Laporan PKLI Puppuk NPK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Pekerjaan Perkembangan industri di Indonesia sangat berkembang pesat khususnya pada komoditas perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari luasnya perkebunan kelapa sawit yang berada di Indonesia. Dampak dari besarnya perkembangan perkebunan sawit menyebabkan kebutuhan pupuk pada perkebunan kelapa sawit semakin besar. PT. Artha Gita Sejahtera merupakan salah satu pabrik pembuatan pupuk NPK di Indonesia yang merupakan salah satu dari anak perusahaan PT. JADIMAS. Proses pengelolahan yang dilakukan di pabrik pupuk NPK merupakan proses kontinyu, adanya keterikatan antara satu proses dengan proses yang lain yang mengharuskan pengelolahan yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan permintaan pasar. Dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini, mahasiswa dibimbing dan dilibatkan dalam setiap kegiatan yang ada dilapangan. Kegiatan yang dilakukan di lapangan kerja antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi di PT. Artha Gita Sejahtera. Proses pada pembuatan pupuk NPK dimulai dari proses Batching Plant, dimana proses ini merupakan proses awal pembuatan pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera. Batching Plant sendiri memiliki beberapa komponen, diantaranya silo bind sebagai tempat penampuangan bahan-bahan baku, screw sebagai pengatur jalannya bahan baku menuju batching scale dan Baching Scale sebagai komponen pengatur jumlah keluar bahan baku menuju proses selanjutnya. Pada pelaksaan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) yang telah penulis lakukan selama 30 hari kerja, penulis mempelajari tentang alur proses pembuatan pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera serta mempelajari sistem perawatan dan kinerja disetiap komponen utama pada proses pembuatan pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera.



1



2



Dengan pembahasan diatas maka penulis mengambil judul “Sistem Proses Kerja Batching Plant Pada Pabrik Pembuatan Pupuk NPK Di PT. Artha Gita Sejahtera”. B. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. JADIMAS merupakan indu k dari beberapa perusahaan yaitu PT. Maleo Jaya, PT. Artha gita sejahtera, dan PT. Toto Tantrem Kerta Raharja. PT. JADI MAS sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan pupuk majemuk NPK, dan pupuk organik. Pabrik pupuk NPK majemuk PT. JADIMAS didirikan pada tahun 2009, sedangkan pabrik pupuk organik PT. JADIMAS didirikan pada tahun 2008. PT. JADIMAS telah memperoleh sertifikasi ISO dan SNI sebagai jaminan standarisasi mutu dan manajemen yang baik. PT. JADIMAS terus berupaya memenuhi kepuasan pelanggan dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Kami terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk setiap produk yang kami hasilkan. PT. Artha Gita Sejahtera adalah perusahaan manufaktur pupuk majemuk NPK yang berlokasi di kawasan industri KIM 1 Medan, kota Medan, Sumatera Utara. PT. Artha Gita Sejahtera sendiri memproduksi pupuk NPK berbentu padat. PT. Artha Gita Sejahtera berdiri pada tahun 2015 dan mulai berproduksi pada tahun 2016, dengan tujuan untuk mendukung ketersediaan produk di wilayah utara. PT. Artha Gita Sejahtera memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 120.000 Metrik ton (M/T). Pabrik pupuk NPK majemuk PT. Artha Gita Sejahtera telah menggunakan teknologi terkini dengan menggunakan sistem proses produksi satu lini dengan sistem putar dan proses granulasi uap. Merek yang digunakan untuk PT. Pupuk NPK Artha Gita Sejahtera adalah Pupuk NPK Indomas. Sampai saat ini PT. Artha Gita Sejahtera memiliki 180 karyawan dan terus bertambah besar. PT. Maleo Jaya adalah perusahaan swasta nasional yang berdiri pada tahun 2013 dan bergerak di bidang distribusi pupuk majemuk NPK dan organik yang diproduksi oleh PT. JADIMAS dan PT. Artha Gita Sejahtera , dan sebagai importir tunggal pupuk, seperti muriate of phosphate (MOP/KCl), Rock Phospate, magnesium Oxide, ZA, TSP, DAP, MAP, dan lainnya. Dengan memberikan pelayanan terbaik dan



3



kemudahan bertransaksi, kami akan terus menjadi yang terdepan dalam pendistribusian pupuk. 2. Visi dan Misi Perusahaan Adapun Visi dan Misi PT. Artha Gita Sejahtera adalah sebagai berikut: a. Visi menciptakan kemakmuran bersama antara perusahaan dan konsumen, dan menghasilkan produk terbaik dan ramah lingkungan. b. Misi Menghasilkan produk terbaik melalui pendekatan terhadap kebutuhan konsumen, penelitian berkelanjutan pada distribusi yang tepat dan dukungan untuk produk dengan kualitas terbaik. 3. Struktur Organisasi Perusahaan



Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Artha Gita Sejahtera (Sumber: SOP PT. Artha Gita Sejahtera)



4



C. Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya PKLI yaitu sebagai wadah pengembangan diri mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang didapat selama di bangku perkuliahan, menumbuh dan mengembangkan semangat kerja pada diri mahasiswa, sebagai bahan dalam penyunan laporan PKLI agar mampu mempertanggung jawabkan pada saat seminar PKLI. Adapun tujuan yang diharapkan dengan diadakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini adalah: 1. Untuk menambah ilmu, wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman mahasiswa mengenai kegiatan peruusahaan yang mencakup dunia industri. 2. Mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat diluar kampus sehingga mahasiswa diharapkan tidak akan kesulitan saat kembali ke masyarakat. 3. Dapat membekali mahasiswa dengan pengalaman yang sebenarnya didunia kerja sebagai persiapan diri. 4. Mengetahui proses kerja Batching Plant pada proses pembuatan pupuk NPK. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Bagi Mahasiswa a. Mendapatkan pengalaman kerja dari lapangan dan menghubungkan pengetahuan akademik dengan keterampilan. b. Meningkatkan Soft skill



dalam bekerja sama dan beradaptasi dengan



lingkungan pekerjaan. c. Mahasiswa dapat termotivasi untuk berusaha sendiri dalam mengarungi dunia kerja. d. Dapat mempelajari, mengenal dan memahami secara langsung proses pengolahan produksi pupuk NPK.



5



e. Dapat mengetahui bagaimana sistem pengolahan produksi pupuk NPK yang beroperasi di PT. Artha Gita Sejahtera. 2. Manfaat Bagi Universitas a. Terjalin kerjasama yang baik antara Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan dengan PT Industri. b. Meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Medan. 3. Manfaat Bagi Perusahaan a. Turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas intelektual dan profesionalisme. b. Adanya



kerjasama



antara



dunia



pendidikan



dengan



dunia



industri/perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan akademik. c. Perusahaan dapat menilai kualitas dari suatu lembaga pendidikan sehingga menjadi suatu pertimbangan untuk merekrut tenaga kerja.



BAB II LANDASAN TEORI A. Defenisi Batching Plant Batching plant (gambar 2.1) merupakan proses yang kompleks dimana bahan/material yang berbeda harus dicampur dalam proposi yang tepat. Batching Plant memainkan peran penting dalam kualitas produk dan efisiensi pabrik yang menggunakan bermacam jenis material. Di batching plant sendiri terdapat beberapa proses yaitu penakaran (penimbangan) bahan baku, peleburan dan pengatur jumlah keluar bahan baku agar tidak terjadi overload atau kelebihan muatan pada proses selanjutnya. Pada dasarnya, keberhasilan dari proses di batching plant ini akan mendukung kemudahan dalam proses-proses selanjutnya, baik pada proses mixer, granulator, dryer dan proses lainya. Seperti di lihat pada gambar 2.1, terdapat beberapa bagian pada batching plant yaitu silo bin, screw dan batching scale.



Gambar 2.1 Batching Plant (Sumber: Dokumen pribadi)



6



7



B. Bagian-bagian Batching Plant dan Fungsinya Batching plant memiliki beberapa bagian yang memiliki tugas nya masingmasing. Bagian-bagian tersebut antara lain: 1) Hoist Crane 2) Silo Bin. 3) Screew. 4) Batching Scale 1. Hoist Crane Hoist crane adalah alat bantu yang digunakan untuk memindahkan barang maupun mengangkatnya dari satu titik ke titik lainnya. Alat ini bisa dipakai di dalam maupun luar ruangan. Hoist Crane (gambar 2.2) berfungsi sebagai alat untuk mengangkat bahan baku menuju ke Silo bin. Bahan baku yang di bawa oleh forklift nantinya akan diletakan ditempat pengangkutan dan akan diangkat oleh hoist crane menuju silo bin sesuai dengan posisi yang telah ditentukan.



Gambar 2.2 Hoist crane (Sumber: Dokumen pribadi)



8



2. Silo Bin Silo Bin (gambar 2.3) berfungsi sebagai tempat penampungan bahan-bahan baku pembuatan pupuk NPK, dimana bahan baku tersebut akan dimasukan kedalam silo bin yang terpisah. Terdapat tujuh silo bin dimana setiap silo bin menampung jenis bahan baku yang berbeda. Bahan-bahan baku tersebut antara lain:



Gambar 2.3 Bagian silo bin pada bagian Batching Plant (Sumber: Dokumen pribadi)



Tabel 2.1. spesifikasi silo bin Kapasita s Merk Made In Jumlah



 2,5 – 3 ton   Indonesia  7 Unit



1) Urea Urea adalah senyawa organic yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H2 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan dikawasan Eropa. 2) DAP (Diamonium Fosfat) Diamonium Fosfat atau DAP adalah bahan kimia dengan rumus (NH4)2HPO4 yang banyak digunakan sebagai pupuk. Sifat, manfaat dan keunggulan DAP adalah tidak higroskopis, mudah larut dalam air,



9



berbentuk butiran (granular), bebas dari debu dan tidak lengket sehingga mudah disebarkan, mempercepat pertumbuhan tanaman dan menambah kadar protein. 3) KCl (Kalium Klorida) KCl atau kalium klorida merupakan pupuk buatan yang mengandung unsur hara kalium yang tinggi, yakni sekitar 60%. Dengan kandungan tinggi tersebut, ada beragam manfaat yang bisa diperoleh tanaman seperti tanaman buah yang ukurannya lebih besar, lebih berat dan juga lebih manis. 4) Rock Phosphate Rock Phospate adalah unsur hara P yang bersifat lepas lambat (slow release) karena merupakan bahan mineral alami dan memiki efek residu hingga beberapa musim tanam. 5) Clay Clay sendiri merupakan bahan baku yang berjenis tanah liat yang dipakai untuk melekatkan komponen NPK. Bahan baku tersebut juga baik untuk persawahan maupun perkebunan. 6) Dolomit Dolomit merupakan kapur tunggal berkadar magnesium tinggi dan baik digunakan untuk tanah perkebunan serta untuk perikanan atau tambak. Dolomit dibuat dari batuan dolomite yang dikumpulkan dari proses penambangan. Kandungan yang sangat dibutuhkan dari kapur ini adalah kalsium (ca) dan magnesium (mg). 7) MgO Magnesium oksida (MgO) atau magnesia adalah suatu padatan mineral putih higroskopis yang terdapat dialam sebagai periklase dan merupakan sumber bagi magnesium. Senyawa ini memiliki rumus empiris MgO dan terikat dari kisi ion Mg2+ dan ion O2- terikat bersama melalui ikatan ionik.



10



Di silo Bin ini juga nantinya bahan akan ditakar secara otomatis sesuai dengan formula yang telah dibuat dari perusahaan. Sistem takaran (penimbangan) tersebut diatur melalui DCS (distributed control system). Distributed Control System atau DCS merupakan suatu platform untuk suatu sistem dengan kontrol dan operasi otomatis atau proses industri Dalam arti lain, DCS merupakan “otak” dari sistem kendali. DCS menggabungkan dan mengintegrasikan Human Machine Interface (HMI), kontroler, historian, database dan manajemen alarm ke dalam sistem otomatis tunggal. DCS diciptakan untuk mengendalikan beberapa pengendali yang saling terpisah yang bekerja pada berbagai operasi yang bersifat kontinyu. Semuanya terkoneksi menggunakan protokol komunikasi berkecepatan tinggi. Pada 1980-an, industri mulai melihat DCS sebagai lebih dari sekadar kontrol proses dasar. Implementasi pertama DCS dengan kontrol digital langsung diselesaikan pada tahun 1981-1982 oleh perusahaan Australia bernama Midac dengan perangkat keras yang dikembangkan oleh RTec Australia . Sistem yang dipasang di University of Melbourne menggunakan jaringan komunikasi serial yang menghubungkan gedung kampus ke ruang kendali “front-end”. Setiap unit kendali jarak jauh menjalankan dua mikroprosesor Z80, sedangkan “front-end” menjalankan sebelas Z80 dalam konfigurasi pemrosesan paralel dengan halaman memori bersama untuk berbagi tugas, dan mengendalikan hingga 20.000 objek kontrol dapat berjalan secara bersamaan. DCS tersusun dari beberapa bagian atau peranti. Beberapa diantaranya seperti komputer pusat, komputer umum, komputer atau kontroler lokal, display, database dan jalur data. Komputer pusat merupakan komputer utama yang terhubung dengan semua yang terkait dengan sistem operasi. Komputer umum merupakan unit kendali yang digunakan untuk melakukan optimasi, pengaturan lanjutan dan sebagainya. Komputer lokal digunakan untuk mengendalikan secara langsung suatu proses, yang biasanya, berbasis PID. Display berfungsi untuk menampilkan suatu grafik atau analisis dari suatu proses. Database berfungsi untuk menyimpan dan mengumpulkan data-data. Dan yang terakhir, jalur data merupakan saluran transmisi data digital yang menghubungkan semua peranti-peranti dalam sistem.



11



Distributed Control System (DCS) memiliki keuntungan sendiri dibandingkan dengan sistem kontrol lainnya. Adapun beberapa keuntungan apabila menggunakan DCS, diantaranya: 1) Meminimalisir biaya pengkabelan. 2) Mengalokasikan kesalahan. 3) Loss dalam jalur data tidak mempengaruhi sistem secara keseluruhan. 4) Kemudahan dalam mengaplikasikan algoritma pengaturan digital. 5) Dapat menangani berbagai mode pengaturan dalam setiap loop lokal. 3. Screw Screw (gambar 2.4) berbentuk panjang yang berjumlah 7 unit dengan konveor berbentuk sekrup (Konveyor sekrup) didalamnya (gambar 2.5) yang digerakan oleh motoran listrik berfungsi sebagai pembawa material menuju batching scale dan juga mencegah terjadinya bahan menggumpal.



Gambar 2.4 Gambar screw pada bagian Batching Plant (Sumber: Dokumen pribadi)



(a)



(b)



Gambar 2.5 Sekrup conveyor (a) dan gambar screw (b) (Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+konveyor+sekrup&sxsrf)



12



Tabel 2.2 spesifikasi screw Nama-nama bagian Conveyor sekrup Motoran listrik



Jumlah 7 unit 7 unit



Type  Motor 2.2 Kw/380 V/4-6.3A



merk  Tatung



4. Batching Scale Batching scale (gambar 2.6) merupakan penampung ketujuh bahan baku yang sudah ditakar terlebih dahulu di dalam silo bin. Di batching scale sendiri terdapat sistem pneumatik yang terletak pada bagian bawah batching scale yang berfungsi untuk membuka sliding gate (pintu otomatis) untuk keluarnya bahan baku menuju conveyor 01. Fungsi dari sliding gate ini merupakan alat pengatur jumlah bahan baku yang keluar agar tidak terjadinya kelebihan muatan (overload) saat dibawa oleh conveyor 01. Sistem sliding gate sendiri di kontrol secara otomatis melalui sistem DCS (distributed control system)



Gambar 2.6 Gambar Batching scale dan conveyor 01 (Sumber: Dokumen pribadi)



Tabel 2.3 Spesifikasi Batching scale Kapasita s Merk Made In Jumlah



 2,5 – 3 ton   Indonesia  1 Unit



13



C. Cara Kerja Batching Plant Berikut cara kerja dan alur proses pada Batching Plant:



Gambar 3.2 Diagram alur proses pada Batching Plant



Cara kerja batching plant ialah, bahan akan di angkut menggunakan forklift menuju tempat yang telah ditentukan, kemudian hoist crane akan mengangkat bahan tersebut keatas untuk dimasukan ke silo bin. Sesampainya bahan-bahan tersebut diatas, maka beberapa pekerja akan memasukan bahan-bahan tersebut ke salah satu dari tujuh silo bin sesuai dengan tempat yang telah ditentukan oleh pabrik. Didalam silo bin bahan akan ditampung dan akan ditakar atau ditimbang sesuai dengan formula yang telah ada secara otomatis yang diatur oleh sistem DCS. Setelah bahan tersebut ditakar kemudian akan melewati screw, dimana didalam screw terdapat conveyor sekrup yang terus berputar searah jarum jam yang berfungsi sebagai jalannya bahan baku masuk menuju batching scale dan juga untuk mencegah bahan baku menggumpal. Bahan yang telah masuk kedalam batching scale akan ditampung dengan formula yang telah ditakar pada silo bin dan akan tercampur dengan bahan baku yang lain. Setelah bahan baku semua masuk ke batching scale maka sliding gate akan terbuka secara otomatis dengan bantuan sistem DCS dengan penggerak pneumatik . Fungsi dari sliding gate ini ialah untuk mengatur jumlah bahan baku yang keluar dari batching scale menuju conveyor 01 agar tidak terjadinya overload (kelebihan muatan). D. Defenisi Sistem Kerja



14



Sistem berasal dari bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Menurut Husein, Kholil, & Sarsono (2009) suatu sistem kerja terdiri dari elemen manusia, material, mesin, metode kerja dan lingkungan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi perfomansi sistem tersebut. Menurut Kleiner (2006), sistem kerja terdiri dari dua atau lebih orang yang bekerja bersama-sama (personel sub-sistem), berinteraksi dengan teknologi (technological sub-system) dalam sistem organisasi yang dicirikan oleh lingkungan internal (both physical and cultural). Sistem kerja yang ada pada suatu perusahaan akan mempengaruhi jalannya produksi, oleh karenanya pengaturan sistem kerja yang baik sangat diperlukan bagi setiap perusahaan sebagai faktor penting dalam meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem proses kerja merupakan suatu jaringan kerja dari suatu prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dalam membentuk satu kesatuan atau organisasi untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem mengandung komponen yang dapat berupa sub-sistem / bagian dari sistem yang mempunyai sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi dan mempengaruhi proses secara keseluruhan.



BAB III TEKNIK PELAKSANAAN A. Kegiatan Pelaksanaan PKLI Adapun kegiatan yang penulis lakukan dalam program PKLI yang dilaksanakan di PT. Artha Gita Sejahtera yang terletak di Jl. Manggaan no.2 Kawasan Medan Industri 1 (KIM 1), Mabat, Kec. Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara, ialah sebagai berikut: 1. Menganalisa proses produksi dari mulai memasukkan bahan baku sampai ke proses packing 2. Memahami prinsip kerja setiap mesin produksi. 3. Memahami serta mengikuti Standart Operasional Prosedur ( SOP ) yang telah ditentukan oleh manajemen PT. Artha Gita Sejahtera 4. Mengamati sistem perawatan pada setiap mesin-mesin serta mampu untuk melakukan perawatan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Secara umum proses pengolahan pupuk NPK dapat dilihat pada gambar berikut:



Gambar 3.1 Urutan proses produksi pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera



15



16



Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lampangan Industri (PKLI) di PT. Artha Gita Sejahtera, penulis



memilih bagian Batching Plant sebagai fokus pembahasan.



Berikut adalah kegiatan pelaksanaan PKLI di PT. Artha Gita Sejahtera: Tabel 3.1. Kegiatan pelaksanaan PKLI N



Tanggal



Aktivitas



o -



Penulis dan rekan rekan PKLI melapor untuk melaksanakan PKLI ke PT. Artha Gita



1.06 Januari 2022



Sejahtera -



Bertemu dan berdiskusi dengan HRD, Manager produksi dan juga admin Mekanik terakait kegiatan PKLI



2.10 Januari 2022



Pembuatan List kegiatan PKLI selama satu bulan dengan arahan dari pembimbing pkli di PT. Artha Gita Sejahtera



3.11 Januari 2022



Induksi lapangan kerja, terkait organsisasi perusahaan dan juga peraturan peraturan diperusahaan



4. 12 Januari 2022



Pengenalan lapangan kerja , terkait area area produksi serta penginformasian tentang K3 di perusahaan



5.13 Januari 2022



Mengamati proses produksi dan melakukan Tanya jawab dengan mekanik terkait mesin produksi



6.14 Januari 2022



Mengamati proses produksi dan melakukan Tanya jawab dengan mekanik terkait mesin produksi



7.17 Januari 2022



-



Mengamati proses di laborattorium terkait dengan uji Quality control



17



-



Melakukan Tanya jawab dengan anggota laboratorium terkait pengujian kualitas



8.



18 Januari 2022



Menganalisis proses kerja Batching Plant pada proses pembuatan pupuk.



-



Melakukan pengecekan komponen Batching Plant secara visual terhadap kondisi mesin



9.



21 Januari 2022



-



Mempelajari proses pengoperasian ruang kontrol mesin.



-



Mengisi form checklist preventive mekanik harian



1 0.



24 Januari 2022



-



Melakukan pengecekan secara visual terhadap kondisi mesin



-



Melakukan pendataan terhadap bagian bagain mesin yang dipasang di PLAN B



1 1.



25 Januari 2022



Melakukan pendataan terhadap bagian bagain mesin yang dipasang di PLAN B



-



Melakukan pengecekan secara visual terhadap kondisi mesin



-



Melakukan pendataan bagian-bagian mesin yang sudah terpasang di PLAN B



1 2.



26 Januari 2022



-



Melakukan pengecekan secara visual terhadap bagian mesin di PLAN B



-



Melakukan pendataan terhadap bagian bagain mesin yang dipasang di PLAN B



-



Mempelajari sistem DCS (Distributed Control System) pada ruang kontrol.



1 3.



27 Januari 2022



-



Melakukan pengecekan secara visual terhadap kondisi mesin



-



Melakukan pendataan terhadap bagian bagain mesin yang dipasang di PLAN B



1



28 Januari 2022



-



Melakukan pekerjaan di Batching Plant.



18



4.



-



Melakukan pendataan terhadap bagian bagain mesin yang dipasang di PLAN B



1 5.



Melakukan pemeriksaan pada bagian-bagian mesin produksi.



31 Januari 2022



-



Menaganlisis sistem Batching Plant terutama pada bagian silo bin.



-



Menganalisis bagian screw pada Batching Plant.



1 8.



1 Febuari 2022



Menggannti beberapa komponen pada bagian packing.



-



Melakukan pengelasan pada Plan B.



-



Melakukan pendataan terhadap bagian bagain mesin yang dipasang di PLAN B.



1 9.



2 Febuari 2022



-



Menganalisis proses kerja Batching scale.



-



Melakukan pengelasan pada Plan B.



-



Melakukan pendataan terhadap bagian bagain mesin yang dipasang di PLAN B.



2 0.



4 Febuari 2022



-



Menganalisi proses kerja pada Batching Plant.



-



Berdiskusi tentang judul da nisi dari laporan yang akan dikerjakan dengan pembimbing PKLI di PT.Astra Gita Sejahtera.



2 2. 2 3. 2 4.



7 Febuari 2022



-



Merangkum informasi yang sudah didapatkan terkait dengan produksi dan perawatan.



8-9 Febuari 2022



Melakuakan dokumentasi untuk melengkapi data data terkait judul yang diangkat sebagai laporan.



10 Febuari 2022



-



Melapor pada perusahaan bahwa pkli sudah selesai.



19



B.



Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKLI Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) yang dilaksanakan oleh mahasiswa



selama satu bulan (terhitung 30 hari kerja) yang dilaksanakan pada tanggal 10 januari 2022 sampai 10 febuari 2022 di PT. Artha Gita Sejahtra. C. Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil PKLI 1. Sistem Proses Pada Batching Plant Sebelum menjalankan/pengoperasian seluruh sistem produksi pada pupuk NPK termasuk sistem produksi Batching Plant, langkah persiapan yang dilakukan adalah pastikan setiap komponen pada mesin tidak ada kerusakan dan para pekerja sudah berada pada tempat. Berikut merupakan cara pengerjaan pada bagian-bagian Batching Plant. a. Sistem proses kerja pada Hoist Crane Hoist crane merupakan alat yang berfungsi sebagai pengangkat bahan baku menuju silo bin. Jenis hoist crane yang digunakan adalah tipe hoist crane elektrik. Jenis hoist ini memakai chain maupun wire rape yang dipasang di drum dan dilengkapi juga dengan rope guide/chain guide. Bagian drum ini terhubung dengan gearbox dan electrik motor. Terdapat beberapa komponen pada Hoist crane dan juga fungsinya, yaitu sebagai berikut: 1) Motor listrik, merupakan komponen yang berguna sebagai penggerak hoist dan crane dengan memanfaatkan sistem kerja elektrik. 2) Electric hoist, merupakan komponen yang bermanfaat sebagai pengatur gerakan hoist dengan memakai sumber daya listrik. 3) Chain/rantai hoist manual, merupakan komponen yang terdapat pada hoist dan crane yang berguna untuk memutar sekaligus menarik katrol hoist crane. 4) Rem motor, berfungsi untuk menahan maupun menghentikan laju dari motor penggerak saat suatu sistem pengangkat tengah berjalan.



20



5) Rem drum, merupakan bagian dari sistem drum guna menahan laju drum tersebut dengan sangat baik. 6) Pengarah tali, bermanfaat untuk mengatur maupun mengarahkan gerak tali kawat baja yang terdapat pada alat tersebut. 7) Drum, komponen yang bermanfaat guna menjaga lilitan kawat baja maupun tali agar bisa berfungsi dengan baik. 8) Tali kawat baja, berfungsi untuk mengangkat muatan maupun beban dari kapasitas tertentu. Cara kerja hoist crane pada PT. Artha Gita Sejahtera dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian penting yaitu : 1) Turunkan tali hoist crane untuk mengangkat bahan baku ke atas. 2) Pasangkan pengait hoist crane terhadap alat bantu angkut yang di pasang pada bahan baku seperti gambar 3.3.



Gambar 3.3 Gambar hoist crane mengangkat bahan baku



3) Pastikan bahan baku yang di angkat seimbang dan tidak miring agar tidak jatuh saat diangkat keatas. 4) Setelah bahan baku diangkat ketas, para pekerja akan menurunkan bahan baku dan memasukan ke silo bin. Pada saat proses pengangkatan bahan baku, perlu diperhatikan beberapa hal berikut yaitu:



21



1) Dilarang membawa muatan yang melebihi daya angkut maksimum dari alat tersebut. 2) Pihak operator wajib memperhatikan sekitar area pada hoist crane sebelum melakukan pengangkutan bahan baku tersebut. 3) Sebelum proses pengangkutan berlangsung, maka perlu dipastikan terlebih dahulu kestabilan dan keseimbangannya. 4) Hindari melakukan pengangkatan benda secara mendadak. 5) Setelah proses pengangkutan beban tersebut selesai dilakukan, maka lepas satu persatu alat bantu angkut yang digunakan. b. Sistem Proses Kerja Pada Silo Bin Silo bin merupakan alat yang menampung bahan baku pembuatan pupuk NPK di PT. Artha Gita Sejahtera. Terdapat tujuh silo bin dimana setiap silo menampung bahan baku yang berbeda. Alat ini juga merupakan penakar bahan baku yang masuk kedalam screw. Penakaran atau penimbangan bahan baku di silo bin dilakukan secara otomatis dengan bangtuan sistem DCS (distributed control system). cara kerja alat ini antara lain : 1) Bahan-bahan baku yang telah diangkat oleh hoist crane, dimasukan kedalam silo bin sesuai dengan tempat yang telah ditentukan. 2) Pastikan para pekerja yang melakukan pemasukan bahan-bahan tersebut menggunakan alat keselamatan seperti helm dan sepatu safety. 3) Bahan baku yang sudah masuk nantinya akan ditakar didalam silo bin, dimana didalam silo terdapat timbangan yang diatur secara otomatis oleh sistem DCS. 4) Bahan yang sudah melewati sistem penakaran atau penimbangan tersebut akan masuk kedalam screw. c. Sistem proses kerja Screw Screw merupakan alat yang berfungsi sebagai pengangkut material bahan dari silo bin menuju batching scale, dengan bantuan conveyor yang berbentuk seperti sekrup (conveyor sekrup) yang tedapat di dalam screw. Proses pada screw juga



22



berfungsi sebagai pencegah terjadinya bahan baku yang menggumpal. Cara kerja screw antara lain : 1) Bahan baku yang telah ditakar atau ditimbang oleh silo bin sesuai dengan formula dari perusahaan akan masuk ke dalam screw. 2) Didalam screw terdapat conveyor sekrup (gambar 3.4) yang beputar searah jarum jam.



Gambar 3.4 Conveyor sekrup



3) Terlihat pada gambar 3.5 dimana terdapat motoran listrik yang berfungsi sebagai penggerak dari konveyor sekrup.



Gambar 3.5 Mesin penggerak conveyor sekrup pada screw



4) Ujung dari conveyor sekrup yang tipis juga berfungsi sebagai pencegah bahan baku yang menggumpal akibat suhu ruangan. d. Sistem kerja Batching Scale Proses batching scale merupakan proses terakhir pada bagian Batching Plant dimana ketujuh bahan yang berasal dari screw akan masuk menjadi satu didalam batching scale. Pada proses ini bahan-bahan baku tersebut yang sudah ditimbang



23



secara otomatis sesuai dengan formula perusahaan akan tercampur menjadi satu didalam batching scale dan akan diatur jumlah keluar bahan baku tersebut menuju conveyor 01 agar tidak terjadinya overload. Batching scale sendiri terdapat beberapa komponen yang memiliki fungsinya masing-masing yaitu: 1) Sliding gate sebagai sistem pintu keluar yang mengatur jumlah keluar bahan baku menuju conveyor 01. 2) Pneumatik (gambar 3.6) sebagai penggerak sliding gate, dimana pergerakan pneumatik ini telah diatur secara otomatis oleh sistem DCS.



Gambar 3.6 Batching scale



Proses kerja pada sistem batching scale ini antara lain: 1) Setiap bahan baku yang berasal dari screw yang sudah ditakar sebelumnya di silo bin akan masuk ke batching scale. 2) Didalam batching scale bahan-bahan baku tersebut akan tercampur dengan sendirinya. 3) Setelah semua bahan masuk kedalam batching scale, maka sliding gate akan terbuka secara otomatis untuk mengeluarkan bahan baku menuju conveyor 01. 4) Sliding gate di kontrol melalui sistem DCS (distributed control system), dengan penggerak pneumatik.



24



D. Refleksi Mahasiswa Setelah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI), Mahasiswa mendapatkan berbagai ilmu dan pengalaman baru yang di peroleh dari pelaksanaan pekerjaan, pembimbing lapanganm lingkungan industry, maupun rekanrekan PKLI. Mahasiswa belajar bagaimana menjadi seorang pekerja yang baik, bagaimana



mempersiapkan



keterampilan



dan



keahlian,



bagaimana



hidup



bersosialisasi dengan masyarakat, serta melatih kreativitas dalam menghadapi masalah yang ada pada pelaksanaan PKLI. Manajemen waktu menjadi sangat penting dalam pelaksanaan PKLI agar tidak ada terjadi kesalahan dalam merencanakan target yang telah ditentukan. Pada awal pelaksanaan program PKLI pengoperasian mesin-mesin yang ada di tempat bagian produksi di atur melalui ruang kendali, dimana sistem yang mengatur hidup dan juga matinya mesin terdapat diruangan tersebut. Namun terdapat beberapa pekerja pada setiap bagian mesin untuk memperhatikan, meninjau, mengatur setiap pergerakan mesin maupun melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh mesin produksi agar setiap proses produksi berjalan maksimal. Pelaksanaan PKLI di PT. Artha Gita Sejahtera merupakan pengalaman berharga bagi penulis meskipun terkesan sangat singkat tetapi banyak ilmu yang didapat dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI), khususnya pada bidang produksi pupuk NPK. Ada beberapa hal yang menjadi refleksi bagi penulis sebagai pratikan setelah pelaksanaan PKLI yaitu: 1. Sebagai pelaksana PKLI, penulis merasakan manfaat yang besar setelah melaksanakan PKLI di perusahaan PT. Artha Gita Sejahtera terutama pada bagian produksi. 2. Pelaksana kegiatan PKLI tidak hanya sebatas melaksanakan pekerjaan berdasarkan job sheet tetapi juga sebagai wadah pengembangan diri pratikan dalam menjalin kerja sama dan rasa tanggung jawab terhadap perusahaan.



25



3. Manajemen industri yang telah dipelajari di perkuliahan adalah acuan dalam melaksanakan PKLI.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Adanya pelaksanaan progam Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini menjadikan mahasiswa lebih memahami tentang praktek-praktek kerja yang ada di dunia industri termasuk pada prosedur kerja dan manajemen industri. Pelaksanaan PKLI dapat menambah ilmu, wawasan dan juga pengalaman yang tidak pernah didapat mahasiswa saat di bangku perkuliahan. Selama melaksanakan PKLI di PT. Artha Gita Sejahtera penulis memiliki beberapa kesimpulan yaitu: 1. PT. Artha Gita Sejahtera menghaslkan kapasitas 120.000 Metrik ton (M/T) pertahun. 2. Pada Batching Plant terdiri dari tujuh silo bin, tujug screw dan satu batching scale. 3. PT. Artha Gita Sejahtera merupakan proses kontinyu, apabila terdapat masalah pada bagian-bagian produksi akan menggangu proses pembuatan pupuk NPK. 4. Dari hasil pengamatan, sistem penakaran bahan baku diatur secara otomatis menggunakan Distributed Control System (DCS) yang dibantu oleh aplikasi Programmable Logic Controler (PLC). 5. Sistem penakaran atau timbangan terletak pada bagian silo bin. 6. Pemasukan bahan baku ke silo bin dilakukan secara manual oleh para pekerja. 7. Pengawasan saat operasional mesin PT. Artha Gita Sejahtera dilakukan secara terus menerus tanpa henti dengan pembagian waktu (shift) kerja. B. Saran Dari hasil kegiatan pelaksanaan PKLI selama 30 hari, saya mendapati bahwa kegiatan proses permesinan pada Batching Plant tidak pernah berhenti meski tidak ada bahan baku didalamnya dan hanya berhenti pada saat ada kerusakan atau



26



27



perbaikan pada Batching Plant. Untuk itu disarankan agar setiap 48 jam sekali mesin dihentikan selama 1 jam agar mesin lebih awet dikarenakan jika mesin terus bergerak tanpa henti khususnya pada bagian elektrik motor, dapat menimbulkan panas yang berlebih dan akhirnya terbakar.



28



DAFTAR PUSTAKA Husein, T., Kholil, M., & Sarsono, A. (2009). Perancangan Sistem Kerja Ergonomis Untuk Mengurangi Tingkat Kelelahan. Jurnal INASEA, Vol. 10 No. 1, 46-58. Kleiner, B. M., 2006, Macroergonomics: Analysis and design of work system design, Applied Ergonomics, 37, 81-89. Suhardi, Bambang. 2008. “Perancangan Sistem Kerja dan Argonomi Industri”. Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Kejuruan.



29



LAMPIRAN Lampiran 1. Objek Yang Di Analisis



Gambar Batching Plant



Gambar Silo Bind



30



Gambar Screw



Gambar Batching Scale



31



Lampiran 2. Dokumentasi Pelaksanaan Selama PKLI



Gambar pengamatan proses kerja pada Batching Plant



Gambar kegitan pada PLAN B



32



Gambar foto bersama dengan tim Quality Control



Gambar foto bersama dengan pembimbing lapangan PT. Artha Gita Sejahtera