Laporan Praktikum 1 Identifikasi Jamur Pada Tomat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR PADA PANGAN (TOMAT)



DISUSUN OLEH: NAMA



: SINTIA PUTRI SALMON



NIM



: B1D119006



KELAS



: 2019 A



KELOMPOK



: IV (EMPAT)



PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR 2021/2022



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan jamur dalam kehidupan manusia sudah dikenal sejak dahulu, karena jamur hidupnya kosmopolitan sehingga banyak terdapat pada macammacam benda yang berhubungan dengan manusia seperti makanan, pakaian, rumah dan perabotannya dapat ditumbuhi jamur. Hal tersebut berlaku pula pada tumbuhan dan binatang peliharaan (Yani Suryani, dkk 2020). Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan kelembapan berkisar antara 70-90% dan temperatur rata-rata 30˚C. Faktor-faktor tersebut sangat optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur. Di negaranegara tropis, kontaminasi makanan oleh jamur merupakan masalah yang sulit diatasi. Jamur yang tumbuh pada makanan tersebut dapat memproduksi dan mengakumulasikan mikotoksin yang sangat berbahaya bagi hewan maupun manusia (Yani Suryani, dkk 2020). Dengan sifat jamur yang tidak mempunyai klorofil, maka cara untuk mempertahankan hidupnya dengan memanfaatkan zat-zat yang sudah ada yang berasal oleh organisme lain, maka jamur disebut sebagai organisme yang heterotrop. Kalau zat organik yang diperlukan jamur itu zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pemiliknya maka jamur semacam itu disebut saproba. Kalau jamur itu hidup pada jasad-jasad lain yang masih hidup sehingga akibatnya merugikan, maka jamur itu disebut parasit (Yani Suryani, dkk 2020).



Jamur merupakan tumbuhan yang kosmopolitan sehingga tempat hidupnya sangat luas. Udara merupakan tempat yang penuh oleh spora jamur, umumnya jenis-jenis jamur penyebab kontaminasi ataupun jenis tertentu penyebab penyakit pada tanaman dan hewan termasuk manusia (Yani Suryani, dkk 2020). Dari uraian di atas praktikan akan melakukan praktikum identifikasi jenis jamur yang terdapat pada tomat busuk. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi Jamur secara makroskopik, mikroskopik langsung dan mikrskopik tidak langsung pada sampel pangan (Tomat) 2. Untuk mengetahui jenis-jenis jamur pada sampel pangan (Tomat)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Pengertian Umum Jamur Mikologi adalah ilmu yang mempelajari jamur, berasal dari kata: mykes = jamur; logos = ilmu (bahasa Yunani). Perintis ilmu jamur adalah Pier Antonio Micheli, seorang ahli tumbuhan berbangsa Italia yang mempelajari jamur dan mempublikasikan bukunya berjudul Nova Plantarum Genera 10 pada tahun 1729. Penggunaan istilah umum jamur mencakup semua bentuk yang kecil maupun besar yang disebut kapang, cendawan, lapuk, kulat dan lain-lain. Dengan demikian jamur itu merupakan nama taksonomi seperti halnya dengan bakteri, ganggang, lumut-lumutan, dan paku-pakuan (Yani Suryani, dkk 2020). Jamur adalah suatu tumbuhan yang sangat sederhana, berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau benang bercabang-cabang dengan dinding dari selulosa atau khitin atau keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual (Yani Suryani, dkk 2020). Jamur terbagi dalam dua golongan yaitu jamur yang uniseluler disebut khamir; contoh Saccharomyces cerevisiae dan yang multiselluler disebut kapang; contoh Aspergillus fumigatus. Jamur juga terbagi dalam dua golongan berdasarkan ukuran yaitu mikrofungi merupakan jamur yang strukturnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop dan makrofungi yaitu jamur yang membentuk tubuh buah yang terbagi lagi dalam dua golongan yaitu jamur-jamur yang dapat dimakan atau disebut Edible mushroom; contoh Pleurotus ostreatus (jamur tiram), Auricularia auricular (jamur kuping), dan



lain-lain, dan jamur-jamur beracun; contoh Amanita palloides, Rusula emetika, dan lain-lain (Yani Suryani, dkk 2020). B. Morfologi dan Anatomi Jamur 1. Hifa dan Miselium Jamur terdiri dari struktur somatik atau vegetatif yaitu thallus yang merupakan filament atau benang hifa, miselium merupakan jalinan hifa. Jamur terdiri dari dua golongan yaitu yang bersifat uniseluler dikenal sebagai khamir atau ragi dan yang bersifat multiseluler dikenal sebagai kapang. Sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri dengan ukuran beragam, biasanya berbentuk telur, memanjang atau bola. Setiap spesies memiliki bentuk yang khas. Tubuh kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan Hifa (filament) (Yani Suryani, dkk 2020). Hifa adalah suatu struktur fungas berbentuk tabung menyerupai seuntal benang panjang yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia. Bagian tubuh fungi yang mencolok adalah miselium yang terbentuk dari kumpulan hifa yang bercabang-cabang membentuk suatu jala yang umumnya berwarna putih. Hifa berisi protoplasma yang dikelilingi aleh suatu dinding yang kuat. Pertumbuhan hifa berlangsung terus menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya tetap, yaitu berkisar 330 µm. Spesies-spesies yang berbeda memiliki diameter yang berbeda



pula, dan ukuran diameter tersebut dapat juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Indrawati Gandjar dkk, 2006). Hifa yang tua mempunyai tebal yang berkisar antara 100-150 μm, sedangkan tebalnya pada bagian apeks kurang lebih 50 um Hifa yang tua mempunyai tambahan bahan pada dinding selnya, yaitu senyawa melanin dan lipid Melanin adalah senyawa hasil oksidasi dan polimerisasi senyawa-senyawa fenol. Senyawa tersebut masuk ke dalam lapisanlapisan dinding sel yang sudah ada, seperti halnya lignin pada tumbuhan tinggi. Melanin dapat juga ditemukan pada lapisan permukaan dinding sel. Dalam hal ini fungsinya untuk melindungi sitoplasma dari radiasi ultraviolet atau dapat juga terhadap enzim-enzim liais darl organisme lain (Indrawati Gandjar dkk, 2006). Menurut (Yani Suryani, dkk 2020) Bentuk Hifa ada 3 macam yaitu: a. Aseptat yaitu Hifa yang tidak bersekat mengandung banyak inti disebut senositik (coenocytic). b. Septat dengan sel-sel uninukleat disebut monositik hifa. c. Septat dengan sel-sel multinukleat. Menurut (Yani Suryani, dkk 2020) Secara fungsional Hifa terdiri dari: a. Hifa vegetatif yang umumnya rebah di atas substrat, berfungsi untuk menyerap nutrisi dari substrat. b. Hifa fertil yaitu hifa yang tumbuh tegak di atas permukaan substrat berfungsi untuk reproduksi. Hifa fertil berupa



sporangiofor atau konidiofor. Sejalan dengan pertumbuhannya hifa-hifa bertambah banyak dan membentuk jalinan hifa yang disebut miselium yang makin lama makin tebal maka terbentuk koloni. Hifa udara (aerial hypha) atau miselium udara (aerial mycelium) . c. Stolon yaitu hypa panjang menegak yang terdapat pada Rhizopus spp. dan Mucor spp. d. Klamidospora adalah sel-sel hifa berdinding tebal dan merupakan sel dominan dan akan berkecambah bila kondisi lingkungan kondusif. Anastomosis hifa yaitu pertemuan 2 ujung hifa atau ujung hifa satu bertemu dengan bagian yang menonjol dari sel hifa lain atau pertemuan antara bagian yang menonjol dari masing-masing sel hifa, kemudian terjadi persatuan sitoplasma dan inti, selanjutnya membentuk hifa baru dan menjadi jala atau miselium (Yani Suryani, dkk 2020). 2. Dinding Hifa Hifa atau dinding sel umumnya terdiri dari selulose (suatu karbohidrat yang berantai panjang), zat serupa lignin dan beberapa zat organik lainnya (Yani Suryani, dkk 2020). 3.



Membran Hifa Di bawah dinding sel yang kuat terdapat lapisan yang melindungi isi sel, yaitu membran sel. Komposisi kimia membran sel fungi diduga terdiri dari senyawa-senyawa sterol, protein (dalam bentuk molekul-



molekul yang amorf), serta senyawa-senyawa fosfolipid (Yani Suryani, dkk 2020). 4. Kompartemen lain pada Hifa Adanya kompartemen pada hifa memudahkan kita mempelajari isi sel fungi dengan mikroskop elektron. Di samping nukleus seringkali terlihat bentuk-bentuk ultra struktur seperti mitokondria, reticulum endoplasma, ribosom, apparatus Golgi, microbodies (peroksisom, glioksisom, hidrogenesom, dan lisosom) (Yani Suryani, dkk 2020). Mitokondria terdapat dalam sitoplasma sel fungi berbentuk oval atau memanjang. Retikulum endoplasma adalah membran yang mengelilingi organel-organel yang hanya terdapat pada golongan eukariot. Ribosom terdapat pada sitoplasma berfungsi untuk sintesis polipeptida, Ribosom terdapat dalam matriks mitokondria. Aparatus Golgi berfungsi dalam sintesis bahan dinding sel yaitu glikoprotein, menyekresikan bahan-bahan ekstraseluler seperti cell coat pada pembelahan spora dari suatu sitoplasma yang multiseluler dan menghasilkan vesikel yang berperan dalam pembentukan dinding sel (Yani Suryani, dkk 2020). Vesikel merupakan struktur berbentuk kantung terdapat pada lokasi-lokasi pertumbuhan dinding sel, terutama pada hifa apical.Vesikel mengandung bahan-bahan untuk pembentukan dinding sel.Vesikel juga berperan dalam mengikat zat warna dan racun serta mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler. Selain itu ada vesikel yang sangat kecil yang



disebut kitosom, mengandung enzim kitin-sintase dan berperan dalam membentuk fibril kitin dari prekursornya Microbodies yaitu: peroksisom yang mengandung katalase, glioksisom mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam 16 oksidasi asam lemak dan dalam siklus glio-oksalat, hidrogenosom mengandung hidrogenase untuk reaksi-reaksi anaerob dalam sel, lisosom mengatur pemecahan komponenkomponen sel, misalnya pemecahan septum agar inti sel dapat bergerak dari sel satu ke sel yang lain dan pada sel yang bersifat parasit untuk memecahkan dinding sel inang (Yani Suryani, dkk 2020). Nukleus / Inti jamur mempunyai inti yang lengkap yang kita sebut eukarion, yaitu inti yang berdinding, mempunyai nucleolus dan bahan inti (kromatin) yang membentuk kromosom. Pada jamur yang tumbuhnya terdiri dari hifa yang tidak bersekat (nonseptate), inti tersebar dimanamana, hifa tersebut dinamakan senosit (ceonocyt). Sedang pada hifa yang bersekat (septate hypha), pada setiap sel terdapat satu, dua atau lebih inti (Yani Suryani, dkk 2020). 5. Haustoria Haustoria yaitu hifa bercabang atau gelembung bertangkai yang terdapat pada jamur parasit yang dapat menembus dinding sel inang berfungsi untuk absorpsi makanan dari sel inang (Yani Suryani, dkk 2020).



6. Plectenchym Plectenchym yaitu jaringan tenun dari miselium, terdapat dua bentuk yaitu jaringan longgar disebut prosenchyma dan jaringan padat disebut pseudopharenchyma (Yani Suryani, dkk 2020). 7. Stroma Stroma yaitu suatu anyaman / jalinan hifa yang cukup padat, fungsinya sebagai bantalan untuk tumbuh bagian-bagian lain (Yani Suryani, dkk 2020). 8. Sklerotium Sklerotium yaitu anyaman padat serupa rizopor, berfungsi untuk melekat (Yani Suryani, dkk 2020). 9. Spora Spora adalah ujung hifa jamur yang menggelembung membentuk serupa wadah, sedangkan protoplasmanya menjadi spora, berfungsi sebagai alat perkembangbiakan jamur. Spora terbagi dalam dua golongan yaitu: spora aseksual dan spora seksual (Yani Suryani, dkk 2020). C. Isolasi dan Identifikasi Jamur Jamur hidup kosmopolitan (tanah, air, udara, bendabenda, makanan, dan lain-lain). Bahan isolasi jamur bertgantung kebutuhan. Jadi dapat berupa padat atau cairan. Media yang digunakan untuk pertumbuhan jamur umumnya adalah PDA (Patato Dekstrose Agar) dan Sabouraud Agar (untuk jamur pathogen) (Yani Suryani, dkk 2020).



Menurut (Iman Santoso dkk, 2000) Medium yang umum di gunakan dalam pembiakan jamur adalah, Czapek's Dos Agar, Hay Infusion Agar, Malt Extract Agat, Malt Yeast Agar, Oatmeal Agar, Potato Carrot Agar, Potato Dextrose Agar/Porato Sucrose Agar, dan Taoge Extract 6% Sucrose Agar. Metode isolasi yang digunakan adalah TPC (Total Plate Count) untuk mengetahui jumlah jamur, kemudian dilakukan pemurnian untuk mengamati koloni dan struktur jamur. Masa inkubasi sampai terdapat pertumbuhan koloni untuk jamur sekitar 3–5 hari bahkan bisa lebih bergantung pada jenisnya (Yani Suryani, dkk 2020). Koloni jamur yang telah dimurnikan, kemudian diidentifikasikan secara makroskopis dan mikroskopis (Analisis fenotip) yaitu mengamati karakter meliputi bentuk, ukuran, warna, sifat permukaan (granular, berbulu, licin, dan lain-lain) dan balik koloninya. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopis untuk melihat struktur hifa dan spora (Yani Suryani, dkk 2020). Untuk mengamati sifat-sifat hidup jamur dengan secara makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis dengan mengamati pertumbuhan koloni jamur pada media 28 pertumbuhan. Sifat-sifat koloni seperti, bentuk susunan, warna dan ukuran koloni.Secara mikroskopis adalah dengan mengamati struktur jamur seperti hifa, spora, tubuh buah dll.Kemudian adanya zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh tubuh jamur seperti preparat enzim, asam-asam, alkohol dan pigmen-pigmen,juga



polysacharida, sterol dan golongan miscellanous, vitamin-vitamin, acetaldehyde, senyawa arsenic, lipid dan antibiotika yang merupakan produk dari jamur (Yani Suryani, dkk 2020). Dengan adanya metabolit-metabolit yang di hasilkan dari tubuh jamur, maka jamur merupakan organisme penting di dalam dunia industri makanan, minuman dan obat-obatan. Disamping metabolit penting untuk dunia industri juga ada metabolit yang sifatnya racun untuk organisme lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan maupun tumbuhan (Yani Suryani, dkk 2020). Untuk meningkatkan validitas hasil identifikasi maka dilanjutkan dengan analisis genotip yaitu identifikasi secara molekuler yaitu mengamati DNA. Tahapan kerja analisis genotip adalah: Isolasi DNA, Anypifikasi (PCR), Elektroforesis DNA, Sekrening dan terakhir analisis Felogenetik (Yani Suryani, dkk 2020).



BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu Dan Tempat Adapun waktu yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Rabu, 03 November 2021 dan 10 November 2021, jam 09:00-12:00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi lantai 1 Gedung D, Universitas Mega Reszky Makassar. B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, bunsen, korek api, cawan petri, ose bulat, autoclave, erlenmeyer, gelas ukur, neraca analitik, sendok tanduk, stopwatch, batang pengaduk, kaki tiga, objek glass, deck glass, mikroskop, dan penangas air. 2. Bahan Adapun bahan yang di gunakan pada praktikumkali ini yaitu, Sampel (tomat busuk), media PDA (Patato Dekstrose Agar), aquades, kertas timbang, larutan KOH 10 % dan kapas. C. Prinsip Kerja Dilakukan secara mikroskopis dengan prinsip, kontaminan yang telah di taruh pada preparat kemudian ditempatkan pada ruang dua lensa sehingga terbentuk dua bayangan nyata, terbalik dan diperbesar. Diamati dengan perbesaran 10x dan 40x. D. Prosedur Kerja



1. Pemeriksaan Mikroskopis (Langsung)



12



a. Disiapkan alat bahan yang akan digunakan b. Diteteskan larutan KOH 10 % pada objek glass sebanyak 1 atau 2 tetes c. Diambil 1-2 ose kontaminan fungi pada sampel tomat busuk d. Ditutup dengan deck glass dan fiksasi e. Diamati di bawah microskop dengan perbesaran 10x & 40x



2. Kultur a. Disiapkan alat bahan yang akan digunakan untuk isolasi sampel b. Dilakukan fiksasi pada cawan petri dengan memanaskan pinggiranya diatas nyala api bunsen



c. Diambil sampel dengan cara swab menggunakan ose lalu digoreskan pada permukaan media (dilakukan disamping nyala api)



d. Dilakukan fiksasi kembali cawan petri yang sudah ditanami oleh swab tomat busuk kemudian di inkubasi 3-5 hari pada suhu ruangan



e. Diamati secara makroskopik 3. Pemeriksaan Mikroskopik (Tidak Langsung) a. Disiapkan alat bahan yang akan digunakan b. Diteteskan larutan lacto cotton blue pada objek glass sebanyak 1 atau 2 tetes c. Diambil 1-2 ose kontaminan fungi pada sampel tomat busuk d. Ditutup dengan deck glass dan fiksasi e. Diamati di bawah microskop dengan perbesaran 10x & 40x



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Tabel IV.1 Hasil Pengamatan Gambaran Makroskopik No



1



Gambar



Keterangan



Tabel IV.2. Hasil Pengamatan Mikroskopik langsung dan Tidak Langsung



No 1.



Gambar Mikroskopik Langsung:



Keteranagan



2.



Mikroskopik Tidak Langsung:



B. Pembahasan Pada praktikum Mikologi yang dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 26 Oktober dan 02 November 2021. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi DIV Teknologi Laboratorium Medis lantai 1 gedung D Universitas MegaRezky Makassar. Telah dilakukan praktikum isolasi dan identifikasi jamur pada pangan (tomat). Yang bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi Jamur secara makroskopik, mikroskopik langsung dan mikroskopik tidak langsung, Serta untuk mengetahui jenis-jenis jamur pada pangan yaitu sampel tomat. Sebelum dilakukan praktikum sampel tomat di diamkan selama 5-7 hari pada suhu kamar, hal ini dilakukan untuk Suhu ini akan mempengaruhi reaksi



kimiawi dan reaksi enzimatis pada miroba yang berpengaruh pada pertumbuhan mikroba. Selain itu, suhu juga akan mempengaruhi kecepatan tumbuh pada mikroba untuk menumbuhkan jamur. Setelah jamur dibiarkan membusuk dilakukan pengamatan secara mikroskopik (Secara langsung) yaitu dengan diteteskan larutan KOH 10 % pada objek glass sebanyak 1 atau 2 tetes. Fungsi penambahan larutan KOH ini adalah untuk menghancurkan sel non jamur. kemudian diambil 1-2 ose sampel tomat busuk, homogenkan dan ditutup dengan objek glass, diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Setelah diamati di mikroskop didapatkan bahwa pada sampel tomat terdapat jamur jenis Aspergilus sp golongan Aspergilus Niger. Aspergilus merupakan jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat di temukan dimana-mana. Tumbuh sebagai saprofit pada tumbuhtumbuhan yang membusuk, tanah, debu, organik dan makanan. Aspergilus sp adalah jenis jamur yang bersifat eukariotik. Ciri-ciri dari jamur Aspergilus sp secara mikroskopis yaitu memiliki hifa bersepta dan bercabang, konidia bermuncul dari foot cell (micelium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa sterigmata dan akan muncul konidia membentuk rantai berwarna hijau coklat, coklat dan hitam. Aspergilus sp terdapat dialam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik dengan



kelembaban



yang



tinggi.



Aspergilus



mampu



memproduksi



mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu memproduksinya. Aspergilus



sp dapat digolongkan dalam beberapa golongan, dalam identifikasi secara mikrokopis (langsung) pada sampel tomat adalah golongan Aspergilus Niger. Aspergilus Niger pada konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan, coklat violet. Bagian atas membesar dan membentuk glubosa. Konidiofornya halus tak berwarna coklat kuning. Visikel berbentuk glubosa dengan bagian atas bagian ujung seperti batang kecil konidia kasar. Deskripsi ini sama dengan gambaran yang ada pada hasil pengamatan secara mikroskop langsung. Setelah dilakukan pengamatan secara mikroskopik langsung, sampel buah tomat di kultur pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Media ini memiliki pH yang rendah yaitu 4,5 sampai 5,6 sehingga sering digunakan dalam pengembangbiakan jamur. Kultur dilakukan dengan cara dilakukan fiksasi terlebih dahulu pada cawan petri dengan memanaskan pinggiranya diatas nyala api bunsen. Tujuan dari fiksasi adalah untuk membunuh bakteri agar tidak terjadi kontaminasi, diambil sampel dengan cara swab menggunakan ose lalu digoreskan pada permukaan media (dilakukan disamping nyala api). Dilakukan fiksasi kembali cawan petri yang sudah ditanami oleh swab tomat busuk kemudian di inkubasi 3-5 hari pada suhu ruangan. Kemudian di amati secara makroskopik didapati hasil bahwa jamur yang tumbuh pada media memiliki ciri-ciri seperti A. Niger dan A. Flavus yaitu koloni yang masih muda (berwana putih), sedangkan bau pada jamur adalah asam menyengat.



Aspergillus niger secara makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu bentuk dan pinggir koloni tidak beraturan, permukaan rata dan berwarna hitam, secara mikroskopi Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu bentuk konidia bulat berwarna hitam dan tersusun melingkar, konidiofor tunggal tegak lurus hampir sama besar dari bawah sampai atas dan vesicle berbentuk bulat. Aspergillus niger merupakan salah satu jamur yang dapat merusak buah dan penyebarannya dapat terjadi di mana saja. Aspergillus niger penyebarannya dapat berlangsung secara luas dimana-mana dan dapat diisolasi dari berbagai macam substrat termasuk biji-bijian dan umumnya terdapat pada berbagai macam tanah terutama di daerah tropis dan subtropis. Setelah



pengamatan



secara



makroskopik,



dilanjutkan



dengan



pengamatan jamur secara mikroskopik (tidak langsung). Prosedur kerjanya hampir sama dengan pemeriksaan secara mikroskopik (langsung) bedanya adalah di gunakanya larutan LCB (lactofenol Cotton Blue) untuk melakukan pewarnaan. LCB merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk pewarnaan dan mengamati jamur karena kesederhanaan penggunaanya. LCB memiliki tiga komponen, yaitu fenol, yang akan membunuh setiap organisme hidup, asam laktat yang akan mempertahankan struktur jamur, dan catton blue yang akan mewarnai kitin dalam dinding sel jamur. Pewarnaan pada sampel dilakukan dengan cara diambil objek glass kemudian di fiksasi terlebih dahulu pada bunsen. Tujuan dari fiksasi adalah untuk menghilangkan lemak atau kotoran yang ada pada objek glass sehingga tidak menggangu pada saat pengamatan. Kemudian diambil 1-2 tetes LCB dan diletakan pada



bagian tengah objek glass. Diambil 1-2 ose isolat jamur pada media PDA. Kemudian ditambahkan kedalam objek glass yang telah berisi LCB, di homogenkan secara perlahan kemudian ditutup dengan objek glass. Preparat kemudian di fiksasi agar LCB dapat meresap secara baik. Hindari terbentuknya gelembung pada preparat karna akan mempersulit/ menggangu pengamatan. Pengamatan kemudian dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa terdapat jamur pada sampel yakni terdapat banyak spora-spora dalam cell, dimana spora-spora ini akan bergerminasi (berkecambah) menjadi hifa jamur yang haploid. Hifa akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid. Dari praktikum yang telah dilakukan praktikan dapat mengidentifikasi bahwa jamur yang terdapat pada pangan (tomat) busuk adalah Aspergilus Niger.



.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan `Berdasarkan



hasil praktikum yang telah dilakukan dengan



menggunakan sampel pangan (Tomat), didapatkan jamur yang terdapat pada tomat yaitu Aspergilus sp gologan Aspergilus Niger. B. Saran Sebaiknya



praktikan melakukan praktikum dengan buku atlas



mikologi agar mempermudah dalam mengidentifikasi jamur pada sampel .



DAFTAR PUSTAKA Gandjar Indrawati., Sjamsuridzal Wellyzar., & Oetari Arianti. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Santoso Iman dkk. 2000. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Yani Suryani., Taoupiqurrahman., & Kulsum Yuni. 2020. Mikologi . Sumatra Barat: PT. Freeline Cipta Granesia.



Reverensi