Laporan Praktikum Amylum Dan Radix Farmakognosi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI AMYLUM DAN RADIX



Disusun oleh : Siti Saroh



(10060314077)



Rahayu Siti Fatimah R



(10060318112)



Nabila Nur Azhari



(10060319163)



Riza Ramadhan



(10060319194)



Shift / Kelompok Tanggal Praktikum



: :



E/1 25 November 2020



Tanggal Laporan



:



01 Desember 2020



Asisten



:



Aisyah Qisthi S.Farm



LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2020 / 1441 H



PRAKTIKUM 1 AMYLUM I.



TUJUAN



1.1



Dapat mengetahui dan membedakan macam-macam amylum yang digunakan dalam bidang farmasi.



1.2



Dapat mengetahui cara mengidentifikasi amylum dan simplisia dengan menggunakan mikroskop dan dapat membedakan macam-macam amylum dan simplisia secara mikroskopik.



II.



TEORI DASAR



2.1



Morfologi Tumbuhan Morfologi tumbuhan adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk fisik



dan struktur tubuh dari tumbuhan morfologi berasal dari bahasa latin morphus yang berarti wujud atau bentuk dan logos yang berarti ilmu. Morfologi tumbuhan berbeda dengan anatomi tumbuhan yang secara khusus mempelajari struktur internal tumbuhan pada tingkat mikroskopis. Morfologi tumbuhan berbeda dengan anatomi tumbuhan yang secara khusus mempelajari struktur internal tumbuhan pada tingkat mikroskopis. Morfologi tumbuhan berguna untuk mengidentifikasi tumbuhan secara visual dengan begitu keragaman tumbuhan yang sangat besar dapat dikenali dan dikasifikasikan (Gunawan, 2004). Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan umumnya berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks di ujung embrio dalam biji yang berkecambah. Pada gymnospermae dan dikotil akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. Sistem akar tersebut dinamakan akar tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak bertahan lama kehidupan tumbuhan dan segera mongering (Gunawan, 2004).



Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan muda tunas terminal. Dibagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling berjatuhan, buku (nodus) tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas (internodus), yakni bagian batang diantara dua buku yang berurutan. Sebaliknya batang juga dapat amat pendek dan letak daunnya merapat membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman bentuk, berkaitan dengan habitat tumbuh dibawah tanah (rhizome, umbi lapis dan umbi batang) didalam air atau di darat batang juga ada yang tegak, memanjat atau merayap (Amir, 2012). Setiap tumbuhan memiliki morfologi akar, batang, dan daun serta bentuk modifikasi yang berbeda-beda antara satu tumbuhan dengan tumbuhan lain. Rumput teki (Cyperus rotundus L) memiliki perakaran serabut. Memiliki banyak percabangan akar serta memiliki rambut-rambut halus. Rumput teki memiliki batang (Estiti, 2008).



2.2



Definisi Amilum Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama



sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat (Fahn, 1995). Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, A. 2009). Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan, 2004).



Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan. Beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman, meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi, serta identifikasi kandungan kimia. Amylum yang terkenal atau biasa digunakan di dunia farmasi, yaitu amylum manihot (pati singkong), amylum maydis (pati jagung), amylum oryzae (pati beras), amylum solani (pati kentang), dan amylum tritici (pati gandum) (Yani, 2015). Amylum maydis (pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji zea mays L. ( familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 µm sampai 23 µm atau butir bulat dengan diameter 25 µm sampai 32 µm, hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5, tidak ada lamela. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Untuk identifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot (Depkes, 1997). Amylum oryzae ( pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza sativa L. (familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5 µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm sampai 20 µm. hilus di tengah tidak terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus (Depkes, 1997). Amylum solani (pati kentang) adalah pati yang diperoleh dari umbi solanum tuberosum (familia Solanaceae). Yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30 µm sampai 100 µm, atau membulat ukuran 10 µm sampai 35 µm, butir majemuk jarang, terdiri dari 2 sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit dengan lamella konsentris jelas terlihat, jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak



bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus. Untuk idetifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot (Depkes, 1997). Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1997).



2.3



Sifat Fisika Kimia Amylum atau pati berupa serbuk berwarna putih yang tawar dan tidak berbau.



Amylum mengandung sedikit protein dan lemak yang merupakan bagian dari granula. Amylum juga merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut di dalam air.Amylum dapat dicerna dengan baik oleh enzim amilase (Winarno, 2004). Sifat fisika yaitu penampilan bubuk putih, densittas 1,5 gr/cm3, tidak berasa dan tidak berbau. Sedangkan sifat kimianya yaitu tidak larut dalam air, kelebihan glukosa, dan merupakan karbohidrat kompleks. Kandungan kimia berupa pati, lemak, protein, air, mineral, dan vitamin (Poedjadi, 2009).



2.4



Sumber dan Pemanfaatan Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari



berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan padi, umbi kentang, umbi akar singkong, batang sagu, rizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang meliputi Canna edulis, maranta arundinaceae dan Curcuma angustifolia (Fahn, 1995). Tanaman dengan kandungan amilum dalam bidang farmasi adalah Zea mays, Oryza sativa, Solanum tuberosu, Triticum aesticum, Maranta arundinaceae, Ipomoea batatas, Manihot utilissima (Gunawan, 2004). Amilopektin nerupakan polisakarida bercabang bagian dari pati, terdiri atas molekul-molekul glukosa yang terikat satu sama lain dengan percabangan unit glukosa. Amilopektin merupakan bagian dari pati yang tidak larut dalam air, bila diberikan iodium memberikan warna ungu hingga merah (Gunawan, 2004). Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan



cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004). Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari berbagai bagian tanaman, misalnya amylum manihot atau pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl, amilum maydis atau pati jagung adalah pati yang diperoleh dari biji Zea mays L, amylum oryzae atau pati beras adalah pati yang diperoleh dari umbi Solanum tuberosum L dan amylum tritici atau pati gandum adalah pati yang diperoleh dari biji Triticum aestivum L. Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004). Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar, 2004). Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar, pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam pasaran adalah Volex (Gunawan, 2004). Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan (Syamsuni H,A. 2007). Manfaat pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne (Solanaceae). Amilum gandum dan kentang



mempunyai komposisi yang kurang seragam. Pati berguna untuk kebutuhan gizi, demulcent, perlindungan, dan yang bersifat menghisap/membalut. Pati digunakan dalam preparasi penaburan bedaktalkum dalam aplikasinya ke kulit. Pati juga digunakan untuk penawar keracunaniodin, sebagai agen penghancur dalam pil dan tablet, dan sebagai diluent ekstrakpadatan dalam obat. Pati juga membantu diagnosa dalam identifikasi obat secarakasar dan merupakan indikator titrasi iodometri. Gliserin dari pati berguna untuk penghilang rasa sakit dan dasar pembuatan suppositoria (Gunawan, 2004). Pati juga merupakan material awal produksi komersial dari glukosa cair, dekstrosa, dan dekstrin. Pati dalam industri berguna sebagai perekat kertas dan pakaian. Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin



biasa



digunakan



sebagai



emolien



dan



sebagai



basis



untuk



supositoria.Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Gunawam, 2004).



2.5



Cara pembuatan amylum dalam farmasi Secara umum amilum terdiri dari amilosa yang larut air sebanyak 20% dan



amilopektin yang tidak larut air sebanyak 80%. Hidrolisis amilum oleh asam mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hamper kuantitatif (Gunawan, 2004). Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal,



membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004). Pati diperoleh dengan cara mengekstraksi tanaman yang kaya akan karbohidrat seperti sagu, singkong, jagung, gandum, dan ubi jalar. Pati juga dapat diperoleh dari hasil ekstraksi biji buah-buahan seperti pada biji nangka, biji alpukat, dan biji durian (Cornelia, et al.,2011). Ekstraksi pati merupakan proses untuk mendapatkan pati dari suatu tanaman dengan cara memisahkan pati dari komponen lainnya yang terdapat pada tanaman tersebut (Cave, et al., 2008). III.



ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, kaca objek, kaca



penutup dan spatel. Sedangkan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah reagen I"KI dan simplisia diantaranya serbuk amylum manihot, serbuk amylum oryzae, serbuk amylum maydis, serbuk amylum solani dan serbuk amylum tritici.



IV.



PROSEDUR Serbuk tumbuhan yang akan diamati adalah amylum manihot, amylum oryzae,



amylum maydis, amylum solani dan amylum tritici dimana berasal dari simplisia kering organ tumbuhan yang dihaluskan. Sehingga cara pembuatan sediaan histologi untuk serbuk tumbuhan disediakan terlebih dahulu kaca objek dan kaca penutup yang bersih dan bebas minyak. Kemudian diteteskan dari reagen I"KI yang akan digunakan untuk pengamatan di atas kaca objek. Setelah itu, ditambahkan serbuk sampel yang akan diamati pada tetesan reagen I"KI diatas kaca objek dan dicampurkan serbuk sampel dengan reagen I"KI sampai merata. Lalu campuran tersebut ditutup dengan kaca penutup dan sediaan diamati di bawah mikroskop. Dalam penggunaan mikroskop, mikroskop diletakkan terlebih dahulu ditempat datar, kering dan memiliki cahaya yang cukup. Setelah itu, mikroskop dinyalakan dengan memasangkan kabel pada stop kontak dan pijat tobol on. Kemudian dipasang lensa okuler dengan lensa yang memiliki ukuran perbesaran



sedang. Diputar revolver untuk memilih lensa objektif dengan perbesaran paling kecil. Diputar makrometer untuk menjauhkan lensa objektif dengan meja mikroskop. Cahaya diatur agar lensa mendapatkan cahaya yang cukup. Setelah itu, disiapkan preparat yang akan diamati dan diletakkan pada gelas benda di atas lubang meja mikroskop, kemudian preparat dikokohkan dengan penjepit objek. Diputar makrometer perlahan-lahan sehingga lensa objektif berada pada posisi terdekat dengan meja mikroskop. Lalu diamati preparat melalui lensa okuler sambil memutar makrometer untuk menemukan bayangan. Untuk mengatur fokus, digunakan mikrometer sehingga diperoleh bayangan yang jelas.



V.



HASIL PENGAMATAN



5.1 Amylum Manihot (Manihot utilissima Pohl)



Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Sub Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Dicotyledoneae / Magnoliopsida



Ordo



: Malpighiales



Famili



: Euphorbiaceae



Genus



: Manihot



Spesies



: Manihot utilissima Pohl. (Fahn,1995).







Makroskopik



: Berupa serbuk berwarna putih dan sangat halus







Mikroskopik



: Terlihat butiran tunggal , agak bulat, dan bersegi banyak.



Hilus berada ditengah berbentuk garis dalam bercabang tiga, dan lamella tidak terlihat dengan jelas. 



Kandungan



: Amilosa dan amilopektin







Khasiat



: Zat tambahan dan penolong obat (Yani, 2015).







Deskripsi



: Akar tumbuhan masuk ke dalam tanah dengan kedalaman



0,5 sampai 0,6 m. Sebagian akar ubi kayu dimanfaatkan untuk menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat. Maka dari itu buah singkong dapat disebut juga dengan umbi batang. Karena menjadi tempat untuk menyimpan cadangan makanan dalam ukuran yang cukup besar bahkan sampai mengalahkan ukuran akar lainnya. Akar umbi yang besar inilah yang dapat disebut juga dengan umbi singkong. Warna dari umbi singkong yaitu coklat atau kelabu. Kulit dalamnya memiliki warna kuning kemerahan agak putih dengan warna daging kuning serta putih (Depkes RI, 1995).



5.2



Amylum Maydis (Zea mays L)



Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub Divisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledonae / Liliopsida



Ordo



: Poales



Famili



: Poaceae



Genus



: Zea



Spesies



:



Zea



Mays



L.



(Fahn,1995). 



Makroskopik : Berupa serbuk berwarna putih







Mikroskopik : Terlihat butir tunggal bulat, agak bulat, dan persegi. Hilus



ditengah berupa rongga dan lamella tidak terlihat jelas. 



Kandungan







Khasiat : Zat penolong dan tambahan obat (Yani, 2015).







Deskripsi : Biji pada tanaman jagung dilindungi oleh pericarp, sehingga



: Karbohidrat, vitamin, serat, air dan fosfat.



dapat melindungi jagung dengan baik. Dalam biji jagung, ada bagian luar (pericarp), bagian dalam (endosperm), serta bagian lembaga (embrio). Fungsi pericarp adalah menjaga embrio agar selalu cukup air, kemudia bagian endosperm ini berfungsi sebagai cadangan makanan pada jagung. Dimana ada kandungan pati sebanyak 90% dan 10% kandungan zat yang lainnya (minyak, protein, dan mineral). Sedangkan bagian embrio sendiri merupakan inti dari tanaman jagung ini. Dimana embrio akan menjadi cikal bakal terbentuknya biji yang bisa ditanam lagi untuk menjadi tanaman jagung (Fahn, 1995). 5.3



Amilum Oryzae Sketasa dan foto







Makroskopik dan Mikroskopik



 Makroskopik : Serbuk berwarna putih halus  Mikroskopik : Terlihat persegi banyak, tunggal atau majemuk, hilus tidak terlihat jelas dan lamella konsentris 



Dekskripsi/identifikasi fragmen :



 Bentuk amylum oryzae dalam mikroskop dengan pembesaran 15 X 10 yaitu butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella.



5.4







Kandungan : Amilosa dan Amilopektin







Khasiat : Sebagai zat tambahan sediaan obat (Yani, 2015)



Amylum Solani Sketsa dan foto



 Makroskopik dan Mikroskopik Makroskopik



:



Serbuk



berwarna



putih



dan



tidak



berbau



Mikroskopik : Butir tidak beraturan atau bulat kecil berbentuk telur, hilus berupa titik pada ujung yang sempit, dengan lamela konsentris jelas  Dekskripsi/identifikasi fragmen :Amylum solani yang kami amati dari mikroskop dengan pembesaran 15 X 10, dapat dilihat berbentuk butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur, terdapat butir pati juga lamella tapi tidak terlihat jelas.



 Kandungan : Amilosa dan Amilopektin  Khasiat : Zat tambahan untuk sediaan baru (Yani, 2015)



5.5



Amylum Tritici Sketsa dan foto



 Makroskopik dan Mikroskopik Makroskopik : Serbuk sangat halus berwarna putih Mikroskopik : Butir berbentuk cakram besar atau seperti ginjal, hilus dan lamella sukar terlihat  Dekskripsi/identifikasi fragmen: Tanaman gandum mempunyai biji atau kernel yang berbentuk bulat oval dengan panjang sekitar 6 sampai 8 mm dan diameter kira-kira 2 hingga 3 mm. Biji gandum ini mempunyai tekstur yang keras dan terdiri dari 3 bagian yaitu,bran (bagian kulit),endosprema dan germ (bagian lembaga).Seyiap bagian biji ini suliy untuk di pisahkan karena merupakan satu kesatuan biji,tetapi biasanya bagian kulit bisa di pisahkan melalui proses penggilngan saat



pasca panen . Bran adalah kulit luar biji



gandum dan terdiri dari 5 lapisan, yaitu epidermis, endokarp, testa, dan aleuron. Kemudian, endosperma adalah bagian terbesar dari biji gandum yang mengandung banyak protein, air, dan pati. Terakhir, yaitu bagian lembaga



yang merupakan bagian inti dari biji gandum. Bagian lembaga adalah cadaangan makanan dan mengandung lemak(Poejiadi, 2009).  Kandungan : Amilosa dan Amilopektin  Khasiat : Zat tambahan untuk sediaan obat (Yani, 2015) VI.



PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara makroskopik dan



mikroskopik dengan simplisia yang mengandung amylum, yaitu amylum manihot, amylum maydis, amylum oryzae, amylum solani, dan amylum tritici dibawah mikroskop dengan menggunakan reagen I2KI, Kloral Hidrat, Floroglusinol, dan HCL. Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawam, 2004). Simplisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia nabati dan simplisia hewani. Pada praktikum kali ini menggunakan simplisia nabati yang merupakah simplisia berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Afriastini, 1990). Amylum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Depkes, 1997). Reagen pertama yang digunakan adalah I2KI atau lugol yang berfungsi sebagai penguji suatu sampel dengan keberadaan suatu pati (amylum). Dalam senyawa organik, bila sampel yang ditetesi lugol berubah menjadi hitam, maka sampel tersebut banyak mengandung amylum (HAM, 2009). Reagen yang kedua adalah kloral hidrat yang berfungsi sebagai mengidentifikasi keberadaan kristal kalsium oksalat dan reagen yang ketiga adalah floroglusinol ditambahkan HCL untuk mengamati adanya lignin (HAM, 2009).



6.1



Klasifikasi Tumbuhan dan Sumber Simplisia



6.1.1



Amylum Manihot (Pati Singkong) Tanaman Asal : Manihot utilissima Nama Simplisia : Amylum Manihot Klasifikasi: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Euphorbiales



Famili



: Euphorbiaceae



Genus



: Manihot



Spesies



: Manihot utilissima Burm. F



Sumber Simplisia : diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl (Cronquist, 1981)



6.1.2



Amylum Maydis (Pati Jagung) Tanaman Asal : Zea Mays L Nama Simplisia : Amylum Maydis Klasifikasi: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Liliopsida



Ordo



: Poales



Famili



: Poaceae



Genus



: Zea



Spesies



: Zea mays L.



Sumber Simplisia : Pati yang diperoleh dari biji Zea mays L (Cronquist, 1981)



6.1.3



Amylum Oryzae (Pati Beras) Tanaman Asal : Oryzae sativa L. Nama Simplisia : Amylum Oryzae Klasifikasi: Regnum



: Plantae



Divisio



: Spermatophyta



Kelas



: Monocotyledoneae,



Ordo



: Poales,



Famili



: Graminae



Genus



: Oryza Linn



Species



: Oryza sativa L.



Sumber Simplisia : Pati Beras (Sahidin, 2013)



6.1.4



Amylum Solani (Pati Kentang) Tanaman Asal : Solani tuberosum L Nama Simplisia: Amylum Solani Klasifikasi: Kingdom



: Plantae



Divisio



: Spermatophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Solanales



Famili



: Solanaceae



Genus



: Solanum



Species



: Solanum tuberosum L.



Sumber Simplisia : Pati kentang (Setiadi, 2009).



6.1.5



Amylum Tritici (Pati Gandum) Tanaman Asal : Triticum aestivum L Nama Simplisia : Amylum Tritici Klasifikasi: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Liliopsida



Ordo



: Poales



Famili



: Poaceae



Genus



: Triticum



Spesies



: Triticum aestivum L



Sumber Simplisia : Pati yang diperoleh dari buah. (Gembong, 2004).



6.2



Deksripsi Bagian Tumbuhan yang Mengandung Amylum



6.2.1



Amylum Manihot (Pati Singkong) Amylum manihot atau pati singkong menurut Farmakopa IV (1995),



merupakam pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl (Familia Euphorbiaceae). Salah satu fungsi dari amylum manihot adalah sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet. Sangat cocok digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet dengan metoda granulasi basah dengan cara dibuat mucilago terlebih dahulu. Pemerian serbuk halus berwarna putih, kelarutan praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol, tetapi larut dalam air panas. Untuk 1g amilum manihot larutkan dalam 50 ml air panas selama kurang lebih 1menit, dinginkan sampai terbentuk larutan kanji yang encer. Penambahan amilum berfungsi sebagai bahan pengatur aliran serta sebagai bahan pengikat dan penghancur (Voigt, 1984). Selain itu mucilago amilum bersifat netral dan non reaktif sehingga dapat digunakan



dengan kebanyakan zat aktif. Amilum manihot sebagai bahan pengikat biasanya digunakan dalam konsentrasi 5-10% (Banker and Anderson, 1994).



6.2.2



Amylum Maydis (Pati Jagung) Pada serbuk Amylum Maydis menurut Farmakope IV (1995), bagian



tumbuhan yang mengandung amylum adalah biji. Hal tersebut dikarenakan serbuk yang digunakan merupakan amylum yang diperoleh dari biji Zea mays L. Menurut Belfield dan Brown (2008), biji dari Zea mays dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama yaitu dinding sel, endosperma dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemanenan.



6.2.3



Amylum Oryzae (Pati Beras) Pati beras menurut Farmakope IV (1995), merupakan pati yang diperoleh dari



biji Oryza sativa L. (Familia Poaceae) yang berupa butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella. Ketika pati beras ditetesi iod menghasilkan warna biru muda yang berarti menunjukkan bahwa pati beras yang diuji positif mengandung pati. Tanaman semak semusim ini berbatang basah, tingginya 50cm – 1,5 m. batang tegak, lunak, bertuas, berongga, kasar warna hijau. daun tunggal berbentuk pita yang panjangnnya15-30 cm, lebar mencapai 2 cm, perabaan kasar, ujung runcing, tepi rata, berpelepah, pertulangan sejajar, hijau. bungan majemuk berbentuk malai. Buahnya buah batu, terjurai pada tangkai, warna hijau, setelah tua menjadi kuning. Biji keras, bulat telur, putih atau merah (Dalimartha, 1999).



6.2.4



Amylum Solani (Pati Kentang) Menurut Farmakope Indonesia Jilid IV, Pati kentang adalah pati yang



diperoleh dari umbi Solanum tuberosum L. (familia Solanaceae) pemerian, kelarutan, bahan organik asing, wadah penyimpanan : memenuhi syarat seperti yang tertera pada Pati Singkong.



Mikroskopiknya berupa butir tunggal,tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30µm sampai 100µm, atau membulat ukuran 10µm sampai 35 µm. Butir majemuk jarang, terdiri dari maajemuk 2 sampai 4. Hilus berupa titik pada ujung yang sempit ,dengan lamela konsentris jelas terlihat. Amati di bawah cahaya terpolarisasi,tampak bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus.



6.2.5



Amylum Tritici (Pati Gandum) Tanaman gandum morfologi biji gandum pada umumnya terdiri dari kernel



berbentuk ofal dengan panjang 6-8 mm dan diameter 2-3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. biji gandum terdiri dari tiga komponen penting, diantaranya: 1. Bran: Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5% dari total keseluruhan gandum. Bran terdiri dari 5 lapisan yaitu epidermis (3,9%), epikarp (0,9%), endokarp (0,9%), testa (0,6%), dan aleuron (9%). 2. Endosperma: Endosperma merupakan bagian yang terbesar dari biji gandum (8083%) yang banyak mengandung protein, pati, dan air. 3. Lembaga (Germ) : Lembaga terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%. Lembaga merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak lemak dan terdapat bagian yang selnya masih hidup bahkan setelah pemanenan Gandum (Triticum spp.) adalah sekelompok tanaman serealia dari suku padipadian yang banyak mengandung karbohidrat. Pada umumnya, biji gandum (kernel) berebntuk oval dengan panjang 6-8 mm dan diameter 2-3 mm. gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), endosperma, dan lembaga (germ) (Hubeis,1999). 6.3



Perbandingan Ciri-Ciri Amiloplas Hasil Pengamatan dengan Literatur



6.3.1



Amylum Manihot (Pati Singkong) Pada saat dilakukan pengamatan diperoleh ciri-ciri amiloplas pada serbuk



amylum manihot yaitu hilus berada ditengah tetapi berupa titik dan lamela tidak jelas. Ciri-ciri amiloplas pada serbuk amylum manihot sesuai dengan literatur dimana menurut Farmakope IV (1995), hilus tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang



tiga, lamela tidak jelas. Selain hilus, seharusnya terdapat ciri-ciri lain menurut Farmakope IV (1995), diantaranya berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil diameter 5µm sampai 10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya.



6.3.2



Amylum Maydis (Pati Jagung) Pada saat dilakukan pengamatan diperoleh ciri-ciri amiloplas pada serbuk



amylum maydis yaitu hilus berada ditengah tetapi bentuk hilus tidak terlihat jelas dan tidak terdapat lamela. Ciri-ciri amiloplas pada serbuk amylum maydis sesuai dengan literatur dimana menurut Farmakope IV (1995), hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5, dan tidak ada lamela. Selain hilus, seharusnya terdapat ciri-ciri lain menurut Farmakope IV (1995), diantaranya butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2µm sampai 23µm atau butir bulat dengan diameter 25µm sampai 32µm. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi akan tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Butir bersegi banyak tidak bisa ditentukan dikarenakan gambar yang diperoleh memiliki kualitas yang tidak terlalu jelas untuk dilihat bentuknya sehingga tidak dapat ditentukan apakah butir tersebut bentuknya bersegi banyak atau butir bulat. Selain itu, ukurannya pun tidak dapat diketahui dikarenakan pada saat dilakukan pengamatan tidak dilakukan pengukuran terhadap butir yang terlihat. 6.3.3



Amylum Oryzae (Pati Beras) Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopik amiloplas pada serbuk amylum



oryzae berebntuk butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur dengan hilus ditengah, tidak terlihat jelas, tidak terdapat lamella, konsentris. Jika diamati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam dan memotong pada hilus. Ciri-ciri amiloplas pada serbuk amylum oryzae sesuai dengan literatur, dimana menurut Farmakope



(1995)



bitur



versegi



banyak



ukuran



2µm sampai 5µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus di tengah tidak terlihat jelas, tidak ada lamela, konsentris.



6.3.4



Amylum Solani (Pati Kentang) Pada saat dilakukan pengamatan mikroskopik diperoleh amylum solani yang



lamelanya terlihat dengan jelas dan berbentuk butir tunggal yang berbentuk bulat dan juga ada yang berbentuk tidak beraturan yang terletak esentri. Ciri amiloplas menurut literatur Farmakope Indonesia jilid IV yaitu Mikroskopiknya berupa butir tunggal,tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30µm sampai 100µm, atau membulat ukuran 10µm sampai 35 µm. Butir majemuk jarang, terdiri dari maajemuk 2 sampai 4. Hilus berupa titik pada ujung yang sempit ,dengan lamela konsentris jelas terlihat. Amati di bawah cahaya terpolarisasi,tampak bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus. Keadaan lamella pada percobaan sesuai dengan literatur tetapi hilus pada percobaan tidak terlihat seharusnya pada lieratur hilus berupa titik pada ujung yang sempit di dalam lamella. Karena pada percobaan hanya menggunakan perbesaran 10x jadi bisa saja hilus nya tidak terlihat.



6.3.5



Amylum Tritici (Pati Gandum) Dilihat dari percobaan mikroskopik yang ditemukan dalam amylum tritici



dengan reagen lugol sukar terlihat hilus dan lamelanya sehingga tidak bisa dilihat perbedaan hilus dan lamela dan jika memperbesar lensa okuler akan membuat objek terlihat gelap sehingga sulit melihat serbuk jika dibandingkan dengan literatur menurut Farmakope IV (1995), yaitu butir, bentuk cakram besar atau seperti ginjal ukuran 10µm sampai 45µm, bentuk bulat telur,terbelah sepanjang poros utama, butir bersegi banyakatau bulatan kecil, ukuran 2 µm sampai 10µm. Jarang diketemukan butiran denganukuran sedang. Hilus dan lamela sukar terlihat. Amati di bawah cahaya terpolarisasi,tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.



VII.



KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan



bahwa: 1.



Amylum Manihot (Pati Singkong) Pada serbuk amylum manihot bagian tumbuhan yang terkandung amylum pada umbi akar singkong dengan hasil perolehan dari warna ungu ketika di tambahkan reagen lugol yang menandakan adanya amylum berupa amilosa dan amilopektin. Dimana pada saat dilakukan pengamatan diperoleh ciri-ciri hilus berbentuk titik yang cukup jelas dan tidak terdapat lamela dan amilopektin berwarna hijau.



2.



Amylum Maydis (Pati Jagung) Pada serbuk Amylum Maydis bagian tumbuhan yang mengandung amylum adalah biji ditandai dengan hasil pengamatan yang diperoleh terdapat warna ungu pudar ketika dicampur reagen I"KI yang menandakan adanya amylum dengan dominan amilosa daripada amilopektin. Dimana amiloplas hasil pengamatan adalah hilus ditengah dan tidak terdapat lamela.



3.



Amylum Oryzae (Pati Beras) Pada serbuk Amylum Oryzae, bagian tumbuhan yang mengandung amylum adalah biji. Ditandai dengan hasil pengamatan secara mikroskopik yang diperoleh yaitu butir bersegi banyak, hilus tidak terlihat dan tidak terdapat lamela.



4.



Amylum Solani (Pati Kentang) Amilum solani memiliki amilum tunggal yang terdapat pada umbi akar, lamela tidak beraturan atau bulat telur, butir majemuk jarang, terdiri 2-4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit.



5.



Amylum Tritici (Pati Gandum) Pada serbuk amylum tritici, bagian tumbuhan yang mengandung amylum adalah biji. Ditandai dengan hasil pengamatan secara mikroskopik yang diperoleh yaitu hilus dan lamela kurang telihat.



DAFTAR PUSTAKA Amir, (2012). Analisis Tanaman. Yogyakarta: UGM. Anwar, E. et al. (2004). Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Banker, G.S., Pick, G.E., Baley, G.I. (1980). Tablet Formulation In Lieberman, H.A.,Lachman, L., (Editors), Pharmaceutical Dosage Forms, Vol I, Marcel Decker Inc., New york. Caye, M., Drapcho, N., dan Terry, H. (2008). Biofuels Engineering Process Technology. USA: The McGraw-Hill Companies Inc. Cornelia, M., Syarief, R., Effendi, H., dan Nurtama, B. (2011). Pemanfaatan Biji Durian (Durio zibenthinus Murr.) dan Pati Sagu (Metroxylon sp.) dalam Pembuatan Bioplastik, J. Kimia Kemasan. 35(1): 20-29 Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: BPOM. Erliza, H., dkk, 2008, Teknologi Bioenergi, PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Fahn, A. (1995). Anatomi Tumbuhan. edisi ketiga.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Gunawan,D.,Mulyani,S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.



Gembong, T. (2004). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. HAM, D, M. (2009). Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara. Hubeis, M. (1999). Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan Bagi Staf Penganjar. Kerjasama Pusat Studi Pangan Pangan & Gizi.



Bogor:



IPB



dengan



Direktorat



Jenderal



Pendidikan



Tinggi,



DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Bogor. Kent NL. (1975). Technology of Cereals with Special References to Wheat. Oxford: Pergamon Pr. Poedjiadi. (2009). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Raandesky. (2011). Karbohidrat. Makassar: Duniaara 13. Setiadi, (2009). Budi Daya Kentang, Jakarta: Penebar Swadaya. Syamsuni, H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Voigt. (1984). Buku Ajar Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakrta: Gramedia. Yani, (2015). Farmakognosi. Jakarta: EGC.



PRAKTIKUM 2 RADIX I.



TUJUAN Dapat



melakukan



pengamatan



makroskopik



dan



mikroskopik,



serta



mengetahui fragmen – fragmen yang terdapat pada 3 simplisia yang diuji, yaitu catharanti radix, elephantopi radix, dan rhei radix menggunakan mikroskop. II. 2.1



TEORI DASAR Definisi Menurut Weier, Stoeking dan Barbour (1974) Root berasal dari kata Rot



bahasa Anglosaxon (Inggris). Root is the descending axis of a plant, artinya akar adalah poros tanaman yang arah geraknya ke bawah (Agustina, 2004). Secara umum, tanaman tingkat tinggi mempunyai empat bagian penting akar, yaitu akar utama atau akar primer, akar lateral atau akar sekunder atau akar cabang, rambut atau bulu akar, dan tudung akar (Hidayat, 1995).



2.2



Morfologi Akar



Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan umumnya berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks di ujung embrio dalam biji yang berkecambah. Pada gymnospermae dan dikotil akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. Sistem akar tersebut dinamakan akar tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak bertahan lama kehidupan tumbuhan dan segera mongering (Gunawan, 2004). a. Catharanti radix (Akar tapak dara) Tanaman tapak dara merupakan perdu yang tumbuh mencapai 1 meter. Tanaman ini memiliki sistem perakaran serabut dan berwarna kecoklatan (Afriastini, 1990). b. Elephantopi radix (Akar tapak liman)



Bunga berwarna merah-ungu, terbagi menjadi lima bagian dan mulai muncul sekitar bulan april sampai oktober. Pada tumbuhan ini terjadi pembuahan dini. Akar pada tanaman ini besar, kuat dan berbulu seperti pohon sikat (Estiti, 2008). c. Rhei officinalis radix (Akar kelembak) Tanaman kelembak merupakan tanaman rempah herbal yang mempunyai ukuran besar, berdiri tegak, termasuk tanaman tahunan, dengan ukuran tinggi lebih dari 2,5 m. Akar tanaman kalembak tebal, berizoma, bercabang, hamper berdaging dan berwarna kuning muda (Gunawan, 2004). Secara morfologi, struktur akar terdiri dari leher akar atau yang dikenal dengan nama ilmiah (collum) yang merupakan pangkal tumbuhnya akar, yang dekat dengan permukaan tanah dan tersambung langsung dengan pangkal batang. Leher akar biasanya berwarna lebih terang, sehingga mudah dibedakan dari struktur lainnya. Batang akar ( corpus radicis ), merupakan bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujung akar. Batang akar disebut juga sebagai akar pokok. Batang akar merupakan bagian akar yang terus berkembang. Dari batang akar akan berkembang cabangcabang akar yang disebut radix lateralis. Cabang-cabang akar merupakan bagianbagian akar yang tidak langsung bersambung dengan pangkal batang. Akar pokok terdiri dari beberapa cabang akar. Setiap cabang akar dapat mengadakan percabangan lagi. Setiap cabang akar memiliki serabut akar yang disebut fibrilla radicalis. Pada setiap struktur akar terdapat ujung akar ( apex radicis ), yaitu bagian akar yang paling muda, tersusun dari jaringan-jaringan yang masih dapat mengadakan pertumbuhan. Dan bagian akar yang letaknya paling ujung, terdiri atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah adalah tudung akar ( calyptras ). Tudung akar sebagai pelindung ujung akar dalam menembus tanah selalu halus, dan dalam bagian yang halus itu selalu diganti dengan yang baru ( Sulastry, 2011).



2.3



Anatomi Akar Struktur dan jaringan penyusun dibedakan menjadi 2 yaitu struktur bagian luar



dan struktur bagian dalam. Untuk membedakan struktur akar pada tumbuhan dapat dibedakan secara morfologi dan anatomi. Secara morfologis yaitu dengan memotong



akar secara membujur. Maka struktur jaringan akar terdiri atas : leher akar (pangkal akar), rambut akar, ujung akar, dan tudung akar. Secara anatomi yaitu dengan memotong akar secara melintang. Maka struktur jaringan akar terdiri atas : epidermis, korteks, endodermis, stele (silinder pusat). Struktur bagian luar akar (morfologi akar) yang terdiri dari: Leher akar merupakan bagian akar yang menghubungkan antara akar dengan batang tumbuhan. Batang akar merupakan bagian akar yang terletak antara leher akar dan ujung akar. Cabang akar merupakan bagian yang tidak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi tumbuh dari akar utama. Rambut akar atau bulu-bulu akar merupakan rambut-rambut halus yang bercabang-cabang yang tumbuh dari sel-sel kulit luar (epidermis). Rambut akar hanya tumbuh dekat ujung akar dan umumnya relatif pendek, fungsinya untuk memperluas daerah penyerapan air dan mineral. Ujung akar merupakan bagian paling bawah dari akar tumbuhan yang dilindungi oleh tudung akar ( kaliptra). Tudung akar terletak di bagian paling ujung dan berfungsi untuk melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu menembus tanah (Setiawan, 2019).



Bagian-bagian akar jika dipotong secara melintang. Bagian terluar dari akar disebut epidermis, lalu korteks, endodermis dan silinder pusat (stele). 1) Epidermis Dalam struktur anatomi akar, epidermis merupakan bagian terluar dari akar yang berasal dari protoderm. Sel epidermis akar berdinding tipis, tersusun rapat dan biasanya tidak memiliki kutikula sehingga mudah ditembus air. Pada bagian epidermis ini tumbuh rambut-rambut akar yang berfungsi untuk pengambilan air dan garam mineral. Rambut-rambut akar merupakan modifikasi dari sel sepidermis akar. Pertumbuhan rambut-rambut akar menyebabkan permukaan akar lebih luas sehingga proses penyerapan lebih efisien (Anwar, 2004).



2) Korteks Setelah epidermis, struktur anatomi akar dilanjut dengan keberadaan korteks yang tersusun atas jaringan parenkim. Jaringan parenkim ini berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Dalam sel-sel korteks terdapat cadangan makanan berupa amilum dan substansilain. Sel-sel korteks berbentuk relatif bulat (isodiametris) dengan ruang interseluler yang jelas. Air dan garam-garam mineral yang masuk melalui bulu akar akan melewati sel-sel korteks melalui ruang-ruang interseluler yang disebut dengan peristiwa transportasi ektravasikuler secara apoplas (Anwar, 2004).



3) Endodermis Endodermis merupakan jaringan antara korteks dan silinder pusat atau stela. Jaringan ini terdiri dari satu lapis sel dengan dinding sel yang tebal dan mengandung lilin. Di jaringan endodermis ini terjadi pengaturan pemasukan air ke dalam jaringan angkut yang berada di dalam silinder pusat (Anwar, 2004).



4) Silinder pusat (stele) Silinder pusat atau stele merupakan bagian terdalam dari struktur anatomi akar. Jaringan pembuluh primer dikelilingi oleh kumpulan sel yang disebut jaringan perisikel yang terletak berdampingan. Jaringan perisikel ini bersifat meristematis dan mampu membentuk cabang akar. Bagian dalam perisikel ini terdapat jaringan sekunder, yaitu floem dan xilem. Sel-sel pada perisikel mudah membelah dan membentuk percabangan, sehingga pertumbuhan cabang akar bersifat endogen. Fungsi dari perisikel ini yaitu sebagi penunjang pertumbuhan sekunder dan pertumbuhan akar ke samping. Xilem dan floem terletak pada bagian dalam perisikel. Stele ini dapat membentuk empulur pada tumbuhan monokotil tetapi tidak pada tumbuhan dikotil (Anwar, 2004).



2.4



Fungsi Akar Akar bagi tumbuhan mempunyai tugas untuk memperkuat berdirinya



tumbuhan, Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam tanah, Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan, Kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan (Hidayat, 1995). Fungsi tambahannya adalah tempat aktivitas metabolik, misalnya: respirasi, tempat penyimpanan bahan cadangan makanan, misalnya kabohidrat, tempat penghasil fitohormon, misalnya sitokinin (Agustina, 2004). Akar merupakan salah satu organ tumbuhan yang paling vital. Tumbuhan tidak dapat bergerak dengan bebas (mobile) seperti hewan dan manusia, namun tumbuhan mempunyai akar untuk tetap tegak berdiri. Selain sebagai penopang tubuh tumbuhan seperti pada akar tunggang dan serabut, akar juga mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Organ penyerap dan pengambil air dan mineral hara dari dalam tanah. Air dan mineral hara yang jauh dari zona perakaran dapat diserap akar dengan bantuan rambut-rambut akar; 2. Akar dapat bermodifikasi menjadi tempat menyimpan cadangan makanan. Misalnya pada wortel dan bengkuang; 3. Sebagai alat reproduksi. Misalnya pada tumbuhan yang berimpang, seperti jahe, kunyit serta tanaman lain seperti sukun dimana bagian akarnya dapat tumbuh tunas yang dapat menjadi tumbuhan baru (Anfriastini, 1990).



2.5



Kandungan Kimia Akar Kandungan kimia yang dihasilkan tapak dara menurut Hariana (2006),



vincristine, vinblastine, reserpine, ajmalicine, dan serpentine. Kandungan lainnya adalah



catharanthine,



leurosine,



norharman,



lochnerine,



tetrahydroalstonine,



vindoline, vindolinine, akuammine, vincamine, vinleurosin, dan vinrosidin. Sedangkan menurut Dessisa (2001) adalah alkaloid. Kandungan kimia tapak liman Elephantopin, Deoxyelephantopin, Isodeoxyelephantopin, 11, 1, Dihydrodeoxyelephantopin, Elephantin, Efriedelinol,



Stigmasterol, Triacontan-1-ol, Dotriacontan-1-ol, Lupeol, Lupeol acetate,dan Stigmasterol turunan steroid (Zainudhin, 2013). Kandungan kimia yang dihasilkan kelembak adalah antranoid, khusunya glikosida antrakinon seperti rhein (semosida A dan B), aloe-emodin, physcion. Juga mengandung asam oksalat, tanin yaitu gallotanin, katekin dan prosianidin. Sedangkan kandungannya yang lain adalah pektin, asam fenolat (Newall et al, 1996; Bradley, 1992; Chirikdjan et al, 1983). III.



ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, kaca objek dan



kaca penutup dan spatel. Sedangkan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah HCl, reagen floroglusinol, reagen I_2 KI, reagen kloral hidrat dan simplisia diantaranya serbuk catharanti radix, serbuk elephantopin radix dan rhei officinalis radix.



IV.



PROSEDUR Serbuk tumbuhan yang akan diamati adalah catharanti radix, elephantopin



radix dan rhei officinalis radix yang berasal dari simplisia kering organ tumbuhan yang dihaluskan. Sehingga cara pembuatan sediaan histologi untuk serbuk tumbuhan disediakan terlebih dahulu kaca objek dan kaca penutup yang bersih dan bebas minyak. Kemudian diteteskan reagen kloral hidrat yang akan digunakan untuk pengamatan di atas kaca objek. Setelah itu, ditambahkan serbuk sampel yang akan diamati pada tetesan reagen kloral hidrat diatas kaca objek dan dicampurkan serbuk sampel dengan reagen kloral hidrat sampai merata. Lalu campuran tersebut ditutup dengan kaca penutup dan sediaan diamati di bawah mikroskop dengan berbagai pembesaran lensa yang sesuai. Setelah dilakukan pengamatan menggunakan reagen kloral hidrat, kemudian dilakukan perlakuan yang sama seperti prosedur sebelumya, hanya saja reagen yang digunakan berbeda yaitu I"KI dan floroglusinol + HCl.



Dalam penggunaan mikroskop, mikroskop diletakkan terlebih dahulu ditempat datar, kering dan memiliki cahaya yang cukup. Setelah itu, mikroskop dinyalakan dengan memasangkan kabel pada stop kontak dan pijat tobol on. Kemudian dipasang lensa okuler dengan lensa yang memiliki ukuran perbesaran sedang. Diputar revolver untuk memilih lensa objektif dengan perbesaran paling kecil. Diputar makrometer untuk menjauhkan lensa objektif dengan meja mikroskop. Cahaya diatur agar lensa mendapatkan cahaya yang cukup. Setelah itu, disiapkan preparat yang akan diamati dan diletakkan pada gelas benda di atas lubang meja mikroskop, kemudian preparat dikokohkan dengan penjepit objek. Diputar makrometer perlahan-lahan sehingga lensa objektif berada pada posisi terdekat dengan meja mikroskop. Lalu diamati preparat melalui lensa okuler sambil memutar makrometer untuk menemukan bayangan. Untuk mengatur fokus, digunakan mikrometer sehingga diperoleh bayangan yang jelas.



V. 5.1



HASIL PENGAMATAN Catharanti Radix (Catharanthus roseus)



 Pembesaran: 400x  Reagen: kloral hidrat



 Pembesaran: 400x  Reagen: I2KI



 Pembesaran: 40x  Reagen: fluoroglusinol-HCl  Makroskopis: tidak berbau, rasa pahit, serbuk berwarna putih kekuningan.  Mikroskopis: jaringan gabus, parenkim xylem, parenkim floem, parenkim korteks  Akar tapak dara merupakan tanaman perdu yang tumbuh mencapai ketinggian 1 meter. Tanaman ini memiliki sistem perakarannya serabut dan memiliki warna kecoklatan.  Kandungan kimia di dalam akar tapak dara ini salah satunya adalah alkaloid  Penggunaan mengandung senyawa anti kanker, juga bisa digunakan sebagai sntihipertensi, antidiabetes, dan leukemia (Depkes, 1997).



5.2 Elephantopi Radix (Elephantopus scaber)



 Pembesaran: 100x  Reagen: kloral hidrat  Makroskopis: bau lemah, tidak khas, rasa tawar, berwarna coklat kekuningan.  Mikroskopis: serabut, rambut, parenkim, rambut, fragmen kalsium oksalat bentuk roset dan pembuluh kayu.  Akar tapak liman berbentuk seperti tombak, perakarannya sangat kuat, sehingga tanaman ini sulit untuk dicabut. Akar dari tumbuhan  ini berukuran sekitar 18cm. akarnya termasuk tunggang yang menandakan bahwa tumbuhan ini termasuk dikotil. (Gunawan, 2004)



 Kandungan



kimia



didalamnya



yaitu



stigmasterin.



5.3 Rhei Radix (Rheum officinale Baillon)



epiprirlinol,



lupeol,



dan



 Pembesaran: 400x  Reagen: kloral hidrat  Makroskopis: bau khas, aromatik, rasa agak pahit, berwarna coklat.  Mikroskopis: jaringan gabus, parenkim dengan Kristal kalium oksalat bentuk bintang besar.  Akar kelembak memiliki jaringan gabus berdinding tipis, bentuk segi empat memanjang. Sel parenkim korteks berdinding tipis, berisi butir pati, bentuk bundar atau setengah bundar mempunyai hilus, tunggal atau berkelompok (Fahn, 1995).  Kandungan kimia pada akar kelembak: glikosida antrakuinon yang dalam penguraian akan menghasilkan emodi, rein, aloe emodin, dan asam krisofanat. Terdapat pula tannin, pectin, katekin, pati, dan kalsium oksalat (Yani, 2015)



VI.



PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara makroskopik dan



mikroskopik dengan catharanti radix, elephantopus radix, dan rhei officinalis radix dibawah mikroskop dengan menggunakan reagen I2KI, Kloral Hidrat, Floroglusinol, dan HCL. Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawam, 2004). Simplisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia nabati dan simplisia hewani. Pada praktikum kali ini menggunakan simplisia nabati yang merupakah simplisia berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman atau isi sel



dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Afriastini, 1990). Amylum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Depkes, 1997). Reagen pertama yang digunakan adalah I2KI atau lugol yang berfungsi sebagai penguji suatu sampel dengan keberadaan suatu pati (amylum) dalam senyawa organik, bila sampel yang ditetesi lugol berubah menjadi hitam, maka sampel tersebut banyak mengandung amylum (HAM, 2009). Reagen yang kedua adalah kloral hidrat yang berfungsi sebagai mengidentifikasi keberadaan kristal kalsium oksalat dan reagen yang ketiga adalah floroglusinol ditambahkan HCL untuk mengamati adanya lignin (HAM, 2009).



6.1 Catharanti Radix (Akar Tapak Dara) Tanaman Asal : Catharanti roseus Nama Simplisia



: Catharanti Radix



Klasifikasi: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Gentiales



Famili



: Apocynaceae



Genus



: Catharantus



Spesies



: Catharantus roseus



Sumber Simplisia : akar dari tumbuhan Catharantus roseus (Cronquist, 1981). Menurut Badan POM Republik Indonesia (2008), morfologi akar Catharantus roseus berupa akar tunggang dan berwarna putih kekuningan. Tanaman tapak dara merupakan tanaman perdu yang tumbuh mencapai ketinggian 1 meter. Kandungan kimia yang dihasilkan tapak dara menurut Hariana (2006), vincristine, vinblastine, reserpine, ajmalicine, dan serpentine. Kandungan lainnya



adalah



catharanthine,



leurosine,



norharman,



lochnerine,



tetrahydroalstonine,



vindoline, vindolinine, akuammine, vincamine, vinleurosin, dan vinrosidin. Sedangkan menurut Dessisa (2001) adalah alkaloid. Menurut Mangan (2003), suatu senyawa yang diduga dapat mengobati kanker (antikanker) idealnya dapat segera membunuh sel kanker tanpa efek samping seperti merusak jaringan normal, namun hingga kini belum ada obat kanker dengan kriteria tersebut. Sebelumnya, pemanfaatan tapak dara digunakan untuk meredakan nyeri otot, obat depresi, obat sistem pusat, menghilangkan bengkak akibat sengatan tawon, obat mimisan, gusi berdarah, bisul, dan sakit tenggorokan. Menurut Friis dan Gilbert (2000), saat ini penggunaan tapak dara mengalami kemajuan, salah satunya ialah penemuan obat antikanker. Komponen aktif antikanker yang dihasilkan ialah vinkristin dan vinblastin. Kedua senyawa tersebut dapat menghambat sel kanker pada tahap metafase atau mitosis kemudian dapat menghambat sintesis purin, DNA, RNA yang terdapat pada sel kanker, sehingga proliferasinya dapat dihambat. Proses molekuler penghambatan kanker dilakukan dengan cara menghambat sintesis DNA. Replikasi DNA terjadi apabila adanya sintesis rantai nukleotida yang baru. Proses ini berlangsung apabila tersedianya komplementasi pasangan basa (purin dan pirimidin) untuk menghasilkan cetakan baru. Menurut Fowler (1983), dengan terhambatnya sintesis purin maka proses replikasi DNA sel kanker tidak terjadi, sehingga dapat menghambat proliferasi sel kanker. Menurut Wijayakusuma (2005), meskipun kedua senyawa tersebut dapat menghambat kanker, namun vinkristin mempunyai efek antikanker yang lebih tinggi daripada vinblastine. Pada pengamatan pertama, dilakukan pengamatan pada serbuk simplisia catharanti radix yang kemudian ditambahkan reagen kloral hidrat diperoleh hasil pengamatan fragmen jaringan gabus. Setelah itu, dilakukan pengamatan pada serbuk simplisia catharanti radix yang kemudian ditambahkan reagen I"KI dan diperoleh hasil pengamatan tidak begitu jelas yaitu diantara fragmen jaringan gabus atau parenkim floem. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada serbuk catharanti radix yang kemudian ditambahkan reagen floroglusinol + HCl diperoleh hasil pengamatan



fragmen jaringan gabus. Ciri-ciri fragmen hasil pengamatan sesuai dengan literatur, dimana menurut Depkes RI (1989), fragmen pengenal adalah fragmen jaringan gabus dengan sel-sel empat persegi panjang. Selain fragmen jaringan gabus dengan sel-sel empat persegi panjang, seharusnya terdapat fragmen pengenal lain yang terdapat pada serbuk simplisia catharanti radix dimana fragmen jaringan gabus terpotong paradermal berbentuk polygonal, dengan dinding tebal. Fragmen parenkim xilem berbentuk polygonal, dinding tebal dengan noktak kecil-kecil, fragmen parenkim korteks bentuk hamper bulat, berdinding tipis, fragmen parenkim floem berbentuk bulat panjang dengan dinding tidak beraturan.



6.2 Elephantopi Radix (Akar Tapak Liman) Tanaman Asal : Elephantopus scaber Nama Simplisia



: Elephantopi Radix



Klasifikasi: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Asterales



Famili



: Asteraceae



Genus



: Elephantopus



Spesies



: Elephantopus scaber



Sumber Simplisia : akar dari tumbuhan Elephantopus scaber Morfologi Bunganya berwarna merah-ungu, terbagi menjadi lima bagian dan mulai muncul sekitar bulan April sampai Oktober. Bunganya mekar antara Jam 13-14 siang, dimana bunganya siap untuk dibuahi oIeh serangga, dan sekitar jam 16 bunga telah tertutup kembali.Bunganya berwarna ungu dan tumbuh dari jantung daun. Pada tumbuhan ini terjadi pembuahan dini. Akar pada tanaman ini besar, kuat dan berbulu seperti pohonsikat.



Tapak liman merupakan tanaman jenis rumput-rumputan yang tumbuh sepanjang tahun, berdiri tegak, berdaun hijau-tua. Daun rendahan berkumpul membentuk karangan di dekat akar-akar, dengan tangkai yang pendek; bentuknya panjang sampai bundar telur, berbulu, bentuknya besar sekitar 4-35 x 2-7cm (Sulisty, 2013). Tapak liman yang mempunyai rasa pahit, pedas, dan menyejukkan ini berkhasiat sebagai penurun panas antibiotika, anti radang, peluruh air seni, menghilangkan pembengkakan serta menetralkan racun (Sulisty, 2013). Kandungan



Senyawa



Daunnya



:



Elephantopin,



deoxyelephantopin,



isodeoxyelephantopin, dll. Juga terdapat stigmasterol turunan steroid yang dapat memacu gairah seksual. Bunga : Flavonoidaluteolin-7-glucosida dan akar mengandung epiprielinol. Lupeol dan stigmasterin. Elephantopus scaber atau Tapak Liman adalah herba menahun yang tumbuh liar



dan



sudah



familier



di



kalangan



masyarakat.



Elephantopus



scaber merupakan herba tegak yang berasal dari Amerika tropis yang sekarang banyak dijumpai di daerah Asia, Australia dan di tempat yang lain.. Tanaman ini sudah sejak lama dikenal sebagai tanaman obat keluarga ( Toga) di berbagai daerah. Karena Tapak Liman memiliki kemiripan bentuk habitus dengan tanaman yang lain, maka perlu mengenal lebih teliti bagian-bagian dari tubuh tanaman ini, misalnya bentuk daun, bentuk batang, bentuk bunga ,dan sebagainya. Gambargambar yang disajikan berikut ini untuk membantu mengurangi tingkat kesalahan dalam mengenali Elephantopus scaber atau Tapak Liman (Sulisty, 2013). Secara makroskopik tapak liman memiliki batang pendek dan kaku, tingginya mencapai 30 – 60 cm, dan berambut kasar. Daun tunggal berkumpul pada permukaan tanah membentuk roset akar. Daun bentuknya lonjong, tepi melekuk dan bergerigi tumpul, ujung tumpul, permukaan berambut kasar, pertulangan menyirip, warna hijau tua, panjang 10 – 18 cm, lebar 3 – 5 cm. Tangkai bunga keluar dari tengah-tengah roset dengan tinggi 60 – 75 cm. Batang tangkai bunga kaku dan liat, berambut panjang dan rapat, bercabang dan beralur. Daun pada tangkai bunga kecil, letaknya jarang, panjang 3 – 9 cm, lebar 1 – 3 cm. Bunga majemuk berbentuk bongokol,



letaknya di ujung batang, berwarna ungu, mekar apda siang hari sekitar pukul satu siang dan menutup kembali pada sore hari. Buah berupa longkah yang keras, berambut, berwarna hitam. Akarnya tunggang besar berwarna putih. (Dalimartha, 2003: 155). Secara organoleptik tapak liman berupa tumbuhan berwarna hijau, daun bergelombang berbentuk lonjong, bunga majemuk berbentuk bongkol, buah berupa buah longkah keras, akarnya akar tunggang berwarna putih. Rasa agak pahit, pedas, sifat sejuk, astringen. (Dalimartha, 2003: 155). Fragmen pengenal diamati dibawah mikoskop dengan perbesaan 40x untuk melihat fragmen pengenal ditetesi senyawa kimia Kloral Hidrat (Chloral Hydrate Solution). Dalam pengamatan terdapat fragmen pengenal berupa rambut, sel batu, serabut, hablur kalsium oksalat, terdapat pembuluh kayu, dan parenkim. Pemilihan simplisia Elephantopi Radix dikarenakan karena dari organoleptik teramati bahwa sampel berwarna coklat keputihan hal ini menandakan bahwa sampel merupakan bagian salah satu bagian dari radix, cortex, fructus, ataupun rizoma. Pada saat dicicipi ternyata sampel ini tidak berbau serta tidak berasa, hal ini meyakini bahwa sampel bukan simplisia fructus, dan cortex. Pada saat dilihat dibawah mikroskop terdapat fragmen pengenal yang terlihat yaitu rambut penutup yang runcing, banyak terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, pembuluh kayu dengan penebalan spiral. Pada rhizoma tidak terdapat fragmen pengenal berupa rambut penutup yang runcing selain itu pada rhizoma tidak terdapat fragmen pengenal berupa hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Sehingga sampel ini bukan termasuk simplisia rhizoma. Pada radix yang terdapat rambut penutup yang runcing, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, pembuluh kayu penebalan spiral hanya terdapat pada Elephantopi Radix. Hal ini diperkuat setelah melihat ulang bahawa sampel yang diamati merupakan serbuk berwarna coklat kekuningan. Yang memiliki serbuk berwana coklat kekuningan pada radix diantara Catharanti Radix, Elephantopi Radix, dan Rhei Officinalis Radix hanya Elephantopi Radix. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut merupakan simplisia dari Elephantopus scaber L. Yaitu Elephantopi Radix.



6.2 Rhei Officinalis Radix (Akar Kelembak) Tanaman Asal : Rheum officinale Baill. Nama Simplisia



: Rhei Officinalis Radix



Klasifikasi Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Polygonales



Famili



: Polygonaceae



Genus



: Rheum



Spesies



: Rheum officinale Baill.



(Backer & Bakhuizen, 1965) Makroskopik: Warna kuning kecoklatan; bau khas aromatik; rasa agak pahit dan agak kelat. Mikroskopik: Pada penampang melintang akar tampak jaringan gabus, berdinding tipis, bentuk segi empat memanjang letaknya teratur. Sel parenkrim korteks berdinding tipis, berisi butir pati, bentuk bundar atau setengah bundar mempunyai hilus, tunggal atau berkelompok, juga terdapat kristal kalsium oksalat bentuk roset besar dan tersebar. Fragmen khas dari simplisia Rheum officinale adalah Ca-Oksalat berbentuk roset atau bunga dengan kelopak bertumpukan. Ca-oksalat cenderung berwarna kelabu dengan ukuran 100-200 nm. Ca-oksalat ini juga sering ditemukan menempel di fragmen parenkim. (Anonim,1995). Kelembak termasuk tanaman perdu atau terna, yang tumbuh kadang kadang memanjat, jarang yang berupa pohon, tidak berduri, tanpa getah lateks. Daunnya tersusun spiral, kadang-kadang berhadapan atau melingkar, umumnya ada seludang daun atau upih. Bunganya hermafrodit, jarang berumah 1 atau 2, muncul di ketiak daun atau di ujung ranting; aktinomorf, ada kelopak tetapi tidak ada mahkota. Tepala 4-6, benang sari 4-9. Bakal buahnya menumpang, pipih atau berbentuk segitiga,



beruang 1, isi 1 bakal biji. Buahnya kering tidak terbelah dan bijinya tidak bersayap (Sutrisno, 1998). Morfologi kalembak mempunyai akar berupa potongan padat, keras, berat, bentuknya hampir silindrik, serupa kerucut atau berbentuk kubus cekung, pipih atau tidak beraturan. Kadang berlubang dengan panjang 5 cm sampai 15 cm, lebarnya 3 cm sampai 10 cm, permukaannya yang terkupas agak tersudut-sudut, umumnya diliputi serbuk berwarna kuning kecoklatan terang, bagian dalamnya berwarna putih keabuan dengan garis-garis coklat kemerahan. Pada pengamatan dengan kaca pembesar terhadap bidang melintang terlihat garis-garis tersebut pada beberapa tempat merupakan bentuk bintang. Patahan melintang tidak rata, berbutir-butir putih kelabu, merah muda sampai coklat merah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Kelembak mempunyai kandungan antranoid, khusunya glikosida antrakinon seperti rhein (semosida A dan B), aloe-emodin, physcion. Juga mengandung asam oksalat, tanin yaitu gallotanin, katekin dan prosianidin. Sedangkan kandungannya yang lain adalah pektin, asam fenolat (Newall et al, 1996; Bradley, 1992; Chirikdjan et al, 1983). Akar kelembak adalah akar dari tumbuhan Rheum officinale. Fragmen yang ditemukan pada simplisia sampel dengan menggunakan reagen kloral hidrat berupa kristal kalsium oklasat berbentuk roset yang terlihat banyak dan terpisah-pisah dibawah mikroskop, selain itu terlihat juga butiran pati yang terlihat berbentuk agak bulat dan berbentuk topi baja dengan hilus berupa titik ditengah dan terlihat berkelompok. Ciri-ciri yang ditemukan dalam pengindentifikasian sama persis dengan fragmen-fragmen yang terdapat dalam litelatur menurut Depkes RI (1989),. bahwa ciri amilum pada Rheum officinale secara mikroskopik pada penampang melintang akar tampak jaringan gabus, berdinding tipis, bentuk segi empat memanjang letaknya teratur. Sel parenkrim korteks berdinding tipis, berisi butir pati, bentuk bundar atau setengah bundar mempunyai hilus, tunggal atau berkelompok, juga terdapat kristal kalsium oksalat bentuk roset besar dan tersebar. Floem terdiri dari sel parenkim floem



dan lebih kecil dari sel parenkim korteks, jari-jari empulur terdiri dari 1 sampai 2 lapis sel. Endodermis terdiri dari satu sampai beberapa lapis sel berdinding tipis, pada parenkim floem juga terdapat butir pati dan kristal kalsium oksalat bentuk roset besar.



VII.



KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan



bahwa : 1.



Fragmen yang terlihat pada serbuk simplisia catharanti radix yang ditetesi reagen kloral hidrat dan floroglusinol + HCl adalah fragmen jaringan gabus dengan selsel empat persegi panjang. Sedangkan fragmen yang terlihat pada serbuk simplisia catharanti radix yang ditetesi reagen I"KI tidak begitu jelas dimana terlihat fragmen pengenal adalah diantara jaringan gabusa dan parenkim floem



2.



Fragmen yang terlihat pada serbuk simplisia radix yang ditetesi dengan reagen kloral hidrat, florogusinol + HCl, dan I"KI adalah fragmen parenkim, sel batu, serabut,rambut, pembuluh kayu, dan hablur kalsium oksalat.



3.



Fragmen-fragmen yang dapat membantu praktikan dalam menentukan bahwa sampel yang diuji adalah Rhei Officinalis Radix yaitu adanya fragmen-fragmen khas dari simplisia ini seperti butir pati yang memiliki lumen di tengahnya, Kristal kalsium oksalat yang berbentuk roset/bunga, dan jarigan gabus yang poligonal.



DAFTAR PUSTAKA Afriastini. (1990). Daftar Jenis Tanaman. Jakarta: Panerama Swadaya. Anwar. (2004). Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom. Yogyakarta: UGM Press. Backer, A and Van Den Brink, B. (1965). Flora of Java (Spermatophytes Only),Volume I, N.V.P. The Nederlands: Noordhoff-Groningen. BPOM RI. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Direktorat Obat Asli Indonesia. Jakarta: BPOM RI Hadi, S. (1998). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: rineka cipta. Hariana. (2006). Tumbuhan obat dan khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Hidayat. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Institut Teknologi Bandung Dessisa, D. (2001). Preliminary Economic Evaluation Of Medicinal Plants In Ethiopia. Prosiding Seminar. Halaman 176-188. DepKes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. DepKes RI. (1979). Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. DepKes RI. (1995). Farmakope Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. DepKes RI. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.



Dalimartha, Setiawan. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara. Estiti, (2008). Struktur Akar Tumbuhan. Jakarta: Panerama Swadaya. Fowler, M.W. (1983). Comercial Application And Economic Aspects Of Mass Plant Cell Culture. In: Plant Biotechnology. London: Cambridge University Press. Friis, I., Gilbert, M.G.,dan Chenopodiaceae. (2000). Flora of ethiopia and eritrea; Magnoliaceae to flacourtiaceae. Sweden: Ababa University dan Uppsala University. Gunawan. (2004). Ilmu Obat Alam Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. HAM, D, M. (2009). Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara. Mangan, Y. (2003). Cara Bijak Menaklukkan Kanker, Sehat dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: Agro Media Pustaka. Poedjiadi. (2009). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Wijayakusuma. (2005). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.