Laporan Pengukuran Hambatan Jenis Tanah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGUKURAN HAMBATAN PENTANAHAN TIANG ANEMOMETER DI TAMAN ALAT STMKG



I. Hari, Tgl, Waktu praktikum : 18 Januari 2017, Pukul 08.00-09.10 Lokasi Praktikum: Taman Alat STMKG Nama Taruna/NIK : Kelompok 1 (tulis nama kita dan NPT) Dosen praktikum : Hamidatul



II. TUJUAN 1. Mengukur hambatan pentanahan, 2. Menganalisa hasil pengukuran, 3. Menemukan kesimpulan serta solusi jika terdapat permasalahan.



III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat ukur UNITEST EURO EXPERT 9020 E 2. Buku dan Alat Tulis



IV. TEORI DASAR a.



Grounding System



Grounding system suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepaskan arus kedalam bumi. Standart kelayakan grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik). b.



Resistansi Pentanahan



Rsistansi pentanahan harus sekecil mungkin untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah. Faktor -faktor yang mempengaruhi besar tahanan pentanahan adalah 1. Bentuk elektroda. 2. Jenis bahan dan ukuran elektroda. 3. Jumlah/konfigurasi elektroda.



4.Kedalaman pemancangan/penanaman di dalam tanah. 5. Faktor-faktor alam. a. Jenis tanah b. moisture tanah c. kandungan mineral tanah d. suhu tanah



c.



Metode Van Wenner



Metode yang dilakukan untuk mengukur resitansi pentanahan. Metode Van Wenner merupakan



metode



dengan



menganggap



bumi



sebagai



resistor.



Dengan



mengetahui resistivitas suatu bahan, maka kandungan dalam bumi dapat diketahui tanpa harus menggalinya.



Gambar 1. Metode Van Wenner Pengukuran resistansi jenis tanah dengan digunakan 4-batang acuan yang dimasukkan dalam tanah dengan jarak a sepanjang satu garis lurus yang sama dan dihubungkan ke alat ukur resistansi pentanahan.



Pada ujung-ujung luar batang



elektroda 1 dan 4 dialirkan arus dan pada bagian dalam dari batang elektrode 2 dan 3 diukur susut tegangan dalam lapisan tanah. Dari hasil pengukuran dapat dibaca nilai tahanan R, maka resistansi jenis tanah dapat dihitung dengan rumus :



ρE=2 x π x a x ℜ



Keterangan :



ρE=Resistansi Jenis Tanah π



= 3,14



a = Jarak antara rod



Re = Hasil Pengukuran V. PERCOBAAN/PENGAMATAN 5.1. Langkah Pengukuran Hambatan Pentanahan dengan metode 2 titik   







Aktifkan EURO EXPERT Switch posisi 11 Gunakan konektor (isi 4 kabel), gabungkan kabel hitam dan kabel hijau sambungkan dengan kabel tambahan (extension) hubungkan pada ground bak kontrol. Gabungkan kabel merah dengan kabel biru sambungkan dengan kabel tambahan (extension) 20 m hubungkan dengan pasak. Tekan tombol “START”. Baca nilai hambatan di layar.



5.2 Langkah Pengukuran Hambatan Pentanahan dengan metode 3 titik   







Aktifkan EURO EXPERT Switch posisi 11 Gunakan konektor (isi 4 kabel), gabungkan kabel hitam dan kabel hijau sambungkan dengan kabel tambahan (extension) 4,5 M hubungkan pada ground bak kontrol. Kabel merah sambungkan dengan kabel tambahan (extension) 20 M hubungkan pada pasak. Begitu juga dengan kabel biru sambungkan dengan kabel tambahan (extension) 20 m hubungkan dengan pasak. Tekan tombol “START”. Baca nilai hambatan di layar.



5.3. Data Hasil Percobaan/Pengolahan/Pengukuran Pengukuran Hambatan Pentanahan/Grounding dengan Metode 2 titik R1 R2



214 Ohm 0,24 Ohm



Pengukuran Hambatan Pentanahan/Grounding dengan Metode 3 titik R



4,88 Ohm



VI. ANALISIS HASIL PENGOLAHAN/PENGAMATAN Pada pengukuran pertama yaitu untuk mengukur hambatan pada penangkal petir ditiang anemometer dengan menggunakan metode 2 titik didapat hasil R=214 Ohm. Nilai tersebut sangat tinggi dan melewati nilai batas yang telah ditentukan pada PUIL 2000 untuk sebuah penangkal petir yaitu 10 Ohm. Kami menganalisa ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu: Nilai hambatan tanah yang kurang baik (karena merupakan tanah timbunan), kawat yang digunakan bukan merupakan tembaga melainkan sepuhan dari besi yang dilapis tembaga yang tentunya akan sangat berpengaruh pada nilai hambatan. Selanjutnya kami melakukan pengukuran pada hambatan tanah dilokasi tersebut dengan menggunakan metode 2 titik dan jarak antarpasak kami perbesar, keluar dari area taman alat dan didapatkan nilai tahanan 0,24 ohm. Nilai yang sangat bagus menurut PUIL Setelah dilakukan pengukuran menggunakan metode 2 titik, kami melakukan pengukuran dengan metode 3 titik. Kami mendapatkan nilai tahanan sebesar 4,88 Ohm. Hal yang masih diizinkan juga oleh PUIL karena belum melampaui nilai 10 Ohm. Kami menganalisis hal tersebut bisa saja terjadi karena kondisi tanah agak sedikit basah dikarenakan dekat dengan panci penguapan. Dari data yang didapatkan tersebut, terdapat perbedaan jenis tanah yaitu tanah di dalam dan luar taman alat STMKG. Kami menyimpulkan ini terjadi karena lokasi tempat dilakukannya pengukuran bukan merupakan tanah asli dari lokasi tersebut, melainkan tanah timbunan. Sehingga perbedaan jenis tanah sangat memungkinkan dapat terjadi. VII. KESIMPULAN DAN SARAN Dari data yang didapatkan kita dapat menyimpulkan bahwa nilai grounding (penangkal petir) pada anemometer yang terdapat pada taman alat STMKG sudah dapat dikatakan layak dikarenakan nilai hambatannya adalah 0,24 ohm dan 4,88 ohm. Berkaca dari hasil pengukuran yang pertama yaitu 214 Ohm, maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pengkajian ulang pengkal petir tersebut karena menurut analisa kelompok kami selain karena faktor tanah yang kurang baik, nilai hambatan yang sangat besar ini dipengaruhi dari jenis kawat yang digunakan yang merupakan sepuhan besi (dilapisi tembaga). Atau dapat juga menggunakan metode multiple rod untuk memperkecil nilai hambatannya. Mengenai jenis tanah yang bervariasi ini dapat kita jadikan acuan dalam proses instalasi maupun perbaikan dan pemeliharaan alat kedepannya, karena nilai



rsistansi tanah sudah diketahui. Sehingga masalah yang mungkin dapat timbul dapat segera diantisipasi.