Laporan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF



DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER HIPERTENSI DI RUANG MELUR RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2014



Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajar Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif



OLEH :



RISTA ULINA HOTNAULI SIMARMATA 11.02.157



PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2014



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek belajar Lapangan Komprehensif di Ruang Melur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Dalam penyusunan laporan komprehensif ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Drs. Asman Karo-karo, MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes. Selaku Pembantu Ketua Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 3. Ibu Roslenni Sitepu, S.Kp, MARS. Selaku Ketua Jurusan Program Studi Keperawatan



dan



sebagai



Koordinator



Praktek



Belajar



Lapangan



Komprehensif. 4. Ibu Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji I yang telah banyak memberikan saran dan kritikan yang membangun untuk perbaikan laporan komprehensif ini. 5. Ibu Rinawati, S.Kep, Ns. Selaku pembimbing laporan PBLK (Praktek Belajar Lapangan Komprehensif) yang telah banyak memberikan waktu dan pengarahan serta masukan-masukan yang membangun dalam penyelesaian laporan ini. 6. Ibu Drg. Reshki Jonian. Selaku Direktur RSUD Deli Serdang yang telah memberikan ijin untuk praktek belajar lapangan komprehensif.



7. Ibu Rosmery Sembiring, S.Kep, Ns. Selaku Clinical Instructor atau perseptor klinik dari RSUD Deli Serdang sekaligus selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis selama melakukan PBLK di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. 8. Semua perawat Ruang Melur yang telah memberikan informasi dan bekerjasama dengan penulis selama melakukan pengkajian sampai selesainya PBLK (Praktek Belajar Lapangan Komprehensif). 9. Ibu/ Bapak Program Studi Ilmu Keperawatan dan seluruh Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 10. Keluarga tercinta, terutama kedua orang tua penulis dan rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan dorongan, semangat dan bantuan baik berupa material maupun spritual dari awal sampai selesainya laporan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi lebih sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca. Medan,



April 2014 Penulis



Rista Ulina Hotnauli Simarmata 11.02.157



DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1. Latar Belakang ................................................................................... 2. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3. Manfaat Penelitian .............................................................................



1 1 4 4



BAB II MANAJEMEN KEPERAWATAN ..................................................... 1. Manajemen ruangan .......................................................................... 2. Analisa SWOT .................................................................................. 3. Manajemen kasus kelolaan ...............................................................



5 5 20 28



BAB III FENOMENA KASUS KEPERAWATAN ........................................ 1. Latar belakang discharge planning ................................................... 2. Tujuan discharge planning ................................................................ 3. Hipertensi ..........................................................................................



30 30 32 34



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................



50



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran .................................................................................................



53 53 53



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Keperawatan sebagai pelayanan asuhan professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2011). Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan pelayanan kesehatan holistic berkembang bagi konsep holisme. kesehatan holistic melibatkan individu secara total, keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya (Kozier & Erb, 2009). Sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi disekitarnya. Sifat pendidikan keperawatan menekankan pada pemahaman tentang profesi keperawatan. Dalam hal menghasilkan perawat yang memenuhi karakteristik esensial profesi maka proses pendidikan keprofesian perawat β€œNers” dirancang dengan mempertimbangakan 5 aspek yaitu : (1) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, (2) kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah, (3) sikap dan tingkah laku professional, (4) belajar aktif dan mandiri, dan (5) pendidikan berada di masyarakat. Berdasarkan kelima aspek tersebut diharapkan lulusan program pendidikan profesi ners memiliki sikap,



pengetahuan dan keterampilam professional sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat professional baik sebagai pemberi asuhan (caregiver), pembela klien (clien advocate), penilai kualitas asuhan (quality of evaluator), manajer (manager), peneliti (researcher), pendidik (educator), maupun konsultan (consultant). Berdasarkan kriteria di atas maka Program Pendidikan Profesi Ners mengembangkan suatu program sebagai salah satu mata ajar pada akhir kegiatan mahasiswa profesi yaitu PBLK (Praktek Belajar Lapangan Komprehensif). PBLK bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik. Praktikan mengikuti PBLK berdasarkan kepeminatan dan kuota yang tersedia pada mata ajar. PBLK dilaksanakan selama 4 minggu dengan 6 hari praktik dari mulai Senin-Sabtu di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing. Sesuai dengan peminatan yang telah ditentukan bagian Profesi Keperawatan maka mahasiswa mendapatkan peminatan pada mata ajar keperawatan medikal bedah, penulis memilih melakukan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) di Ruang Melur RSUD Deli Serdang. PBLK ini dilaksanakan selama empat minggu. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini



mencakup manajement pelayanan keperawatan dan manajemen pada lahan praktik dan pasien kelolaan. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melur, ditemukan fenomena 4 kasus terbanyak adalah pasien dengan penyakit hipertensi, Tuberkulosis Paru, Diabetes Melitus dan Ulkus Peptikum, sehingga untuk manajemen asuhan keperawatan dilakukan kepada Tn. A, pasien dengan diagnosa hipertensi. Sedangkan untuk manajemen ruangan dilakukan discharge planning. Hal ini berdasarkan observasi dan diskusi dengan perawat ruangan bahwa kepada setiap pasien tidak dilakukan secara khusus persiapan pasien untuk pulang. Saat akan pulang, pasien hanya diberikan pendidikan kesehatan (penkes) secara singkat untuk rajin minum obat dan kontrol ulang ke poliklinik. Perry & Potter (2009) menyatakan bahwa sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan dirumah dan apa yang diharapkan didalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan. Tanpa adanya peralatan yang dibutuhkan dan tenaga professional, perlu dinyatakan bahwa pasien beresiko kehilangan penyembuhan sebelum dipulangkan. Kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan dapat menyebabkan pasien meningkatkan komplikasi. Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan dengan melakukan discharge planning, dimana pasien mampu melakukan perawatan diri di rumah demi kesembuhannya. Pasien/keluarga pasien memiliki kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitment, dan motivasi pasien untuk



melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinis lain (Martinsusilo, 2007).



1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Adapun tujuan dilakukan PBLK ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep dan teori yang didapat selama pendidikan dalam dunia kerja nyata, selain itu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola kasus secara mandiri dan professional berdasarkan teori dan konsep yang ada.



1.4. Manfaat 1.4.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan Dengan kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensintesa ilmu pengetahuan, penerapan proses keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga



maupun



masyarakat,



mampu



melakukan



manajemen



keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.



1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya ilmiah.



1.4.3. Bagi Lahan Praktek Selama kegiatan PBLK maka lahan praktek dapat menggunakan tenaga mahasiswa sebagai perawat tambahan.Selain itu dapat meningkatkan mutu pelayanan lahan praktek dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif.



BAB II MANAJEMEN KEPERAWATAN



2.1. Manajemen Ruangan 2.1.1. Pengkajian Pengkajian system manajemen di ruangan dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 17 Februari – 15 Maret 2014 melalui metode wawancara terhadap kepada ruangan dan clinical instructor. Sedangkan pengkajian melalui observasi dilakukan pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, system kerja dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi ruang melur di RSUD Deli Serdang dideskripsikan sebagai berikut : 2.1.2. Planning Ruang Melur memiliki visi, misi, motto dan falsafah ruangan. Adapun visi, misi, motto, dan falsafah Ruang Melur adalah sebagai berikut : a. Visi : Meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan secara paripurna dan berkesinambungan. b. Misi : Memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu kepada pasien yang dilandasi dengan rasa tulus ikhlas dan memelihara mutu pelayanan disertai kejujuran professional.



c. Motto : Welas asih mu (kasih sayangmu) menyembuhkan penyakit ku d. Tujuan : 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan standar asuhan keperawatan. 2. Tujuan Khusus a) Memberikan



pelayanan



keperawatan



kepada



pasien



dan



memberikan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan b) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan c) Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi d) Mempercepat



proses



penyembuhan



dan



mengurangi



angka



kematian di ruang rawat inap e) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. e. Falsafah : 1. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakn suku, bangsa, agama, dan statusnya di setiap tempat pelayanan kesehatan 2. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga



3. Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan proses keperawatan dengan lima tahapan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga 4. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat memiliki wewenang asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan. Ruang Melur memberikan pelayanan kepada pasien Askes, Jamkesmas, Jamkesda dan Umum. Ruang Melur memiliki ketetapan berkunjung untuk keluarga pasien, yaitu jam 10.00-14.00 WIB dan 16.00-21.00 WIB. Namun berdasarkan observasi, penetapan jam berkunjung belum terlaksana secara maksimal karena masih didapati adanya keluarga pasien yang berkunjung di luar jam yang ditentukan. Hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan istirahat pasien. Pengadaan barang logistik di Ruang Melur ditanggungjawabi oleh seorang perawat pelaksana. Barang logistic yang dibutuhkan akan disampaikan kepada kepala ruangan lalu dilaporkan kepada bagian perlengkapan barang. Jika persediaan habis, maka penanggungjawab peralatan akan mendaftarkannya dan melaporkan kepada kepala ruangan. Waktu untuk permintaan logistik dilakukan saat barang logistik diperlukan, tanpa ada ketetapan waktu yang rutin. Pemeriksaan kelengkapan peralatan, seperti peralatan GV dilakukan setiap kali pergantian shift dan ditanggungjawabi oleh perawat penanggungjawab, perawat penanggungjawab barang logistik dijadwalkan selalu shift pagi, sehingga tanggung jawab barang logistik dialihkan kepada perawat pelaksana shift pagi dan



shift malam. Ada beberapa barang logistik yang tidak diperiksa pada pergantian shift seperti alat tenun namun hanya dilakukan sekali sehari pada pagi hari. Barang logistik yang digunakan untuk melakukan asuhan keperawatan langsung diawasi oleh penanggung jawab. Beberapa peralatan, seperti alat GV yang telah digunakan dibersihkan oleh perawat yang menggunakan, kemudian diserahkan kepada penanggung jawab alat. Berdasarkan data peralatan logistik yang ada di ruangan menunjukan masih ada barang yang tidak memenuhi kebutuhan idealnya seperti alat-alat untuk perawatan luka yang jumlahnya masih kurang. Ruang Melur sudah memiliki pembuangan sampah medis, kotak nald dan non medis, tetapi belum maksimal digunakan karena terlihat bahwa pencampuran dari sampah medis dan non medis. Ruang Melur memiliki 7 ruangan dengan pembagian kamar untuk penyakit dalam dan penyakit paru dan ruang isolasi. 2.1.3. Pengorganisasian Skema 2.1. Struktur Organisasi Ruang Melur KEPALA RUANGAN



ADMINISTRASI



Ka Tim 2



Ka Tim 1



1. 2. 3. 4. 5.



Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5 Perawat 6



Struktur organisasi di Ruang Melur dipimpim oleh seorang Kepala Ruangan dan dibagi dalam dua grup yang masing-masing diketuai oleh ketua tim. Dimana jumlah anggota tim 1 sebanyak 5 orang dan jumlah anggota tim 2 sebanyak 6 orang. Metode penugasan yang digunakan di Ruang Melur adalah metode penugasan tim. Dimana 1 tim menanggungjawabi pasien penyakit dalam dan 1 tim lagi menanggungjawabi pasien penyakit paru. Menurut Kepala Ruangan Melur metode tim ini efektif karena metode ini memudahkan pelaksanaan kerja perawat sesuai dengan bagian yang telah ditentukan pada setiap tim. Selain itu, metode tim ini juga memudahkan kepada ruangan untuk melakukan evaluasi terhadap kiner



stafnya. Namun, metode tim ini belum berjalan dengan baik



karena masih ada perawat yang bertugas dwi fungsi yaitu sebagai pembantu administrasi dan penanggung jawab alat. f. Tupoksi 1) Kepala Ruangan a) Mengatur pembagian tugas pegawai b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan c) Mengatur dan mengendalikan logistic/administrasi ruangan d) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah e) Mengikuti ronde tim medis f) Mengadakan ronde keperawatan



g) Membimbing mahasiswi/mahasiswa dalam proses keperawatan diruang rawat h) Menilai kerja staf ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat. i) Memberikan administrasi, membuat jadwal dinas dan surat menyurat. j) Memberikan orientasi pada pegawai baru, termasuk kepada residen, mahasiswa kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek diruangan melakukan pembinaan tenaga keperawatan. k) Menciptakan dan memelihara kerja yang harmonis dengan klien, keluarga, dan tim kesehatan lain. 2) Ketua Tim (KATIM) 1. Mengkaji klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat pengkajian



merupakan



proses



yang



berlanjut



dan



berkesinambungan, dapat melakukan serah terima tugas. 2. Mengkoordinasikan



rencana



perawatan



yang



tepat



waktu



membimbing anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan. 3. Meyakinkan semua evaluasi-evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan keperawatan. 4. Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan lansung/ laporan anggota tim.



5. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien oleh Tim keperawatan di bawah koordinasinya pada saat Pre Croference. 6. Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk pasiennya. 7. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat PP. 8. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien di bawah koordinasinya pada saat Post Conference.



3) Perawat Pelaksana 1.



Mengikuti serah terima klien dari dinas pagi, bersama perawat primer, sore dan malam.



2.



Mengikuti pre-conferece/ pos conference dengan perawat primer



3.



Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak ada ditempatnya.



4.



Melakukan implementasi pada klien berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh perawat primer.



5.



Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.



6.



Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi keperawatan yang ada diruangan.



7.



Menyiapkan klien untik pemeriksaan diagnostik / laboratorium, pengobatan dan tindakan.



8.



Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien / keluarga dengan kalimat yang mudah dimengerti, bersikap sopan, dan ramah tamah.



9.



Berperan serta dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga.



Ruang Melur memiliki alur pendelegasian tugas sebagai berikut : Kepala Ruangan



Ketua Tim



Ketua Tim



Perawat Pelaksana Skema 1. Alur Pendelegasian Tugas Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kepala Ruangan, system pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Melur dilaksanakan sesuai metode penugasan tim, dimana pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan kepada ketua tim dan selanjutnya ketua tim mendelegasikan kepada perawat pelaksana yang dianggap lebih berpengalaman dan senior didalam timnya. Apabila salah satu ketua tim berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, pendelegasian tugas diberikan kepada ketua tim lainnya. Pengaturan jadwal perawat yang izin/cuti dilakukan dengan system acak dimana setiap perawat berhak mengambil cuti setiap tahunnya. Jumlah hari izin/cuti tahunan ditetapkan sebanyak 7 hari. Jadwal pada hari libur, perawat yang



berdinas hanya sebagian dan diatur oleh kepala ruangan, sedangkan jadwal dnas perawat yang izin belajar disesuaikan dengan jadwal belajar pegawai tersebut. Ruang Melur memiliki jam dinas pegawai dengan batasan jam kerja dan memiliki penanggung jawab pada setiap shift. Selain itu juga terdapat kebijakan untuk mencapai kedisiplinan kerja yang telah disepakati bersama, yaitu dengan memberikan sanksi jika terlambat masuk dinas. Masalah yang biasa terjadi di Ruang Melur adalah kelalaian perawat dalam menjalankan tugasnya dan hal ini diselesaikan dengan memberikan teguran pada perawat yang bersangkutan. Selain itu, jika terdapat konflik dalam ruangan, kepala ruangan beserta staf-stafnya mendiskusikan masalah tersebut dan segera diselesaikan. Bila konflik yang terjadi bersifat intern antar pegawai maka kepada ruangan akan menyelesaikannya bersama dengan pegawai yang bersangkutan didalam ruangan kepala ruangan. Kepala Ruangan berperan sebagai supervisor. Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan setiap paginya setelah pembacaan buku rawatan. Monitoring terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan dengan tidak berkesinambungan. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan yang terdapat pada status pasien masih didapati ketidaklengkapan pengisian format pengkajian pada pasien. Seharusnya format pengkajian tersebut harus lengkap dalam waktu 1 x 24 jam. 2.1.4. Staffing



Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014 ditambah dengan jumlah pasien yang ada di sensus (3 bulan ke belakang) di Ruang Melur didapatkan rata-rata jumlah pasien dan jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah. Sehingga nilai bor : 1) Bulan November 2013 Rata-rata jumlah pasien =



jumlah keseluruhan pasien dalam 1 bulan jumlah hari dalam 1 bulan



=



700 30



= 23 Maka : BOR = =



Rataβˆ’rata jumlah pasien jumlah Bed



π‘₯ 100%



23 π‘₯ 100% 25



= 92%



2) Bulan Desember 2013 Rata-rata jumlah pasien =



jumlah keseluruhan pasien dalam 1 bulan jumlah hari dalam 1 bulan



=



762 31



= 25 Maka : BOR = =



Rataβˆ’rata jumlah pasien jumlah Bed



25 π‘₯ 100% 25



π‘₯ 100%



= 100% 3) Bulan Januari 2014 Rata-rata jumlah pasien =



jumlah keseluruhan pasien dalam 1 bulan jumlah hari dalam 1 bulan



=



770 31



= 25 Maka : BOR = =



Rataβˆ’rata jumlah pasien jumlah Bed



π‘₯ 100%



25 π‘₯ 100% 25



= 100% Sehingga Rata-Rata BOR Pada Bulan November 2013 – Januari 2014 =



Jumlah BOR dalam 3 bulan 3 =



92 + 100 + 100 3



= 97,3% Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang Rawat Inap Melur Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Depkes RI Dari hasil perhitungan menurut Depkes RI a) Klasifikasi pasien



pasien penyakit dalam dan penyakit paru



Rata-rata pasien perhari = 25 orang Jumlah jam perawatan/pasien = 25 x 4 = 100 jam =



jumlah jam perawatan/hari 100 = = 14 jam efektif/hari 7



Selanjutnya ditambah faktor koreksi, sebagai berikut : Jumlah hari libur (Loss day), yaitu :



=



minggu + cuti + hari libur tahun π‘₯ π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘ jam hari kerja efektif



jumlah hari



=



52 + 12 + 14 π‘₯14 = 3.81 286



Pekerjaan non keperawatan = 25% Jumlah tenaga perawat + Loss day x 25% = 14 + 3,81 x 25 % = 1,09 Maka jumlah kebutuhan perawat yaitu : Jumlah perawat yang tersedia + faktor koreksi = 14 + 3,81 + 1,09 = 18,9 = 19 orang Perhitungan tenaga perawat di Ruang Melur berdasarkan tingkat ketergantungan pasien (Douglas, 1984)



Tabel 2.1. Klasifikasi Pasien Total Care Minimal Parsial Jumlah



Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang Melur Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah Pagi Sore Malam Pasien 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,20 = 0,40 17 17 x 0,17 = 2,89 17 x 0,14 = 2,38 17 x 0,10 = 1,7 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 =0,90 6 x 0, 07 = 0,42 25 5,23 4 2,52 5 3 Jumlah secara keseluruhan perawat perhari adalah 12 orang



Faktor libur dan cuti = 25% x 12 = 3 Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah :



P + S + M + L + 1 Karu = 12 + 3 + 1 = 16 perawat Perekrutan tenaga kerja keperawatan di Ruang Melur dilakukan melalui seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan penerimaan perawat honorer. Kepala Ruangan memberitahu kepada Ka. Bid Keperawatan mengenai kekurangan tenaga kerja di Ruang Melur kemudian Ka. Bid Keperawatan meneruskan ke Direktur. Ruang Melur memiliki jumlah tenaga yang terdiri dari : 1) 1 orang Kepala Ruangan 2) 2 orang Ketua TIM 3) 11 orang perawat pelaksana 4) 1 orang administrasi 5) 1 orang CS



Dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.2. Ketenagaan Ruang Melur No 1.



Kualifikasi SI Keperawatan



2.



S1 Kesehatan Masyarakat D4 Keperawatan D3 Keperawatan



3. 4.



Jumlah Masa Kerja 3 10 tahun : 1 orang 1 tahun : 2 orang 1 3 tahun 1 8



10 tahun >5 tahun : 2 orang



Jenis PNS dan Honorer PNS PNS PNS dan Honorer



3 hari diperoleh bahwa 10 orang pasien (50%) menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan, 6 orang pasien (30%) menyatakan cukup puas dengan pelayanan, dan 4 orang (20%) pasien yang menyatakan tidak puas dengan pelayanan.



ANALISA SWOT DI RUANG MELUR 1. Planning



1.



2.



3.



4.



5.



S (kekuatan) Memiliki visi, misi, motto dan tujuan dalam falsafah rumah sakit Memberikan pelayanan pada pasien askes, jamsostek, PT, jamkesmas, jamkesda dan umum Memiliki format asuhan keperawatan (diagnosa, intervensi) yang sudah baku KaRu mendukung kegiatan pendokumentas ian Memiliki SAK (Standar Asuhan Keperawatan) sesuai dengan 10 penyakit terbanyak di ruang melur.



1. 2.



3.



4.



W (kelemahan) O (kesempatan) T (hambatan) Pendokumentasian 1. Adanya 1. Adanya askep belum lengkap kesempatan untuk tuntutan yang Format pengkajian melanjutkan tinggi dari sudah ada tetapi perlu pendidikan bagi masyarakat diperbaharui dan perawat untuk dikoordinasikan 2. Adanya mahasiswa mendapatkan kepada kepala yang sedang pelayanan ruangan praktek belajar di yang Kelengkapan logistik RSUD Deli professional. masih kurang seperti Serdang. alat tenun, alat 3. Tersedianya instrumen dengan STIKes yang perbandingan alat bekerja sama tenun dan tempat dengan rumah sakit tidur adalah 1 : 5. yang proses Belum tersusunnya pendidikannya protokol pelaksanaan dilaksanakan di discharge planning. RSUD Deli Serdang



2. Organizing S (kekuatan) 1. Melakukan pendelegasian



W (kelemahan) O (kesempatan) T (hambatan) 1. Ruangan belum 1. Adanya 1. Adanya memiliki struktur mahasiswa yang kebutuhan



sesuai dengan organisasi mengikuti pasien alur struktur 2. Metode penugasan kepaniteraan klinik terhadap 2. Pada setiap adalah metode tim, 2. Adanya pedoman pelayanan giliran shift, tetapi belum uraian tugas kesehatan ada dilakukan secara mengacu kepada yang lebih penanggung optimal karena masih Depkes RI berkualtas dan jawab ada metode professional terhadap fungsional dimana 2. Adanya ruangan adanya pembagian tingkat 3. Deskripsi perawat pelaksana persaingan tugas perawat yang khusus seperti dari perawat jelas petugas luar yang lebih 4. Hubungan 3. Pelaksanaan tugas tinggi jenjang Karu-Katimperawat pelaksana pendidikanny dan perawat tidak terorganisir a pelaksana baik dengan baik.



3. Staffing S (kekuatan) 1. Jumlah tenaga perawat di Ruang Melur dengan jenjang S1 Keperawatan 1 orang, S1 Kesehatan Masyarakat 1 orang, DIV Kebidanan 1 orang, DIII Keperawatan 9 orang, SPK 1 orang dan administrasi 1 orang. 2. Ketua tim berpendidikan S1 3. Tenaga perawat yang baru dibekali orientasi selama kurang



W (kelemahan) 1. Pendidikan kepala ruangan yang masih rendah yaitu SPK 2. Kurangnya jumlah tenaga perawat sebanyak 2 orang (Douglas, 1984) 3. Kurangnya jumlah tenaga perawat sebanyak 5 orang (Depkes) 4. Perawat yang mengikuti pelatihan masih sedikit. 5. Perawat belum sepenuhnya memahami tentang discharge planning. 6. Perawat masih kurang kepedulian terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai perawat.



O (kesempatan) T (hambatan) 4. Adanya 2. Adanya kesempatan untuk tuntutan yang melanjutkan tinggi dari pendidikan bagi masyarakat perawat untuk 5. Melakukan mendapatkan pengrekrutan pelayanan terhadap tenaga yang keperawatan yang professional. baru dengan latar belakang pendidikan perawat professional S1. 6. Adanya mahasiswa yang sedang praktek belajar di RSUD Deli Serdang. 7. RSUD Deli Serdang merupakan rumah sakit tipe B dan menjadi rumah sakit rujukan.



lebih 3 bulan 4. Rekruitmen tenaga melalui selesi CPNS dan tenaga honorer 5. Pelatihan yang pernah diikuti yaitu pelatihan mengenai infeksi nosokomial, EKG, SIM RS, K3RS. 6. Berdasarkan survey yang telah dilakukan kepada 14 perawat diperoleh bahwa tingkat kepuasan kerja perawat dengan kategori tidak puas sebesar 60%, kategori puas sebesar 40%, yang mengatakan sangat tidak memuaskan dan sangat memuaskan sebesar 0%. 7. Berdasarkan survey yang telah dilakukan kepada 14 orang perawat tentang efektifitas kepemimpinan diperoleh hasil bahwa 70% efektifitas



kepemimpinan cukup baik, dan 30% menilai efektifitas kepemimpinan adalah baik. 8. Dari hasil kuesioner terhadap 20 pasien dengan kriteria lama hari rawat > 3 hari diperoleh bahwa 10 orang pasien (50%) menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan, 6 orang pasien (30%) menyatakan cukup puas dengan pelayanan, dan 4 orang (20%) pasien yang menyatakan tidak puas dengan pelayanan. 9. Adanya proses naik pangkat 10. Adanya supervisi dari kepala bidang keperawatan setiap bulannya 11. BOR 97,3%



4. Directing



S (kekuatan) W (kelemahan) O (kesempatan) T (hambatan) a. Kepala a. Karu belum pernah a. Adanya a. Adanya ruangan mendapatkan kesempatan kebutuhan memiliki gaya pelatihan manajemen pegawai untuk pasien kepemimpina keperawatan melanjutkan ke terhadap n yang jenjang yang lebih pelayanan demokratis. tinggi kesehatan Hal ini terlihat yang lebih ketika ada berkualtas dan masalah yang professional penyelesaiann ya membutuhkan keputusan bersama, kepala ruangan mendiskusika n terlebih dahulu lalu menyelesaika nnya b. Kepala ruangan berperan sebagai supervisor. Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan setiap hari. c. Adanya rencana Karu untuk meningkatkan SDM dengan mengikut sertakan setiap pegawai memperoleh pelatihan secara bergilir 5. Controlling



S (kekuatan) W (kelemahan) O (kesempatan) T (hambatan) a. Adanya a. Monitoring terhadap a. Adanya a. Adanya supervisi dari dokumentasi asuhan kesempatan kebutuhan kabid. keperawatan pasien pegawai untuk pasien Keperawatan tidak rutin dilakukan melanjutkan ke terhadap terhadap b. GKM dulu pernah jenjang yang lebih pelayanan seluruh aspek dilakukan tetapi tinggi kesehatan dalam sekarang tidak lagi b. Adanya yang lebih pemberian karena tidak ada mahasiswa yang berkualtas pelayanan tindak lanjut dari praktek klinik di dan keperawatan permasalahan yang ruangan professional b. Adanya ditemukan pada saat penilaian GKM dilakukan kinerja c. Perawat tidak perawat secara memberikan penkes rutin tentang perawatan c. Adanya sanksi lanjutan di rumah. tentang kedisiplinan staf dan tata tertib d. Perawat memperhatika n sopan santun, keramahan, keterampilan dalam melakukan tindakan serta mendampingi pasien pada saat visite dokter e. Adanya kolaborasi dan koordinasi yang baik dengan tim kesehatan lain f. Adanya perhatian khusus terhadap alat – alat yang rusak sebagai



sarana dan prasarana ruangan. 2.1.7. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil analisa ruangan, maka penulis merumuskan masalah yang terdapat di ruangan yaitu kurangnya tindakan yang dilakukan untuk mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan melalui tindakan discharge planning. Kepada pasien hanya dianjurkan untuk rajin minum obat dan kontrol ulang ke poliklinik. 2.1.8. Intervensi Berbagai intervensi yang direncanakan muntuk mengatasi masalah yaitu menyusun tindakan discharge planning kepada pasien di ruangan antara lain : 1. Penyusunan protocol discharge planning (20 – 24 Februari 2014) 2. Penyusunan materi pendidikan kesehatan melalui discharge planning (20 – 24 Februari 2014). 3. Penyusunan jadwal melakukan discharge planning kepada pasien. 2.1.9. Implementasi Penyusunan discharge planning dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing PBLK dan pembimbing klinik di rumah ssakit pada tanggal 20 – 24 Februari 2014. Adapun materi pendidikan kesehatan yang akan diberikan kepada pasien dan keluarga yaitu : 1. Penyakit hipertensi mencakup : defenisi, etiologi, faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan tindakan pencegahan. 2. Diet sehat untuk penderita hipertensi.



3. Pengobatan hipertensi.



Tabel 2.1. Planning Of Action No Masalah Rencana tindakan 1



Kurangnya tindakan yang dilakukan untuk mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan melalui tindakan dicharge planning.



2



Pendidikan kesehatan yang dilakukan kepada pasien diruangan melur terhadap penderita hipertensi dan diet sehat masih diberikan secara lisan oleh perawat ruangan



Tanggal pelaksanaan Penyusunan protokol, 20-24 materi pendidikan Februari kesehatan dan 2014 melakukan jadwal dicharge planning kepada pasien.



Penyusunan dan 20-24 melengkapi SAP dan Februari leafleat tentang diabetes 2014 mellitus dan diet sehat untuk diabetes melitus serta memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga dan pasien yang berkunjung ke ruang melur



Penanggung jawab Rista Ulina Simarmata



Rista Ulina Simarmata



Tabel 2.2.



Pelaksanaan Discharge Planning Pada Pasien Dilakukan Kepada 4 Orang Pasien Pasien Jadwal Intervensi Pelaksanaan I



25 Februari 2014 οƒ˜ Penkes tentang hipertensi οƒ˜ Penkes diet sehat pada penderita hipertensi οƒ˜ Penkes pengobatan hipertensi



II



26 Februari 2014 οƒ˜ Penkes tentang hipertensi οƒ˜ Penkes diet sehat pada penderita hipertensi οƒ˜ Penkes pengobatan hipertensi



III



27 Februari 2014 οƒ˜ Penkes tentang hipertensi οƒ˜ Penkes diet sehat pada penderita hipertensi οƒ˜ Penkes pengobatan hipertensi



IV



28 Februari 2014 οƒ˜ Penkes tentang hipertensi οƒ˜ Penkes diet sehat pada penderita hipertensi οƒ˜ Penkes pengobatan hipertensi



3. Manajemen Kasus Kelolaan 3.1. Pengkajian Pengkajian fenomena kasus dilakukan pada tanggal 20 Februari 2014 diperoleh data bahwa salah satu kasus terbanyak di Ruang Melur adalah pasien dengan diagnosa hipertensi. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyusun manajemen kasus kelolaan dengan diagnosa hipertensi. 3.2. Intervensi Setelah menentukan fenomena kasus dari hasil pengkajian maka penulis menentukan intervensi yang akan dilakukan kepada pasien dengan diagnosa medis hipertensi, yaitu melakukan asuhan keperawatan



secara berkelanjutan



kepada pasien dan juga melakukan discharge planning sehingga akhirnya pasien pulang. 3.3. Implementasi Setelah menetapkan intervensi, dilakukan implementasi asuhan keperawatan kepada kasus kelolaan sesuai masalah yang muncul pada diri pasien. 3.4. Evaluasi Setelah implementasi dilakukan maka dilakukan evaluasi baik evaluasi harian setelah melakukan implementasi harian kepada pasien maupun evaluasi kesiapan pasien menghadapi pemulangan saat pasien akan dipulangkan



(dinyatakan dapat pulang berobat jalan). Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien saat akan pulang didapatkan bahwa pasien merasa senang dan nyaman dilakukan implementasi. Pasien dan keluarga juga menyatankan sangat bermanfaat dilakukan discharge planning kepada pasien karena dapat menolong pasien dan keluarga menjalani hidup berkualitas di rumah. Pasien dan keluarga merasa yakin mampu melakukan tindakan yang dianjurkan setelah berada di rumah. BAB III FENOMENA KASUS KEPERAWATAN



Dalam bab ini akan dibahas beberapa aspek yang berkaitan dengan fenomena kasus keperawatan di lapangan dan paparan tinjauan pustaka yang terkait, yaitu : 1. Latar Belakang Discharge Planning Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Terkait dengan tugasnya perawat harus mampu berperan sebagai: kolaborator, pendidik, konselor, change agent, dan peneliti. Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan etika profesi, akuntabilitas otonomi dan kesejawatan (Perry & Potter, 2009). Sesuai dengan peran dan fungsinya tersebut, perawat diharapkan mampu mengimbangi perkembangan kemajuan teknologi informasi dalam pemberian asuhan keperawatan, salah satunya dengan kemampuan penguasaan komputer.



Kemampuan perawat dalam penggunaan komputer meliputi keterampilan penggunaan, keterampilan membaca informasi, atau kompetensi informatika secara keseluruhan. Keterampilan dasar mencakup hal hal seperti menggunakan prosesor kata, mampu berkomunikasi dengan mengunakan email, dan menggunakan aplikasi untuk mendokumentasikan pasien. Keterampilan membaca informasi mencakup kemampuan menentukan informasi bibliografi dari internet, dan kemampuan mengevaluasi serta menggunakan informasi secara tepat. Kompetensi informatika secara keseluruhan mencakup mengimplementasikan kebijakan untuk melindungi privasi, kerahasiaan, kemaanan



informasi serta



mencatat data yang relevan dengan pelayanan keperawatan (Blais,Kathleen. K, et al, 2010). Terkait dengan pelayanan keperawatan saat ini masih banyak laporan tentang pelayanan keperawatan yang belum optimal. Salah satu kegiatan keperawatan yang belum optimal adalah kegiatan discharge planning (DP = perencanaan pulang pasien). DP ini merupakan bagian dari proses keperawatan dan merupakan fungsi utama dari perawatan. DP merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit) dan untuk mempertahankan kontinuitas perawatan.



Seringkali



pasien yang tidak mendapat pelayanan sebelum pemulangan, terutama pasien yang memerlukan perawatan kesehatan dirumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas akan kembali ke ruang kedaruratan dalam 24-48 jam, dan kemudian pulang kembali. Kondisi kekambuhan pasien ini tentunya sangat merugikan pasien, keluarga dan juga rumah sakit. Rumah Sakit



yang mengalami kondisi ini lambat laun akan ditinggalkan oleh



pelanggan



(Haryati at al, 2009). Selain itu juga sering kali terjadi diskontinuitas dan pragmentasi perawatan setelah pasien pulang dari rumah sakit yang dapat menyebabkan munculnya resiko yang lebih besar dan tidak jarang pasien harus kembali lagi ke rumah sakit untuk menjalami perawatan. Archie and Baron (2009) menyebutkan telah terjadi pengeluaran dana sebesar $ 735 milyar akibat dari proses discharge planning yang tidak memenuhi standar di 38 Rumah Sakit di Amerika Serikat sehingga menyebabkan pasien harus kembali ke Rumah Sakit untuk menjalani perawatan. Sebenarnya hal ini tidak perlu tejadi seandainya dilakukan pelayanan pasien sebelum pulang dengan optimal dan selalu ada komunikasi yang terus menerus antara petugas kesehatan/keperawatan dari Rumah Sakit dengan care giver/keluarga atau pasien itu sendiri setelah pulang dari Rumah Sakit. Pada kenyataanya sekarang ini tidak semua DP dilakukan dengan benar karena berbagai alasan, Haryati at al, 2009 berdasarkan hasil studi pendahuluannya saat penelitian dilakukan di Rumah Sakit di Jakarta menyebutkan bahwa alasan belum optimalnya pelaksanaan DP selain pelaksanaannya yang belum terstruktur dan belum mempunyai satuan acara juga tidak adanya media yang memadai untuk melaksanakan DP yang baik. Oleh karena itu penyedia pelayanan kesehatan termasuk perawat merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan untuk merubah semua itu dengan menciptakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan discharge planning. 2. Tujuan Penatalaksanaan Discharge Planning



Tujuan dilakukannya discharge planning ini yaitu (Naylor, 2009) : a. Meningkatkan kontinuitas perawatan, b. Meningkatkan kualitas perawatan. c. Memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. d. Mengurangi hari rawatan pasien e. Mencegah kekambuhan f. Meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien g. Menurunkan beban perawatan pada keluarga. h. Menurunkan beban perawatan pada keluarga.



3. Hipertensi 3.1. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2007). Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2007).



Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah manusia. Tekanan darah itu sendiri didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi di dalam pembuluh arteri manusia ketika daah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh (Ridwan, 2009). 3.2. Etiologi Corwin (2009) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi (Astawan, 2007). Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akriteria hasilir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan



darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik. Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akriteria hasilirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Muhammadun, 2010). 3.3. Tanda dan Gejala Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).



Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang kriteria hasilas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma, 2007). Corwin (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturi karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wijayakusuma, 2007). 3.4. Patofisiologi



Gambar 3.1. Skema Patofisiologi hipertensi



3.5. Pemeriksaan Penunjang a. Tes darah rutin b. Glukosa darah (sebaiknya puasa) c. Kolesterol total serum d. Kolesterol LDL dan HDL serum e. Trigliserida serum (puasa) f. Asam urat serum g. Kreatinin serum h. Kalium serum i. Hemoglobin dan hematokrit



j. Urinalisis k. Elektrokardiogram (Yogiantoro, 2009). 3.6. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : a. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : 1) Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan etanol, menghentikan merokok dan diet tinggi kalium. 2) Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain



b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu. 3) Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : a) Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. b) Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.



4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. b. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita : Pengobatannya meliputi : 1)



Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor. Diuretik kuat memiliki efek salurelik yang besar (kehilangan natrium) dan dapat menyebabkan diuresis cepat. Waktu awal kerja dari diuretik terjadi setelah 30 - 60 menit.



2)



Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan a) Dosis obat pertama dinaikan



b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama c) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator 3) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh a) Obat ke-2 diganti b) Ditambah obat ke-3 jenis lain 4) Step 4 : alternatif pemberian obatnya a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 b) Re-evaluasi dan konsultasi 3.7. Pengkajian Primer Airways 1. Sumbatan atau penumpukan secret 2. Wheezing atau krekles Breathing 1. Sesak dengan aktifitas berat 2. RR lebih dari 24 kali/menit, irama regular dangkal 3. Ronchi, krekles 4. Ekspansi dada tidak penuh Circulation 1. Nadi cepat, teratur 2. Takikardia 3. TD meningkat



4. Gelisah



3.8. Pengkajian Sekunder 1. Aktivitas/ Istirahat a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. b. Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 2. Sirkulasi a. Gejala



:Riwayat



Hipertensi,



aterosklerosis,



penyakit



jantung



koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. b. Tanda



:Kenaikan



TD,



Nadi



denyutan



jelas



dari



karotis,



jugularis,radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda. 3. Integritas Ego a. Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan. b. Tanda



:Letupan



suasana



hat,



gelisah,



penyempitan



continue



perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. 4. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).



5. Makanan/cairan a. Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akriteria hasilir akriteria hasilir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic b. Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria. 6. Neurosensori a. Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, suboksipital



(terjadi



saat



bangun



dan



menghilangkan



secara



spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis). b. Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan. 7. Nyeri/ ketidaknyaman Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala. 8. Pernafasan a. Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. b. Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis. 9. Keamanan Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.



3.9. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan oksigen otak menurun 2. Perubahan pola napas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru 3. Penurunan



cardiac output berhubungan dengan Penurunan oksigen



miokardium 4. Resiko injury berhubungan dengan diplopia 5. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak 6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik



Diagnosa : 1 Tujuan : gangguan perfusi jaringan dapat diatasi Kriteria Hasil : 1. Fungsi sensori dan motorik membaik 2. Mampu mempertahankan tingkat Intervensi : 1. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya Rasional : Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan penurunan



tekanan



darah diastolik merupakan tanda peningkatan TIK. Napas tidak teratur menunjukkan adanya peningkatan TIK 2. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana Rasional : Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien. 3. Pantau status neurologis secara teratur Rasional : Mencegah/menurunkan atelectasis



4. Dorong latihan kaki aktif/ pasif Rasional : Menurunkan statis vena 5. Pantau pemasukan dan pengeluaran haluaran urin Rasional : Penurunan atau pemasukan mual terus menerus dapat menyebabkan penurunan volume sirkulasi 6. Beri obat sesuai indikasi, misal : Caumadin Rasional : Menurunkan resiko trombofeblitis



Diagnosa : 2 Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola napas Kriteria Hasil : Memperhatikan pola napas normal/efektif, bebas sianosis dengan GDA dalam batas normal pasien Intervensi : 1. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara suara tambahan yg tidak normal Rasional : Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru 2. Pantau



frekuensi,irama,kedalaman



pernapasan,



catat



ketidakteraturan



pernapasan Rasional : Perubahan dapat menunjukan komplikasi pulmonal/menandakan lokasi/luasnya keterlibatan otak. 3. Berikan oksigen sesuai indikasi



Rasional : Mencegah hipoksia, jika pusat pernapasan tertekan. 4. Anjurkan pasien untuk latihan napas dalam yang efektif jika pasien sadar Rasional : Mencegah/menurunkan atelectasis 5. Kaji TTV tiap hari Rasional : Mengetahui perubahan status kesehatan Diagnosa : 3 Tujuan : Menurunkan beban kerja jantung Kriteria Hasil : 1. Berpartisipasi dalam menur unkan TD 2. Mempertahankan TD dalam rentan yang dapat diterima



Intervensi : 1. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya Rasional : Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda peningkatan TIK. Napas tidak teratur menunjukkan adanya peningkatan TIK 2. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana Rasional : Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien. 3. Catat keberadaan denyutan sentral dan perifer Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, femoralis mungkin menurun mencerminkan efek vasokontriksi. 4. Auskultasi tonus jantung



Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat 5. Amati warna kulit, kelembapan suhu dan masa pengisian kapiler Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembap dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi



atau



penurunan kardiak output. 6. Berikan obat-obat sesuai indikasi, misal : deuretik tiyazid Rasional : Tiyazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan tekanan darah. Diagnosa : 4 Tujuan : Resiko injuri berkurang Kriteria Hasil : Pasien merasa tenang dan tidak takut jatuh



Intervensi : 1. Atur posisi pasien agar aman. Rasional : Menurunkan resiko injuri 2. Pertahankan tirah baring secara ketat Rasional : Pasien mungkin merasa tidak dapat beristirahat atau perlu untuk bergerak 3. Atur kepala taruh diatas daerah yang empuk (lunak) Rasional : Menurunkan resiko trauma secara fisik Diagnosa : 5



Tujuan : Mempertahankan posisi fungsi optimal Kriteria Hasil : Dapat melakukan aktifitas mandiri Intervensi : 1. Kaji derajat emobilitas pasien dengan menggunakan skala ketergantungan Rasional : Pasien mampu mandiri ataukah masih membutuhkan orang lain untuk aktivitas 2. Pertahankan kesejajaran tubuh Rasional : Untuk membantu mencegah footdrop 3. Bantu pasien dengan program latihan menggunakan alat mobilisasi Rasional : Proses penyembuhan yang lambat sering menvertai trauma 4. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional Rasional : Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional Diagnosa : 6 Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan kriteria hasil : Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur Intervensi : 1. Kaji respon pasien terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi, dispnea atas nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi



terhadap



stres aktifitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas 2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi Rasional : Tehnik menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 3. Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat Ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan. Rasional : Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba tiba. Memberikan bentuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktifitas (Doengoes, 2002).



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melur RSUD Deli Serdang diperoleh bahwa fenomena salah satu kasus yang terbanyak adalah pasien dengan diagnosa hipertensi. Selain itu diperoleh data bahwa discharge planning pada pasien belum dilaksanakan secara optimal untuk mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan. Saat akan pulang, pasien biasanya hanya diberikan pendidikan kesehatan (penkes) secara singkat untuk rajin minum obat dan control ulang kembali ke poliklinik. Perry & Potter (2009) menyatakan bahwa sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan dirumah dan apa yang diharapkan didalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan. Tanpa adanya peralatan yang dibutuhkan dan tenaga professional, perlu dinyatakan bahwa pasien beresiko kehilangan penyembuhan sebelum dipulangkan. Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan dengan melakukan discharge planning, dimana pasien mampu



melakukan



perawatan



diri



di



rumah



demi



kesembuhannya.



Pasien/keluarga pasien memiliki kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitment, dan motivasi pasien untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinis lain (Martinsusilo, 2007). Saat dilakukan pengkajian awal untuk mengidentifikasi kemampuan pasien menghadapi pemulangan, hampir semua pasien berkeinginan kuat untuk



mengikuti aturan pengobatan meskipun tidak mengetahui jenis dan indikasi setiap obat yang diberikan. Hal ini berhubungan dengan pernyataan Care Giver bahwa pasien dan keluarga lebih berfokus kepada penatalaksanaan medis, bukan kepada pemeliharaan kesehatannya. Untuk point masalah kebiasaan hidup, banyak yang sudah mengerti tentang hubungan kebiasaan hidup (merokok) dengan terjadinya penyakit hipertensi yang dideritanya. Demikian juga untuk point anjuran olahraga dan anjuran diet rendah garam pada umumnya pasien sudah mengetahui. Namun seluruh informasi tersebut masih bersifat umum, tidak spesifik menyatakan jenis makanan apa yang sebenarnya yang harus dikonsumsi dan jenis aktifitas apa yang harus dilakukan sehingga perlu dilakukan suatu perencanaan pulang, discharge planning, yang secara khusus mempersiapkan pasien untuk menghadapi pemulangan dengan memberikan informasi, mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal Hospital, 2008). Berdasarkan hasil kegiatan PBLK ini menunjukan dengan pemberian asuhan keperawatan secara optimal dan adanya pengelolaan manajemen kasus dengan pemberian discharge planning kepada pasien dengan hpertensi dapat memberikan manfaat yang besar kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya setelah pulang ke rumah, baik melalui pengobatan yang benar, olahraga teratur, diet makanan untuk penderita hipertensi, mengubah kebiasaan buruk yang merusak kesehatan dan kebersihan lingkungan.



Saat ditanyakan, pasien mengatakan sangat tertolong dengan adanya informasi-informasi yang diberikan oleh perawat atau tenaga medis lainnya untuk pemeliharaan kesehatan. Hampir semua pasien yang diintervensi menunjukan kesiapan yang baik yaitu termotivasi melakukan/menuruti anjuran-anjuran yang diberikan. Sekalipun masing-masing pasien agak keberatan dengan point-point tertentu dari format evaluasi berkenaan dengan kehidupannya. Misalnya untuk perubahan gaya hidup seperti merokok, karena merasa susah untuk berhenti. Pasien lain merasa keberatan melakukan olahraga secara teratur karena sebagian besar pasien merupakan pekerja yang tidak mempunyai waktu luang untuk melakukan olahraga secara teratur.



BAB V PENUTUP



1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data bahwa salah satu kasus terbanyak di Ruang Melur RSUD Deli Serdang adalah pasien dengan diagnosa hipertensi. Dan perencanaan pulang pasien belum optimal dilakukan, hanya memberikan penkes secara singkat kepada pasien saat akan pulang. Penatalaksanaan



kurang



optimalnya



asuhan



keperawatan



untuk



mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan merupakan kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini berlangsung, yaitu dengan melakukan discharge planning kepada pasien untuk akhirnya siap menghadapi pemulangan, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen, dan motivasi pasien untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain (Martinsusilo, 2007). Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan PBLK ini cukup baik, pasien merasa mampu dan termotivasi untuk mengikuti anjuran dan larangan yang sudah disampaikan.



2. Saran 2.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan Sebaiknya mahasiswa keperawatan terus melatih diri untuk mengelola manajemen keperawatan agar menjadi perawat professional yang dapat memberikan asuhan keperawatan komprehensif pada pasien.



2.2. Bagi Institusi Pendidikan Sebaiknya institusi pendidikan melatih mahasiswa melakukan discharge planning



untuk



meningkatkan



kualitas



lulusannya



yang



mampu



mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan. 2.3. Bagi Lahan Praktek Sebaiknya lahan praktek melakukan discharge planning secara terencana kepada setiap pasien untuk meningkatkan kemampuan pasien meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidupnya setelah pemulangan.



DAFTAR PUSTAKA Arwani. 2006. Manajement Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC Carpenito, Lynda J. (2001). Handbook Of Nursing Diagnosis. Ed 8. Jakarta : EGC Corwin, E.J. (2001). Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC Depkes.(2002). Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke 1 Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departement Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Doengoes, M.E, et al. (1999). Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa : Kariasa, I.M. Jakarta : EGC Gillies, D.A. (1998).Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem, Edisi ke 2, Chichago, Illionis: W.B. Saunders Company. Hansen.R.I & Wasburn M.J. (2001). Kecakapan Pendelegasian Klinis: Pedoman Untuk Perawat. Jakarta: EGC. Hidayat, A. (2001). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC Hudak, Carolyn M. (1997). Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Ed 7, vol 2. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1.Jakarta : Media Aesculapius Martinsusilo.(2007). Kepemimpinan Situasional. http://www.edymartin.wordpress.com



Diakses



dari



Monica, L.(1998). Kepemimpinan dan Manajement Keperawatan : Pendekatan Berdasarkan Pengalaman.Edisi ke 1. Jakarta: EGC. Muninjaya, A.A.G. (1999). Manajement Kesehatan. Jakarta: EGC. Nettina, Sandra M. (2002). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC Nursalam. (2001). Manajement Keperawatan: aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi ke 1. Jakarta: EGC Swancburg, R.C. (2000). Pengantar Kepemimpinan Keperawatan Untuk Klinis. Jakarta: EGC.



dan



Manajement



Taylor, C. (1993). Fundamental of Nursing.Edisi ke 2. Philadelphia: Lippincont Raven Publisher. The Royal Marsden Hospital.(2004). Discharge Planning. Diakses dari http://www.royalmarsden.org Torrance, Colin & Serginson, Eve.(1997). Surgical Nursing. Ed 12. London : Bailliere Tindall



Lampiran 1 KONTRAK BELAJAR PBLK DI RUANG MELUR RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM PLANNING OF ACTION Nama Mahasiswa NIM Tanggal No



Kegiatan



: Rista Ulina Hotnauli Simarmata : 11.02.157 : 17 Februari – 15 Maret 2014



Metode I (17 februari – 22 februari) 17 18 19 20 21 22



1



2.



3.



PENGKAJIAN 1. Orientasi Ruangan 2. Pengkajian kegiatan pelayanan ruangan terhadap pasien a. Mengkaji keadaan ruangan b. Mengkaji prosedur ruangan c. Mengkaji prosedur pelayanan dimulai dari menerima pasien masuk hingga pasien pulang d. Mengkaji masalah yang terdapat di ruangan meliputi pelayanan terhadap pasien, dan hubungan kerjasama dengan dokter, ahli gizi dan tenaga lain di ruangan 3. Pengkajian fenomena kasus di ruang melur PENENTUAN KASUS Menentukan fenomena kasus yang diambil sebagai bahan PBLK : hipertensi dengan melakukan discharge planning INTERVENSI 1. Penyusunan intervensi manajemen pelayanan kasus a. Penyusunan protocol discharge planning b. Penyusunan materi



Minggu (01 Februari – 27 Februari 2014) II (24 februari – 01 Maret) III (03 – 08 Maret) 24 25 26 27 28 01 03 04 05 06 07 08



10



IV (1 11



4.



5.



6. 7.



pendidikan kesehatan melalui discharge planning 2. Penyusnnan intervensi manajemen kasus IMPLEMENTASI 1. Implementasi manajemen keperawatan : Melakukan penkes sebagai bagian dari discharge planning ο‚· Pentingnya pengaturan minum obat dan tanda-tanda bahaya yang perlu dikenali pasien dan keluarga saat akan pulang ο‚· Diet untuk penderita hipertensi ο‚· Mengurangi kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok 2. Implementasi manajemen asuhan keperawatan pasien hipertensi dan PJK EVALUASI 1. Evaluasi manajemen pelayanan keperawatan 2. Evaluasi manajemen asuhan keperawatan PENYUSUNAN LAPORAN PENYERAHAN LAPORAN



Diketahui Oleh, Pembimbing PBLK



Rinawati, S.Kep, Ns Lampiran 2 INSTRUMEN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN INSTRUMEN PLANNING Pengkajian melalui observasi dan wawancara : 1. Apakah di ruang melur mempunyai visi, misi serta motto keperawatan ? 2. Siapa saja sasaran pelayanan kesehatan di ruang melur ? 3. Berapa lama hasil pemeriksaan penunjang diterima di ruangan ? a. Maksimal : ………….jam/hari b. Minimal : ……………jam/hari c. Apakah efektif ? Ya Tidak



4. 5. 6. 7. 8. 9.



Jika tidak, jelaskan …………………………….. Tindakan apa yang dilakuakn perawat ruangan untuk mengatasi masalah tersebut ? Apakah dokter melakukan visite setiap hari ? Jika ya, berapa lama ? ……….. Apakah di ruang melur mempunyai standar asuhan keperawatan ? Apakah isinya ? Apakah di ruang melur mempunyai standar pelayanan keperawatan ? Bagaimana kelengkapan logistic di ruang melur ? Bagaimana sistemn budgeting ruangan di ruang melur ?



INSTRUMEN ORGANIZING Struktur organisasi 1. Bagaimana gambaran struktur organisasi di ruang melur ? 2. Apakah metode penugasan yang digunakan di ruang melur ? 3. Apakah alasan penggunaan model keperawatan tersebut ? 4. Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Ka Tim dan perawat pelaksana? Uraian Tugas Bagaimana deskripsi kerja karu, katim dan perawat pelaksana ? Pendelegasian Tugas 1. Bagaimana system pendelegasian tugas yang dilakukan di ruang melur ? 2. Bagaimana cara karu atau katim dalam mendelegasikan tugasnya ? 3. Jika karu/katim berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan ? 4. Bagaimana pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien di ruangan ?



INSTRUMEN STAFFING Principle of staffing and nursing care delivery Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di ruang melur dan bagaimana jenjang pendidikannya ? Recruitmen, selection ang orientation 1. Bagaimana proses rekrutmen pegawai di ruang melur ? 2. Apakah kriteria dalam menempatkan pegawai di setiap ruang melur ? 3. Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai baru di ruang melur ? 4. Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan pegawai baru ? 5. Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang keperawatan ? 6. Bagaimana syarat/kinerja pegawai yang mendapatkan tugas belajar ataupun pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan ilmu keperawatan ? Scheduling and patient classification system 1. Bagaimana cara menyusun daftar dinas di ruang melur ?/ 2. Berapa jumlah jam kerja per minggu dan hari kerja perbulan pada satu orang staf ? 3. Bagaimana pengaturan jadwal untuk staf yang izin/cuti dan tugas belajar ? 4. Berapa jumlah tempat tidur dan pasien di ruang melur ? 5. Berapa perbandingan jumlah pasien dan tenaga perawat di ruang melur ? 6. Bagaimana pengklasifikasian pasien yang akan ditempatkan di ruang melur ? INSTRUMEN DIRECTING 1. Masalah apa yang biasanya menjadi konflik di ruang melur ? 2. Bagaimana cara kepala ruangan menyelesaikan konflik yang ada di ruang melur? 3. Menurut kepala ruangan apakah cara tersebut sudah efektif ? 4. Kendala apa saja yang dihadapi kepala ruangan dalam menjalankan tugasnya ? 5. Berapa kali kepala ruangan mengikuti pelatihan tentang manajemen keperawatan? 6. Berapa kali kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staf ? 7. Bagaimana kepala ruangan merencakan peningkatan SDM staf di ruang melur ? Perilaku Pemimpin Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia disamping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih SL : selalu SR : sering K : kadang-kadang J : jarang TP : tidak pernah Sikap kepala ruangan ketika memimpin No Pernyataan



SL



SR



K



J



TP



1 2 3 4



5 6 7



8 9 11 12 13 14 15 16 17 18



Mengingatkan semua anggota kelompok untuk tetap mengikuti standar dan peraturan Mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada anggota tim lain apabila saya berhalangan/tidak hadir Mengkoreksi dan memberi asuhan bila terjadi kesalahan pada anggota tim Kepala ruangan mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesionalisme dengan anggota tim. Kepala kepala ruangan berkomunikasi secara efekltif melalui tulisan maupun lisan pada perawat pelaksana Kepala ruangan mengkoordinasi kerja kepada perawat pelaksana Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dari kelompok demi kepentingan dan kesejahteraan kelompok kepada atasan Kepala ruangan menerapkan peran sebagai mentor yang efektif Kepala ruangan menjelaskan alasan sikapnya sebelum bertindak sebagai pemimpin Kepala ruangan memberitahukan terlebih dahulu tentang adanya perubahan Kepala ruangan memperlakukan semua anggota kelompok dalam kesetaraan Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya Kepala ruangan menerima masukan dari anggota kelompok Kepala ruangan memberi pujian/ penguatan pada anggota kelompok terhadap keberhasilan tindakan Kepala ruangan berkonsultasi dengan anggota kelompok sebelum melakukan tindakan Kepala ruangan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dari anggota kelompok Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk selalu bekerja sama.



Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia disamping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih SL : selalu SR : sering K : kadang-kadang J : jarang TP : tidak pernah Sikap kepala grup dalam menilai kepemimpinan kepala ruangan



No 1



2



3 4 5 6 7



8 9 11 12 13 14 15 16 17 18



Pernyataan Kepala grup mengingatkan anggota tim mengikuti standar, peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit Kepala grup mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada perawat pelaksana lain apabila berhalangan hadir Kepala grup mengoreksi dan memberi arahan bila terjadi kesalahan pada perawat pelaksana lainnya Kepala grup mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesionalisme dengan perawat pelaksana. Kepala grup berkomunikasi secara efekltif melalui tulisan maupun lisan pada perawat pelaksana Kepala grup mengkoordinasi kerja kepada perawat pelaksana Kepala grup berbicara sebagai wakil dari kelompok demi kepentingan dan kesejahteraan kelompok kepada atasan Kepala grup menerapkan peran sebagai mentor yang efektif Kepala grup menjelaskan alasan sikapnya sebelum bertindak sebagai pemimpin Kepala grup memberitahukan terlebih dahulu tentang adanya perubahan Kepala grup memperlakukan semua anggota kelompok dalam kesetaraan Kepala grup memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya Kepala grup menerima masukan dari anggota kelompok Kepala grup memberi pujian/ penguatan pada anggota kelompok terhadap keberhasilan tindakan Kepala grup berkonsultasi dengan anggota kelompok sebelum melakukan tindakan Kepala grup meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dari anggota kelompok Kepala grup memotivasi anggota kelompok untuk selalu bekerja sama.



SL



SR



K



J



TP



INSTRUMEN CONTROLLING 1. Adakah monitor terhadap harapan-harapan dan kepuasan pasien tentang pelayanan keperawatan di ruang melur ? ο‚· Jika ada, jelaskan ! kapan (frekwensinya) dan bagaimana pelaksanaannya ? ο‚· Jika tidak ada, jelaskan kenapa ! 2. Adakah system penilaian terhadap kinerja perawat ? ο‚· Jika ada, jelaskan ! bagaimana pelaksanaannya ? ο‚· Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut ? ο‚· Siapa yang melakukan penilaian ? 3. Adakah analisa terhadapa penggunaan sarana pada pasien dengan masaah khusus yang membutuhkan perhatian serius di ruang melur ? ο‚· Jika ada, jelaskan bagaimana ? ο‚· Jika tidak ada, jelaskan kenapa ! 4. Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di ruang melur, apakah berjalan atau tidak ? 5. Bagaimana kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain ?



Lampiran 3 INSTRUMEN KEPUASAN KERJA PERAWAT Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada setiap jawaban yang telah disediakan NO PERNYATAAN 1. Jumlah gaji yang diterima sesuai jika dibandingkan dengan pekerjaan yang saudara lakukan 2. Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat saudara bekerja 3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan saudara 4. Pemberian insensif tambahan atas suatu prestasi atau kerja ekstra 5. Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan 6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, kantin. 7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan. 8. Adanya jaminan atas kesehatan dan keselamatan kerja. 9. Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara 10. Hubungan antar karyawan dan kelompok kerja 11. Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



STP TP CP P SP



Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saudara Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan Kemampuan supervise/pengawas dalam membuat keputusan Perlakuan atasan selama saya bekerja disini Kebebasan melakukan suatu metoda sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan pangkat.



Keterangan: STP : Sangat tidak puas P : Puas TP : Tidak puas



CP : Cukup puas SP : Sangat puas



Lampiran 4 INSTRUMEN TINGKAT KEPUASAN PASIEN



1. Identitas Diri Responden Nama



:



Umur



:



Jenis Kelamin



: Laki-Laki / Perempuan



Tanggal masuk



:



Diagnosa Medis



:



Alamat



:



Suku



:



Agama



:



Tahun



2. Kwasioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada setiap jawaban yang telah disediakan Keterangan: TP



: Tidak Pernah



KD



: Kadang-kadang



SR



: Sering



SL



: Selalu



No 1 2 3 4 5 6



PERNYATAAN Perawat memberikan salam pada saat bertemu dengan pasien Perawat memperkenalkan diri kepada pasien pada saat bertemu dengan pasien dan keluarga Perawat menjelaskan peraturan rumah sakit, hak-hak dan kewajiban pasien ketika saya masuk ruangan Perawat menjelaskan tindakan yang akan dilakukan Perawat menjelaskan manfaat tindakan yang akan dilakukan Perawat meminta persetujuan anda atas tindakan yang akan dilakukan kepada pasien



TP



KD



SR



SL



7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18



19 20 21



22 23



Perawat memeriksa atau menanyakan kondisi pasien sebelum melakukan tindakan Perawat memeriksa obat dengan teliti dihadapan pasien dan keluarga pasien sebelum diberikan. Perawat memperhatikan sopan santun dan keramahan saat melakukan tindakan Perawat terampil dalam melakukan tindakan perawatan Perawat memeriksa kondisi anak saya setelah melakukan tindakan Perawat menjelaskan perkembangan kondisi kesehatan pasien Perawat menjaga lingkungan poli agar tetap bersih Perawat melatih saya untuk dapat melakukan perawatan secara mandiri kepada keluarga pasien Perawat memberi dukungan moril/ semangat untuk kesembuhan pasien Perawat membantu pasien untuk tetap beribadah/ berdo’a Perawat mendampingi pasien pada saat dokter melakukan pemeriksaan/ pengobatan Perawat memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mengungkapkan perasaan atau keluhannya Perawat memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan pasien dan keluarga pasien Perawat ramah kepada pasien dan keluarga pasien Perawat dapat memahami sikap pasien dan keluarga pasien meskipun pasien dan keluarga bersikap tidak sopan Perawat melindungi pasien dari pihak-pihak yang merugikan Perawat menjelaskan tentang perawatan lanjutan di rumah setelah selesai control



24. Kesan dan saran selama rawat inap di Ruang Melur : ……………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………



Lampiran 5



PROTOKOL DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM



Pengertian



:



Discharge



planning



adalah



proses



mempersiapkan



pasien



untuk



meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit pelayanan lainnya di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.



Tujuan



:



1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah control ke poli. 2. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk ditransfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui. 3. Menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas.



Manfaat



:



1. Pasien maupun keluarga pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit. 2. Pasien maupun keluarga pasien siap untuk menghadapi pemulangan. 3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya rehospitalisasi.



Prinsip



:



1. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi pada semua pasien. 2. Pasien harus dipulangkan ke suatu lingkungan yang aman dan adekuat. 3. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan merupakan hal yang terutama. 4. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim kesehatan dengan pasien/ care giver, dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan. 5. Kebutuhan akan kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning. Hal-Hal yang perlu diperhatikan : 1. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan pasien maupun keluarga, dan jangan sampai melelahkan karena dapat mempengaruhi proses pembelajaran pasien dan keluarga pasien. 2. Lakukan evaluasi setiap kali selesai mengadakan sesi pertemuan dengan pasien dan keluarga pasien untuk mengetahui sejauh mana pasien dan keluarga pasien mengikuti pertemuan.



Alat



:



1. Kertas dan ballpoint 2. Leaflet untuk memberikan pendidikan kesehatan di rumah. 3. Informasi tertulis tentang pengobatan di rumah, tanda bahaya, pengontrolan aktivitas, latihan di rumah, dan kontrol ulang.



Prosedur tindakan : 1. Pengkajian : a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang pengetian hipertensi b. Kaji pengetahuan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi c. Kaji pengetahuan keluarga pasien tentang tanda dan gejala hipertensi d. Kaji pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mangalami penyakit hipertensi e. Kaji persepsi dan pengetahuan pasien tentang diet yang harus diberikan kepada pasien yang sedang megalami penyakit hipertensi. Kemudian kaji persepsi keluarga pasien tentang pentingnya melaksanakan diet tersebut. f. Kaji pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang manfaat diet bagi pasien. 2. Perencanaan Bersama-sama dengan pasien dan keluarga menetapkan hasil yang akan dicapai, antara lain : - Keluarga Pasien mampu menjelaskan tentang pengetian hipertensi - Keluarga Pasien mampu menjelaskan tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi - Keluarga Pasien mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala hipertensi - Keluarga Pasien mampu menjelaskan tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi



- Keluarga Pasien mampu menjelaskan tentang diet yang harus diberikan kepada penderita yang mengalami penyakit hipertensi. Kemudian kaji persepsi keluarga pasien tentang pentingnya melaksanakan diet tersebut. - Keluarga Pasien mampu menjelaskan tentang manfaat diet bagi penderita hipertensi. 3. Penatalaksanaan Melakukan penatalaksanaan : - Melakukan sesi pengajaran tentang penyakit hipertensi yang mencakup pengertian, penyebab, gejala hipertensi, cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi, diet yang dapat diberikan kepada pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi.



HIPERTENSI Pengertian Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini



berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).



Jenis-Jenis Hypertensi Jenis-jenis hipertensi adalah: a. Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140 – 159 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 90 – 95 mmHg b. Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160 – 179 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 100 – 109 mmHg c. Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180 – 209 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 110 – 120 mmHg



Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001) 1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :



a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ) c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).



Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 2005). 1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika



tekanan



arteri



tidak



terukur.



2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan lansia yang mencari pertolongan medis.



Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas



akibat



komplikasi



kardiovaskuler



yang



berhubungan



dengan



pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh c) Penurunan berat badan d) Penurunan asupan etanol e) Menghentikan merokok f) Diet tinggi kalium b. Latihan Fisik



Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : e) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain f) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 7287 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur g) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan h) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu. c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : a). Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. b). Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks. d. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)



Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga lansia dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi : 5)



Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor.



6)



Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan d) Dosis obat pertama dinaikan e) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama f) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator



7)



Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh c) Obat ke-2 diganti



d) Ditambah obat ke-3 jenis lain 8)



Step 4 : alternatif pemberian obatnya c) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 d) Re-evaluasi dan konsultasi.



Komplikasi Komplikasi hipertensi antara lain: a. Penyakit jantung (gagal jantung) b. Penyakit ginjal (gagal ginjal) c. Penyakit otak (stroke) Proses Asuhan Keperawatan Pada Tn A Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Melur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Pada Tanggal 24 Februari 2014 I. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien



Nama



: Tn. A



Umur



: 42 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-Laki



Tanggal



: 24 Februari 2014



Diagnosa Medis : Hipertensi Alamat



: Pasar Melintang



Suku



: Batak



Agama



: Islam



1. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Keluhan Utama



Saat pengkajian pasien mengeluh kepalanya pusing dan nyeri, tangan dan kaki kesemutan, badan terasa lemah, cepat lelah jika beraktivitas dan tidak bisa tidur. b. Alasan masuk rumah sakit Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala kuat sehingga pada tanggal 24 februari 2014 pasien masuk rumah sakit karena nyeri kepala tidak hilang 2. Riwayat kesehatan masa lalu Pasien sudah pernah masuk rumah sakit karena penyakit hipertensi sebulan yang lalu 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan bahwa ayah dan ibunya juga menderita penyakit Hipertensi sama dengan pasien.



4. Genogram



5. Pola Nutrisi Selama dirumah : Pasien makan 3-4 x/hari dengan porsi cukup habis



Masuk rumah sakit : Pasien makan 2 x/hari dan tidak habis hanya setengah porsi karena tidak ada nafsu makan 6. Pola Minum Selama di rumah : Pasien minum air putih 7 gelas / hari Selama di rumah sakit : Pasien minum air putih 5 -6 gelas / hari 7. Pola istirahat tidur Selama di rumah : pasien tidur 7-8 jam / hari dengan nyenyak Selama di rumah sakit : pasien tidur 3-4 jam/ hari dan sering terbangun karena sakit kepala 8. Pola aktivitas Selama di rumah : Dapat melakukan aktivitas secara mandiri tetapi mudah lelah dan pusing Selama di rumah sakit : aktivitas dibantu keluarga sebagian ; kekamar mandi, makan, dan ganti pakaian 9. Pola kebersihan Selama di rumah : Pasien mandi 3 x sehari Masuk rumah sakit : Pasien mandi 2 xsehari dibantu oleh keluarganya dengan dilap air hangat. 10. Pola Eliminasi Selama dirumah : BAB 1-2 x / hari



BAK 4 x/ hari



Selama di rumah sakit : BAB belum ada dalam 2 hari



BAK 4x/ hari



11. Pola Nyeri P



: Pada saat bangun



Q



: tertusuk tusuk



R



: Kepala



S



: berat 7



T



: sering



12. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum : a. Keadaan Umum



: GCS : E=4



V=5



b. Kesadaran



: compos mentis



M=6



c. Tanda-tanda vital



: TD = 170 / 110 mmHg RR = 20 X/ menit T = 36,5 0c N = 70 x/ menit



d. Skala Nyeri : 7 e. Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 1)



Kepala : Bentuk simetris, rambut lurus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan.



2)



Wajah : Bentuk wajah bulat, alis simetris dan agak tipis.



3)



Mata : Mata simetris, Sklera non ikterik, konjungtiva non anemis, reaksi pupil isokor.



4)



Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi dan tidak terdapat serumen.



5)



Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, dan penciuman baik.



6)



Mulut : Bibir simetris dan agak mukosa bibir kering, tidak terdapat radang mukosa, dan pada tengggorokan tidak terdapat pembengkakan.



7)



Abdomen : Inspeksi : Bentuk abdomen datar Perkusi : terdengar suara normal timpani Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan Auskultasi : terdengar bising usus 7 x/ menit



8)



Dada Paru-paru Inspeksi : Bentuk dada simetris Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan Perkusi : terdengar bunyi dullnes pada daerah ( ICS 1 – ICS 7 ) Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler pada lapang paru-paru ( ICS 1ICS 7 ) Jantung :



Inspeksi : terlihat pulsasi Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5 Perkusi : terdengar bunyi dullnes di ICS 1 – ICS 7 Auskultasi : Terdengar bunyi Lup dup Integumen : warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi dan tangan kulit elastis 12. Data Psikologi Konsep diri : Pasien terkadang tidak mau di ajak bicara dan terkadang tidak mau menjawab pertanyaan perawat Status emosi : Klien dapat mengendalikan emosinya Gaya komunikasi : Menggunakan bahasa Verbal Pola koping : Pasien terkadang menutup diri dan dalam pemecahan masalahnya meminta pendapat dengan anaknya Pola interaksi : Klien berinteraksi dengan keluarga dan perawat 13. Data Sosial Pendidikan



: Klien tamat SMP



Pekerjaan



: Swasta



Hubungan sosial : Klien bersosialisasi dengan masyarakat Gaya hidup



: Klien jarang berolahraga dan tidak memperhatikan pola



makannya 14. Data Spiritual Klien beragama islam Selama di rumah sakit : Klien rajin sholat tepat waktu Selama di rumah sakit : Klien tidak pernah sholat 15. Data Penunjang Pemeriksaan Laboratirium tanggal 24 Februari 2014 HB



11.2



Gr β„…



Lk: 14-18 Pr: 12-18



Leukosit



3,670



mm3



4000-11000



Eritrosit



4,8



Juta mm3



Lk:4,5-5,5 pr: 4,5



Trombosit



338.000



Mm3



150.000-400.000



Hematokrit 35



%



Lk: 40-50 pr: 31-45



16. Therapy : 1. IVFD RL 20 tpm 2. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv) 3. Amlodipine 1x 10 Mg tab 4. Captopril 2Γ—1 25 mg tab Analisa Data No. Data fokus 1. DS: Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hipertensi DO: - Tekanan darah meningkat TD = 170/110 mmhg



Etiologi Gaya hidup, umur, jenis kelamin, obesitas



masalah Intoleransi aktifitas



TD meningkat Penurunan daya regang pembuluh darah Sistemik Vasokontriksi After Load meningkat COP menurun



2.



3.



DS: Keluarga klien mengatakan klien merasa sakit kepala yang sangat hebat DO: Klien meringis sampai menangis menahan sakit kepala yang dirasakan TD: 170/100 mmHg ADL klien sedikit terhambat DS:



Intoleransi aktifitas Tekanan darah meningkat otak



Gangguan rasa nyaman nyeri kepala



resistensi pembuluh darah otak tekanan pembuluh darah meningkat nyeri kepala



Peningkatan tekanan vaskular Gangguan pola



Keluarga klien mengatakan klien tidak tidur semalaman dan terus merasakan sakit kepala nya. DO: TD: 170/100 mmHg Mata klien tampak cekung



F.



Serebral



istirahat



Saraf simpatis Tidak mampu mengatasi Nyeri Gangguan pola istirahat



Diagnosa keperawatan 1. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output 2. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral 3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri.



II.



Intervensi Keperawatan



No. Diagnosa Tujuan Intervensi 1. Intoleransi aktifitas Tidak terjadi intoleransi aktifitas 1. Kaji toleransi pas aktivitas dengan berhubungan penurunan setelah dilakukan tindakan parameter : frekwen cardiac output keperawatan selama 2 x 24 jam DS:



Tujuan jangka panjang:



Keluarga klien Berpartisipasi dalam aktivitas yang mengatakan klien menurunkan tekanan darah/beban mempunyai riwayat kerja jantung dan menunjukkan 2. hipertensi penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas DO : Tujuan jangka pendek: TD klien meningkat -



TD = 170/110 mmhg



Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari



3. 4.



5.



2.



menit diatas frekw catat peningkatanTD, nyeridada, kelelaha kelemahan, berkerin pingsan. Kaji kesiapan untuk aktivitas contoh kelemahan / kelelah frekwensi nadi, perhatian padaak perawatan diri Dorong aktivitas/toleransi pe Berikan bantuan ses dan anjurkan peng mandi, menyikat g dengan duduk dan se Dorong pasien unt dalam memilih period



Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Mempertahankan nyeri kepala berhubungan keperawatan selama 1Γ—24 jam dengan selama fase akut dengan peningkatan criteria: 2. Berikan vascular serebral nonfarmakologis menghilangkan sa Tujuan jangka panjang: mis. Kompres ding DS: pijat punggung Klen dapat kembali beraktifitas redupkan lampu k Keluarga klien dengan normal relaksasi, dan aktiv mengatakan klien merasa senggang sakit kepala yang sangat Tujuan jangka pendek: 3. Kolaborasi dalam hebat analgesic - Keluarga klien mengatakan sakit kepala yang dirasakan klien 4. Meminimalkan DO: berkurang. stimulasi/meningaka relaksasi Klien meringis sampai menangis menahan



sakit kepala yang dirasakan Tekanan Darah : 170/100 mmHg



3.



ADL klien sedikit terhambat Gangguan pola istirahat Setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan keperawatan selam 1Γ—24 jam, dengan ketidakmampuan criteria: mengatasi nyeri Tujuan jangka panjang: DS: Tidak mengalami lagi gangguan pola Keluarga klien aktifitas mengatakan klien tidak tidur semalaman dan terus Tujuan jangka pendek: merasakan sakit kepala - Keluarga klien mengatakan klien nya. DO: -



1. Batasi jumlah pen lamanya tinggal 2. Kolaborasi dalam antihistamin 3. Membacakan aya sebelum waktu tidur 4. Agar klien dapat ist



tidak terbangun lagi pada malam hari.



Tekanan Darah : 170/100 mmHg Mata klien tampak cekung



III. Evaluasi



No Hari/tgl Dx kep Implementasi 1. Senin, Intoleransi aktifitas Pukul 08. 00 wib 24 berhubungan penurunan cardiac Mandiri: Februari 2014 output -memantau tekanan darah,



Puk S= ukur -



tangan/paha, untuk evaluasi awal



dihi



-mencatat keberadaan, kualitas denyutan -



K



sentral dan perifer



-



K



-mengauskultasi tonus jantung dan bunyi -



K



nafas



K



-



-mengamati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisiaan kapiler -mencatat edema umum dan tertentu



K



O= -



K



-memberikan lingkungan tenang, nyaman, -



K



kurangi aktivitas/keributan lingkungan



-



K



-mempertahankan pembatasan aktifitas



-



T



-melakukan tindakan yang nyaman



TD:



-menganjurkan tekhnik relaksasi, panduan ND: imajinasi, aktivitas pengalihan



RR:



-memantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.



-



Kolaborasi:



-



-memberikan obat-obatan sesuai indikasi -



-memberikan pembatasan cairan dan diit Ron natrium sesuai indikasi.



A=



Mas



lem 95



(ela



bisin



:Ron P=



Inte



2



Kamis, Nyeri/ sakit kepala berhubungan Pukul 12. 00 wib Puk 27 dengan peningkatan vascular Mandiri: S: Februari serebral 2014 -mempertahankan tirah baring selama fase k aktif



-



-memberikan tindakan non farmokologis mel untuk menghilangkan sakit kepala



-



k



-menghilangkan



minimal



aktifitas -



K



vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.



lagi.



-membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.



mun



-memberikan



cairan,makanan O:



lunak,perawatan mulut



yang teratur bila -



K



terjadi pendarahan hidung.



-



k



Kolaborasi:



-



k



-memberikan obat sesuai dengan indikasi -



T



analgesic.



TD:



-Anti ansientas.



RR:



ND: -



tam



tida dan A= dan



120 -



tida



vent



fung P=



Inte 3



Jumat, Gangguan pola 28 berhubungan Februari 2014 ketidakmampuan nyeri



istirahat Pukul 09. 00 wib Mandiri:



Puk



dengan -mengkaji respon pasien terhadap aktivitas, S: mengatasi perhitungan



frekuensi



nadi



lebih



20x/menit di atas frekuensi istirahat



dari -



K



-



K



-Instruksikan



pasien



penghematan energy



tentang



teknik -



K



-



K



-memberikan dorongan untuk melakukan O: aktifitas perawatan diri terhadap jika dapat -



k



di toleransi



-



k



-



k



-



T



-



T



-



N



-



R



-



T



-



T



-



T



-



h



kiri,



adan A:



Mas dan



x/I,R



kele



pem



pem



jant



P=in



Evaluasi Penatalaksanaan Discharge Planning pada Pasien Hipertensi di Ruang Melur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam PASIEN I A. Identitas Diri Klien Nama : Tn. D Umur : 48 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 24 Februari 2014 Diagnosa Medis : Hipertensi Alamat : Tumpatan Suku : Jawa Agama : Islam B. Kesiapan Awal Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada anak untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi keluarga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan. Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



C. Kesiapan Akhir Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada pasien untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



Keterangan : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………



Evaluasi Penatalaksanaan Discharge Planning pada Pasien Hipertensi di Ruang Melur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam PASIEN I D. Identitas Diri Klien Nama : Tn. H Umur : 40 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 26 Februari 2014 Diagnosa Medis : Hipertensi Alamat : Lubuk Pakam Suku : Jawa Agama : Islam E. Kesiapan Awal Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada anak untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan. Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



F. Kesiapan Akhir Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada pasien untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



Keterangan : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………



Evaluasi Penatalaksanaan Discharge Planning pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Ruang Melur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam PASIEN I G. Identitas Diri Klien Nama : Ny. W Umur : 39 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 28 Februari 2014 Diagnosa Medis : Penyakit Jantung Koroner Alamat : Galang Suku : Batak Agama : Kristen H. Kesiapan Awal Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang Penyakit Jantung Koroner. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan Penyakit Jantung Koroner. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada anak untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan. Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan anak yang sedang mengalami penyakit Penyakit Jantung Koroner Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



I. Kesiapan Akhir Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang Penyakit Jantung Koroner. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan Penyakit Jantung Koroner. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada pasien untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit Penyakit Jantung Koroner Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



Keterangan : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………



Evaluasi Penatalaksanaan Discharge Planning pada Pasien Hipertensi di Ruang Melur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam PASIEN I J. Identitas Diri Klien Nama : Ny. T Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 16 Februari 2014 Diagnosa Medis : Hipertensi Alamat : Beringin Suku : Jawa Agama : Islam K. Kesiapan Awal Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada anak untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan. Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan anak yang sedang mengalami penyakit hipertensi Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



L. Kesiapan Akhir Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala hipertensi. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada pasien untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit hipertensi Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



Keterangan : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………



Lampiran 10 FORMAT RESUME KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI PEMULANGAN PRE DAN POST DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PASIEN I M. Identitas Diri Klien Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tanggal : Diagnosa Medis : Alamat : Suku : Agama : N. Kesiapan Awal Pasien Menghadapi Pemulangan Sebelum dilakukan Discharge Planning Pengetahuan tentang anjuran pengobatan untuk setiap jenis obat (dosis, sebelum/sesudah makan, jadwal pemakaian obat). Keinginan untuk mengikuti aturan pengobatan sesuai dengan anjuran (dosis, sebelum/sesudah makan, jadwal pemakaian obat). Pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya yang perlu dikenali pasien dan keluarga. Pengetahuan tentang diet yang harus diberikan kepada pasien untuk meningkatkan kesehatan.



Keinginan dan motivasi keluarga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan. Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit gangguan system pernafasan Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



O. Kesiapan Akhir Pasien Menghadapi Pemulangan Setelah dilakukan Discharge Planning Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang penyakit gangguan system pernafasan. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang factor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit gangguan system pernafasan. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala penyakit gangguan system pernafasan. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang diet yang harus diberikan kepada pasien untuk meningkatkan kesehatan. Keinginan dan motivasi kelurga pasien memberikan gizi yang baik untuk kesehatan Pengetahuan pasien tentang pentingnya melakukan control secara rutin untuk memantau kesehatan. Pengetahuan keluarga pasien tentang cara perawatan pasien yang sedang mengalami penyakit penyakit gangguan system pernafasan



Pengetahuan dan persepsi keluarga pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan.



Keterangan : …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………