Laporan Praktek Lapangan Di Perusahaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi saat ini menuntut mahasiswanya agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada. Kemajuan teknologi yang pesat telah membuat kemajuan besar di industri. Sehingga dibutuhkan skill yang lebih baik agar mahasiswa dapat bersaing dengan dunia kerja. Kemampuan dan keterampilan yang aplikatif khususnya diperlukan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang ditekuninya. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan ynag diruuskan dalam program pendidikan terpadu (Link and Match) antara perguruan tinggi dan perusahaan. Program ini dijalankan dengan mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan praktek industry (PI) pada bidang perusahaan yang sesuai dengan bidang kajian yang dipilih mahasiswa, sehingga mahasiswa mengetahui gambaran nyata aplikatif ilmu yang dipelajarinya dalam dunia kerja. Praktik Industri (PI) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa S-1 Program Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya. Selain untuk memenuhi kewajiban akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan mengenai dunia kerja sehingga mahasiswa akan mampu mengatasi ketatnya persaingan di dunia kerja. Dijaman yang semakin maju persaingan dunia industri semakin ketat hampir disemua bidang termasuk maritim. PT. PAL Indonesia (Persero) sebagai salah satu badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang industri maritim dan merupakan pabrik galangan kapal terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Agar dapat terus mempertahankan posisinya dalam pasar yang ada, PT. PAL Indonesia (Persero) ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai serta dukungan keryawan yang terampil dan terlatih. Sarana dan prasarana yang digunakan sudah menggunakan kemajuan tekhnologi saat ini. Sehingga efisiensi proses produksi dan kualitas hasil produksi kapal khususnya dapat selalu terjaga. Perusahaan perkapalan ini merupakan salah satu sektor yang juga penting perannya dalam perkembangan industri-industri indonesia yang berfungsi sebagai penyedia jasa dan produk dalam bidang transportasi laut berupa kapal. Baik kapal untuk transportasi biasa, kapal selam sampai dengan kapal perang untuk TNI-AL PT. PAL Indonesia (Persero) juga melebarkan cakupan produksinya menghasilkan barang non kapal yang mampu dijual untuk umum 1



agar dapat menambah pendapatan perusahaan dan menjaga kestabilan dari perusahaan itu sendiri. Diantaranya yaitu melaksanakan proyek galangan minyak lepas pantai, proyek perbaikan dan pemeliharaan rekayasa. Dari uraian diatas, maka pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai proses produksi di PT. PAL Indonesia (persero) dengan mengambil judul “PROSES REFURBISHMENT/PERBAIKAN PADA MP1000 BOWL DIVISI REKAYASA UMUM DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO)”. B. Tujuan Praktik Industri Tujuan dari pelaksanaan praktik industri ini adalah : a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aplikasi dari suatu teori yang diberikan saat perkuliahan di dunia industri, serta mampu menyerap dan diberikan pada dunia kerja. b. Menumbuhkan dan menciptakan pola pikir dan memahami sistem kerja di dunia kerja dan mampu melakukan pendekatan masalah yang terjadi didalamnya secara lebih relevan. c. Mahasiswa mengetahui proses produksi yang dilakukan disuatu perusahaan/industri. d. Menumbuhkan dan menciptakan pola pikir konstruktif, serta memahami permasalahan yang terjadi didalam aplikasi teknologi permesinan. e. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kriteria kelulusan S-1 Program Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya. f. Mempelajari proses perbaikan pada bowl oleh PT.PAL Indonesia (persero). g. Mengetahui proses produksi dan alur machining pada bowl di PT.PAL Indonesia (persero). C. Manfaat Praktik Industri Adapun manfaat kegiatan praktik industri (PI) di PT.PAL Indonesia (Persero), yaitu sebagai berikut : 1) Bagi perguruan tinggi Sebagai tambahan referensi khusunya mengenai perkembangan industri di Indonesia maupun proses dan teknologi yang mutakhir yang dapat digunakan oleh pihak–pihak yang memerlukan diperguruan tinggi.



2



2) Bagi perusahaan Hasil analisis dan temuan–temuan yang terjadi selama praktik industri menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang. 3) Bagi mahasiswa a) Mahasiswa mendapatkan pelajaran baru terkait pengalamanpengalamanyang belum didapatkan didunia perkuliahan. b) Mahasiswa akan lebih siap untuk menghadapi tuntutan dunia kerja. D. Batasan masalah Dalam laporan kerja di PT.PAL Indonesia (persero) ini penulis hanya akan menjelaskan mengenai kegiatan selama ditempat magang dan juga ditambah dengan data–data yang didapat dari perusahan. E. Metode Penyusunan Laporan Laporan ini disusun berdasarkan metode–metode pengumpulan informasi atau data. Metode–metode tersebut meliputi antara lain : 1. Observasi (pengamatan) Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan secara langsung melakukan pengamatan terhadap kegiatan benda kerja yang dilakukan. 2. Wawancara Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang belum dimengerti kepada pembimbing lapangan dan operator yang bertugas.



3



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. Definisi NC dan CNC Sebuah mesin NC ialah mesin yang menggunakan NumericalControl tetapi tidak mempunyai memory storage dan akan kehabisan pita setiap waktu mesin melakukan cycle. Sedangkan mesin CNC sudah mempunyai memory storage dan program yang sudah dibuat dapat disimpan dalam control mesin tersebut.Mesin NC ialah nenek moyang dari mesin - mesin industri modern yang ada sekarang ini tetapi sekarang sudah tidak dipakai lagi karena sudah ketinggalan zaman. Dan tidak efisien dibandingkan denganmesin CNC.Mesin Milling CNC adalah mesin milling dimana pergerakan meja mesin (sumbu X dan Y) serta spindle(rumah cutter) dikendalikan oleh suatu program. Program tersebut berisi langkah-langkah perintah yang harus dijalankan oleh mesin CNC. Program tersebut bisa dibuat langsung pada mesin CNC (huruf perhuruf,angka per angka), yang hasil programnya disebut dengan program NC, atau dibuat menggunakan PC plus software khusus untuk membuat program NC. Program seperti ini disebut dengan CAM.Kelemahan pembuatan program NC dengan cara manual pada mesin CNC adalah waktu yang dibutuhkan sangat lama. 1. Sistem Operasi CNC Dalam mesin CNC kita mengenal beberapa sistem kendali, yang umum digunakan dalam sistem operasionalnya yaitu : A. Numerical Control (NC) :Pengontrolan secara numeric. B. Computerized Numerical Control (CNC) :Pengontrolan secara numeric dengan komputer. C. Direct Numerical Control (DNC) :Pengontrolan numeric secara langsung. D. Computer Aided Design (CAD) :Perangkat perencanaan desain gambar pada komputer. E. Computering Intregated Manufacturing :Pengaturan (CIM) menggunakan komputer terpadu.



4



2. Sistem Koordinat Koordinat pada mesin CNC Milling paling sedikit memiliki tiga koordinat seperti pada gambar di bawah ini :



Gambar 2.1 Sumbu Koordinat Sumber : (www.scrib.co.id) - Sumbu X bergerak kearah horizontal -Sumbu Y bergerak kearah melintang -Sumbu Z bergerak kearah vertical Dalam pembuatan program di kenal dengan perpindahan koordinat Absolute(G90) dan perpindahan koordinat Incremental(G91) dengan pengertian apabila kita menggunakan absolute(90) maka perpindahan dari A ke B maka titik nolnya tidak akan berubah,sedangkan apabila kita menggunakan Incremental(G91) maka perpindahan A ke B titik nolnya berubah.



3. Metode pemrograman a) Pemrograman On Line Operator mengetik program kerja dengan tombol mesin. b) Pemrograman Dialog Pada Mesin Operator terlebih dahulu menjawab pertanyaan alamat sebelum memulai aturan berikutnya. c) Pemrograman Eksternal



5



Operator mengetik program dalam kode G130 pada sebuah teletyte untuk membuat pita berlubang.



d) Pemrograman Computer External Diperlukan perangkat CAD / CAM seperti Auto cad, Mastercam , dan Delacam untuk fasilitas membuat desain menggambar bentuk profil dengan yang postprocessor terdapat pada perangkat CAD / CAM,maka gambar akan diterjenahkan ke bahasa program. 4. Bahasa pemrograman Beberapa bahasa pemrograman yang banyak dijumpai adalah: a). GTL Dipakai pada pemrograman CNC, sistem ini juga dipakai untuk tujuan lain seperti ca, routing, dan perencanaan kapasitas. b). Compact II Compact II adalah bahasa pemrograman universal, dipakai pada komputer sendiri maupun time sharing. c). Mini APT Bahasa pemrograman untuk benda kerja yang jenisnya banyak. d). Miturn Miturn dipakai pada program kerja turning atau bubut. e). Kode G / Gcode



5. G - code G-code digunakan untuk perintah kerja ke mesin CNC yang disusun sedemikian rupa pada program NC yang kemudian diterjemahkan oleh CPU mesin, kemudian mesin tersebut akan bergerak secara terprogram. G-code juga disebut preparatory code, dan semua kata dalam program CNC yang diawali dengan huruf G. umumnya ini adalah sebuahkode yang mengisyaratkan tool mesin tipe pergerakan apa yang akandilakukan. 6



6. M-Code M-code mengatur keseluruhan dari mesin tersebut, memerintahkan untuk berhenti, memulai menyalakan cooling, dll. Mesin yang lain pun memakai kode yang sama untuk melakukan fungsi yang berbeda. Daftar bagian dariM-code : M0 = Program Stop (non-optional) M1 = Optional Stop, machine will only stop if operator selects this option M2 = End of Program M3 = Spindle on (CW rotation) M4 = Spindle on (CCW rotation) M5 = Spindle off M30 =End of program/rewind tape



7. Aplikasi Program CNC Milling a. Pemasangan Tool 1. Isi tabung kompresor. 2. Gerakkan spindle. 3. Tekan tombol Tool Clam/ Unclam dan pada waktu yang bersamaan masukkan holder pada Tool Shank. b. Proses setting 1. Bersihkan blok, ragum, dan komponen tank. 2. Letakkan paralel pada ragum untuk mensejajarkan dan meninggikan benda kerja dari mulut ragum agar ragum aman dari pisau. 3. Pasang benda kerja dengan ragum. 4. Pastikan permukaan bagian bawah benda kerja menempel pada paralel dengan memukulnya dan kencangkan ragum. c. Menentukan Start Point 1. Gerakkan tool ke posisi yang diinginkan. 2. Tekan tombol REL. 7



3.



Pilih axis yang ingin disetting kemudian tekan tombol : - X 0 INPUT - Y 0 INPUT - Z 0 INPUT



4. 5. 6.



Tekan Offset Setting. Pilih work pada menu soft key. Masukkan nilai nol pada axis di daerah kerja G54 dengan menekan tombol : X – NOL – MEASURE Y – NOL – MEASURE Z – NOL – MEASURE



B. PWHT (Post Weld Heat Treatment) Dalam dunia fabrikasi proses pengelasan merupakan hal yang paling sering digunakan untuk menyambung material. Pada proses pengelasan terjadi pencairan material dan pendinginan subsequent yang menimbulkan tegangan sisa (residual stress) pada weld zone dan heat affected zone (HAZ) dimana akan menjadi masalah terjadinya Crack pada area las. PWHT dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi besarnya tegangan sisa yang terjadi akibat proses pengelasan. proses ini dilakukan wajib pada proyek proyek Oil & Gas, Petrochemical, Power Plant, dll. Dengan merujuk pada suatu standard code design atau code construction yang berlaku internasional, seperti ASME Section VIII untuk fabrikasi tanki, pressure vessel dan ASME B 31.3 untuk pipa pada Piping Process. Proses PWHT untuk yang dikerjakan di site disebut Lokal PWHT karena mesin PWHT dibawa ke lokasi proyek. Pada prinsipnya proses heat treatment untuk PWHT sering dinamakan Stress Relieving, dimana weld zone & HAZ dipanaskan sampai suhu sekitar 575 C - 625 C atau dibawah suhu transformasi 723 C untuk material Carbon Steel, dan dilakukan penahanan (holding time) pada suhu +/- 25 dari 600 C selama 1 jam (tergantung prosedur yang telah ditentukan).Langkah-langkah proses Local PWHT pada Pipe Spool untuk Well Head Platform B - Modification: 1. Pemasangan Heater. 2. Dilindungi oleh Blanket Wool (Ceramic Fiber). 3. Mesin PWHT& Chart Record 8



Setelah proses holding time maka suhu diturunkan perlahan sampai 200 C 300 C dan power mesin dimatikan, lalu blanket dibuka untuk proses pendinginan. setelah dingin dilakukan Hardness Test untuk melihat kekerasan dan acceptance criteria maksimum 248 HV. 4. Hardness Test. Parameter parameter dalam PWHT yang perlu dijaga adalah : a) Heating rate. b) Holding temperature. c) Cooling Rate. Persiapan sebelum PWHT : Dalam melakukan PWHT banyak hal yang harus diperhatikan agar tujuan dari PWHT ini dapat tercapai. Faktor penting yang harus diperhatikan diantaranya : 1. Expansion area. :Karena proses panas akan mengakibatkan terjadinya pemuaian dan expansi material maka harus di perhatikan bahwa saat stress relieve material tersebut tidak mengalami restraint. 2. Insulasi : Saat element sudah terpasang dengan benar maka area disekitar (adjacent) element harus ditutup dengan wool atau ceramic fiber untuk menjaga kestabilan suhu. 3. Cleaning Material : Material harus bersih dari segala grease, oil. 4. Support material : Proses pemanasan akan mengakibatkan terjadinya pelunakan material. Dengan adanya gaya gravitasi maka material yang akan di PWHT harus diberikan support sehingga tidak terjadi distorsion. C. NDT (Non Destructive Test) Untuk menunjang kinerja dari divisi Rekayasa Umum , baik dalam skala kecil maupun besar pihak dari PT.PAL Indonesia (Persero) sudah menyediakan berbagai peralatan sarana dan penunjang yang dipergunakan dalam pengerjaannya. Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam proses perbvaikan Bowl MP 1000 PT. Metso Minerals di departemen Machining dan Assembly yang ada di Divisi General Engineering di PT.PAL Indonesia (persero) antara lain sebagai berikut : Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance. Material pesawat diusahakan semaksimal mungkin 9



tidak mengalami kegagalan (failure) selama masa penggunaannya.NDT dilakukan paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan diakhir proses fabrikasi, untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui tahap-tahap fabrikasi. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua, NDT dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya. Metode utama Non Destructive Testing meliputi: 1. Visual Inspection Sering kali metode ini merupakan langkah yang pertama kali diambil dalam NDT. Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi. Dalam hal ini tentu saja adalah retak yang dapat terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar. 2. Liquid Penetrant Test Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskousitas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Seusai inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer. Kelemahan dari metode ini antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterapkan pada komponen dengan permukaan kasar, berpelapis, atau berpori. 3. Magnetic Particle Inspection Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik dapat diketahui. Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medamagnet akan menyebabkan kebocoran Kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk material ferromagnetik. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi. 10



4. Ultrasonic Inspection Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang ditransmisi atau dipantulkan diamati dan interpretasikan. Gelombang ultrasonic yang digunakan memiliki frekuensi 0.5 – 20 MHz. Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi pada material. Gelombang ultrasonic ini dibnagkitkan oleh tranducer dari bahan piezoelektri yang dapat menubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik kemudian menjadi energi listrik lagi.



Gambar 2.2 Gelombang Ultrasonic Transducer Sumber : (www.scrib.co.id) 5. Radiographic Inspection Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film ini lah yang akan memeprlihatkan bagian material yang mengalami cacat. Untuk melihat cacat crack pada bowl PT.Metso pihak PT.PAL Indonesia (persero) menggunakan metode NDT berupa metode magneting test inspection.



11



BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PI DAN PEMBAHASAN



A. Sejarah Perusahaan Pada tahun 1822 gubernur jendral V.D Capellen membentuk suatu komisi penyelidik tempat dan sarana, guna keperluan pendiri Marine Establishment di bagian timur jawa, tetapi saran – saran tersebut tidak dilaksanakan. Pada 1837 dibentuk komisi baru yang tugasnya sama, komisi menghasilkjan kesimpulan yang menyatakan bahwa daerah Ujung Surabaya adalah daerah yang memenuhi syarat untuk tempat mendirikan daerah tempat industri perkapalan. Pada tahun 1846 dimulai embangunan dock apung kayu yang dipasang di Surabaya. Pekerjaan selesai pada tahun 1849, setelah itu rencananya bertahap dibangunlah bengkel khusus yang berkaitan dengan pekerjaan kayu. Demikian pembangunan perumahan untuk personalia. Fasilitas bagi perbaikan mesin – mesin kapal yang dinamakan ve der marine screemwezen, pabrik tersebut terletak disebelah selatan kota Surabaya. Kemudian sejak tahun 1884, pabrik tersebut pindah ke ujung (Surabaya) dan selesai pada tahun 1891. Sarana tersebut diresmikan menjadikan milik pemerintah Hindia Belanda dengan nama Marine Establishment (ME) dengan lembar nomor 22/1939 pada tahun 1939. Tugas ME adalah melaksanakan semu pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan kapal – kapal laut yang digunakan sebagai armada angkatan laut Belanda yang menjaga kepentinan – kepentingan kolonialnya. Karena selama perang pasifik berlangsung, kapal – kapal sekutu banyak yang mengalami kerusakan akibat perang. Pada tahun 1942, pemerintah Hindia Belanda takluk menyerah kepada tentara jepang (Dai Nipoon), setelah itu ME berubah menjadi KAIGUNSE 21- 24 BUTAI, dimana mempunyai tugas tetap seperti ME, namun pada perbaikan – perbaikan kapal perang milik jepang. 12



Ketika perang dunia ke II, KAIGUNSE 21 – 24 BUTAI, diambil alih oleh pemerintahan Belanda. Mulai 1 Maret 1947, ME diganti namanya menjadi Admiralteis bendrifj yang dipakai oleh direktur dibawah koordinasi Admiralteis Dien Senten di Belanda. Pada tahun 1949 setelah penyerahan kedaulatan pada pemerintah RI, ME dijadikan Penataran Angkatan Laut (PAL) dimana PAL dibawah pemerintah RI khusunya kementrian perhubungan. Pada tahun 1961, presiden RI Ir.Soekarno memberikan surat keputusan nomor 370 tertanggal 1 juli 1961 yang selanjutnya Penataran Angkatan Laut dipergunakan oleh AL RI yang diatur Menteri Pertahanan dan Keamanan Nasional. Tugas dan peranan PAL tetap yaitu mendukung pemeliharaan dan perbaikan kapal. PAL terus berperan dan berkembang sesuai dengan irama perkembangan teknologi dan mengalami perubahan pengelolaan seirama dengan perubahan politik pemerintahan saat itu. Jumlah karyawan PAL pernah mencapai 12.000 orang, ketika berstatus sebagai Komando Penataran Angkatan Laut (KONATAL) atau sebelum berstatus sebagai PERUMPAL pada tahun 1978. Pada tanggal 15 April 1980, pemerintah merubah status perusahaan daei perusahaan umum menjadi Perseroan Terbatas sesuai dengan akata no.12, yang dibuat oleh Notaris Hadi Moentoro,SH., PAL berubah menjadi PT.PAL Indonesia (Persero) hingga sekarang. Lokasi perusahaan berada di Ujung, Surabaya, dengan kegiatan utama memproduksi kapal perang dan kapal niaga, memberi jasa perbaikan kapal dan pemeliharaan kapal, serta rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan pemasaran. Kemampuan rancang bangun yang menonjol dari PT.PAL Indonesia (Persero) telah memasuki pasaran internasional dan kualitasnya telah diakui dunia. Kapal – kapal produksi PT.PAL Indonesia (persero) yang telah mendunia. B. Manajemen Perusahaan 1. Visi Menjadi perusahaan galangan kapal dan rekayasa berkelas dunia, terpercaya, dan bernilai tambah bagi para pemangku kepentingan. 2. Misi a. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mutu produk berstandar internasional dan penyerahan produk tepat waktu, serta meningkatkan pengelolaa perusahaan yang akuntabel dan transparan. b. Meningkatkan peran dalam mendukung program pertahanan dan keamanan nasional melalui penguasaan teknologi dan rancang bangun. c. Memberikan kemampu-labaan dan kesejahteraan secaraberkesinambungan bagi para pemegang saham, karyawan, pelanggan, mitra usaha, dan pengembangan usaha kecil. 3. Struktur Organisasi PT. PAL Indonesia 13



Menurut Surat Keputusan Nomor: SKEP/31/10000/XII/2017 yang disahkan padaa tanggal 20 Desember 2017 struktur organisasi di PT. PAL Indonesia (Persero) terdiri dari 5 Direktorat, Beberapa divisi dan Organisasi setingkat Divisi. Susunan elemen organisasi sebagai berikut : 1000 Direkorat Utama0



1200



1100 Sekretaris 0 Perusahaan



Satuan Pengawas0 Intern



1300 0 Divisi Perencanan Strategis Perusahaan



Management Representativ (MR)



2000 Direktorat 0 Pembangunan Kapal 2100 Divisi 0 Desain 2200 Divisi 0 Kapal Niaga 2300 Divisi 0 Kapal Perang 2400 Divisi 0 Kapal Selam 2500 Divisi 0 Pemasaran & Penjualan Bangkap PMT 3 PMT 2 PMT 1



Asisten Direktur Utama (ADU)



3000 0 Direktorat Rekayasa Umum & Harkan



4000 Direktorat 0 Keuangan



3100 Divisi 0 Rekayasa Umum 3200 Divisi 0 Pemeliharaan & Perbaikan



4100 Divisi 0 Perbendaharaan



3300 Divisi 0 Penjualan Rekumhar 3400 Divisi 0 Jaminan Kualitas 3500 Divisi 0 Supply Chain



4300 Divisi 0 Teknologi Informasi



5000 Direktorat 0 SDM & Umum



4200 Divisi 0 Akuntansi



PMT 3 PMT 2 PMT 1



Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. PAL Indonesia Sumber : (SDM PT. PAL Indonesia)



14



5100 Divisi 0 HCM & Command Madia 5200 Divisi 0 Kawasan 5300 Unit PKBL0



Keterangan: a. Direktorat Umum atau GeneralAffairs Bertugas untuk menjabarkan kebijakan direktur utama di bidang perencanaan dan pembinaan SDM, pembinaan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup maupun pembinaan organisasi dan metode serta menyelenggarakan kegiatan-kegiatan umum yang meliputi pengamanan perusahaan, kontrak, asuransi, dan hukum. b. Direktorat Keuangan atau Finance Bertugas pokok menyusun perencanaan, pengelolaan, administrasi, dan akuntansi keuangan perusahaan.



pengendalian,



c. Direktorat Rekayasa Umum dan Harkan atau General Engineering and Maintenance. Bertugas pokok untuk melaksanakan program pengembangan proyek-proyek non kapal sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh direksi secara berdaya guna dan berhasil guna mendapatkan nilai tambah dan keuntungan yang optimal serta mempersiapkan dan mengendalikan kebijakn bidang jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal serta perbaikan dan pemeliharaan kapal. d. Direktorat Pembangunan Kapal atau Ship building Bertugas pokok untuk menjabarkan kebijakaan direksi dalam menyelenggarakan pelaksanaan program pada beberapa divisi antara lain desain kapal, pembangunan kapal niaga, kapal perang dan kapal selam yang lainnya yang telah ditetapkan direksi. e. Direktorat SDM dan Umum Bertugas pokok untuk menjabarakan kebijakaan direksi dalam merencanakan dan mengevaluasi organisasi sesuai dengan perkembangan bisnis perusahaan, melaksanakan proses administrasi mutasi promosi dan rotasi dalam rangka peningkatan kompetensi diri sendiri dan penyegaran penugasan, dan merencanakan, mengelola, dan mengembangkan sistem pelatihan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.



15



Adapun penjelasan dari tugas masing-masing Divisi beserta bagan struktur Organisasi PT. PAL Indonesia (Persero) sebagai berikut: a. Divisi Kapal Niaga 1) Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal-kapal niaga sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal. 2) Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity. 3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyek) yang telah dibuat oleh Direktorat Pembanguan Kapal menjadi pelaksanaan proyek dan biaya proyek yang terperinci. 4) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien sesuai aspek QCDHSE. 5) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin. b. Divisi Kapal Perang 1) Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal-kapal perang maupun selain kapal perang sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal. 2) Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity. 3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyek) yang telah dibuat oleh Direktorat Pembanguan Kapal menjadi pelaksanaan proyek dan biaya proyek yang terperinci. 4) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien sesuai aspek QCDHSE. 5) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin c. Divisi Pemasaran dan Penjualan 1) Melaksanakan perencanaan pemasaran jangka panjang dan jangka pendek produk kapal dan non kapal. 2) Melaksanakan riset kapal, segmentasi pasar dan studi kelayakan terhadap produk kapal dan non kapal. 3) Melaksanakan pemasaran dan penjualan produk kapal dan non kapal



16



4) Melaksanankan pengembangan produk dan pengembangan pasar untuk mendukung produk baru 5) Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan proyek dalam aspek biaya dan kepuasan pelanggan. d. Divisi Rekayasa Umum 1) Melaksanankan perencanaan pembangunan produk-produk rekayasa umum sesuai kebijakan Direktur Rekayasa Umum. 2) Melaksanankan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity. 3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyek) yang telah dibuat oleh Direktorat Pembanguan Kapal menjadi pelaksanaan proyek dan biaya proyek yang terperinci. 4) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien sesuai aspek QCDHSE. 5) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin. e. Divisi Pemeliharaan dan Perbaikan 1) Melaksanakan perencanaan pemeliharaan dan perbaikan kapal maupun non kapal sesuai kebijakan Direktur Pemeliharaan dan Perbaikan. 2) Melaksanankan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity. 3) Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyek) yang telah dibuat oleh Direktorat Pembanguan Kapal menjadi pelaksanaan proyek dan biaya proyek yang terperinci. 4) Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien sesuai aspek QCDHSE. 5) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin. f. Divisi Jaminan Kualitas 1) Melaksanakan perencanaan pemeriksaan dan pengujian proyek-proyek yang sedang diproduksi. 2) Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian guna pengendalian dan jaminan mutu seluruh hasil produksi perusahaan.



17



3) Mengkoordinir kegiatan purna jual hasil produksi perusahaan selama masa garansi. 4) Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencapaian mutu produksi perusahaan. 5) Melaksanakan pengujian baik merusak maupun tidak merusak untuk material dan hasil proses produksi.



g. Divisi Pengadaan dan Pergudangan / Supply Chain. 1) Merencanakan kebutuhan material baik untuk mendukung proyek maupun operasional. 2) Mengkoordinir pelaksanaan pengadaan material sesuai kebutuhan material. 3) Mengkoordinir pengelolaan material pada lokasi penyimpanan. 4) Membuat perencanaan kebutuhan dana untuk menunjang kebutuhan material. 5) Mengelola sistem informasi material untuk menunjang unit kerja lain. h. Divisi Perbendaharaan. 1) Melaksanakan kebijakan pendanan perusahaan sesuai dengan dengan prinsip pengelolaan pendanaan dan perbankan yang berlaku. 2) Melaksanakan strategi optimalisasi return kinerja keuangan dan likuiditas perusahaan. 3) Melaksanakan analisa pasar keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam dalam rangka mengurangi risiko pasar keuangan. 4) Melaksanakan studi kelayakan kinerja keuangan proyek atau bidang usaha mandiri. 5) Melaksanakan pengelolaan invoicing dan penagihannya untuk menunjang optimaslisasi Cash Flow perusahaan. i. Divisi Akuntansi 1) Melaksanakan dan mempersiapkan kebijakan akuntansi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi dengan prinsip akuntansi yang berlaku. 2) Melaksanakan perencanaan dan pengendalian serta pengawasan atas biaya-biaya perusahaan dan investasi perusahaan.



18



3) Menyusun rencana kerja jangka pendek, menengah, dan panjang dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan perusahaaan. 4) Melaksanakan evaluasi dan analisa terhadap pengelolaan asset liabilities serta kinerja dari anak perusahaan dan kerja sama usaha lainnya. 5) Melaksanakan implementasi dan pengembangan software aplikasi bisnis perusahaan. j.



Divisi Teknologi Informasi 1) Melaksanakan perencanaan desain dan engineering untuk proyek - proyek yang sedang diproduksi. 2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang rancang bangun dan proses produksi. 3) Merencanakan dan mengembangkan sistem informasi untuk penunjang kegiatan yang berhubungan dengan rancang bangun dan penelitian. 4) Melaksanakan strategi di bidang teknologi, penelitian, dan pengembangan maupun bidang lainnya sesuai dengan pengarahan dan ketentuan Direksi. 5) Melaksanakan kegiatan Integrated Logistic Support untuk kapal-kapal yang diproduksi.



k. Divisi Kawasan Perusahaan 1) Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan dan pemeliharaan bangunan infrastrukturnya beserta anggarannya. 2) Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan dan pemeliharaan utilitas dan lingkungan hidup. 3) Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan keselamatan kerja. 4) Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan keamanan dan ketertiban. 5) Membina pengelolaan aset perusahaan. 4. Struktur Organisasi Divisi Rekayasa Umum



19



Gambar 3.2 Struktur Organisasi Rekayasa Umum Sumber : (SDM PT. PAL Indonesia) Dalam menjalankan kegiatannya PT. PAL Indonesia bagian rekayasa umum membawahi empat bagian departemen. Setiap departemen memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: a. Divisi Rekayasa Umum 1) Tugas Pokok a) Menjabarkan, menyusun strategi pelaksanaan kebijakan perusahaan beserta program kerja di bidang pembangunan proyekproyek non kapal dalam rangka menunjang kegiatan produksi dan operasional perusahaan. b) Merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan sumber daya untuk pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek-proyek non kapal.



2) Fungsi Merancang strategi di bidang rekayasa umum (produk-produk non kapal) secara berdaya guna dan berhasil guna, sehingga mendapatkan nilai tambah dan keuntungan yang optimal, yang meliputi: a) Pemasaran, penjualan, pembangunan produk-produk non kapal. b) Pengembangan desain rekayasa umum. c) Pengendalian pekerjaan proyek non kapal atau rekayasa umum. d) Membina dan mengendalikan pelaksanaan K3LH (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup) dan manajemen resiko di Divisi Rekayasa Umum. e) Merencanakan, mengendalikan, mengevaluasi biaya-biaya yang menjadi tanggung jawabnya. f) Melaksanakan peningkatan kinerja unit kerjanya dengan upaya improvement secara terintegrasi dan berkesinambungan. g) Membina dan mengembangkan hubungan internal dan eksternal perusahaan. h) Memimpin dan membina bagian yang menjadi tanggung jawabnya. b. Sekretaris Divisi Rekayasa Umum 1) Tugas Pokok



20



Menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan yang meliputi administrasi umum, administrasi personil dan kerumahtanggaan di lingkungan Divisi Rekayasa Umum. 2) Fungsi a) Mengelola dan mengembangkan kegiatan administrasi umum, administrasi personil, kerumahtanggaan, dan administrasi keuangan. b) Mengelola pemeliharaan asset, fasilitas dan sarana perkantoran di lingkungan Divisi Rekayasa Umum. c) Mengelola penyediaan sarana dan prasarana rapat di Divisi Rekayasa Umum. c. Departemen Perencanaan dan pengendalian 1) Tugas Pokok a) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dalam bidang perencanaan dan pengendalian proses produksi di bidang rekayasa umum. b) Menjabarkan, menyusun strategi pelaksanaan kebijakan Divisi Rekayasa Umum beserta program kerjanya dalam bidang perencanaan dan pengendalian proses produksi di bidang rekayasa umum.



2) Fungsi Merencanakan,mengkoordinir dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan operasional yang meliputi: a) Perencanaan produksi meliputi penjadwalan, menyusun work breakdown structure (WBS), perencanaan jam orang, perencanaan beban kerja dan perencanaan jam orang, perencanaan beban kerja dan perencanaan material. b) Penerbitan perintah pekerjaan kepada unit-unit kerja pelaksana produksi berupa PP/KT. (Perencanaan Pekerjaan/Kartu Tugas). c) Permintaan pengadaan material, pemastian ketersediaan material berdasarkan jadwal produksi, penerbitan dokumen-dokumen pendukung serta berkoordinasi dengan unit kerja terkait dalam pelaksanaannya. d) Pelaksanaan kegiatan pencatatan, pelaporan serta evaluasi terhadap realisasi pemakaian jam orang dan jam lembur.



21



e) Pengendalian terhadap pencapaian kemajuan produksi, pencatatan dan penyusunan laporan realisasi kemajuan pembangunan proyek secara periodik serta berkoordinasi dengan unit kerja terkait. f) Analisa dan evaluasi terhadap realisasi produksi setiap proyek dibandingkan dengan perencanaannya secara periodik. g) Kerja sama dengan fungsi bisnis dan pemasaran dalam menganalisa pesanan/ tinjauan kontrak. h) Pelaporan kegiatan dan pencapaian sasaran secara periodik. i) Evaluasi dan perencanaan kebutuhan tenaga (manpower planning) secara periodik beserta pengembangan kopetensinya. j) Pengelolaan dan pengendalian K3LH. k) Pengelola dokumen mutu (prosedur produksi) yang digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan proses produksi. 3) Mengkoordinasikan pengelolaan dan pengendalian dokumen sistem manajemen (mutu, lingkungan dan K3) di lingkungan Divisi Rekayasa Umum. d. Departemen Engineering 1) Tugas Pokok a) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dalam bidang rekayasa dan rancang bangun produk-produk rekayasa umum. “” b) Menjabarkan, menyusun strategi pelaksanaan kebijakan Divisi Rekayasa Umum beserta program kerjanya dalam bidang rekayasa dan rancang bangun produk-produk rekayasa umum sesuai ketentuan yang berlaku. 2) Fungsi a) Merancang strategi pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan rekayasa dan rancang bangun produk-produk rekayasa umum, yang meliputi penyusunan jadwal kegiatan desain, serta pembuatan gambar general arrangement, detail, dan shop drawing. b) Melaksanakan pekerjaan desain/rekayasa secara berdaya guna dan berhasil guna sehingga mendapatkan nilai tambah yang optimal dengan memperhatikan aspek QCDHSE (Quality, Cost, Delivery time, Healty, Safety, Environment). c) Memberikan dukungan terhadap keperluan tender/ penawaran, terutama yang berkaitan dengan pemeriksaan kelengkapan dokumen teknis.



22



d) Mengelola dan merawat tanggungjawabnya.



inventarisasi



Aset



yang



menjadi



e. Departemen Permesinan & Perakitan 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Divisi Rekayasa Umum di bidang permesinan dan perakitan dalam lingkup rekayasa umum secara berdaya guna dan berhasil guna, sehingga mendapatkan nilai tambah yang optimal dengan memperhatikan aspek QCDHSE. 2) Fungsi Merancang strategi pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan permesinan dan perakitan, yang meliputi : a. Penyiapan sumber daya (manusia, material, peralatan, dan dokumen kerja) untuk pelaksanaan pekerjaan. b. Pengendalian kualitas proses/ hasil produksi, jadwal/ waktu penyerahan, penggunaan jam orang, penggunaan peralatan/ fasilitas kerja, biaya pokok produksi dan biaya overhead. c. Pengalihan pekerjaan kepada pihak ketiga atas pertimbangan jadwal dan kapasitas berdasarkan data pendukung yang ada. d. Pengendalian pekerjaan sub kontraktor dari sisi kualitas dan jadwal serta pembinaan sub kontraktor yang menjadi mitra kerja Divisi Rekayasa Umum. 3) Melaksanakan pekerjaan permesinan dan perakitan secara berdaya guna dan berhasil guna, sehingga mendapatkan nilai tambah yang optimal dengan memperhatikan aspek QCDHSE.



f. Departemen Fabrikasi & Konstruksi 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Divisi Rekayasa Umum dalam bidang fabrikasi dan konstruksi dalam lingkup rekayasa umum secara berdaya guna dan berhasil guna sehingga mendapatkan nilai tambah yang optimal dengan memperhatikan aspek QCDHSE. 2) Fungsi Merancang strategi pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan fabrikasi dan konstruksi, yang meliputi : a) Penyiapan sumber daya (manusia, material, peralatan, dan dokumen kerja) beserta dukungan rekayasa (engineering) untuk pelaksanaan pekerjaan.



23



b) Pengendalian kualitas proses/ hasil produksi, jadwal/ waktu penyerahan, penggunaan jam orang, penggunaan peralatan/ fasilitas kerja, biaya pokok produksi dan biaya overhead. c) Pengalihan pekerjaan kepada pihak ketiga atas pertimbangan jadwal dan kapasitas berdasarkan data pendukung yang ada. d) Pengendalian pekerjaan subkontraktor dari sisi kualitas dan jadwal serta pembinaan subkrontraktor yang menjadi mitra kerja Divisi Rekayasa Umum. 5. Struktur Organisasi Departemen Perencanaan & Pengendalian (PPC)



Gambar 3.3 Struk tur Organisasi Departemen PPC Sumber : (SDM PT. PAL Indonesia) a. Biro SDM & K3LH 1) Tugas Pokok Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dan pekerjaan di bidang perencanaan jadwal kerja yang merupakan penjabaran dari master schedule berikut pengendaliannya, serta melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM dan K3LH Divisi Rekayasa Umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan program kerja Departemen. 2) Fungsi a) Menyusun rencana kebutuhan SDM (manpower planning) berkoordinasi dengan unit kerja terkait. b) Membuat sistem pengelolaan data personil & laporan masalah SDM. c) Membuat perencanaan karir dan kebutuhan pengembangan dalam rangka pemenuhan kompetensi SDM. d) merencanakan pelatihan training disesuaikan dengan kebutuhan proyek.



24



e) Melaksanakan kualifikasi tenaga subkontraktor sesuai dengan standar kompetensi yang disyaratkan & penilaian konduite Subkon bekerjasama dengan unit kerja terkait. f) Menerapkan standar K3LH yang berlaku di perusahaan dan memastikan bahwa penerapan standar K3LH pada pelaksana produksi berjalan efektif. g) Melaksanakan penyuluhan/ sosialisasi standar K3LH kepada pelaksana produksi di masing-masing departemen Divisi Harkan. h) Merencanakan, mengendalikan dan mendistribusikan APD (Alat Pelindung Diri) untuk pelaksana produksi. i) Melakukan pemantauan terhadap penyakit akibat lingkungan kerja. j) Memetakan dan melaporkan sumber daya dan semua kegiatan yang memiliki dampak negatif/ rawan terhadap kondisi keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi produksi kepada Divisi K3LH & Fasum (Fasilitas umum). k) Melaporkan adanya kecelakaan kerja kepada fungsi K3LH perusahaan dan bersama-sama melakukan penyelidikan (investigasi). l) Melaksanakan tinjauan kontrak di bidang K3LH untuk produk PAL. m) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggungjawabnya. n) Mengkoordinir kegiatan yang terkait dengan dokumen standar. b. Biro Analisa & Evaluasi 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Perencanaan & Pengendalian di bidang analisa dan evaluasi terhadap aspek-aspek produksi sesuai dengan program kerja Departemen. 2) Fungsi a) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan proyek secara periodik beserta analisa & evaluasi terhadap target dan berkoordinasi dengan unit kerja terkait. b) Melaksanakan pencatatan realisasi Jam Orang & Jam Mesin, menyusun analisa dan evaluasi terhadap pencapaian kemajuan pekerjaan/ progress serta berkoordinasi dengan Divisi Akuntansi dalam pelaporannya.



25



c) Melaksanakan pencatatan realisasi Jam Lembur, membuat analisa & evaluasi realisasi lembur serta berkoordinasi dengan Divisi SDM dalm pelaporannya. d) Melaksanakan analisa dan evaluasi proses pekerjaan proyek sebagai bahan perbaikan teknik proses produksi berikutnya dan berkoordinasi denga Biro Perencanaan Produksi. e) Melaksanakan analisa beban kerja, kapasitas dan fasilitas untuk mendukung proses produksi. f) Mengusulkan pengalihan pekerjaan kepada pihak ketiga atas pertimbangan jadwal dan kapasitas dengan tetap berdoman pada budget yang teralokasikan dan berkoordinasi dengan Biro Perencanaan Produksi. g) Melaksanakan fungsi sebagai inisiator & pengelola dokumen standard. c. Biro Perencanaan Produksi 1) Tugas PokokMerencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dan pekerjaan di bidang Perencanaan Produksi, sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan program kerja Departemen Perencanaan & Pengendalian Produksi. 2) Fungsi a) Menyusun Master Schedule setiap proyek berikut updating-nya. b) Menyusun distribusi jam orang per proyek meliputi anggaran jam orang per grup pekerjaan, per departemen, dan per bengkel berdasarkan IPP. c) Membuat detail budget jam orang per departemen dan bengkel pelaksana berdasarkan IPP yang telah diterima. d) Menyusun rencana beban kerja divisi berikut updating-nya berdasarakan jadwal produksi. e) Membuat jadwal dan evaluasi pembebanan mesin-mesin secara rutin perbulan. f) Membuat & menerbitkan dukungan administrasi pekerjaan, meliputi: PP/KT (Kartu Tugas), Daftar Kebutuhan Material dan Jadwaal kepada unit kerja pelaksana. g) Menyiapkan form permintaan (J01) dan pengambilan (J04) untuk material proyek dan fasilitas seperti material spare part fasilitas, jasa serta memberikan nomor sandi pembebanannya. h) Menyiapkan form permintaan (M01) dan pengambilan (M04) untuk material, consumable material serta memberikan nomor sandi pembebanannya. 26



i) Melaksanakan negosiasi dengan subkontraktor bersama-sama dengan unit yang membidangi pengadaan jasa dan kepala proyek. j) Memonitori raw material dan status material-material proyek. k) Menyusun estimasi jam orang (JO) / jam mesin (JM) dan jadwal produksi untuk mendukung proses penawaran proyek-proyek baru serta berkoorinasi dengan fungsi bisnis dan pemasaran. l) Menerima gambar kerja dari fungsi desain / rekayasa, mendistribusikannya, ke departemen & bengkel pelaksana terkait, dan melakukan evaluasi terhadap aspek kesiapan gambar kerja berdasarkan jadwal produksi serta mengelola dokumen teknik lainnya. m) Mengelola dan merawat serta menginventarisir aset yang menjadi tanggungjawabnya. d. Biro Dukungan Administrasi 1) Tugas Pokok Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dan pekerjaan di bidang pengelolaan dan pengendalian administrasi keuangan, termasuk perencanaan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) dan penyiapan dokumen pelaksanaan penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan program kerja Departemen Perencanaan & Pengendalian. 2) Fungsi a) Menyusun RKAP, memonitor dan membuat laporan realisasinya. b) Melaksanakan fungsi administrasi keuangan. c) Mengelola dan mengendalikan petty cash. d) Membuat laporan keuangan dan kinerja Divisi Rekayasa Umum secara periodik (bulanan/ tahunan), yang meliputi : (1)Perhitungan laba / rugi kotor per proyek yang meliputi : penjualan, harga pokok & laba / rugi kotor. (2)Perhitungan saldo biaya Work In Progress (WIP) per proyek. (3)Laporan diperbandingkan antara realisasi dengan RKAP yang meliputi : perhitungan laba / rugi kotor, biaya factory overhead (biaya konvensi), penjelasan laporan keuangan, pencapaian penjualan. (4)Laporan keuangan lainnya. e) Menyiapkan dokumen tagihan secara lengkap untuk disampaikan kepada fungsi korporat. f) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggungjawabnya. 27



e. Biro Sarana & Fasilitas 1) Tugas Pokok Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dan pekerjaan di bidang sarana dan fasilitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan program kerja Departemen. 2) Fungsi a) Menyusun RKAP Investasi Divisi Rekayasa Umum beserta b) Menyusun kebutuhan biaya untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. c) Mengontrol kesiapan fasilitas produksi secara berkala. d) Melaksanakan PMS terhadap mesin-mesin produksi dan alat angkat dan angkut Divisi Rekayasa Umum. e) Melaksanakan pencatatan dan evaluasi biaya-biaya Overhead di lingkup seluruh Divisi Rekayasa Umum dan berkoordinasi dengan Biro Dukungan Administrasi. f) monitoring progressnya. g) Merencanakan dan melaksanakan pekerjaan perbaikan fasilitas seluruh Divisi Rekayasa Umum. h) Menyiapkan form permintaan (M01) dan pengambilan (M04) untuk fasilitas seperti material spare part fasilitas, consumable tools. i) Melaksanakan kalibrasi terhadap peralatan produksi, alat-alat ukur dan mesin las. j) Mengelola, merawat dan melakukan inventarisasi aset seluruh Divisi Rekum. k) Menyelenggarakan sarana transportasi. l) Menyelenggarakan bantuan pekerjaan perbaikan fasilitas departemen di luar Departemen Perencanaan & Pengendalian.



Gambar 3.4 Struktur Organisasi Departemen Rekayasa Sumber : (SDM PT. PAL Indonesia) 28



6. Struktur Organisasi Departemen Rekayasa a. Biro Rekayasa Desain 1) Tugas Pokok Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dan pekerjaan di bidang pembuatan gambar kerja dari gambar utama serta menyusun daftar material berikut spesifikasinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan program kerja Departemen Rekayasa. 2) Fungsi a) Membuat gambar kerja dari gambar utama (master drawing). b) Mendistribusikan dokumen desain dari hasil desainer ke unit kerja terkait. c) Membuat daftar kebutuhan material dengan spesifikasinya. d) Membuat spesifikasi dan kebutuhan cat dan skedul pengecatan. e) Membuat cutting plan sheet. f) Membuat estimasi kebutuhan jam orang dan daftar estimasi kebutuhan material. g) Membuat data sheet. b. Biro Rekayas Pengelasan 1) Tugas Pokok Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan sumber daya dan pekerjaan di bidang pengendalian kualitas pengelasan di lingkup kegiatan fabrikasi dan konstruksi sesuai dengan program kerja Departemen Rekayasa. 2) Fungsi a) Merencanakan dan mengendalikan penggunaan welding consumable. b) Menyusun dan mengelola Welding Procedure, PQR, Welding Joint Number dan Heat Treatment Procedure. c) Mengelola performance welder dan mesin las. d) Review terhadap perencanaan welding design. e) Mengendalikan kualitas hasil las dan pengisian Log Book Welder. f) Mengevaluasi perkembangan baru dalam teknologi pengelasan untuk diaplikasikan pada proses produksi. g) Menyiapkan dan melaksanakan sertifikasi welder dan rekualifikasi welder dengan pihak terkait.



29



7. Struktur Organisasi Departemen Permesinan dan Perakitan



Gambar 3.5 Struktur Organisasi Dep Permesinan dan Perakitan Sumber : (SDM PT. PAL Indonesia) a. Biro Persiapan Produksi 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Permesinan dan Perakitan dalam bidang perencanaan, persiapan dan pengendalian kegiatan produksi di lingkup Departemen Permesinan & Perakitan. 2) Fungsi a) Menyiapkan dan mengendalikan pemakaian consumable material. b) Merencanakan, memeriksa, mendistribusikan dan mengendalikan raw material ke bengkel terkait. c) Mengendalikan dan melaksanakan evaluasi jam mesin, jam orang dan jam lembur pekerja. d) Mengontrol kesiapan fasilitas produksi secara berkala di lingkup Departemen Permesinan dan Perakitan. e) Melaksanakan pengendalian dokumen kerja/ standar-standar yang terkait dengan kegiatan Permesinan dan Perakitan. f) Melaksanakan pencatatan dan evaluasi biaya-biaya operasional dan produksi di lingkup Departemen Permesinan dan Perakitan. g) Mengelola administrasi Departemen Permesinan dan Perakitan. h) Mengelola dan merawat inventarisasi asset yang menjadi tanggungjawab Biro Persiapan Produksi. b. Bengel CNC 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Permesinan dan Perakitan dalam pelaksanaan pekerjaan CNC. 2) Fungsi



30



a) Melaksanakan pekerjaan CNC dan semua pekerjaan yang dibebankan oleh Kepala Departemen Permesinan dan Perakitan sesuai schedule dan kualitas yang telah ditentukan. b) Mendistribusikan tenaga kerja sesuai dengan aktifitas, jadwal dan budget jam orang yang direncanakan. c) Mengontrol kesiapan fasilitas kerja secara berkala. d) Melaksanakan pengisian dan penutupan PP/KT dan mengembalikan ke kelompok perencanaan produksi bila pekerjaan sudah berakhir. e) Mengendalikan pemakaian jam orang, jam lembur, jam mesin. c. Bengkel Perakitan 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Permesinan dan Perakitan dalam pelaksanaan pekerjaan perakitan komponen-komponen menjadi produk jadi dan melaksanakan uji coba fungsi produk tersebut. 2) Fungsi a) Melaksanakan pekerjaan perakitan dan semua pekerjaan yang dibebankan oleh Kepala Departemen Permesinan dan Perakitan sesuai schedule dan kualitas yang telah ditentukan. b) Mendistribusikan tenaga kerja sesuai dengan aktifitas, jadwal dan budget JO yang direncanakan. c) Mengendalikan pemakaian jam orang, jam lembur, jam mesin (dalam bengkel). d) Mengontrol kesiapan fasilitas kerja secara berkala. e) Melaksanakan PP/KT dan mengembalikan ke kelompok perencanaan produksi bila pekerjaan sudah berakhir. f) Merencanakan dan mengendalikan kebutuhan alat-alat keselamatan kerja. g) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggung jawabnya.



8. Struktur Organisasi Departemen Fabrikasi dan Konstruksi



31



Gambar 3.6 Struktur Organisasi Dep. Fabrikasi dan Konstruksi Sumber : (SDM PT. PAL Indonesia) a. Biro Persiapan Produksi 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Fabrikasi dan Konstruksi dalam bidang perencanaan, persiapan dan pengendalian kegiatan produksi di lingkup Departemen Fabrikasi dan Konstruksi 2) Fungsi a) Menyiapkan dan mengendalikan pemakaian consumable material. b) Merencanakan, memeriksa, mendistribusikan dan mengendalikan raw material ke bengkel terkait. c) Mengendalikan dan melaksanakan evaluasi jam orang dan jam lembur pekerja. d) Melaksanakan pengendalian dokumen kerja/ standar-stnandar yang terkait kegiatan fabrikasi dan konstruksi. e) Melaksanakan pencatatan dan evaluasi biaya-biaya operasional dan produksi di lingkup Departemen Fabrikasi dan Konstruksi. f) Mengontrol kesiapan fasilitas produksi secara berkala di lingkup Departemen Fabrikasi dan Konstruksi. g) Mengelola administrasi Departemen Fabrikasi dan Konstruksi. h) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggung jawab Biro Persiapan Produksi. b. Bengkel Fabrikasi Plat 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Fabrikasi dan Konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan fabrikasi plat. 2) Fungsi a) Melaksanakan pekerjaan fabrikasi plat, meliputi :marking, cutting, bending dan transfer heat number material berdasarkan dokumen kejra yang diterima seperti gambar kerja, detail jadwal, PP/KT dan lain-lain. b) Melaksanakan penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian raw material dan consumable material, fasilitas/ sarana kerja. c) Melaksanakan pemeliharaan optic cutting, punch, bending machine dan peralatan lainnya. d) Mendistribusikan tenaga kerja sesuai dengan aktifitas, jadwal dan budget JO yang direncanakan. e) Mengisi dan menutup PP/KT, JO riil dan JO tidak efektif. 32



f) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggung jawabnya. c. Bengkel Konstruksi Plat I 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Fabrikasi dan Konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi plat dengan kapasitas maksimum 32 ton. 2) Fungsi a) Melaksanakan pekerjaan konstruksi plat, meliputi :fitting, assembly, expanding, welding, leak/hydro test dan lain-lain berdasarkan dokumen kerja yang diterima seperti gambar kerja, detail jadwal, PP/KT dan lain-lain. b) Melaksanakan penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian raw material dan consumable material, fasilitas/ sarana kerja. c) Melaksanakan pemeliharaan turning roller, welding manipulator, welding machine, electrode oven dan peralatan lainnya. d) Mendistribusikan tenaga kerja sesuai dengan aktifitas, jadwal dan budget JO yang direncanakan. e) Mengisi dan menutup PP/KT, JO riil dan JO tidak efektif. f) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggung jawabnya. d. Bengkel Konstruksi Plat II 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Fabrikasi dan Konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi plat dengan kapasitas maksimum 32 ton. 2) Fungsi a) Melaksanakan pekerjaan konstruksi plat, meliputi :fitting, assembly, expanding, welding, leak/hydro test dan lain-lain berdasarkan dokumen kerja yang diterima seperti gambar kerja, detail jadwal, PP/KT dan lain-lain. b) Melaksanakan penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian raw material dan consumable material, fasilitas/ sarana kerja. c) Melaksanakan pemeliharaan turning roller, welding manipulator, welding machine, electrode oven dan peralatan lainnya. d) Mendistribusikan tenaga kerja sesuai dengan aktifitas, jadwal dan budget JO yang direncanakan. e) Mengisi dan menutup PP/KT, JO riil dan JO tidak efektif. 33



f) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggung jawabnya.



e. Bengkel Pipa 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Fabrikasi dan Konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi pipa. 2) Fungsi  Melaksanakan pekerjaan konstruksi pipa berdasarkan dokumen kerja yang diterima seperti gambar kerja, detail jadwal.  Melaksanakan penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian raw material dan consumable material, fasilitas/ sarana kerja.  Mendistribusikan tenaga kerja sesuai dengan aktifitas, jadwal dan budget JO yang direncanakan.  Melaksanakan pemeliharaan dapur PWHT.  Mengisi dan menutup PP/KT, JO riil dan JO tidak efektif.  Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggung jawabnya. f. Bengkel Blasting, Cat & Pengepakan 1) Tugas Pokok Menjabarkan dan melaksanakan program kerja Departemen Fabrikasi dan Konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan blasting, pengecatan dan pengepakan. 2) Fungsi a) Melaksanakan pekerjaan blasting, pengecatan dan pengepakan berdasarkan dokumen kerja yang diterima seperti gambar kerja, detail jadwal, PP/KT dan lain-lain. b) Melaksanakan penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian raw material dan consumable material, fasilitas/ sarana kerja . c) Melaksanakan pemeliharaan fasilitas dan sarana kerja yang digunakan. d) Mendistribusikan tenaga kerja sesuai dengan aktifitas, jadwal dan budget JO yang direncanakan. e) Mengisi dan menutup PP/KT, JO riil dan JO tidak efektif. f) Mengelola dan merawat inventarisasi aset yang menjadi tanggung jawabnya.



34



C. PEMBAHASAN 1. Bowl Bowl adalah salah satu komponen yang terdapat pada mesin crusher yang dihunakan untuk kebutuhan pengelolaan bibjih emas, yang cara kerjanya yaitu memisahkan antara batu, pasir, tanah dan logam mulia yang kemudian dilakukan proses pengolahan yang selanjutnya dilakukan oleh mesin – mesin produk lain.



Gambar 3.7 Bowl Sumber : (Dokumentasi Pribadi)



2. Kerusakan Bowl Selama proses penambangan, tentunya akan terjadi kerusakan yang dialami oleh bowl dikarenakan pemakaian bowl ini adalah retak yang menjalar pada bagian ulir dn taper bowl. Jika tidak segera dilakukan proses maintenaince / perbaikan, retak – retak pada bowl dikhawatirkan akan menjalar dan mengakibatkankerusakan yang lebih besar dan dapat berbahaya pada proses pengerjaannya. Kerusakan yang lebih besar akan mengakibatkan terganggunya proses penambangan dan lebih parah lagi dapat mengakibatkan bowl tidak difungsikan.



35



Gambar 3.8 Retak pada Bowl Sumber : (Dokumentasi Pribadi)



3. Alat dan Bahan Selama proses perbaikan tentunya akan dibutuhkan beragam alat yang mendukung pengerjaan bowl. Alat – alat yang dibutuhkan antara lain : 1. Crane,berfungsi sebagai alat pengangkut bowl saat proses pemindahan dan mengangkat benda kerja ke mesin.



Gambar 3.9 Crane Sumber : (Dokumentasi Pribadi)



36



2. Alat ukur, digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja sebelum ataupun sesudah proses.



Gambar 3.10 Inside Micrometer 4000 mm Sumber : (Dokumentasi Pribadi) 3. Magneting Test (MT), digunakan untuk mendeteksi retak / crack pada bowl. 4. Peralatan Pre heat, digunakan untuk memanaskan benda sebelum dilakukan proses gouging dan pengelasan pada pada bowl. 5. Mesin Las FCAW, digunakan untuk prosesn Build up atau membangun kembali daerah yang telah digouging.



Gambar 3.11 Mesin Las FCAW Sumber : (Dokumentasi Pribadi)



37



6. Mesin CNC vertical (LVB), digunakan untuk proses machining pada bowl setelah melakukan proses build up dan gouging.



Gambar 3.12 Mesin CNC Lathe Vertical Big/LVB Sumber : (Dokumentasi Pribadi)



38



4. Flowchart Repair Bowl Project Owner Material Datang



Proses Sandblasting



Inspeksi >> Cek Dimensi dan Visual



Pencocokan Data



Pelaporan Data



Keputusan Proses



Build up >> gouging dan pre heat >>proses ulir, taper seat, block menggunakan las FCAW



Check dimensi & visual oleh QC pengelasan



PWHT



Pre machining reamin before finishing



Proses machining >> posisi ulir,taper seat, thread



Finishing



39



5. Proses Repair Bowl. 1. Reciving material dari PT.Metso Menerima proyek dari owner yaitu repairing bowl. Repairing bowl adalah proses perbaikan bowl yang telah aus, rusak, dan ukurannya tidak presisi. Bowl yang dikirim dari owner masih dalam keadaan kurang bagus. Banyak kotoran yang menempel, bagian – bagian bowl yang cacat, dan tidak presisi karena perubahan ukuran saat proses operasi pada tempatnya. Bowl akan diperbaiki dengan cara mempresisikan ukuran – ukuran yang kurang tepat.



   



Tahapan setelah kepastian mendapatkan proyek atau benda kerja yaitu Barang masuk Identifikasi cacat yang ada pada bowl, berupa : Inspeksi dimensi Inspeksi visual Setelah dilakukan pengiriman oleh owner, masuk pada proses keduan yaitu pelepasan locking ring. Pelepasan locking ring adalah proses dimana proyek yang telah dikirim tersebut dilepas dan dipisahkan.



2. Proses sand blasting. Porses kedua adalah sand blasting. Sand blasting adalah proses penyemprotan abrasive material berupa pasir silica atau steel grit dengan tekanan tinggi pada permukaan tertentu dengan tujuan menghilangkan material lain yang masih menempel pada bowl dan menghilangkan material kontaminasi seperti cat, karat, garam, oli, lumpur, dan lain – lain. Bowl yang masih kotor karena berada dipertambangan dan kondisinya masih bercampur dengan lumpur dan pasir, bowl selanjutnya dibersihkan dengan menyemprotkan material abrasive berupa pasir silica agar kotoran yang melekat bisa hilang dan kecacatan pada bowl akan terlihat. Setelah terlihat kecacatan pada bowl, selanjutnya bowl akan memasuki proses strip inspeksi. 3. Proses strip inspection. Bowl yang telah diblasting, selanjutnya menuju ke strip inspection. Bowl akan dianalisis apa saja kerusakan dan mengecheck ukuran – ukuran pada bowl. strip inspection terdiri dari dua tahap yaitu NDT dan dimensional check. 40



Pengertian NDT (Non Destructive Testing) merupakan serangkaian kegiatan pengujian atau inspeksi dengan alat uji NDT yang mempunyai tujuan untuk mengetahui adanya keretakan, cacat pada bowl tanpa merusak bowl tersebut.NDT pada bowl dilakukan dengan cara MT (Magneting Test) dan dimensional check. 4. Proses Gouging. Setelah mengetahui cacat yang terdapat pada material bowl, proses selanjutnya adalah gouging. Proses gouging adalah proses pembuangan material dengan cara busur listrik dihasilkan antara ujung carbon gouging dengan benda kerja (metal) , sehingga benda kerja mencair dan pada saat yang sama udara dihembuskan dengan kecepatan yang tinggi untuk membuang logam cair tersebut dan menghasilkan kampuh untuk pengelasan alur yang bersih. 5. Proses Roughing. Pre machining sebelum memasuki proses build up. Bowl yang telah digouging akan memasuki proses build up. Namun sebelum memasuki proses build up, bowl akan memasuki proses pre machining. Bowl akan di cek seberapa banyak kampuh yang dihasilkan setelah proses gouging, dan seberapa tinggi las an yang akan diberikan.proses pre machining brtujuan untuk mengetahui seberapa aus material bowl sebelum dibuild up. Proses pre machining dilakukan oleh QA dan nantinya QA akan berkordinasi dengan welder. 6. Proses build up.



Gambar 3.13 Proses Build Up Sumber : (Dokumentasi Pribadi)



41



Setelah melewati proses pre machining, Bowl kemudian memasuki proses build up atau penambahan material. Penambahan material pada bowl menggunakan las FCAW (Flux Cored Arc Wire). Pada bowl yang telah digouging akan terbentuk kampuh las, sisa dari proses gouging. Welder akan mengisi kampuh las dengan las FCAW sampai menutup kampuh tersebut. Umumnya pada proses build up, welder akan menambah ketinggian las sekitar 3 mm sampai 5mm, tergantung dari seberapa dalam kampuh las yang ada. Penambahan tinggi las bertujuan agar saat proses machining hasil pengelasan tidak lepas atau mengelupas. 7. Proses PWHT (Post Weld Heat Treatment).



Gambar 3.14 Proses Pre Heat Sumber : (Dokumentasi Pribadi) Saat memasuki proses buildup, bowl juga memasuki proses PWHT (Post Weld Heat Treatment). Bowl dipanaskan hingga mencapai suhu 450/500˚F dan dinaikkan 100˚F / jam. Setelah itu pada kondisi suhu 450/500˚F akan dibiarkan selama 3 jam. Kemudian dinaikkan lagi sampai suhu 1100/1150˚F dan dibiarkan selama 4 jam. Setelah itu didinginkan sampai suhu 400˚F. tujuan pre heat adalah untuk menghilangan tegangan sisa yang dihasilkan selama proses pengelasan karena pada saat pengelasan, permukaan yang di las akan menghasilkan tegangan tarik. 8. Proses reamin sebelum finishing Setelah di build up dan di PWHT (Post Weld Heat Treatment), bowl memasuki pre machining yang kedua. Pre machining tersebut dilakukan oleh QC. Pre machining yang kedua bertujuan untuk mengecheck 42



seluruh dimensi dan menginspeksi seluruh permukaan bowl. Jika saat di inspeksi ternyata pada las an bowl masih ada crack dan las an belum setebal yang diinginkan, maka QC akan menginformasikan pada welder supaya lebih disempurnakan lagi.



9. Proses machining.



Gambar 3.15 Machining Bowl Sumber : (Dokumentasi Pribadi) Setelah bowl selesai dibuild up, selanjutnya bowl memasuki proses permesinan /machining. Tujuan proses machining yaitu mengembalikan bowl keukuran aslinya yang ada dalam gambar kerja / jobsheet. Proses permesinan dilakukan dengan menggunakan mesin CNC LVB. Bowl yang telah dibuild up perlahan – lahan akan di bubut menggunakan CNC LVB untuk mengurangi ketebalan las akibat buildup sampai ukuran yang diinginkan. Ada tiga pengerjaan yang dilakukan saat peroses machining pada bowl. Salah satunya adalah proses roughing yaitu proses dimana benda kerja dilakukan proses pembubutan menggunakan mesin CNC LVB. Sebelum melakukan proses machining, ada tahap – tahap yang harus dilakukan sebelum machining. Tahap tahap sebelum proses machining.



43



-



Setelah menyetel putaran dan menetapkan kedalaman sayat, berikut adalah langkah kerja yang dilakukan saat proses machining pada bowl yaitu sebagai berikut :



1. Preparation (persiapan) dan setting Bowl pada mesin CNC LV BIG. o Referensi setting Radial pada posisi R (seperti gambar). o Referensi setting Axial pada posisi A (seperti gambar) hasil setting. 2. Cutting Locking Ring Diameter dan dijadikan ø1916 mm (remain 4mm). 3. Cutting Locking Ring Face 90% clean up kemudian check jarak 705 mm ke bagian atas bowl. Check dan cotting juga jarak 605 mm dari Locking Ring Face. 4. Cutting Liner Seat Location Area (taper 48˚30’) jadikan ø2558,3 mm. 5. Cutting Liner Seat Location Area (taper 65˚) jadikan ø2271 mm. 6. Cutting ø2625 mm dijadikan ø2621 mm. 7. Cutting minimum OD (out diameter) bowl pada posisi top (dwg ø2780 mm) optional jadikan ø 2782 mm. 8. Cutting minimum ID( In Diameter) pada posisi Top. 9. Cutting OD (out Diameter) ulir, jadikan ø2874 mm -2873 mm. 10. Cutting minimum sisi miring ulir (optional clean up). 11. Cutting sisi datar ulir sampai ketebalan 18mm. 12. Cutting ID (in Diameter) ulir, jadikan ø2790 mm. 13. Setelah selesai, masuk proses NDT. 14. Turn Over (prepare to drilling on Locking Ring Face). 15. Setting axial pada sisi Locking Ring Face dan Radial pada sisi Diameter Locking Ring up. 16. Lakukan proses drilling ø52 mm (8 pcs dan 2 pcs bekas tap M24). 17. Bowl siap diturunkan. -



-



Kode taper / tirus pada bowl. M03 S400 ; M98 P2 L80 ; M30 ; % Kode thread / ulir pada bowl. P2. M03 S400 ; G00 U-200. W0,2 ; G32 W-1325 F22,5 G00 U200. ; 44



W1025. ; M99 % Pada proses machining pertama, setiap sisi dari bowl akan diberikan toleransi/remain setebal 2 mm. 1) mengantisipasi jika bowl menyusut saat pergantian suhu. 2) pemberian remain juga bisa digunakan untuk proses finishing pada proses machining kedua. 3) Mengantisipasi jika saat proses machining mengalami overcutting pada bowl.



10. Proses PWHT (Post Weld Heat Treatment). Bowl yang telah dibuild up dan di machining, selanjutnya akan memasuki proses PWHT (Post Weld Heat Treatment). Pada proses PWHT, bowl yang telah dibuild up akan dipanaskan dengan mesin PWHT. Pada prinsipnya proses heat treatment untuk PWHT sering dinamakan Stress Relieving, dimana weld zone & HAZ dipanaskan sampai suhu sekitar 575˚C - 625˚C atau dibawah suhu transformasi 723˚C untuk material Carbon Steel, dan dilakukan penahanan (holding time) pada suhu +/- 25 dari 600˚C selama 1 jam (tergantung prosedur yang telah ditentukan). Saat proses PWHT, bowl dikirim ke PT.BBI untuk melakukan proses PWHT, karena di PAL belum ada mesin untuk melakukan proses PWHT 11. Proses Machining Finishing. Setelah bowl melewati proses PWHT, selanjutnya bowl akan dikembalikan lagi ke pihak PAL untuk melakukan proses machining yang kedua. Pada tahap ini, bisa juga disebut finishing. Bowl di machining sampai ukuran yang telah ditetapkan seperti pada jobsheet. Kecepatan spindle saat proses finishing dibuat tinggi, namun kedalaman sayat dibuat rendah agar hasil sayatannya halus. Sebelum bowl memasuki proses painting, bowl akan di inspeksi oleh QC terlebih dahulu untuk mencocokan data pada jobsheet dengan hasil dilapangan. Setelah QC menyatakan bowl telah presisi. Bowl memasuki proses painting. 12. Proses painting. 45



Setelah bowl melalui proses machining yang ke dua, bowl melewati proses painting. Pada proses painting, bowl di semprot menggunakan cat khusus untuk dasaran. Sesudah dicat menggunakan cat primer dasaran, bowl dicat dengan warna yang dikehendaki.



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan  Bowl adalah salah satu komponen yang terdapat pada mesin crusher yang digunakan untuk keperluan pengolahan biji emas yang cara kerjanya yaitu memisahkan antara batu, pasir, tanah, dan logam mulia.  Struktur organisasi dan managemen di PT. PAL Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian dengan fungsi dan tugas masing-masing yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.  Di Divisi Rekayasa Umum terdapat beberapa departemen dimana setiap departemen memiliki tugas dan fungsi yang harus dikerjakan untuk menjalankan setiap proyek yang diberikan.  Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai oleh karyawan PT. PAL Indonesia sudah sesuai dengan SOP yang ditetapkan misalnya : Helm, sepatu safety, wearpack, sarung tangan, kaca mata.  Pada proses refurbishment/perbaikan pada bowl terdapat beberapa lingkup pekerjaan untuk perbaikan MP1000 bowl/scope of work sebagai berikut : 1. Proses NDT. 2. Proses Sandblasting. 3. Proses Holding. 4. Proses Gouging pada retak-retak bowl. 5. Proses Preheat dan Pengelasan pada retakan bowl. 6. Proses Grinding. 7. Proses Machining, meliputi : Thread (ulir diameter luar bowl), dudukan linier, permukaan dudukan ring. 8. Proses NDT Pre-Machining. 46



9. Proses PWHT. 10. Proses Inspeksi/Pengujian. 11. Proses Finishing. B. Saran 1. Mahasiswa yang praktik industri hanya mengamati dan observasi dalam proses refurbishment/perbaikan pada komponen mesin crusher yaitu bowl, mahasiswa tidak diijinkan terjun secara langsung dalam praktik kerja sehingga mahasiswa kurang menyerap pengalaman praktik kerja dalam dunia industri. 2. Kurang adanya pengarahan langsung dari industri di bengkel-bengkel kerja ,sehingga mahasiswa kurang diperhatikan saat kegiatan berlangsung.



47