Laporan PIS-PK 2021 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

2018



Laporan Hasil Survey PIS-PK Th 2021



UPT PUSKESMAS KEBONAGUNG KOTA PASURUAN



[COMPANY NAME] | [Company address]



KATA PENGANTAR Salam Sehat! Puji syukur kami panjatkan ke hadlirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya, kegiatan Survey Pendekatan Keluarga Sehat (PIS – PK) tahun 2021 dapat kami selesaikan. Sebagai bahan acuan Upaya Kesehatan Masyarakat guna masukan kebijakan dan program, Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2021, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Gambaran kondisi umum pembangunan kesehatan di Indonesia dipaparkan berdasarkan hasil pencapaian program kesehatan. Program kesehatan ibu dan anak menunjukkan angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Dan Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran dalam 5 tahun terakhir, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Program gizi masyarakat menunjukkan perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks, sebab selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2010-2014), perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan di mana



underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stuntingjuga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting(kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. Riskesdas tahun 2010 dan2013 menunjukkan bahwa kelahiran engan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) < 2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Tidak hanya terjadi pada usia balita, prevalensi obesitas yang meningkat juga terjadi di usia dewasa. Hal ini terbukti dari peningkatan prevalensi obesitas sentral (lingkar perut >90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan) dari tahun 2007 ke tahun 2013. Riskesdas (2013). Mencermati hal tersebut, pendidikan gizi seimbang yang proaktif serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan di masyarakat. Gambaran umum penyakit menular masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, demam berdarah, influenza, dan flu burung. Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Kecenderungan prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 – 49 tahun meningkat. Prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun hanya 0,16% pada awal tahun 2009 dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada tahun 2012, dan terus meningkat menjadi 0,43% pada tahun 2013. Angka Case Fatality Rate( CFR) AIDS menurun dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013. Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Transisi epidemiologis telah terjadi secara signifikan selama 2 dekade terakhir, yakni penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, sementara beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burdendiseases, yaitu beban penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di tahun 2007. Selain itu dalam survei ekonomi nasional 2006 disebutkan penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya untuk konsumsi rokok. Oleh karena itu, deteksi dini harus dilakukan secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinyamenderita penyakit tidak menular. Program Kesehatan Jiwa menunjukkan permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Data Riskesdas tahun



2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus.Gangguan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA juga berkaitan dengan masalah perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0.5 % dari 100.000 populasi,yang berarti ada sekitar 1.170 kasus



Pasuruan,



-



2021…….



Kepala Puskesmas Kebonagung



dr. Yayah Rokayah NIP. 19680630 2006042 2 005



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan modal setiap warga negara dan setiap bangsa dalam mencapai tujuannya dan mencapai kemakmuran. Seseorang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika dia berada dalam kondisi tidak sehat. Sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu untuk meneruskan kehidupannya secara layak (Kemenkes RI : 2016) Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2021, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Gambaran kondisi umum pembangunan kesehatan di Indonesia dipaparkan berdasarkan hasil pencapaian program kesehatan. Program kesehatan ibu dan anak menunjukkan angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Dan Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran dalam 5 tahun terakhir, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Program gizi masyarakat menunjukkan perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks, sebab selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2010-2014), perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun



2014. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan di mana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stuntingjuga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting(kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. Riskesdas tahun 2010 dan2013 menunjukkan bahwa kelahiran engan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) < 2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Tidak hanya terjadi pada usia balita, prevalensi obesitas yang meningkat juga terjadi di usia dewasa. Hal ini terbukti dari peningkatan prevalensi obesitas sentral (lingkar perut >90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan) dari tahun 2007 ke tahun 2013. Riskesdas (2013). Mencermati hal tersebut, pendidikan gizi seimbang yang proaktif serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan di masyarakat. Gambaran umum penyakit menular masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, demam berdarah, influenza, dan flu burung. Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Kecenderungan prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 – 49 tahun meningkat. Prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun hanya 0,16% pada awal tahun 2009 dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada tahun 2012, dan terus meningkat menjadi 0,43% pada tahun 2013. Angka Case Fatality Rate( CFR) AIDS menurun dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013. Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Transisi epidemiologis telah terjadi secara signifikan selama 2 dekade terakhir, yakni penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, sementara beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burdendiseases, yaitu beban penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di tahun 2007. Selain itu dalam survei ekonomi nasional 2006 disebutkan penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya untuk konsumsi rokok. Oleh karena itu, deteksi dini harus dilakukan secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinyamenderita penyakit tidak menular. Program Kesehatan Jiwa menunjukkan permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita



gangguan mental emosional di Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus.Gangguan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA juga berkaitan dengan masalah perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0.5 % dari 100.000 populasi,yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang dilaporkan dalam satu tahun. Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah Puskesmas dan bekerja bersama masyarakat dalam mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat.



B. Rumusan Maslah 1. Bagaimana Indeks Keluarga Sehat tingkat kelurahan ? 2. Bagaimana Indeks Keluarga Sehat tingkat Puskesmas ? 3. Bagaimana indikator keluarga sehat yang menjadi prioritas masalah ? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menyediakan informasi Indeks Kesehatan dan informasi besaran masalah prioritas menurut 12 indikator Keluarga Sehat, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan di Kota Pasuruan pada umumnya dan di wilayah Puskesmas Gadingrejo pada khususnya. 2. Tujuan Khusus Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga bertujuan untuk: a. meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar b. mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan c. mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional; dan d. mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2021.



D. Manfaat 1. Puskesmas a. Evaluasi capaian program yang telah dijalankan b. Informasi dasar dalam menyusun kebijakan strategis c. Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data



2. Kota Pasuruan



a.



Informasi dasar dalam menyusun kebijakan di tingkat kab/ kota



b.



Dasar evaluasi dan pengembangan program di tingkat kab/ kota



c.



Menyusun perencanaan dan target capaian berbasis data di tingkat kab/ kota



BAB II METODE A. Desain Riset implementasi dengan Participatori Action Research (PAR). Jenis penelitian ini adalah suatu proses pencarian pengembangan pengetahuan praktis dalam memahami kondisi sosial, politik, lingkungan, atau ekonomi. PAR adalah suatu metoda penelitian dan pengembangan secara partisipasi yang mengakui hubungan sosial dan nilai realitas pengalaman, pikiran dan perasaan kita. Penelitian ini mencari sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan sosial. Penelitian ini mengakui bahwa poses perubahan adalah sebuah topik yang dapat diteliti. Penelitiain ini membawa proses penelitian dalam lingkaran kepentingan orang dan menemukan solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan aksi dan refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis. B. Kerangka Konsep Kerangka konsep mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang menggambarkan keterkaitan antara status kesehatan yang ditandai oleh 12 indikator utama, 4 area prioritas dan pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. Kerangka konsep yang telah menyesuaikan dengan indikator yang dikumpulkan dapat dilihat pada gambar 1.



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB); Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap; Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif; Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan; Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar; 7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur; 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan; 9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok; 10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); 11. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan 12. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.



pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya .



1. 2. 3. 4.



4 Area Prioritas



Penurunan angka kematian ibu dan bayi; Penurunan prevalensi balita pendek (stunting) Penanggulangan penyakit menular; dan Penanggulangan penyakit tidak menular.



Gambar 1. Kerangka Konsep PIS-PK 2021



C. Populasi dan Sampel



Populasi adalah seluruh rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Kebonagung, yaitu Kelurahan Purworejo, Kebonagung dan Purutrejo. Sampel PISPK 2021 menggunakan kerangka sampel data di masing-masing kelurahan. Target sampel yang dikunjungi 7307 kepala keluarga. Individu yang menjadi sampel untuk diwawancarai adalah semua anggota rumah tangga (ART) dalam rumah tangga. D.



Penjamin Mutu Data PIS-PK 2021 Kegiatan untuk menjaga kualitas hasil survei yaitu: 1. Tim Puskesmas Kebonagung mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2. Melaksanakan upaya untuk mendapatkan ketepatan 3 hal berikut: a. Alur pertanyaan b. Materi pertanyaan c. Mekanisme pelaksanaan di masyarakat 3.



Melakukan supervisi teknis maupun manajemen pelaksanaan. Supervisi dilakukan oleh Tim Manajemen Puskesmas Kebonagung



4.



Validasi internal oleh tim PIS PK dan Manajemen Puskesmas Kebonagung



5.



Kualitas pengumpulan sangat dipengaruhi faktor kemampuan dan integritas enumerator (tenaga pengumpul data), oleh karena itu diberikan syarat latar belakang : a. Minimal D3 bidang kesehatan bagi tenaga pewawancara b. Bidan / perawat untuk mengukur tekanan darah



6. Melakukan kalibrasi alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran dan pemeriksaan 7. Proses manajemen data dimulai dari pengiriman sampai dengan analisis data meliputi: a. Entry data dilakukan oleh tim entry Puskesmas Kebonagung



b. Pengendalian inkonsistensi data (cleaning data) oleh tim PIS-PK Puskesmas Kebonagung 8. Pembahasan output analisis dalam penulisan laporan dilakukan bersama antara tim PIS-PK dan manajemen Puskesmas Kebonagung



E. Indikator 1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB); 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; 3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap; 4. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif; 5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan; 6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar; 7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur; 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan; 9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok; 10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); 11. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan 12. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban F.



Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator setempat dengan pengawasan teknis oleh PJT Kabupaten/kota dan pengawasan administratif oleh PJO Kabupaten/kota. Dalam pengumpulan data 1 tim bertanggungjawab terhadap 11 hingga 12 BS. 1 BS terdiri dari 10 Rumah Tangga (Ruta) sehingga 1 tim bertanggung jawab terhadap 110 hingga 120 Ruta. Pengumpulan data dimulai dengan PJT Kabupaten/Kota mengambil salinan blok I-IV dari kuesioner Susenas di BPS Kab/ Kota. Enumerator, PJT kabupaten, dan PJO kabupaten melakukan identifikasi lokasi sampel. Berdasarkan identifikasi tersebut diharapkan enumerator mendapatkan gambaran lokasi sampel sehingga dapat disusun rencana jadwal pengumpulan data, dan strategi pengumpulan data yang akan dilakukan agar efisien dan efektif. Pengumpulan data Riskesdas 2021 dilakukan dengan wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan. Wawancara menggunakan 2 instrumen yaitu: Instrumen Rumah Tangga dan Instrumen Individu.



Instrumen Rumah Tangga terdiri dari 7 blok dengan rincian sebagai berikut: 1. Blok I: Pengenalan tempat 2. Blok II: Keterangan Rumah Tangga 3. Blok III: Keterangan pengumpul data 4. Blok IV: Keterangan Anggota Rumah Tangga a.



Satus pendidikan terakhir hanya ditanyakan kepada ART umur >5 tahun.



b.



Status pekerjaan hanya ditanyakan kepada ART umur ≥10 tahun.



c.



Kondisi hamil atau tidak hanya ditanyakan kepada ART umur 10-54 tahun



Instrumen Individu terdiri dari 2 blok dengan rincian sebagai berikut: 1. Blok A identitas anggota keluarga 2. Blok B gangguan kesehatan a. Pertanyaan untuk semua umur tentang keanggotaan JKN b. Pertanyaan untuk anggota rumah tangga berusia ≥ 15 tahun tentang : - Perilaku hidup sehat - Penyakit TB - Hipertensi c. Pertanyaan untuk anggota rumah tangga wanita sudah menikah berusia 10-54 tahun atau laki-laki menikah berusia ≥ 15 tahun, tentang KB d. Pertanyaan untuk Ibu yang memiliki anggota keluarga berumur < 12 bulan, tentang persalinan oleh tenaga kesehatan e. Petanyaan untuk anggota keluarga berumur 7 - 23 bulan, tentang ASI eksklusif f.



Pertanyaan untuk Anggota Keluarga berumur 12 - 23 bulan, tentang imunisasi dasar lengkap



g. Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur 2 - 59 bulan, tentang pemantauan pertumbuhan balita G. Manajemen Data Selain pengumpulan data, tahapan yang cukup penting dalam PIS-PK ini adalah manajemen data. Pemrosesan data dimulai dari edit kuesioner dan pemberian kode di lokasi penelitian yang dilakukan oleh enumerator. Kuesioner yang telah dilakukan edit dan pemberian kode dengan benar, dilanjutkan dengan memasukkan data ke dalam aplikasi yang sudah ditentukan. Setelah data dientri kemudian dilakukan penggabungan data dan cleaning data. Cleaning data memperhatikan data yang tidak konsisten dan data outlier. Data yang tidak konsisten dan outlier ditelusuri kembali ke kuesioner untuk melakukan cek kebenaran dari data yang dihasilkan..



Raw data yang sudah bersih dan diberi nilai penimbang merupakan data final yang dapat digunakan analisis. Analisis data, sesuai dengan indikator yang direncanakan dan disajikan dalam bentuk tabulasi.



BAB III PROGRAM GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK 3.1.



Keluarga Mengikuti Keluarga Berencana (KB) Indikator



Keluarga



Mengikuti



program



Keluarga



Berencana



(KB)



dengan



pertanyaan “Apakah saudara atau pasangan saudara menggunakan alat kontrsepsi atau ikut program Keluarga Berencana (KB) ?” berlaku untuk ART wanita berstatus menikah (Usia 10-54 tahun) dan tidak hamil atau ART laki-laki berstatus menikah (Usia ≥ 10 tahun) dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika Suami (Usia ≥ 10 tahun) atau Istri (Usia 10-54 tahun) menggunakan alat kontrasepsi / ikut program Keluarga Berencana. 2. Jawaban “T” jika Suami (Usia ≥ 10 tahun) atau Istri (Usia 10-54 tahun) tidak menggunakan alat kontrasepsi / ikut program Keluarga Berencana. 3. Jawaban “N” jika Pasangan tidak produktif (Istri menopause), orang tua tunggal. Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga Mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 57,4 % dari Kelurahan purworejo, 58,0 % dari Kelurahan kebonagung, 56,0 % dari Kelurahan purutrejo, 57,0 % Formula :



Capaian Indikator Keluarga Sehat Mengikuti KB NO



KELURAHAN



KELUARGA MENGIKUTI KB



1 2 3



KEL. Purworejo KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



58,0 % 56,0 % 57,0 %



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



57,4 %



Tabel 3.1 : Capaian Indikator Keluarga mengikuti Keluarga Berencana



3.2.



Ibu Melakukan Persalinan di Fasilitas Kesehatan Indikator Keluarga melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dengan pertanyaan



“Apakah saat Ibu melahirkan (NAMA) bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan ?” berlaku untuk untuk Ibu yang memiliki ART berumur < 12 bulan dengan ketentuan jawaban : 4. Jawaban “Y” jika Ibu memiliki ART < 12 bulan menjawab nama / tempat bersalin di fasilitan kesehatan. 5. Jawaban “T” jika ibu memiliki ART < 12 bulan menjawab nama / tempat bersalin tidak di fasilitas kesehatan. 6. Jawaban “N” jika Ibu tidak memiliki ART < 12 bulan. Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan sebanyak 100,00 % dari seluruh kelurahan Formula :



Capaian Indikator Keluarga (Ibu) Melahirkan di Fasilitas Kesehatan NO



KELURAHAN



KELUARGA (Ibu) Melahirkan di Fasilitas Kesehatan



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



100,00 % 100,00 % 100,00 %



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



100,00 %



Tabel 3.2 : Capaian Indikator Keluarga (Ibu) Melahirkan di Fasilitas Kesehatan



3.3.



Bayi Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Indikator keluarga pada bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap dengan



pertanyaan “Apakah selama bayi usia 0-11 bulan diberikan imunisasi lengkap ? (HB0, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Polio 1, Polio 2, Polio 3, Polio 4, Campak)” berlaku untuk ART yang berumur 12-23 bulan dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika keluarga memiliki ART berumur 12-23 bulan menjawab lengkap nama / jenis imunisasi dan dapat menunjukkan bukti telah diberikan imunisasi (Buku KIA / KMS) 2. Jawaban “T” jika keluarga memiliki ART berumur 12-23 bulan menjawab tidak lengkap nama / jenis imunisasi dan dapat menunjukkan bukti telah diberikan imunisasi (Buku KIA / KMS) 3. Jawaban “N” jika keluarga tidak memiliki ART berumur 12-23 bulan Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa keluarga yang memiliki ART 12-23 mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebanyak 96,0 % Formula :



Capaian Indikator Keluarga (Bayi) Mendapatkan Imunisasi Lengkap NO



KELURAHAN



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



KELUARGA (Bayi) Mendapatkan Imunisasi Lengkap 94,7 % 94,9 % 100,00% 96,0 %



Tabel 3.3 : Capaian Indikator Keluarga (Bayi) Mendapatkan Imunisasi Lengkap



3.4.



ayi Mendapat Air Susu Ibu ( ASI ) Eksklusif Indikator keluarga pada bayi mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) dengan pertanyaan



“Apakah bayi ini pada usia 0-6 bulan hanya diberikan ASI Eksklusif ?” berlaku untuk keluarga memiliki ART berumur 7-23 bulan dengan ketentuan jawaban : 1.



Jawaban “Y” jika keluarga memiliki ART berumur 7-23 bulan menjawab ART saat usia 0-6 bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja.



2.



Jawaban “T” jika keluarga memiliki ART berumur 7-23 bulan menjawab ART saat usia 0-6 bulan selain diberikan Air Susu Ibu (ASI) juga mendapatkan susu formula / makanan tambahan



3.



Jawaban “N” jika keluarga tidak memiliki ART berumur 7-23 bulan.



Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa bayi yang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 75,7 % Formula :



Capaian Indikator Keluarga (Bayi) Mendapatkan ASI Eksklusif NO



KELURAHAN



KELUARGA (Bayi) Mendapatkan ASI



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



75,7 % 71,8 % 83.2 %



4



PUSKESMAS KEBONAGUNG



75,7 %



Tabel 3.4 : Capaian Indikator Keluarga (Bayi) Mendapatkan ASI Eksklusif



3.5.



Bayi Mendapat Pemantauan Pertumbuhan Indikator keluarga pada bayi mendapatkan pemantauan pertumbuhan dengan



pertanyaan “Apakah dalam 1 bulan terakhir dilakukan pemantauan pertumbuhan balita ?” berlaku untuk keluarga memiliki ART berumur 2-59 bulan dengan ketentuan jawaban : 1.



Jawaban “Y” jika keluarga memiliki ART berumur 2-59 bulan menjawab ART saat usia 2-59 bulan rutin mengikuti Posyandu di tempat tinggalnya.



2.



Jawaban “T” jika keluarga memiliki ART berumur 2-59 bulan menjawab ART saat usia 2-59 bulan tidak rutin (satu bulan terakhir tidak berkunjung ke posyandu) mengikuti Posyandu di tempat tinggalnya.



3.



Jawaban “N” jika keluarga tidak memiliki ART berumur 2-59 bulan. Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa bayi yang mendapatkan



Pemantauan Pertumbuhan sebanyak 96,2 Formula :



Capaian Indikator Keluarga (Bayi) Mendapatkan Pemantauan Pertumbuhan NO



KELURAHAN



KELUARGA (Bayi) Mendapatkan Pemandtauan Pertumbuhan



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



98,6 % 93,4 % 97,5 %



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



96,2 %



BAB IV PELAYANAN PENYAKIT MENULAR TUBERKULOSIS (TB) DI KELUARGA 4.1.



Penderita Tuberkulosis (TB) mendapatkan pelayanan sesuai standar. Indikator keluarga pada Penderita Tuberkulosis (TB) mendapatkan pelayanan



kesehatan sesuai dengan standar, dengan pertanyaan “Apakah saudara pernah didiagnosis menderita tuberculosis (TB) paru ? berlaku untuk semua keluarga, “Bila “Ya”, apakah meminum obat TBC secara teratur (selama 6 bulan) ?” berlaku bagi keluarga yang menjawab “Ya” pada pertanyaan sebelumnya, “Apakah saudara pernah menderita batuk berdahak ≥ 2 minggu disertai satu atau lebih gejala : dahak bercampur darah / batuk berdarah, berat badan menurun, keringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan > 1 bulan ?” berlaku bagi keluarga yang menjawab “Tidak” pada pertanyaan diawal dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika keluarga pernah didiagnosis menderita tuberculosis (TB) meminum obat TBC atau pernah menderita batuk berdahak ≥ 2 minggu disertai gejala satu atau lebih : dahak berdarah / batuk berdarah, berat badan menurun, keringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan > 1 bulan tidak pernah meminum obat TBC. 2. Jawaban “T” jika keluarga pernah didiagnosis menderita tuberculosis (TB) atau pernah menderita batuk berdahak ≥ 2 minggu disertai gejala satu atau lebih : dahak berdarah / batuk berdarah, berat badan menurun, keringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan > 1 bulan tidak pernah meminum obat TBC 3. Jawaban “N” jika keluarga tidak pernah didiagnosis menderita TB atau tidak pernah menderita batuk berdahak ≥ 2 minggu disertai gejala satu atau lebih : dahak berdarah / batuk berdarah, berat badan menurun, keringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan > 1 bulan. Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga yang pernah didiagnosis menderita tuberculosis atau pernah menderita batuk berdahak ≥ 2 minggu disertai gejala satu atau lebih : dahak berdarah / batuk berdarah, berat badan menurun, keringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan > 1 bulan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar sebanyak 59,4%



Formula :



Capaian Indikator Penderita TB mendapatkan pelayanan standar NO



KELURAHAN



Penderita TB mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



57,4 % 59,3 % 67,9%



4



PUSKESMAS KEBONAGUNG



59,4 %



Tabel 4.1 : Capaian Indikator Penderita Tuberkulosis (TB) mendapatkan pelayanan sesuai standar



BAB V PELAYANAN PENYAKIT TIDAK MENULAR HIPERTENSI (HT) DAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI KELUARGA



5.1



Penderita Hipertensi (HT) Tekanan Darah Tinggi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar Indikator keluarga pada Penderita Hipertensi (HT) mendapatkan pelayanan



kesehatan sesuai dengan standar, dengan pertanyaan “Apakah saudara pernah didiagnosis menderita tekanan darah tinggi / hipertensi ? berlaku untuk semua keluarga, “Bila “Ya”, apakah saudara meminum obat tekanan darah tinggi / hipertensi secara teratur ?” berlaku bagi keluarga yang menjawab “Ya” pada pertanyaan sebelumnya, “Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah ?” berlaku bagi keluarga yang menjawab “Tidak” pada pertanyaan diawal dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika keluarga pernah didiagnosis menderita tekanan darah tinggi / hipertensi meminum obat secara teratur. 2. Jawaban “T” jika keluarga pernah didiagnosis menderita tekanan darah tinggi / hipertensi tidak pernah meminum obat secara teratur. 3. Jawaban “N” jika keluarga tidak pernah didiagnosis menderita tekanan darah tinggi / hipertensi dan dilakukan pemantauan tekanan darah saat kunjungan hasilnya normal. Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga yang pernah didiagnosis menderita tekanan darah tinggi / hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar sebanyak 5,3% Formula :



Capaian Indikator Penderita Hipertensi (HT) mendapatkan pelayanan standar NO



KELURAHAN



Penderita Hipertensi (HT) mendapatkan pelayanan standar



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



17,08 % 17,63 % 14,35 %



4



PUSKESMAS KEBONAGUNG



18.29 %



Tabel 5.1 : Capaian Indikator Penderita Hipertensi (HT) mendapatkan pelayanan sesuai standar



5.2



Penderita Gangguan Jiwa atau Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar Indikator keluarga pada Penderita Gangguan Jiwa / Orang Dengan Gangguan Jiwa



(ODGJ) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar, dengan pertanyaan “Apakah ada ART yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa (Skizofrenia) ?” berlaku untuk semua keluarga, “Bila “Ya”, apakah selama ini ART tersebut minum obat gangguan jiwa berat secara teratur ?” berlaku bagi keluarga yang menjawab “Ya” pada pertanyaan sebelumnya, “Apakah ada ART yang dipasung ?” berlaku bagi keluarga yang menjawab “Tidak” pada pertanyaan diawal dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika keluarga pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa (skizofrenia) meminum obat gangguan jiwa secara teratur. 2. Jawaban “T” jika keluarga pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa (skizofrenia) tidak meminum obat gangguan jiwa secara teratur. 3. Jawaban “N” jika keluarga tidak pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa (skizofrenia) dan tidak ada ART yang dipasung.



Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa (skizofrenia) meminum obat gangguan jiwa secara teratur sebanyak 75,0% Formula :



Capaian Indikator Penderita Gangguan Jiwa mendapatkan pelayanan standar NO



KELURAHAN



Penderita (ART) mendapatkan pengobatan ODGJ



1 2 3



KEL.PURWOREJO KEL.KEBONAGUNG KEL.PURUTREJO



10 7 3



4



PUSKESMAS KEBONAGUNG



20



Tabel 5.2 : Capaian Indikator Penderita Gangguan Jiwa mendapatkan pelayanan sesuai standar



BAB VI BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN 6.1



Bahya Merokok Bagi Kesehatan Indikator keluarga pada bahaya merokok bagi kesehatan, dengan pertanyaan



“Apakah saudara merokok ?” berlaku untuk semua keluarga (merokok di luar rumah atau di dalam rumah dianggap sebagai perokok), dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) pernah merokok didalam rumah / diluar rumah. 2. Jawaban “T” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) tidak pernah merokok didalam rumah / diluar rumah. Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga (ART) yang tidak pernah merokok didalam rumah / diluar rumah sebanyak 13,3% Formula :



Capaian Indikator Bahaya Merokok Bagi Kesehatan NO



KELURAHAN



ART tidak merokok



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



12,9 % 13,4 % 13,6 %



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



13,3 %



Tabel 6.1 : Capaian Indikator Bahaya merokok bagi kesehatan



BAB VII PENGGUNA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 7.1



Keluarga Menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional Indikator keluarga menggunakan jaminan kesehatan nasional dengan pertanyaan



“Apakah saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN ?” berlaku untuk semua keluarga, dengan ketentuan jawaban : 3. Jawaban “Y” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) menggunakan jaminan kesehatan nasional. 4. Jawaban “T” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) tidak menggunakan jaminan kesehatan nasional. Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga menggunakan jaminan kesehatan nasional sebanyak 20,0% Formula :



Capaian Indikator Keluarga menggunakan jaminan kesehatan nasional NO



KELURAHAN



Seluruh ART Menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



18,7 % 25,8 % 12,9 %



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



20,0 %



Tabel 7.1 : Capaian Indikator keluarga menggunakan jaminan kesehatan nasional



BAB VIII SANITASI LINGKUNGAN DI KELUARGA 8.1



Keluarga Menggunakan Sarana Air Bersih dan Air Minum Sesuai Standar Indikator keluarga menggunakan sarana air bersih dan air minum sesuai standar



dengan pertanyaan “Apakah tersedia air bersih dilingkungan rumah ?” berlaku untuk semua keluarga, “Bila “Y” , apakah jenis sumur airnya terlindungi ? (PDAM,Sumur Pompa, Sumur Gali Terlindungi, Mata Air Terlindungi)” berlaku bila keluarga menjawab “Y” pada soal sebelumnya, dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) menggunakan Air bersih (PDAM, Sumur pompa, Sumur Gali Terlindungi, mata air terlindungi). 2. Jawaban “T” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) tidak menggunakan Air bersih (PDAM, Sumur pompa, Sumur Gali Terlindungi, mata air terlindungi). Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga menggunakan air bersih (PDAM, Sumur pompa, Sumur Gali Terlindungi, mata air terlindungi) sebanyak 99,9% Formula :



Capaian Indikator Keluarga menggunakan air bersih dan air minum sesuai standar NO



KELURAHAN



Seluruh ART Menggunakan Air Bersih



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJ0



99,00 % 100.00 % 99.00%



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



99.09 %



Tabel 8.1 : Capaian Indikator keluarga menggunakan air berish dan air minum sesuai strandar



8.2



Keluarga Menggunakan Sarana Jamban Sehat Sesuai Standar



Indikator keluarga menggunakan sarana jamban sehat (Kloset / leher angsa / plengsengan) dengan pertanyaan “Apakah tersedia jamban keluarga ?” berlaku untuk semua keluarga, “Bila “Y” , apakah jenis jambannya saniter ?” berlaku apabila menjawab YA pada pertanyaan sebelumnya, dengan ketentuan jawaban : 1. Jawaban “Y” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) menggunakan jamban sehat (Kloset / Leher angsa / plengsengan). 2. Jawaban “T” jika seluruh / salah satu keluarga (ART) tidak menggunakan jamban sehat (Kloset / Leher angsa / plengsengan). Dari hasil survey maka dapat disimpulkan bahwa Keluarga menggunakan jamban sehat (Kloset / Leher angsa / plengsengan). Sebanyak49,3%. Formula :



Capaian Indikator Keluarga menggunakan Jamban Sehat NO



KELURAHAN



Seluruh ART Menggunakan Jamban Sehat



1 2 3



KEL. PURWOREJO KEL. KEBONAGUNG KEL. PURUTREJO



49,0 % 50,00 % 49,00 %



5



PUSKESMAS KEBONAGUNG



49,3 %



Tabel 8.2 : Capaian Indikator keluarga menggunakan jamban sehat



BAB IX EVALUASI HASIL SURVEY 9.1 NO



Korelasi Hasil Survey PIS-PK dengan Hasil PKP Th 2021 INDIKATOR



HASIL PIS-PK 2021



HASIL PKP 2021



1



Keluarga mengikuti Program KB



57,4%



%



2



Ibu Bersalin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan



100 %



%



3



Bayi mendapatkan Imundas Lengkap



96,0 %



%



4



Bayi mendapatkan ASI Ekslusif



75,7 %



%



EVALUASI



Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagung dapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dengan Hasil PKP 2021 dapat menggambarkan hanya 57,4 % keluarga yang menggunakan KB Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagung dapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dengan Hasil PKP 2021 dapat menggambarkan 100 % keluarga (Ibu) menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk bersalin. Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagungdapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dengan Hasil PKP 2021dapat menggambarkan hanya 96,0% Bayi yang mendapatkan IMUNDASKAP Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagungdapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dengan Hasil PKP 2021dapat menggambarkan



5



Bayi/Balita Mendapatkan pemantauan pertumbuhan



96,2 %



6



Penderita TB mendapat palayanan kesehatan sesuai standar



59,4 %



7



Penderita HT mendapat palayanan kesehatan sesuai standar



5,3 %



8



Penderita Gangguan Jiwa mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar



75,0%



hanya 75,7 % Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagung dapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dengan Hasil PKP 2021 dapat menggambarkan hanya 96,2 % Bayi/balita yang mendapat pemantauan pertumbuhan secara rutin Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagungdapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK sebesar 59,4% dengan Hasil PKP 2021 dapat digambarkan dengan adanya survey didiapat temuan Susp Penderita TB yang belum mendapatkan pelayanan sesuai standar Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagung dapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK sebesar 5,3 % dengan Hasil PKP 2021dapat digambarkan dengan adanya survey didiapat temuan Susp Penderita HT yang belum mendapatkan pelayanan sesuai standar Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagung dapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK sebesar 75,0 % dengan Hasil PKP th 2021 dapat digambarkan dengan adanya survey didiapat temuan Susp Penderita



9



Tidak Merokok



13,3 %



10



Menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional



20,0%



11



Menggunakan Akses Air Bersih dan Air minum



99.09 %



12



Menggunakan Akses Jamban Sehat



49,03 %



gangguan jiwa yang belum mendapatkan pelayanan sesuai standar Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagungdapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dapat menggambarkan hanya 13,3 % keluarga yang tidak merokok Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagung dapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dapat menggambarkan hanya 20,0 % keluarga yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagung dapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dengan Hasil PKP 2021 dapat menggambarkan hanya 99,09% keluarga yang menggunakan air bersih Dari hasil korelasi disamping menunjukkan bahwa setelah dilakukan survey seluruh sasaran di wilayah UPT Puskesmas kebonagungdapat disimpulkan capaian dari hasil PIS-PK dengan Hasil PKP 2021 dapat menggambarkan hanya 99,03 % keluarga yang menggunakan akses jamban sehat



Tabel 9.2 : Korelasi survey PIS-PK dengan PKP Th 2021