12 0 233 KB
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
DISUSUN OLEH : LATIFATUL NUR ALIYYAH 202112058 4B
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA TAHUN 2023
BAB 1 TINJAUAN TEORI VERTIGO A. Definisi Vertigo sering dinyatakan sebagai sensasi pusing, sempoyongan, perasaan seperti melayang dan tubuh atau lingkungan sekitar seperti berputar dan jungkir balik (Putri et al.2016). vertigo adalah sensasi gerakan tubuh ataupun lingkungan disekitar dengan gejala lainnya yang bisa timbul yang utama pada sistem otonom yang timbul karena ada gangguan pada sisten keseimbangan tubuh oleh kondisi ataupun penyakit. Oleh karena itu vertigo bukan sekedar gejala pusing saja. Tapi merupakan suatu sindrom yang terdiri dari gejala somatik dan gejala psikiatrik (Sutarni et al., 2018). Vertigo adalah perasaan bahwa benda disekitar orang tersebut bergerak atau berputar. Biasanya dirangsang oleh cedera kepala (Harding & Kwong, 2019). Vertigo didefinisikan sebagai sensasi gerak ilusi diri atau lingkungan tanpa adanya gerakan yang sebenarnya. Vertigo didefinisikan sebagai gerakan (Bhattacharyya et al., 2017). B. Etiologi Menurut (Victorya et al., 2016) vertigo di bedakan menjadi 2 berdasarkan penyebabnya, vertigo perifer berhubungan dengan gejala patologis pada telinga sedangkan vertigo sentral disebabkan oleh gangguan vaskuler : a.Vertigo sentral merupakan vertigo yang disebabkan karena kelainan sentral, penyebab dari vertigo sentral adalah stroke, perdarahan cerebelum, trauma, migren basilar, neoplasma (Jusuf & Wahidji, 2016). b.Vertigo perifer merupakan yang disebabkan oleh kelainan pada labirin dan N.Vestibular. Penyebab dari vertigo perifer adalah post trauma, toksik, labirinitis, oklusi & fistula labirin (Jusuf & Wahidji, 2016). Ada beberapa faktor risiko yang berpotensi vertigo menurut (Park et al., 2019) yaitu: 1) Umur tua 2) Jenis Kelamin Jenis kelamin yang lebih berisiko terkena vertigo adalah jenis kelamin perempuan 3) Indeks masa tubuh 4) Riwayat merokok Seorang perokok akan lebih berisiko terserang vertigo
C. Manifestasi klinis Vertigo dibedakan menjadi 2, sistematik dan non sistematik, gejala vertigo menurut (Jusuf & Wahidji, 2016) yaitu : a.Vertigo sistematik Pucat, Peluh dingin, Mual dan muntah b.Vertigo nonsistematik Rasa kepala ringan, seperti diayun, rasa seperti terapung dan rasa bergoyang yang sulit di gambarkan oleh penderita vertigo
D. Pathways
Trauma cerebellum
infeksi telinga bagian dalam
neuroma akustik
Vertigo
Gangguan system syaraf pusat
otak kecil
ketidakcocokan informasi yang Disampaikan ke otak
Mual dan muntah
Nyeri akut
gangguan Keseimbangan
pengelolaan Informasi
terganggu
Defisit nutrisi
Ketidakteraturan Kerja otot
Intoleransi aktiitas
E. Komplikasi apabila vertigo tidak segera ditangani dan dilakukan pengobatan, penderita bisa saja mengalami gagar otak ringan maupun berat, itu merupakan akibat yang ditimbulkan karena vertigo pada penderita yang sering kambuh (Yulianto et al., 2016). Vertigo akan menyebabkan komplikasi berupa penurunan kualitas hidup karena gangguan mobilitas. penderita vertigo juga akan mengalami penurunan fungsi individu sebagai pekerja. Vertigo apabila terjadi saat berkendara juga akan mengakibatkan kecelakaan (Benecke et al., 2013). F. Penatalaksanaan medis penyebab dari vertigo beragam , tidak jarang dilakukan pengobatan simptomatik. Pada sebagian besar kasus, setelah beberapa minggu terapi bisa dihentikan. Obat-obat yang dapat sering diunakan: a.Antikolinergik Obat-obatan antikolinergik bekerja pada reseptor muskarinik dengan efek kompensasi. Contoh antikolinergik adalah skopolamine. Efek samping dari antikolinergik adalah sedasi, dilatasi pupil dan mulut kering (Pradnanying & Widiastuti, 2017). b.Antihistamin Antihistamin mempunyai efek sentral untuk mengurangi vertigo, bekerja pada reseptoh H2. Antihistamin mempunyai efek antikolinergik dan juga blok kanal kalsium (Pradnanying & Widiastuti, 2017). Antihistamin yang dapat diberikan pada penderita vertigo menurut (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016) adalah : a.Dimenhidrinat 4 sampai 6 jam adalah lama kerja obat ini. Dapat diberikan secara peroral atau atau parentral (iv atau im) dosis yang diberikan adalah 25-50 mg (1 tablet) selama 4 hari. b.Difenhidramin Lama kerja dari obat ini adalah 4 sampai 6 jam , diberikan secara peroral dengan dosis 25 mg (1 kapasul), diberikan 4 kali dalam sehari. c.Senyawa betahisdin 1)Betahisdin meylate diberikan secara perolal, 3 kali sehari dengan dosis 12 mg 2)Betahisdin HCl dengan dosis yang diberikan 8- 24 mg, diberikan 3 kali sehari. c.Benzodiazepin Benzodiazepine secara sentral bekerja mensupresi respon vestibular. Obat ini mempunyai masa kerja yang singkat dan mempunyai efek terapi dalam dosis yang kecil. d.Kalsium antagonis
Chinarizin, memiliki manfaat dapat menekan fungsi vestibular dan bisa mengurangi respon kepada akselerasi angular serta linear.biasanya dosis yang diberikan adalah 15- 30 mg, diberikan 3 kali sehari (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016). G. Penatalaksanaan keperawatan Tujuan dari pengobatan vertigo yaitu untuk menghilangkan gejala vertigo, mengontrol gejala neurovegetatif dan psikoafektif, juga untuk meninkatkan sistem vestibular (Pradnanying & Widiastuti, 2017). Menurut (Susilo, 2012) penatalaksanaan vertigo nonmedikasi yaitu : a.Manuver Epley Langkah langkah Manuver Epley adalah menggantungkan posisi kepala selama 20-30 detik ke sisi kanan, lalu kepala di putat 90 derajat kearah depan selama 20-30 detik. Selanjutnya pasien diangkat dan diposisikan duduk. b.Prosedur Semont Langkah Prosedur semont yang pertama adalah kepala pasien di putar 45 derajat kesisi yang tidak mengalami nyeri atau ke sisi yang sehat, selanjutnya pasien berbaring ke arah yang berlawanan. Langkah ke dua adalah pasien mempertahankan pada posisi awal selama 30 langkah ketiga pasien melakukan gerakan yang sama ke posisi yang berlawanan. Langkah keempat adalah kembali ke posisi awal. c.Manuver Lampert Role Ini adalah pengobatan untuk BPPV kanal horizontal. Yaitu dengan memposisikan kepala dan telinga pasien yang sakit ke posisi bawah kemudian pasien memutar 90 derajat ke depan dengan cepa. Kemudian diputar 90 derajat ke arah yang tidak sakit dan dilanjutkan memutar 360 derajat sampai telinga pasien yang sakit menempel kebawah. Kemudian kepala pasien dinaikan dan diposisikan duduk. d.Latihan Brandt Daroff Latihan Brandt Daroff dengan cara pasien menutup mata, dan pasien diposisikan duduk disisi tempat tidur dengan tungkai yang digantung. Kemudian baringkan dengan cepat kesatu sisi. Pertahankan 30 detik lalu duduk kembali. Setlah 30 detik barikan secara cepat kesisi yang lainnya, duduk kembali. H. Pemeriksaan penunjang Menurut (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016) pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah: a.Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah ini dapat menggambarkan kondisi kesehatan.
b.CT Scan atau pemeriksaan MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan komputer atau mesin yang memancarkan sinar x. Hasil dari pemeriksaan ini akan menampilkan gambar struktur dan jaringan tubuh. I. Asuhan keperawatan 1. Pengkajian a) Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian b) Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo. b) Riwayat kesehatan yang lalu Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat. c) Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik d). Pola kebiasaan sehari hari Yang perlu dikaji adanya aktivitas apa saja yang bisa dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri pada pada punggung,ketidakmampuan aktivitas yang menimbulkan rasa tidak nyaman. a) Persepsi kesehatan Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan Kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan b.)
Pola Nutrisi Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah,dan makanan kesukaan.
c)
Pola Eliminasi Menjelaskan pola fungsi sekresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter.
d)
Pola istirahat dan tidur Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur,dan insomia.
e)
Pola Aktivitas dan Istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan. f)
Pola Kognitif Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau.
g)
Pola Konsep diri Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai system terbuka dan makhluk meliputi bio-psiko-sosio-kultural-spritual, kecemasan, takutan, dan dampak terhadap sakit.
h)
Pola Hubungan pasien Menggambarkan dan mengetahui hubungan serta peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
i)
Pola Seksualitas dan Reproduksi Menggunakan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
j)
Pola Koping dan toleransi stress Menggambarkan kemampuan untuk mengurangi stress.
k) Pola Nilai dan keyakinan Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual a. Pengkajian nyeri 1. Riwayat nyeri
Saat mengkaji nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan kata – kata mereka sendiir. Langkah ini akan membantu perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaiman aia berkoping terhadap aspek lain :
a. Lokasi Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk menunjukkan lokasi area nyerinya. Pengkajian ini biasa dilakukan dengan bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri. b. Intensitas nyeri Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 mendandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi enandakan nyeri “terhebat” yang dirasakan klien. Keterangan SKALA 0 1-3
KETERANGAN Tidak nyeri Nyeri ringan ( secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik )
4-6
Nyeri sedang ( secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan nyeri, dapat mengikuti perintah dengan baik)
7-9
Nyeri berat ( secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih merespon terhadap Tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas Panjang dan distraksi )
10
Nyeri sanagt berat ( klien sudah tidak dapat berkomunikasi )
c. Kualitas nyeri Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul – pukul atau ditusuk – tusuk. Perawat perlu mencatat kata – kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh
besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan Tindakan yang diambil. d. Pola Pola nyeri meliputi : durasi/lamanya nyeri dan kekambuhan atau interval nyeri berlangsung. Oleh karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan kapan nyeri berakhir kali muncul. e. Factor presipitasi Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri, sebagai contoh : aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, factor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas ), stressor fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri. f. Gejala yang menyertai Gejala ini meliputi : mual, muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut bisa disebabkan oleh nyeri itu sendiri. g. Pengaruh aktifitas sehari – hari Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktifitas harian klien akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu amkan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan , aktivitas rumah, aktivitas waktu senggang,pernikahan serta status emosional. h. Sumber koping Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalan menghadapu nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya. i. Respon afektif Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi, derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak factor lainnya, perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, Lelah depresi atau perasaan gagal dalam diri klien.
2. Pemeriksaan fisik •
Inspeksi
Tujuan prosedur ini adalah untuk melihat bagian tubuh dan menentukan apakah klien mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Itu sebabnya pemeriksa perlu mengetahui karakteristik normal dan abnormal tiap usia. Kondiri tubuh abnormal pada orang dewasa muda adalah kulit keriput dan tidak elastis karena kondisi ini umumnya dimiliki orang lanjut usia. Inspeksi bisa dilakukan secara langsung seperti penglihatan, pendengaran dan penciuman. •
Palpasi
Pemeriksaan lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan hanya mengandalkan telapak tangan, jari dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu posisi, ukuran , kecepatan dan kualits nadi perifer pada tubuh. •
Auskultasi
Dilakukan dengan mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan abnormal. Auskultasi menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari system kardiovaskuler, respirasi dan gastrointestinal. •
Perkusi
Bertujuan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan struktur di bawa kulit. Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Perkusi secara langsung dilakukan dengan mengetuk jari tangan langsung pada permukaan. (dr. Rizal Fadli, 2022) 3. Diagnosa keperawatan Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respons klien terhadap masalah kesehatan aktual dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah untuk menentukan tanggapan klien individu, keluarga dan masyarakat terhadap situasi yang berhubungan dengan kesehatan. Kita sebagai perawat sekarang diharapkan untuk memperhatikan dengan seksama respon klien yang berbeda-beda, baik klien sakit maupun sehat. Reaksi-reaksi tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan klien. Oleh karena itu, caregiver diharapkan mampu menyikapi perilaku tersebut dan berpikir kritis. Masalah kesehatan mengacu pada respon klien terhadap kondisi yang berhubungan dengan kesehatan, sedangkan proses kehidupan mengacu pada respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama siklus hidup dari konsepsi hingga menjelang kematian dan kematian, memerlukan
diagnosis keperawatan, dan melalui keperawatan dapat diatasi. atau . intervensi yang berubah (SDKI, 2017). a.Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis (D.0077) b.Intoleransi aktfitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056) c.Risiko jatuh b.d gangguan keseimbangan (D.0143)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
INTERVENSI
KRITERIA
(SIKI)
HASIL (SLKI) Nyeri akut b.d agen pencedera (D.0077)
SLKI
SIKI (I.08238)
Definisi
(L.08066)
Manajemen nyeri
Pengalaman sensorik atau emosional
Setelah
Observasi
yang berkaitan dengan kerusakan
dilakukan
jaringan aktual atau fungsionaldengan
intervensi
lokasi,
onset mendadak atau lambat dan
keperawatan
karakteristik,
berintensitas ringan hingga berat yang
selama 3 x 24
durasi, frekuensi,
berlangsung kurang dari 3 bulan
jam,
kualitas,
Penyebab
diharapkan
intensitas nyeri
1.Agen pencedera fisiologis
tingkat nyeri
(mis.inflamasi,iskemia,neoplasma)
menurun dan
2. Agen pencedera kimiawi mis.
kontrol
Terbakar bahan kimia iritan)
nyeri
respon nyeri non
3Agen pencedera fisik
meningkat
verbal
(mis.abses ,amputasi,terbakar,terpotong,
dengan
mengangkat berat,prosedur
kriteri hasil :
yang
operasi,trauma, latihan fisik berlebihan)
a. Tidak
memperberat dan
Gejala dan Tanda Mayor
mengeluh
memperingan
Subjektif
nyeri
nyeri
1. Mengeluh nyeri
b. Tidak
Objektif
meringis
-
-
Identifikasi
Identifikasi skala nyeri
-
-
-
Idenfitikasi
Identifikasi faktor
Identifikasi pengetahuan dan
1. Tampak meringis
c. Tidak
keyakinan tentang
2. Bersikap protektif (mis.waspada,
bersikap
nyeri
posisi menghindari nyeri)
protektif
3. Gelisah
d. Tidak
pengaruh budaya
4. Frekuensi nadi meningkat
gelisah
terhadap respon
5.Sulit tidur
19
nyeri
Gejala dan Tanda Minor
e. Kesulitan
Subjektif
tidur
pengaruh nyeri
(tidak tersedia)
menurun
pada kualitas
Objektif
f. Frekuensi
hidup
1. Tekanan darah meningkat
nadi
2.Pola napas berubah.
membaik
keberhasilan
3. Nafsu makan berubah
g. Melaporkan
terapi
4.Proses berpikir terganggu
nyeri
komplementer
5.Menarik diri
terkontrol
yang sudah
6.Berfokus pada diri sendiri
h.
diberikan
7.Diaforesis
Kemampuan
Kondisi Klinis Terkait
mengenali
samping
1.Kondisi pembedahan
onset
penggunaan
2. Cedera traumatis
nyeri
analgetik
3.Infeksi
meningkat
4.Sindrom koroner akut
i. Kemampuan
5.Glaukoma
mengenali
nonfarmakologis
penyebab
untuk mengurangi
nyeri
nyeri (mis:
meningkat
TENS, hypnosis,
j. Kemampuan
akupresur, terapi
menggunakan
music,
teknik non-
biofeedback,
farmakologis
terapi pijat,
meningkat
aromaterapi,
-
-
-
-
Identifikasi
Identifikasi
Monitor
Monitor efek
Terapeutik -
Berikan Teknik
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) -
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
-
Fasilitasi istirahat dan tidur
-
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi -
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
-
Jelaskan strategi meredakan nyeri
-
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
-
Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat -
Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi -
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
SLKI
SIKI (I.05178)
(D.0056)
(L.05047)
a. Manajemen Energi
Definisi
Setelah
1) Identifikasi gangguan
Ketidakcukupan energi untuk melakukan
dilakukan
fungsi
aktivitas sehari-hari
intervensi
tubuh yang
selama
mengakibatkan
Penyebab
3 x 24 jam,
kelelahan
1.Ketidakseimbangan antara suplai dan
maka
2) Monitor kelelahan
kebutuhan oksigen
toleransi
fisik dan
2. Tirah baring
aktivitas
emosional
3.Kelemahan
meningkat,
3) Lakukan latihan
4.Imobilitas
dengan kriteria rentang gerak
5.Gaya hidup monoton
hasil:
pasif dan/atau aktif
Gejala dan Tanda Mayor
a. Frekuensi
4) Anjurkan tirah baring
Subjektif
nadi
5) Kolaborasi dengan
1.Mengeluh lelah
menurun
ahli gizi
Objektif
b. Keluhan
tentang cara
1.Frekuensi jantung meningkat
lelah
meningkatkan
>20% dari kondisi istirahat
menurun
asupan makanan.
Gejala dan Tanda Minor
c. Dispnea saat b. Rehabilitasi Jantung
Subjektif
aktivitas
1) Monitor tingkat
1.Dispnea saat/setelah aktivitas
menurun
toleransi aktivitas
2.Merasa tidak nyaman setelah
d. Dispnea
2) Periksa kontraindikasi
beraktivitas
setelah
latihan
3.Merasa lemah.
aktivitas
(takikardia
Objektif
menurun
>120 x/menit, TDS
1. Tekanan darah berubah >20% dari
e. Perasaan
>180 mmHg, TDD >110
kondisi istirahat
lemah
mmHg, hipotensi
2.Gambaran EKG menunjukkan aritmia.
menurun
ortostatik
saat/setelah aktivitas
f. Aritmia saat
>20 mmHg, angina,
3.Gambaran EKG menunjukkan iskemia
aktivitas
dispnea,
4.Sianosis
menurun
gambaran EKG iskemia,
g. Aritmia
blok
Kondisi Klinis Terkait
setelah
atrioventrikuler derajat 2
1. Anemia
aktivitas
dan
2. Gagal jantung kongestif
menurun
3, takikardia ventrikel)
3. Penyakit jantung coroner
h. Sianosis
3) Fasilitasi pasien
4.Penyakit katup jantung
menurun
menjalani fase 1
5.Aritmia
i. Tekanan
(inpatient)
6.Penyakit paru obstruktif kronis
darah
4) Anjurkan menjalani
(PPOK)
membaik
latihan
7. Gangguan metabolik.
j. EKG
sesuai
8.Gangguan muskuloskeletal
iskemia
toleransi
membaik. Risiko jatuh b.d gangguan keseimbangan
SLKI
SIKI (I.14540)
(D.0143)
(L.14138)
Observasi
Definisi
Setelah dilakukan
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan
intervensi
Identifikasi faktor jatuh
gangguan kesehatan akibat terjatuh.
keperawatan selama 3
(mis: usia > 65 tahun,
Faktor Risiko
x 24 jam, maka
penurunan tingkat
1. Usia 265 tahun (pada dewasa) atau ≤2
tingkat jatuh
kesadaran, defisit
tahun (pada anak)
menurun, dengan
kognitif, hipotensi
2. Riwayat jatuh
kriteria hasil:
ortostatik, gangguan
3.Anggota gerak bawah prostesis
1.Jatuh dari tempat
keseimbangan, gangguan
(buatan)
tidur menurun
penglihatan, neuropati)
4.Penggunaan alat bantu berjalan
2.Jatuh saat berdiri
Identifikasi risiko jatuh
5.Penurunan tingkat kesadaran.
menurun
setidaknya sekali setiap
6.Perubahan fungsi kognitif
3.Jatuh saat duduk
shift atau sesuai dengan
7. Lingkungan tidak aman (mis. licin,
menurun
kebijakan institusi
gelap, lingkungan asing)
4.Jatuh saat berjalan
Identifikasi faktor
8. Kondisi pasca operasi
menurun
lingkungan yang
9. Hipotensi ortostatik
meningkatkan risiko
10.Perubahan kadar glukosa darah
jatuh (mis: lantai licin,
11. Anemia
penerangan kurang)
12. Kekuatan otot menurun
Hitung risiko jatuh
13.Gangguan pendengaran
dengan menggunakan
14.Gangguan keseimbangan
skala (mis: fall morse
15. Gangguan penglihatan (mis.
scale, humpty dumpty
glaukoma, katarak, ablasio retinaneuritis
scale), jika perlu
optikus)
Monitor kemampuan
16. Neuropati
berpindah dari tempat
17.Efek agen farmakologis (mis. sedasi,
tidur ke kursi roda dan
alkohol, anastesi umum)
sebaliknya Terapeutik
Kondisi Klinis Terkait 1. Osteoporosis
Orientasikan ruangan
2. Kejang
pada pasien dan keluarga
3. Penyakit sebrovaskuler
Pastikan roda tempat
4. Katarak
tidur dan kursi roda
5. Glaukoma
selalu dalam kondisi
6. Demensia
terkunci
7. Hipotensi
Pasang handrail tempat
8. Amputasi
tidur
9. intoksikasi
Atur tempat tidur
10.Preeklampsi
mekanis pada posisi terendah Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat dari nurse station Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi roda, walker) Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien Edukasi Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik,sehingga menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Kozier, 2017). Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan setelah rencana dikembangkan sesuai kebutuhan dan diprioritaskan mencakup tindakan perawat. 5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Evaluasi yang juga digunakan berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisis), P (Perencanaan terhadap analisis) (Potter&Perry, 201 J. Daftar pustaka
Bhattacharyya, N., Gubbels, S. P., Schwartz, S. R., Edlow, J. A., El-Kashlan, H.,
Fife, T., Holmberg, J. M., Mahoney, K., Hollingsworth, D. B., & Roberts, R. (2017). Debora, O. (2017). Proses keperawatan dan pemeriksaan fisik. Harding, M. M., & Kwong, J. (2019). Lewis ’ s Medical-Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems. Haryani, S. (2018). Penatalaksanaan Nyeri Kepala pada Layanan Primer. Callosum Neurology, 1(3), 83–90. https://doi.org/10.29342/cnj.v1i3.16 Jumariah, T., & Mulyadi, B. (2017). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 7(1), 182–188. Jusuf, M. I., & Wahidji, V. H. (2016). Park, M. K., Lee, D. Y., & Kim, Y. H. (2019). Risk Factors for Positional Vertigo and the Impact of Vertigo on Daily Life : The Korean National Health and Nutrition Examination Survey. 23(1), 8–14. Pradnanying, P. E., & Widiastuti, K. (2017). Vertigo Pasca Trauma. Susilo. (2012 Sutarni, S., Malueka, R. G., & Gofir, A. (2018). Bunga Rampai Vertigo. UGM PRESS. Victorya, R. M., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Vertigo Perifer pada Wanita Usia 52 Tahun dengan Hipertensi Tidak Terkontrol Peripheral Vertigo in Woman Aged 52 Years Old with Uncontrolled Hypertension. 6, Yulianto, R., H, M. F., & Doewes, M. (2016). Perkembangan Terapi Massage terhadap Penyembuhan Penyakit Vertigo. Journal of Physical Educati
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN
VERTIGO DIBANGSAL ANYELIR RSUD Dr. SOEDIRMAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
DISUSUN OLEH : LATIFATUL NUR ALIYYAH 202112058 4B
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA TAHUN 2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS
VERTIGO DIBANGSAL ANYELIR RSUD Dr. SOEDIRMAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
A . Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama
: Ny.N
Umur
: 35 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Suku/ Bangsa
: Jawa, Indonesia
Alamat
: Jetis kidul,Bero,Manyaran,Wonogiri
Diagnosa Medis
: Vertigo
Diagnosa keperawatan : nyeri akut Tanggal Masuk
: 17 Juni 2023
Tangal pengkajin
: 17 Juni 2023
No RM
: 0072.xxxx
2. Keluhan utama : pusing dan nyeri kepala 3. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang dari Rumah dengan keluhan pusing dan nyeri dikepala.pasien langsung dibawa ke IGD dengan diagnosa vertigo mengeluh lemas sejak 5 hari terakhir.lalu pasien dirawat dibangsal anyelir pasien mengatakan kepala pusing seperti berputar serta nyeri kepala saat bergerak P ; nyeri saat bergerak Q : Seperti ditusuk- tusuk R : kepala
S : skala 3 T : nyeri menetap,durasi 30detik 4. Riwayat kesehatan dahulu : pasien mengatakan sebelumnya tidak mempunyai riwayat penykit keturunan maupun menular 5. Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti penyakit keturunan atau menular. 6. Pola kebiasaan sehari hari a. Pola persepsi kesehatan
Pasien mengatakan : sehat adalah keadaan yang baik,tidak sakit dan biasa melakukan aktivitas sehari hari dan apabila sedang sakit pasien biasanya minum air hangat,makan,minum obat lalu beristirahat untuk meredakan nyeri. POLA-POLA b.
Nutrisi
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Klien makan 3x Sehari porsi Klien makan 3x sehari porsi sedang, dengan menu nasi, sedang dengan menu nasi, sayur, lauk pauk, kadang sayur, lauk Minum air putih makan buah. Minum air putih 8 gelas/hari kurang lebih 8 gelas /hari.
. c.
Eliminasi
BAK
Klien
BAK
konsistensi
5-6x/hari,
cair,
kuning, bau khas urine.
warna
Klien
BAK
5-6x
dalam
sehari. Dengan konsistensi cair, warna kekuningan, bau khas urine. Klien ke kamar mandi di bantu oleh keluarga.
Klien BAB 1x /hari, warna Klien
belum
BAB
sejak
BAB
kuning, lunak, bau khas feses.
masuk rumah sakit sampai dilakukan pengkajian selama 2 hari. Klien ke kamar mandi di bantu oleh keluarga.
d.
Istirahat
dan tidur
Klien tidur siang pukul 13.00- Klien tidur siang pukul 13.0014.00, tidur malam pukul 14.00, tidur malam mulai 21.00-05.00.
tidur
kurang pukul
lebih 8 jam /hari
21.00-05.00
kadang
klien
tapi
terbangun
tengah malam karena nyeri sehingga
merasa
kurang
nyaman
e.
Aktivitas
dan latihan
Klien beraktivitas sebagai
Klien hanya berbaring
kepala rumah tangga, kadang
di bed pasien, ketika
sore klien ke sawah
mau ke kamar mandi klien dibantu berjalan oleh keluarga.
f. Pola kognitif Gangguan pergerakan karena rasa nyeri diarea punggung g. Pola konsep diri Gambaran diri: Pasien merasa kalau dirinya sakit memerlukan pertolongan Ideal diri: Pasien mengatakan ingin segera sembuh Harga diri: Pasien mengatakan sangat memerlukan keluarganya
h. Pola hubungan pasien Pasien tampak mudah berinteraksi dengan teman wisma, pasien juga sering mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang dilakukan oleh mahasiswa yang
dinas, seperti senam lansia. Pasien mengatakan keluarganya sering berkunjung ke wisma. Total skor APGAR Keluarga adalah 10 (disfungsi keluarga rendah). i.
Pola seksualitas dan reproduksi Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 13 tahun
j.
Pola koping dan toleransi stress Keluarga mengatakan pasien mengalami nyeri diarea punggung keluarga juga mengatakan pasien susah melakukan aktivitas sehari hari
k.
Pola nilai dan keyakinan Klien mengatakan untuk menghilangkan strees dan rasa ketakutan pasien biasa untuk sholat dan istirahat / tidur.
7. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum : sedang b. Kesadaran : compos mentis c. TTV : Sh : 36,7 HR : 88 TD :146/96 RR : 20 d. BB/TB : 48 KG / 155 cm IMT : 21,3 8. Pemeriksaan sistematis : pemeriksaan fisik head to toe head to toe
Hasil pemeriksaan
Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, warna rambut hitam, terdapat ketombe, palpasi : penyebaran merata. tidak ada nyeri tekan.
Leher
Inspeksi : tidak terdapat luka, penyebaran warna kulit Palpasi : merata,tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tyroid dan limfe.
Paru paru (IPPA)
Inspeksi : bentuk dada normal chest, simetris, pola/irama nafas tidak teratur, respirasi palpasi : 24x/menit, dyspnea. Perkusi : Sonor Auskultasi : vesikuler .
Jantung (IPPA)
Inspeksi : Simetris,ictus cordis tidak tampak,tidak ada luka Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari LMC RIC V,tidak ada pembesaran organ Perkusi : redup Auskultasi : reguler
Abdomen (IAPP)
Inspeksi : warna kulit merata, tidak ada luka bekas operasi, bentuk datar. Auskultasi : bising usus terdengar 10x/menit. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan abnormal dan massa, tidak ada pembesaran lien. Perkusi : terdengar tymphani di seluruh abdomen.
Kulit
Inspeksi : warna kulit coklat, tidak ada lesi, turgor kulit baik CRT < 2 detik.
Ekstremitas atas
5
5
bawah
5
5
Inspeksi : tangan kiri terpasang infus asering
9. Pemeriksaan penunjang : Nama test
Flag hasil
Satuan
Nilai rujukan
Glukosa darah
74
Mg/dl
75-150
sewaktu Radiologi : 10. Terapi obat -norages 1gr/8 jam Fungsi : Norages adalah sediaan obat dengan kandungan metamizole. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa nyeri derajat sedang sampai berat, termasuk sakit gigi, sakit kepala, nyeri haid, nyeri kolik, sakit punggung, serta nyeri pascaoperasi. -mecobalamin 500mg/12jam Fungsi : mecobalamin digunakan untuk mengatasi kekurangan vitamin B12. Kekurangan atau defisiensi vitamin B12 bisa menyebabkan neuropati perifer, anemia megaloblastik, atau glositis. Methylcobalamin tersedia dalam bentuk kapsul dan suntik. -asering 500ml/20 tpm Fungsi : untuk terapi pengganti cairan selama dehidrasi (kehilangan cairan) secara akut.
B. Analisa data
No
Waktu
1.
Sabtu , 17 juni
Data fokus 1. DS : pasien
Problem Nyeri akut
Etiologi Agen
2023
mengatakan nyeri
pencedera
14.00
kepala
fisiologis
P ; nyeri saat bergerak Q : Seperti ditusuktusuk R : kepala S : skala 3 T : nyeri menetap,durasi 30 detik DO : - Mengeluh nyeri -pasien tampak meringis kesakitan TTV : Sh : 36,7 HR : 88 TD :146/96 RR : 20 GDS : 74 2
14.00
DS:-pasien mengatakan
Intoleransi
dirinya merasa lelah
aktivitas
-pasien mengatakan pusing jika berpindah posisi DO: -pasien tampak lemah dan
Tirah baring
pucat TTV : Sh : 36,7 HR : 88 TD :146/96 RR : 20
3.
14.00
DS :
Risiko jatuh
- Klien mengatakan Merasa letih - Klien merasa pusing jika berdiri dan ketika memegang hp Do : - klien tampak lemas TTV : Sh : 36,7 HR : 88 TD :146/96 RR : 20 2. Diagnosa keperawatan a.Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis (D.0077) b.Intoleransi aktfitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056) c.Risiko jatuh b.d gangguan keseimbangan (D.0143)
Gangguan keseimbangan
B.Perencanaan tindakan keperawatan No Waktu (Hari
Diagnosa
Tujian
/ keperawatan
dan Intervensi
kriteria hasil
Rasional
Ttd
keperawatan
tgl / jam ) 1
Sabtu 17
, Nyeri
akut SLKI (L.08066)
juni berhubungan
2023 14.00
Setelah
MANAJEMEN MANAJEMEN Latifa NYERI
NYERI
dengan agen dilakukan
SIKI (I.08238)
Observasi
pencederaan
intervensi
Observasi
1. Mengetahui
fisiologis
keperawatan
1. Identifikasi
lokasi, durasi,
(D.0077)
selama 3x24 jam, lokasi,
frekuensi,
diharapkan
karakteristik,
kualitas,
tingkat mnyeri
durasi,
intensitas nyeri
menurun dengan
frekuensi,
2. Mengwtahui
kriteia hasik:
kualitas,
faktor yang
1. Pasien tidak
intensitas nyeri
memperberat
mengeluh nyeri
2. Idenifikasi
nyeri
2. Pasien tidak
faktor yang
3. Mengetahui
meringis
memperberat
efek obat
3. Pasien tidak
dan
analgetik
gelisah
memepringan
Terapeutik
nyeri
Agar rasa sakit
3. Monitor
tidak begitu
efek samping
terasa Edukasi
penggunaan
Agar
analgetik
memahami
Terapeutik
penyebab,
Fasilitas
periode
pasien
dan
istirahat dan
pemicu
tidur
Kolaborasi
Edukasi
Agar
Jelaskan
nyeri menurun
penyebab,
cepat
periode,
nyeri skala
dan
pemicu nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2
Sabtu,17 .Intoleransi
SLKI
SIKI (I.05178)
1. Menetapkan
Juni
aktfitas
(L.05047)
1. Kaji
kemampuan
2023
berhubungan
Setelah di
kemampuan
atau
14.00
dengan tirah
lakukan tindakan
klien dalam
kebutuhan
baring
keperawatan
beraktivitas
pasien dan
(D.0056)
3x24 jam di
2. Kaji respon
memudahkan
harapkan klien
pasien terhadap
pilihan
dapat melakukan
aktivitas
intervensi
aktivitas
3. Ajarkan
2. Mengetahui
bertahap secara
tehnik
perkembangan
mandiri, dengan
penghematan
keadaan umum
kriteria hasil :
energi
klien
- Klien tidak
4. Berikan
3. Dapat
mengalami
dorongan untuk mengurangi
kelemahan
melakukan
-
Klien
dapat aktivitas
melaksanakan ADL mandiri
bertahap
dengan jika dapat ditoleransi dan
penggunaan energi dan membantu keseimbangan antara suplai
Latifa
berikan
antara suplai
bantuan sesuai
dan
kebutuhan.
kebutuhan O2. 4. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah penurunan kerja jantung tiba
3.
Sabtu 17
, Risiko
jatuh
SLKI
juni b.d gangguan
SIKI (I.14540)
(L.14138) Observasi
Observasi :
2023
keseimbanga
Setelah
-untuk
14.00
n (D.0143)
dilakukan
-Identifikasi
mengetahui
intervensi
risiko jatuh
faktor
keperawatan
setidaknya
penyebab jatuh
selama 3 x 24
sekali setiap
- mengtehaui
jam, maka
shift atau
kemampuan
tingkat jatuh
sesuai dengan
klien dalam
menurun, dengan kebijakan
berpindah
kriteria hasil:
-Monitor
posisi
1.Jatuh dari
kemampuan
Terapeutik:
tempat tidur
berpindah dari
-untuk
menurun
tempat tidur ke
pengamanan
2.Jatuh saat
kursi roda dan
pasien
berdiri menurun
sebaliknya
Edukasi :
3.Jatuh saat
Terapeutik
-untuk
duduk menurun
-Pasang
membantu
4.Jatuh saat
handrail tempat
memudahkan
berjalan menurun tidur Edukasi
pasien
Latifa
-Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah perawat
C. Implementasi keperawatan No
Waktu
No.
Implementasi keperawatan
Dx 1
Sabtu ,
I
Ttd
respon Mengobservasi lokasi,karakteristik,durasi
17 Juni
,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2023
-monitor TTV
14.00
Evaluasi DS : - Pengkajian nyeri: P ; nyeri saat bergerak Q : Seperti ditusuk- tusuk R : kepala S : skala 3 T : nyeri menetap,durasi 30detik T: Hilang timbul
Latifa
DO: - Pasien tampak meringis TTV : Sh : 36,7 HR : 88 TD :146/96 RR : 20 2
17.00
I
1. Memastikan 6B : benar pasien,benar
DS : pasien
obat,benar dosis,benar cara,benar waktu
mengatakan Nyeri
dan dokumentasi
saat dimasukkan
2. memberikan
obat
injeksi dengan kolaborasi dokter
DO :- tidak ada
3. Melakukan observasi ( adanya
kemerahan dan
pembengkakan,dll)
bengkak pada
4. Melakukan tindakan injeksi :
area injeksi
-norages 1gr
-norages 1gr
-mecobalamin 500mg
-mecobalamin
-asering 20 tpm
500mg
Latifa
-asering 20 tpm 3
II 18.30
1. Mengkaji kemampuan
Ds :
klien dalam Beraktivitas
-pasien
2. Mengkaji respon pasien
mengatakan saat
terhadap aktivitas
melakukan
3. Mengajarkan tehnik
aktivitas masih
penghematan energi
dibantu keluarga
4. Memberikan dorongan kepada klien untuk
Do:
melakukan aktivitas secara
-klien dibantu
bertahap
oleh keluarga dan
Latifa
perawat - Klien memahami bahwa untuk menghemat energi maka aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat 4.
19.00
III
-Mengidentifikasi faktor risiko jatuh
Ds : klien
-membantu klien saat mau berpindah dari
mengatakan
tempat tidur ke kamar mandi
kepala nyeri DO : pemindahan klien lebih aman dan cepat
4
20.00
III
Do : -memasang side rail tempat tidur
-side rail sudah terpasang Latifa
5
20.30
I
Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas
DS : klien
dalam
mengatakan lebih nyaman DO : klien tampak mengikuti arahan dari perawat
6
21.00
I
Memfasilitasi istirahat dan tidur
DS : pasien mengatakan kesulitan tidur akibat pusing yang
dirasakan DO : Pasien tampak tidur dengan gelisah dan sering terbangun HARI KE-2 1
Minggu I
1. Memastikan 6B : benar pasien,benar
DS : pasien
, 18
obat,benar dosis,benar cara,benar waktu
mengatakan Nyeri
juni
dan dokumentasi
saat dimasukkan
2023
2. memberikan
obat
injeksi dengan kolaborasi dokter
DO :- tidak ada
3. Melakukan observasi ( adanya
kemerahan dan
pembengkakan,dll)
bengkak pada
4. Melakukan tindakan injeksi :
area injeksi
-norages 1gr
-norages 1gr jam
-mecobalamin 500mg
-mecobalamin
-asering 20 tpm
500mg
22.00
Latifa
-asering 20 tpm - 2
22.30
II
Memberikan aktivitas distraksi
DS : Klien mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan distraksi DO : Pasien tampak lebih rileks
3
22.30
III
-Mengidentifikasi faktor risiko jatuh
Ds : klien
-memasang side rail tempat tidur
mengatakan kepala nyeri
Latifa
Latifa Do : -side rail sudah terpasang 4
23.00
I
memfasilitasi istirahat dan tidur
DS : pasien mengatakan kesulitan tidur
Latifa
DO : Pasien tampak tidur dengan gelisah dan sering terbangun HARI KE-3 1
Senin,1
I.II
1. Mengobservasi TTV
Ds :
9 juni
2. mengajarkan tehnik
-Pasien
2023
relaksasi
mengatakan
05.00
3. Menganjurkan tirah
paham terhadap
baring
tekhnik relaksasi yang diajarkan perawat Do : -klien nampak mempraktekkan tehnik relaksasi yang diajarkan - Klien tetap berbaring ditempat tidur namun klien
Latifa
sudah mulai melakukan aktivitas ringan secara bertahap Sh : 36 HR : 99 TD :140/88 RR : 20 2
07.30
I
1. Memastikan 6B : benar pasien,benar
DS : pasien
obat,benar dosis,benar cara,benar waktu
mengatakan Nyeri
dan dokumentasi
saat dimasukkan
2. memberikan
obat
injeksi dengan kolaborasi dokter
DO :- tidak ada
3. Melakukan observasi ( adanya
kemerahan dan
pembengkakan,dll)
bengkak pada
4. Melakukan tindakan injeksi :
area injeksi
-norages 1gr
-norages 1gr
-mecobalamin 500mg
-mecobalamin
-asering 20 tpm
500mg
Latifa
-asering 20 tpm 3
09.00
II
-Memberikan aktivitas distraksi
DS :
-Anjurkan melakukan aktivitas secara
-Klien
bertahap
mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan distraksi -klien mengerti
Latifa
dan menyetujui DO : Pasien tampak lebih rileks 4
13.00
III
Menginstruksikan kepada keluarga agar
Ds :
selalu mendampingi klien saat memenuhi
Keluarga
kebutuhan klien
mengatakan akan
Latifa
selalu mendampingi dan memenuhi kebutuhan klien Do: Keluarga selalu menunggu klien 24jam di RS
D. Evaluasi formatif No Waktu
No dx
Evaluasi
1
I
S:
Sabtu,17 Juni 2023
P ; nyeri saat bergerak Q : Seperti ditusuk- tusuk R : kepala S : skala 3 T : nyeri menetap,durasi 30detik O: klien tampak meringis kesakitan
Ttd
Latifa
A: nyeri belum teratasi P : -kaji TTV dan skala nyeri -berikan relaksasi nafas dalam -kolaborasi dengan dokter 2
Sabtu,17
II
Juni 2023
S: klien mengatakan merasa lelah O: klien tampak lemas A: Masalah intoleransi aktivitas belum
Latifa
teratasi P: intervensi dilanjutkan -berikan aktivitas distraksi 3
Sabtu,17
III
Juni 2023
S: klien mengatakan merasa pusing O: klien tampak lemah A: Masalah risiko jatuh belum teratasi
Latifa
P: intervensi dilanjutkan -instruksi keluarga agar selalu mendampingi klien Minggu , 18 I juni 2023
S: P ; nyeri saat bergerak Q : Seperti ditusuk- tusuk R : kepala S : skala 2 T : nyeri menetap,durasi 10 detik O: klien tampak meringis kesakitan A: nyeri belum teratasi P : -kaji TTV dan skala nyeri -berikan relaksasi nafas dalam
Latifa
-kolaborasi dengan dokter 4
Minggu , 18 II juni 2023
S: klien mengatakan merasa lelah O: klien tampak lemas A: Masalah intoleransi aktivitas belum
Latifa
teratasi P: intervensi dilanjutkan -berikan aktivitas distraksi 5
Minggu , 18 III
S: klien mengatakan merasa pusing jika
juni 2023
duduk O: klien tampak lemah
Latifa
A: Masalah risiko jatuh belum teratasi P: intervensi dilanjutkan -instruksi keluarga agar selalu mendampingi klien E.Evaluasi submatif No waktu
No dx
Evaluasi
1
I
S:
Senin,19 juni 2023
P;Q:R : kepala S : skala 0 T : nyeri hilang
Ttd
Latifa
O: klien tampak rileks A: nyeri teratasi P : intervensi dihentikan 2
Senin,19
II
juni 2023
S: klien mengatakan sudah tidak lemas dan ingin segera pulang O: klien tampak bisa melakukan aktivitas
Latifa
sendiri A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi P: intervensi dihentikan 3
Senin,19 juni 2023
III
S: klien mengatakan tidak pusing O: klien tampak bisa berjalan sendiri A: Masalah risiko jatuh teratasi P: intervensi dihentikan
Latifa