Laporan PKL Tiang Pancang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PADA PELAKSANAAN JALAN TOL MEDAN-BINJAI



TOPIK



PKL



:



PELAKSANAAN



PEMANCANGAN



TIANG



PANCANGMENGGUNAKAN JACK PILE TYPE HYDROLIC



Ditulis untuk menyelesaikan Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan Semester V Pendidikan Diploma III Oleh :



Immanuel C Silaban



Oliver Hansen



NIM:1505022068



NIM: 1605022066



PROGRAM STUDI TEKNIK TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2017



LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah , Dosen Pembimbing , Pembimbing Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) , dan Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan dari :



1 .Immanuel C Silaban



2. Oliver Hansen



NIM : 1505022068



NIM : 1605022066



Dengan judul : PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI PROYEK JALAN TOL MEDAN-BINJAI, JL.HELVETIA PASAR 8 MEDAN, MEDAN SUMATERA UTARA. Telah selesai diperiksa dan dinilai oleh Pembimbing dan dosen pembimbing PKL Medan, 16 Januari 2018 Disahkan Oleh : Dosen Pembimbing



Pembimbing PKL,



Indra Fauzi,Drs.,M.T NIP : 19590801 198603 1 003



ANDY YARIZ QURNIAWAN SITE ENGINEERING MANAGER



Ketua Jurusan



Ir.Samsudin Silaen,M.T NIP: 19620204 198903 1 002



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai persyaratan bagi setiap mahasiswa Semester VI pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini berjudul “ PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA RUAS MEDAN – BINJAI “ , disusun setelah penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) selama 4 ( empat ) minggu sejak tanggal 27 April 2017 sampai dengan 21 April 2017. Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis menemukan banyak kesulitan dan kendala yang sukar dipecahkan namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa material dan spiritual, maupun informasi yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak M.Syahruddin, S.T, M.T, Direktur Politeknik Negeri Medan ; 2. Bapak Ir. Samsudin Silaen, M.T, Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan 3. Ibu Nova Juliana, S.T,M.T Selaku Dosen Wali Kelas SI-5D Politeknik Negeri Medan 4. Bapak Indra Fauzi, Drs,.M.T Dosen Pembimbing penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ; 5. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan ;



Politeknik Negeri Medan



i



6. Bapak Joko Purwanto, ST. MT, Kepala Proyek Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan- Binjai; 7. Bapak Andy Yarzis Qurniawan,Site Enginer Manager, yang telah memberi kami ijin PKL di Proyek Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan – Binjai; 8. Bapak Ali Mashur Jamhuri,Adm Teknik, yang telah memberi kami bimbingan PKL di Proyek Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan – Binjai; 9. Orang tua dan keluarga yang mendukung penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan baik berupa material maupun moral ; 10. Rekan – rekan mahasiswa yang turut membantu dalam penyelesaian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu. Penulis menyadari kemungkinan adanya kekurangan maupun kesalahan dalam Laporan ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang membacanya.



Medan,



Januari 2018



Hormat Penyusun,



Immanuel C Silaban



Oliver Hansen



NIM : 1505022068



NIM : 1605022066



Politeknik Negeri Medan



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN .................................... Error! Bookmark not defined. 1.1 Deskripsi Proyek Secara Umum ................................................................... 1 1.1.1 Latar Belakang Proyek ........................................................................... 1 1.1.2 Data Umum Proyek ................................................................................ 2 1.2 Deskripsi Topik Yang Dipilih....................................................................... 3 1.2.1 Judul Topik............................................................................................. 3 1.2.2 Alasan Pemilihan ................................................................................... 3 1.2.3 Ruang Lingkup / Batasan Topik ............................................................ 3 1.3 Jadwal Kegiatan PKL ....................................................................................... 3 BAB II KESESUAIAN PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN ................... 4 2.1 Latar Belakang Pembangunan Konstruksi .................................................... 4 2.2 Sistem atau cara kerja maupun alat yang dipakai ........................................ 5 2.2.1 Rekayasa Lapangan (Field Engineering) ............................................... 5 2.2.2



Pekerjaan Menentukan Titik Tiang Pancang .................................... 6



2.2.3



Pekerjaan Pemancangan ................................................................... 8



2.2.4



Pekerjaan Lean Concrete ................................................................ 18



2.3 Kesesuaian Gambar Rencana dengan Realisasi......................................... 21 2.4 Kesesuaian Metode Kerja Rencana dengan Realisasi ............................... 21 2.4.1 Pekerjaan Rekayasa Lapangan ............................................................. 21 2.4.2 Pekerjaan Menentukan Titik Tiang Pancang ....................................... 22 a. Menentukan titik tiang pancang sesuai dengan perencanaan gambar dengan sudut toleransi back sebesar 0,005 mm. ........................................... 22 b. Alat yang digunakan dalam menentukan titik tinag pancang adalah Jalon penta prisma dan teodolit. ............................................................................. 22 2.4.3 Pemancangan dengan Tiang Pancang ................................................. 22



Politeknik Negeri Medan



iii



2.4.5 Pelaksanaan Lantai Kerja (Lean Concrete) pada Rigid Pavement ...... 23 2.6 Kesesuaian Mutu Rencana dengan Realisasi .............................................. 23 2.7 Kesesuaian Skedul Rencana dengan Realisasi .......................................... 24 2.8 Kesesuaian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rencana dengan Realisasi ............................................................................................................ 26 EVALUASI KETIDAKSESUAIAN RENCANA DENGAN REALISASI ........ 30 2.9 Penyebab Ketidaksesuaian .......................................................................... 30 2.10 Tindakan/solusi yang dilaksanakan di lapangan ....................................... 32 BABIII KESIMPULAN & SARAN ................................................................... 33 3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 33 3.2 Saran .......................................................................................................... 34



Politeknik Negeri Medan



iv



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2. 1 Trase Kondisi Jalan Tol Medan – Binjai ........................................... 5 Gambar 2. 2 Apel pelaksanaan K3 ....................................................................... 13 Gambar 2. 3 Pengankatan tiang pancang oleh crane ............................................ 14 Gambar 2. 4 Setting ketegak-lurusan tiang pancang oleh operator jack pile ....... 15 Gambar 2. 5 Pengambilan sambungan Tiang pancang ke dua oleh crane ........... 15 Gambar 2. 6 Operator Memasukkan tiang pancang ke pile clamping box .......... 16 Gambar 2. 7 Pengelasan Tiang Pancang ke dua untuk penyambungan ............... 16 Gambar 2. 8 Pemotongan tiang pancang menggunakan alat betel ....................... 17 Gambar 2. 9 Pengangkatan sisa tiang pancang dengan mengelas sisa ...... sambungan beton agar terpotong .......................................................................... 17 Gambar 2. 10 Penggunaan Rompi, Helm, dan Safety Shoes ............................... 28 Gambar 2. 11 rambu peringatan ........................................................................... 29



Politeknik Negeri Medan



v



DAFTAR LAMPIRAN



Politeknik Negeri Medan



vi



BAB I PENDAHULIAN 1.1 Deskripsi Proyek Secara Umum 1.1.1 Latar Belakang Proyek Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari system jaringan jalan nasional yang penggunanya di wajibkan membayar tol dan memiliki peran yang sangat signifikan bagi perkembangan suatu daerah. (Undang – Undang Tentang Jalan Tol, UU No.15 Tahun 2005) Jalan tol merupakan jalan bebas hambatan dan jalan nasional yang dapat menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian. Pengadaan jalan tol sendiri dimasukan untuk mewujudkan pemerataan pembagunan serta keseimbangan dalam pembangunan wilayah. Jalan Tol Trans Sumatera adalah sebuah jalan tol sepanjang 2.818 km yang menghubungkan Lampung dengan Aceh di Pulau Sumatera. Jalan tol ini pada tahun 2012 diperkirakan akan menelan dana sebesar Rp. 150 triliun. Dengan adanya jalan tol ini nantinya, kehidupan di Pulau Sumatera diyakini akan mengalahkan kehidupan di Pulau Jawa. Jalan Tol Medan – Binjai adalah jalan tol sepanjang 16,8 km yang akan menghubungkan dua kota di Sumatera Utara, Indonesia : Medan dan Binjai. Jalan Tol Medan – Binjai akan membagi beban kendaraan dengan Jalan Medan – Binjai yang merupakan salah satu ruas terpadat dalam Jalan Raya Lintas Sumatera yang menghubungkan Medan dan Banda Aceh. Jalan Tol ini akan menyambung dengan Jalan Tol Belmera yang telah ada sebelumnya di sekitar pintu tol Tanjung Mulia, lalu menyusuri kawasan Medan Helvetia, Sei Semayang dan sampai ke jalan lingkar luar kota Binjai sebagai titik akhir. Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan data serta pengamatan langsung selama 4 minggu yang dikerjakan oleh PT. HUTAMA



KARYA



INFRASTRUKTUR



DEVISI



JALAN



&



Politeknik Negeri Medan



1



JEMBATAN, selaku kontraktor utama dalam proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan – Binjai sta 0+000 – 16+817.



1.1.2 Data Umum Proyek Data umum Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas MedanBinjaimeliputi seksi I akses Tanjung Mulia-Helvetia sepanjang 6,270 km, seksi II akses Helvetia-Semayang sepanjang 6,175 km dan seksi III Semayang-Binjai sepanjang 4,275 km terletak di Kota Madya Binjai – Kabupaten Deli Serdang.



DATA KONTRAK: ➢ Nama Proyek



:



Pembangunan



Jalan



Tol



Trans



Sumatera Ruas Medan – Binjai ➢ Lokasi Proyek



: Kota Madya Binjai Sumatera Utara



➢ Nilai Proyek



: Rp. 1.192.494.019.091



➢ Pemilik Proyek



: PT. HUTAMA KARYA (Persero) Divisi Jalan Tol



➢ Konsultan Perencana : PT.Yodha Karya (Persero) ➢ Konsultan Pengawas : PT. Yodha Karya ( Persero) ➢ Lingkup Pekerjaan



:



-Pekerjaan Survey : Penentuan Titik Awal Pemancangan -Pekerjaan Pondasi :- Pemancangan menggunakan pancang jenis PC Rounded Hollow Pile. - Pengecoran Lean Concrete



Politeknik Negeri Medan



2



1.2 Deskripsi Topik Yang Dipilih 1.2.1 Judul Topik Judul



topik



“PELAKSANAAN



yang



PEMANCANGAN



dipilih TIANG



adalah PANCANG



MENGGUNAKAN JACK PILE TYPE HYDROLIC “



1.2.2 Alasan Pemilihan Sebagai mahasiswa Teknik Sipil Program D III Teknik Bangunan Sipil



diharapkan



agar



mampu



merencanakan,melaksanakan,serta



mengawas pembangunan jalan dan jembatan.



1.2.3 Ruang Lingkup / Batasan Topik Karena menyesuaikan waktu PKL yang ditentukan, maka ruang lingkup pembahasan Laporan PKL ini adalah mencakup galian, pemancangan pada pekerjaan SEKSI I ( STA ambil dari



PDA )



1.3 Jadwal Kegiatan PKL Waktu pelaksanaan PKL yang dijadwalkan oleh Jurusan Teknik Sipil program studi Teknik Sipil adalah selama empat minggu yang dimulai pada tanggal 09 Oktober 2017 sampai 04 November 2017, yang terdiri dari enam hari kerja setiap minggu dan dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB.



Politeknik Negeri Medan



3



BAB II KESESUAIAN PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN 2.1 Latar Belakang Pembangunan Konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan - Binjai mempunyai panjang 16,8 KM yang menghubungkan dua kota Medan dan Binjai. Jalan tol Medan – Binjai akan membagi beban kendaraan dengan jalan Medan – Binjai yang merupakan salah satu ruas terpadat dalam Jalan Raya Lintas Sumatera yang menghubungkan Medan dan Banda Aceh. Jalan Tol ini akan menyambung dengan Jalan Tol Belmera yang telah ada sebelumnya disekitar pintu tol Tanjung Mulia, lalu menyusuri kawasan Medan Helvetia, Sei Semayang dan sampai ke jalan lingkar luar kota Binjai sebagai titik akhir. Pintu tol direncanakan berjumlah 3 pintu, 2 arah dengan 3 jalur pada masing - masing arah dengan desain kecepatan maksimum 100 km/jam. Proyek pembangunan jalan tol Medan – Binjai yang akan dibahas dalam laporan ini adalah tentang pelaksanaan pekerjaan pada seksi I (STA 0 + 900 –1 +800 ).seksi I (STA 0 + 900 –1 + 800 ). yang ditinjau adalah pekerjaan proses pemancangan menggunakan tiang pancang PC Rounded Hollow Pile. Pada umumnya jalan tol jembatan layang yang ada di Indonesia menggunakanpondasi konstruksi tiang pancang .Proses pelaksanaan pekerjaanpekerjaan proses pemancangan di lapangan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disetujui oleh konsultan. Jika pelaksanaan tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada, maka akan menimbulkan kerusakan padakonstruksi pondasi tiang pancang dan tidak sesuai umur rencana.



Politeknik Negeri Medan



4



Gambar 2. 1 Trase Kondisi Jalan Tol Medan – Binjai 2.2 Sistem atau cara kerja maupun alat yang dipakai 2.2.1 Rekayasa Lapangan (Field Engineering) Rekayasa lapangan adalah suatu kegiatan untuk mencari kesesuaian antara rancangan asli yang ditunjukkan dalam gambar dengan kebutuhan aktual lapangan. Kegiatan ini terdiri dari survey lapangan dan analisis data lapangan. Rekayasa lapangan (Field Engineering) dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan sebelum dimulainya pekerjaan. Dengan adanya Rekayasa Lapangan maka pelaksana mengetahui kondisi yang asli di lapangan.Data – data yang di lapangan akan diolah untuk menjadi bahan dalam membandingkan perencanaan telah sesuai atau belum dengan kondisi di lapangan. Pekerjaan Rekayasa Lapangan yang dilakukan di lapangan, yaitu : 1. Menentukan STA awal pekerjaan dan akhir pekerjaan dengan melihat patok STA, kemudian di ukur kebelakang dengan pita ukur sejauh 500 meter dengan membagi per 25 meter. 2. Memasang patok – patok STA setiap 25 meter.



Politeknik Negeri Medan



5



3. Pengukuran profil melintang existing jalan setiap 25 meter menggunakan Water Pass 4. Melakukan identifikasi lapangan. Pengecekan utilitas dan tanaman apa saja yang harus diperhatikan dalam proyek, pengecekan dilakukan per 25 meter 2.2.2



Pekerjaan Menentukan Titik Tiang Pancang



1. Lingkup Kerja Pekerjaan ini meliputi penentuan titik koordinat yang dilakukan oleh tim surveyor menggunakan data yang telah di berikan konsultan perencana.



Sumber Daya Alat a. Tripot b. Patok kayu c. Total Station d. Teodolit e. Waterpass f. Bak Ukur g. Pilox h. Penta prisma



2. Sumber Daya Manusia a. Pelaksana b. Flagman c. Pekerja d. Operator



Politeknik Negeri Medan



6



3. Metode Pelaksanaan Cara menentukan titik koordinat : a. Memakai APD ( Alat Pelengkap Diri ) dengan baik dan benar serta brifing tentang keselamatan sekitar 5 menit sebelum memulai pekerjaan b. Pertama tentukan dua titik, titik pertama adalah BM permanen. c. Setelah menentukan dua titik dirikan alat thedolit di titik kedua, dan setel theodolite sebelum di gunakan d. Satu orang memegang jalun prisma di titik BM permanen e. Satu orang yang menembak menggunakan theodolite ke jalun prisma yang telah didirikan di titik BM untuk menolkan sudut horizontal derajatnya f. Setelah derajat theodolite menunjukan nol derjat pada sudut horizontal, masukkan koordinat X dan Y yang telah di tentukan pada gambar ke dalam bacaan theodolite g. Orang yang memegang jalun prisma bergerak mengikuti arahan dari operator yang memegang theodolite sampai tepat pada titik koordinat yang di tentukan, toleransi sudut back adalah 0.005 mm h. Beri tanda titik tersebut dengan kayu atau pylox i. Untuk titik selanjutnya masukkan kembali koordinat X dan Y ke dalam bacaan theodolite, dan orang yang memegang jalun mengikuti arahan dari operator theodolite, dan di beri tanda . seterusnya sampai semua titik koordinat di beri tanda j. Jika alat theodolite ingin pindah ke titik selanjutnya tembak BM sebelumnya dari titik yang telah di tentukan



Politeknik Negeri Medan



7



2.2.3



Pekerjaan Pemancangan



1. Lingkup Kerja Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.



Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di klasifikasikan berbeda-beda.



Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban



bertahun-tahun.



Pada



awal



peradaban,



dari



komunikasi,



pertahananan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang..



Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil & kurang keras atau apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.



Politeknik Negeri Medan



8



Jack in pile adalah suatu system pemancanbgan pondasi tiang yang pelaksanaannya ditekan masuk ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban counterweight sehingga tidak menimbulkan getaran dan gaya tekan tiang dapat diketahui tiap mencapai kedalaman tertentu. Sebelum dilakuan pemancangan dengan jack-in pile Proyek jalan tol ruas Medan-Binjai menggunakan f’c = 10 untuk lantai kerja (lean concrete). Setelah pekerjaan Lapis Pondasi Agregat kelas A (Drainage layer) selesai dilakukan, permukaan harus dibersihkan dari kotoran, lumpur, batu lepas, atau bahan asing lainnya, dan diperiksa kepadatannya, kerataan finishing dan permukaannya oleh terlebih dahulu dilakukan tes sindir dan boring . Dari hasil tes sondir tersebut rata-rata perencana panjang dengan kedalaman tiang. Selain memiliki keunggulan yang disebutkan diatas alat ini juga mampu memancang pondasi dengan berbagai ukuran mulai dari 200 x 200 mm sampai dengan 500 x 500 mm atau juga dapat spun pile dengan diameter 300 sampai 600 mm . Mobilisasi alat ini cukup mudah dan pada jack in pile tidak mungkin terjadi keretakan pada kepala tiang seperti pada system pemancangan dan juga tidak mudah terjadi necking seperti pada system bore-pile Hidrolik Sistem adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan menggunakan mekanisme hydraulic jacking foundation system, dimana sistem ini telah mendapatkan hak paten dari United States, United Kingdom, China dan New Zealand. Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang tersebut ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada pada puncak tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang (grip) tiang, kemudian tiang ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara kontiniu ke dalam tanah, tanpa suara, tanpa pukulan dan tanpa getaran.



Politeknik Negeri Medan



9



Penempatan sistem penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada dua sisi tiang menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup presisi dan akurat. Ukuran diameter piston mesin hydraulic jack tergantung dengan besar kapasitas daya dukung mesin tersebut. Sebagai pembebanan, ditempatkan balok – balok beton atau plat – plat besi pada dua sisi bantalan alat yang pembebanannya disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan tiang. Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton, dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan) beban-beban permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah di dalam massa tanah Jenis tiang pancang yang digunakan dalam proses pemancangan adalah PC Rounded Hollow Pile yang di produksi oleh PT.WIKA BETON . Tiang pancangJenis tanah timbunan yang digunakan berasal dari Quarry Pancur Batu. Timbunan harus dipilih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Timbunan biasa yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berpalasitas tinggi,yang sebagiman sudah diklasifikasi sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145. Bila penggunaan tanah yang berplastis tinggi tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi, tetapi tidak digunakan untuk dipergunakan pada subgrade kecuali dapat mencapai minimum CBR.Material ini harus terdiri dari bahan tanah atau batu, yang diuji sesuai dengan AASHTO T193, memiliki CBR paling sedikit 15 %.



Politeknik Negeri Medan



10



2. Sumber Daya Alat a. Jack Pile Type Hydrolic b. Tiang Pancang ( Spun Pile ) Diameter 50 cm c. Truk Pengangkut Tiang Pancang



3. Sumber Daya Manusia a. Pelaksana b. Flagman c. Operator



Politeknik Negeri Medan



11



4. Detail Tiang Pancang Ø 50 CM



Politeknik Negeri Medan



12



5. Metode Pelaksanaan a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemancangan tiang pancang beton bulat/kotakpretensioned, sesuai dengan Spesifikasi, persyaratan dalamGambar atau pada bagianbagian lain dalam Dokumen Kontrak b. Daya dukung tanah pada pemancangan dilakukan dengan menggunakan test CBR antara 4%-6%. c. Tiang pancang beton bulat/kotakpretensioned harus dibuat sesuai dengan detail pada Gambar dan ketentuan ACI 31877 dan JIS A 5335 Tipe A dan Tipe B d. Beton harus kelas AA sesuai dengan ketentuan pasal S10.01 dari spesifikasi ini e. Penulangan harus sesuai dengan ketentuan Pasal S10.02 dari Spesifikasi ini dan pemasangannya harus sesuai dengan Gambar f. Sebelum



menyediakan



tiang



pancang



beton



bulat/kotakpretensioned, Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari pabrik untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. g. Sebelum memulai kegiatan pancang semua alat APD wajib di



kenakan



oleh



operator



dan



melakukan



brifing



keselamatan pekerja



Gambar 2. 2 Apel pelaksanaan K3 Politeknik Negeri Medan



13



h. Operator menyetel alat berat jack pile pada keadaan datar, atau sesuaikan nivo pada alat jack pile ke titik tengah, dan arahkan pada titik yang ingin di pancang. i. Mengikat tiang pancang pertama dengan ujung yg runcing menggunakan alat kabel baja yang di bantu dengan pekerjaan j. Jarak ikatan terhadap pancang adalah 3 m dari ujung tiang pancang. k. Setelah di ikat tiang pancang tersebut akan di angkat oleh crane



Gambar 2. 3 Pengankatan tiang pancang oleh crane l. Memutar atau memindahkan tiang pancang pertama (bergerak secara horizontal) ke titik pancang m. Memasukkan tiang pancang pertama ke pile clamping box (jepitan tiang kotak) yang ada pada alat.



Politeknik Negeri Medan



14



n. Setting ketegak-lurusan (verticality) tiang pancang terhadap titik pancang.



Gambar 2. 4 Setting ketegak-lurusan tiang pancang oleh operator jack pile o. Melakukan penetrasi tiang pancang ke dalam tanah dengan cara menekan tiang pancang tersebut dengan lama waktu 30 menit p. Penekanan tiangpancang hingga sisa tiang +/- 100 cm dari permukaan



tanah



untuk



kemudian



dilakukan



penyambungan. q. Pengambilan tiang pancang kedua (sambungan) oleh crane.



Gambar 2. 5 Pengambilan sambungan Tiang pancang ke dua oleh crane



Politeknik Negeri Medan



15



r. Untuk jarak ikatan terhadap pancang kedua berjarak 3 m sama juga dengan pancang yang pertama. s. Pengangkatan memasukkan



, ke



memindahkan pile



ke



clamping



titik box,



pancang, kemudian



setting verticality terhadap titik pancang dan tiang pancang yang sudah terpancang.



Gambar 2. 6 Operator Memasukkan tiang pancang ke pile clamping box t. Pengelasan



sambungan dengan elektroda dengan daya



listrik sebesar 190-192 MMA



Gambar 2. 7 Pengelasan Tiang Pancang ke dua untuk penyambungan



Politeknik Negeri Medan



16



u. Menekan



tiang pancang sambungan dengan kekuatan



sampai 16 MPA v. Pemancangan tiang dilakukan hingga tercapai daya dukung desain tiang atau hingga kapasitas alat jack-in pile sudah tercapai (biasanya hingga alat terangkat) w. Setelah mencapai kekuatan 16 MPA, sisa panjang tiang pancang yg tidak di perlukan di rusak dengan alat batel ( mata pahat ) oleh pekerja, lalu di patahkan agar terpisah dari tiang pancang yg telah tertanam



Gambar 2. 8 Pemotongan tiang pancang menggunakan alat betel x. Sisa panjang tiang pancang tersebut di angkat ke atas oleh pile clamping box



Gambar 2. 9 Pengangkatan sisa tiang pancang dengan mengelas sisa sambungan beton agar terpotong Politeknik Negeri Medan



17



y. Lalu di angkat kembali oleh crane untuk di taruh di tempat penampungan sisa panjang tiang pancang z. Jack pile bergerak ke titik selanjutnya 2.2.4



Pekerjaan Lean Concrete



1. Lingkup kerja Pekerjan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, material dan pelaksaan semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan lapisan peralatan (leveling course) dengan beton kurus, termasuk persiapan lapisan alas, pengadaan beton ready mix, penuangan, pemadatan, finishing, pengawetan, dan pemeliharaan. Adapun fungsi dari pembuatan lantai kerja antara lain: 1.



Memudahkan



pekerja



berdiri



di



atas



lahan



datar



2.



Merupakan dudukan besi lapis bawah (untuk pondasi rakit atau pile-cap.



3.



Menahan gaya angkat (up-lift force) tanah di bawahnya.



2. Sumber Daya Alat a. Concrete Vibrator b. Truck Mixer c. Spreader



3. Sumber Daya Bahan Beton Ready Mix Kelas K 125 atau Beton Kelas E (sesuai BOQ)



Politeknik Negeri Medan



18



4. Teknik Pelaksanaan 1. Langkah – langkah membuat Lantai kerja (Lean Concrete): o Sebelum memulai kegiatan pancang semua alat APD wajib di kenakan oleh operator dan pekerja dan melakukan brifing keselamatan pekerjaan o Membuat marking sebagai tanda batas galian dengan menggunakan alat theodolite dengan cara membuat titik koordinat di lapangan yang sesuai dengan gambar kerja dengan bantuan surveyor o Excavator type backhoe menggali sesuai batas marking, dan digali sedalam 1.6 meter o Membuat bekisting sebelum pengecoran dengan tebal 10 cm, panjang 12.3 meter, dan lebar 6.3 meter



dengan



bantuan



pekerja



2. Mengecor Lantai kerja ( Lean Concrete ) : o Sebelum memulai kegiatan pancang semua alat APD wajib di kenakan oleh operator dan pekerja , serta pengawas o Memesan truk molen dengan kapasitas setiap truk membawa 7 𝑚3 o Pengecoran lantai kerja dengan spesifikasi beton kelas E ( K- 125) dengan volume 1 lantai kerja sebanyak 6,846 𝑚3 o Penuangan beton dari truk molen ke dalam lantai kerja di bantu alat berat excavator type backhoe o Beton dituangkan kedalam baket excavator lalu excavator menuangkan ke lantai kerja, di bawah



Politeknik Negeri Medan



19



para pekerja sudah siap untuk meratakan beton yang di tuangkan tadi oleh excavator o Setelah dituangkan bekisting dapat di cabut setelah 2 hari dari pengecoran tersebut 3. Membuat selimut footing dari tiang pancang : o Sebelum memulai kegiatan pancang semua alat APD wajib di kenakan oleh operator dan pekerja dan melakukan brifing keselamatan pekerjaan o Membuat tanda pada setiap tiang pancang 50 cm dari lantai kerja dengan bantuan alat waterpass dengan bantuan surveyor o Para



pekerja



memotong



tiang



pancang



menggunakan betel dengan menyisakkan 10 cm dari lantai kerja o Memotong tulangan tiang pancang dengan alat gerinda yang di bantu oleh pekerja o Sisa potongan yang masih ada di ambil oleh alat berat excavator



Politeknik Negeri Medan



20



2.3 Kesesuaian Gambar Rencana dengan Realisasi Sebelum masa pembuatan pondasi tersebut dimulai akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya, digunakan gambar-gambar yang memberikan ilustrasi tentang pembuatan pondasi tersebut. Selain untuk menampilkan wujud fisik jalan, gambar-gambar ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan struktur jalan, sehingga selain jalan tersebut terlihat indah, juga aman dan nyaman untuk digunakan. Dengan pembacaan gambar rencana atau gambar yang telah direncanakan oleh pihak konsultan kita dapat mengetahui perbedaan atau ketidaksesuaian gambar yang telah direncanakan dengan pelaksanaan di lapangan. Terkadang sering sekali gambar yang direncanakan tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan atau diakibatkan oleh perubahan struktur di lapangan sehingga menimbulkan permasalahan pada saat pelaksanaan di lapangan. Pada shop drawing yang di dapat dari perencana, secara umum semua gambar yang direncanakan sesuai dengan yang dikerjakan di lapangan, dan gambar dapat dilihat di lampiran.



2.4 Kesesuaian Metode Kerja Rencana dengan Realisasi Dalam suatu pekerjaan sangat dibutuhkan metode kerja dikarenakan metode kerja sangat berguna untuk pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaan di lapangan dengan baik dan benar. Adapun metode kerja rencana yang sesuai dengan yang direalisasikan adalah sebagai berikut:



2.4.1 Pekerjaan Rekayasa Lapangan a. Menentukan STA awal pekerjaan dan akhir pekerjaan dengan melihat patok STA, kemudian di ukur kebelakang dengan pita ukur sejauh 500 meter dengan membagi per 25 b. meter.



Politeknik Negeri Medan



21



c. Memasang patok – patok STA setiap 25 meter. d. Pengukuran profil melintang existing jalan setiap 25 meter menggunakan Water Pass



2.4.2 Pekerjaan Menentukan Titik Tiang Pancang a. Menentukan titik tiang pancang sesuai dengan perencanaan gambar dengan sudut toleransi back sebesar 0,005 mm. b. Alat yang digunakan dalam menentukan titik tinag pancang adalah Jalon penta prisma dan teodolit. c. Jumlah titik tiang pancang pada Pier dan Abutment adalah 32 titik.



2.4.3 Pemancangan dengan Tiang Pancang a. Pamancangan tiang pancang menggunakan alat berat jack pile type hidrolik. b. Pengangkatan tiang ke alat jack pile menggunakan crane. c. Pada setiap pemancangan satu titik dibutuhkan satu sambungan tiang pancang d. Kekuatan penekanan alat dalam memasukkan tiang pancang sebesar 16 Mpa. e. Menurut data CBR daya dukung tanah pada setiap titik tiang pancang sedalam 10 - 18 meter. f. Metode pengelasan dalam menyambungkan tiang pancang adalah metode pengelesan biasa ( lingkaran ).



Politeknik Negeri Medan



22



2.4.5 Pelaksanaan Lantai Kerja (Lean Concrete) pada Rigid Pavement a. Penghamparan beton untuk lean concrete. b. Perataan menggunakan tenaga manual



2.6 Kesesuaian Mutu Rencana dengan Realisasi Setiap proses pekerjaan suatu pondasi



memerlukn program



pengendalian mutu hasil pekerjaan berdasarkan pada system pengendalian yang menyeluruh. Penerapannya melalui kegiatan-kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian laboratorium. Pelaksanaan pengendalian mutu pada hakekatnya adalah pemantauan langkah demi langkah terhadap proses pelaksanaan suatu pekerjaan, jadi bukan hanya memberikan penilaian terhadap hasil akhir suatu pekerjaan. Pemantauan proses



mencakup penilaian terhadap metode kerja,



keterampilan kerja, pengadaan material, peralatan, dan tenaga kerja, termasuk keselamatan dan kesehatan kerja. Pedoman mutu dan komposisi bahan spesifikasi ditetapkan berdasarkan ketetapan yang terdapat pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat. Pengendalian mutu proyek harus diarahkan kepada usaha memuaskan kebutuhan dan persyaratan yang diungkapkan oleh Owner. Pengendalian mutu harus dilakukan pada seluruh tahapan proyek bukan satu atau beberapa bagian proyek. Dalam pelaksanaanya pengendalian mutu dilaksanakan oleh pimpinan proyek yang meliputi seluruh pekerjaan yang tercantum pada kontrak kerja. Apabila ada hasil atau produk pekerjaan yang tidak sesuai atau melampaui batas toleransi dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka pimpinan proyek akan meminta staf bawahannya untuk memperbaiki atau mengganti produk tersebut sesuai dengan standart mutu yang telah di tetapkan. Pengendalian mutu merupakan salah satu factor keberhasilan hasil pelaksanaan pekerjaan khususnya pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Binjai yang dipekerjaan pada seksi - I (STA 1 + Politeknik Negeri Medan



23



720 – STA 1 + 900 ).volume rencana yang dilaksanakan di lapangan sesuai dengan yang direncanakan. Pengendalian mutu yang dilakukan ada dengan pengujian Investigasi soil , pemeriksaan material yang digunakan di lapangan. Dengan pengendalian mutu yang baik dan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan umur rencana. Dari beberapa data yang telah dapat dikumpulkan selama PKL dapat disimpulkan bahwa semua mutu bahan dan hasil pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan memenuhi dengan data rencana dan dinyatakan mengikuti dengan spesifikasi yang telah dianjurkan atau ditentukan oleh owner dan perencana. 2.7 Kesesuaian Skedul Rencana dengan Realisasi Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masingmasing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Time schedule pada proyek konstruksi dapat dibuat dalam bentuk: a. Kurva S. b. Bar chart. c. Network Planning d. Schedule harian, mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu. e. Pembuatan time schedule dengan bantuan software



Tujuan atau manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek antara lain: a. Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan. b. Pedoman waktu untuk pengadaan material bangunan yang sesuai dengan item pekerjaan yang akan dilaksanakan.



Politeknik Negeri Medan



24



c. Pedoman waktu untuk pengadaan alat-alat kerja. d. Time



schedule



juga



berfungsi



sebagai



alat



untuk



mengendalikan waktu pelaksanaan proyek. e. Time schedule sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja proyek. f. Sebagai pedoman pencapaian progres pekerjaan setap waktu tertentu. g. Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan proyek atau bonus atas percepatan proyek. h. Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi. Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan: a. Gambar kerja proyek. b. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek. c. Bill of Quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan. d. Data lokasi proyek berada. e. Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontrktor yang tersedia di sekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung. f. Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus di datangkan ke lokasi proyek. g. Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. h. Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek. i. Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek. j. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masingmasing item pekerjaan



Politeknik Negeri Medan



25



k. Data kapasitas produksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor dan material. l. Data keuangan proyek meliputi uang kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu pembayaran progress dan lain-lain.



2.8 Kesesuaian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rencana dengan Realisasi K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, effisien, dan produktif. Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut dapat dipilah-pilah dalam beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah: a. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan. b. Untuk mencegah penurunan kesehatan-kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan mereka. c. Melindungi pekerja pada setiap setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan.



Politeknik Negeri Medan



26



d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi dan terbebas dari factor-faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Tujuan utama K3 adalah mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Maksud utama dibutuhkannya K3 adalah untuk mencegah terjadinya cacat/ kematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan peralatan kerja, mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrument yang menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja. Di dalam pekerjaan Proyek Jalan Bebas Hambatan Medan-KualanamuTebing tinggi, seluruh instansi yang terkait seperti konsultan pengawas, pelaksana, beserta dengan tenaga ahli ataupun pekerja telah menerapkan K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM, NOMOR: 09/PER/M/2008. Salah satu contoh penerapan K3 pada Proyek Jalan Bebas Hambatan Medan- Binjai adalah menggunakan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pekerjaan mulai dari pemakaian sepatu kerja yang standar, topi/ helm kerja, dan rompi.



Politeknik Negeri Medan



27



Di lokasi proyek diberikan rambu peringatan, warning tape dan berikade. Pada saat pengecoran malam hari penyedia jasa telah menyediakan lampu penerangan dan rotary flight sebagai lampu tanda adanya pekerjaan. Penerapan K3 pada proyek Jalan Bebas Hambatan Medan-Binjai dapat dilihat pada gambar di bawah.



Gambar 2. 10 Penggunaan Rompi, Helm, dan Safety Shoes



Politeknik Negeri Medan



28



Gambar 2. 11 rambu peringatan



Politeknik Negeri Medan



29



EVALUASI KETIDAKSESUAIAN RENCANA DENGAN REALISASI



2.9 Penyebab Ketidaksesuaian Suatu pekerjaan konstruksi diharapkan agar sesuai dengan perencanaan namun tentu saja tidak ada yang sempurna dalam pelaksanaannya. Hanya saja penyedia jasa berusaha untuk merealisasikan perencanaan itu menjadi sesuatu yang hampir mendekati sempurna. Ketidaksesuain dalam pekerjaan suatu konstruksi pasti terjadi,tetapi situasi itu dapat diatasi atau diminimalisir sehingga dilaksanakan tidak melebihi toleransi yang telah



disepakati.



Ketidaksesuaian



rencana



dalam



hal



ini



menggambarkan terdapat masalah yang terjadi dilapangan. Menyadari hal ini penyedia jasa konstruksi akan berusaha untuk merealisasikan perencanaan itu menjadi sesuatu yang hampir sempurna. Ketidaksesuaian dalam pekerjaa suatu konstruksi tidak dapat dihindari, tetapi situasi itu dapat diminimalisir sehingga dilaksanakan sebaik mungkin Ketidaksesuaian rencana dengan realisasi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan-Binjai dalam pekerjaan konstruksi ini disebabkan: 1. Cuaca Pada pekerjaan pemadatan tanah, terjadi hujan sehingga saat pemadatan tanah yang akan dilaksanakan menjadi tertunda. Apabila hal itu terjadi secara terus-menerus maka akan mengakibatkan keterlambatan kerja.Selain pekerjaan tanah, saat pekerjaan lean concrete terjadi hujan saat akan dilakukan nya pekerjaan lean concrete. Dengan demikian pekerjaan lean concrete ditunda sampai hujan berhenti. Pada saat pengecoran material rigid, terjadi hujan deras, sehingga



Politeknik Negeri Medan



30



material yang sudah dihamparkan harus dibuang karena sudah tidak sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. 2. Material Material yang digunakan pada proyek harus tersedia, memiliki kualitas yang baik dan telah di uji di laboratorim serta di terima oleh konsultan pengawas. Material yang didatangkan dari quarry tidak memenuhi spesifikasi. Maka perlu pengujian lagi agar mengetahui tindakan yang akan digunakan. Jika material dari quarry tidak sesuai dengan spesifikasi maka material harus di ganti dengan material yang sesuai spesifikasi.Selain itu quarry dari pancur baru tutup setiap sabtu dan minggu karena jalan macet. 3. Akses Jalan Akses jalan kerja rusak akibat hujan. Selain itu adanya konflik antara penggarap dengan pihak PTPN sehingga jalan diblokir mengakibatkan perlambatan kerja. 4. Peralatan Alat pemancangan yang digunakan dalam proyek jalan tol Medan-Binjai Seksi I menggunakan alat Jack Pile Type Hidrolik . Digunakan untuk membuat pondasi pada setiap titik .Waktu pengerjaan alat dalam satu hari membutuhkan 8 jam . Sehingga waktu yang digunakan cukup efektif. Pekerjaan dimulai pada pagi hari sampai sore. Penuangan beton untuk lean concrete dilakukan menggunakan truk molen dan penghamparan di bantu oleh alat excavator ke dalam cetakan pekerjaan lean concrete.



Politeknik Negeri Medan



31



2.10 Tindakan/solusi yang dilaksanakan di lapangan Ketidaksesuaian realisasi suatu proyek dengan rencana awal dapat diatasi dengan mengambil keputusan dan tindakan/solusi yang tepat. Dalam mengambil keputusan yang tepat, pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap proyek tersebut harus mencari penyebab ketidaksesuaian itu dengan mengevaluasi kembali pekerjaan dengan rinci. Tindakan/solusi yang dilaksanakan di lapangan harus disesuaikan dengan kendala yang terjadi. Berikut tindakan yang dilaksanakan di lapangan: 1. Saat cuaca tidak stabil sebaiknya tidak dilakukan pekerjaan pemancangan dan pengecoran Lean Concrete karena dapat mengakibatkan kecelakaan pekerjaan dan juga hasilnya tidak sesuai mutu yang direncanakan , sehingga dapat menyebabkan kerugian besar dalam suatu pekerjaan proyek. 2. Material pemancangan yang digunakan dalam membuat pondasi berasal dari PT. Wika Beton dengan diameter sebesar 50 cm. Pancang yang digunakan harus sesuai dengan SNI yang digunakan. 3. Akses jalan yang rusak akibat



hujan harus segera



diperbaiki agar akses jalan yang dilalui tidak menghambat material yang didatangkan dari PT. Wika Beton. 4. Pekerjaan pengecoran untuk lean concrete di butuhkan cuaca yang mendukung serta waktu tempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, agar mutu pengecoran tetap terjaga.



Politeknik Negeri Medan



32



BAB III KESIMPULAN & SARAN



3.1



Kesimpulan 1. Dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa dapat membandingkan ilmu teori yang diperoleh dengan pelaksanaan



dilapangan terutama pada proyek



Pekerjaan Pemancangan dan pembuatan lean concrete MedanBinjai. 2. Didalam pelaksanaan proyek tersebut, tidak semua pekerjaan yang dikerjakan dilapangan sesuai dengan waktu yang direncanakan. 3. Didalam pelaksanaan proyek tersebut, tidak semua pekerjaan yang dikerjakan dilapangan sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan. 4. Sebelum pekerjaan mayor dimulai, segala persiapan telah dilakukan berupa pekerjaan pengukuran dan pembuatan acuan sementara dari papan sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan. 5. Pengawasan di lapangan sangat menentukan hasil dari pekerjaan agar sesuai antara perencanaan dengan pelaksanaan di lapangan. 6. Keterampilan seorang Operator alat berat sangat menentukan baik dan buruknya hasil dari pekerjaan di lapangan. 7. Pelaksanaan K3 pada proyek tersebut baik di perhatikan, sehingga resiko kecelakaan kerja tidak akan menjadi lebih besar.



Politeknik Negeri Medan



33



3.2 Saran Saran yang dapat kami sampaikan setelah menjalani Praktik Kerja Lapangan diproyek Pekerjaan Pemancangan dan pembuatan lean concrete Medan-Binjai adalah sebaiknya manajemen waktu lebih di perhatikan lagi, agar tidak mengalami keterlambatan yang menyebabkan kerugian pada perusahaan. Kemudian manajemen pelaksanaan K3 dalam proyek ini harus berjalan dengan baik dan sesuai aturan yang telah dirancang, seperti perlengkapan dari rambu-rambu, pengamanan lalu lintas dan perlengkapan alat pelindung diri berupa helm. Karena K3 berperan penting dalam kesuksesan suatu proyek.



Politeknik Negeri Medan



34