalami



resiko



injuri/cedera



dengan



kriteria hasil :



1. Tidurkan klien pada meja operasi



dengan



sesuai kebutuhan 2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa 3. Pastikantidak ada instrumen,



1.



Klien terbebas dari



2.



cedera Dapat



mengetahui



posisi



kasa



yang



jarum



atau



tertinggal



dalam tubuh klien



pemakaian intrumen, jarum



dan



kasa.



Dengan tertinggalnya benda asing dapam tubuh klien



dapat



menimbulkan bahaya I. Kompetensi Post Operasi Pada post operatif salah satu petugas kesehatan yang ada di rungan operasi melakukan Sign Out yaitu tindakan yang dilakukan oleh tim bedah untuk meninjau operasi yang telah dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan kasa, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi (Surgery & Lives, 2008). a. Fase Pasca Anaesthesi Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :



b. Mempertahankan ventilasi pulmonari a. Mengatur posisi jalan napas aman. b. Saluran nafas buatan. Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction. c. Terapi oksigen O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar. c. Mempertahankan sirkulasi. Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan. d. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor. e. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter. Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan. 4. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan : 1) Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)



pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler. Pasang pengaman pada tempat tidur. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea. Beri O2 2-3 liter sesuai program. Observasi adanya muntah. Catat intake dan out put cairan. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis a) Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg b) c) d) e)



atau > dari 90 mmHg. HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C. Meningkatnya kegelisahan pasien Tidak BAK + 8 jam post operasi.



5. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien : 1) 2) 3) 4) 5) 6)



Pasien harus pulih dari efek anaesthesi. Tanda-tanda vital harus stabil. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan



dilaporkan. 7) Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing. 8) Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan. 9) Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut. 6. Pengangkutan Pasien keruangan Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain : a. Keadaan penderita serta order dokter. b. Usahakan pasien jangan sampai kedinginan. c. Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktuwaktu terlihat. 7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi a. Pengkajin awal 1) Status Respirasi, melipuiti : a) Kebersihan jalan nafas b) Kedalaman pernafasaan. c) Kecepatan dan sifat pernafasan. d) Bunyi nafas 2) Status sirkulatori, meliputi : a) Nadi b) Tekanan darah c) Suhu d) Warna kulit 3) Status neurologis, meliputi : tingkat kesadaran 4) Balutan, meliputi : a) Keadaan drain b) Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage. 5) Kenyamanan, meliputi : a) Terdapat nyeri b) Mual c) Muntah 6) Keselamatan, meliputi : a) Diperlukan penghalang samping tempat tidur. b) Kabel panggil yang mudah dijangkau. c) Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi. 7) Perawatan, meliputi : a) Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan. b) Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage. 8) Nyeri, meliputi : a) Waktu b) Tempat. c) Frekuensi



d) Kualitas e) Faktor yang memperberat / memperingan b. Data Subyektif Tanyakan apa yang dirasakan setelah pulih sadar meliputi mual, pusing, lemas, dan nyeri. c. Data Objektif 1) Sistem Respiratori 2) Status sirkulatori 3) Tingkat Kesadaran 4) Balutan 5) Posisi tubuh 6) Status Urinari / eksresi. d. Pengkajian Psikososial Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah. e. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi. Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain : 1) Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap. 2) Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal. f. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul 1) Diagnosa Umum a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi. b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi. c) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan. d) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obatobatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama. 2) Diagnosa Tambahan a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. b) Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak. c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi. d) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan. e) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit. f) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual. h) Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi. g. Intervensi Diagnosa NOC NIC Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management berhubungan



keperawatan selama 1 x 15



1. Sediakan lingkungan yang



dengan kondisi



menit diharapkan klien tidak



post operasi



mengalami



aman untuk klien 2. Identifikasi kebutuhan



resiko



jatuh



dengan kriteria hasil :



keamanan



1. Klien terbebas dari Fall



dengan kondisi fisik dan



Risk 2. Menggunakan



fungsi kognitif klien dan



kesehatan



fasilitas



yang



ada



Semaksimal mungkin 3. Mampu mengenali perubahan



status



kesehatan atau tindakan operasi



klien,



sesuai



riwayat penyakit terdahulu klien 3. Pasang side rail tempat tidur 4. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih 5. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan 6. Berikan penjelasan pada klien



atau



pengunjung



adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit. DAFTAR PUSTAKA Charles et al. 2009. Schwartz’s : principles of surgery 9th edition. McGraw-Hill Diakses Dari https://www.docdoc.com/id/info/procedure/thyroidectomy/. Pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 17.00 WIB Diakses Dari. https://id.scribd.com/document/363353050/Instek-Total-Thyroidectomy. Pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 17.00 WIB Diakses Dari. https://doktermuslim.com/prosedur-bedah-tiroidektomi/. Pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 17.00 WIB Diakses



Dari.



https://medicallblogger.blogspot.co.id/2017/07/laporan-pendahuluan-pada-



tindakan.html. Pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 17.00 WIB Sanderson RJ, Montague ML, Surgical management of head and neck malignancy, Surg J R Coll Surg Edinb Irel, 2 February 2004, 7-14 Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika. Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta: mocaMedia.