Laporan Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Sistem Saraf Dan Endokrin Manusia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf dan Endokrin Manusia Anatomy and Physiology of the Human Nervous System and Endocrine Rismayani Miftahul Ilmi [email protected] Abstrak Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan kegiatan lainnya. Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang sangat berpengaruh pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Praktikum yang berjudul Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf dan Endokrin Manusia dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2020 secara daring di rumah masing-masing. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui anatomi system saraf pada manusia, mempelajari anatomi indera penglihatan (mata), indera pendengaran dan keseimbangan (telinga), indera peraba (kulit), indera pengecap (lidah), dan indera pembau (kulit) pada manusia, serta untuk mempelajari sifat-sifat beberapa refleks sederhana pada manusia. Praktikum ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung dengan menggambar sistem saraf dan endokrin manusia. Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum antara lain stopwatch, kertas, alat tulis, pensil warna, serta benda- benda yang akan dijadikan sebagai objek rangsangan suara. Kata Kunci: Saraf, Endokrin, Rangsangan, Respon, Refleks. Abstract The nervous system is a system that regulates and controls all bodily activities such as walking, moving hands, chewing food and other activities. The endocrine system is a glandular system that is very influential in many life processes that involve reproduction, growth, immunity, and maintaining a balance of internal body functions. The practicum entitled Anatomy and Physiology of the Human Nervous and Endocrine System was held online on October 22, 2020 in their respective homes. This practicum aims to determine the anatomy of the nervous system in humans, study the anatomy of the sense of sight (eye), sense of hearing and balance (ear), sense of touch (skin), sense of taste (tongue), and sense of smell (skin) in humans, and to studied the properties of some simple reflexes in humans. This practicum is carried out by direct observation method by drawing the human nervous and endocrine systems. The tools and materials used for practicum include stopwatches, paper, writing instruments, colored pencils, and objects that will be used as objects for sound stimulation. Keyword: Nervous, Endocrine, Stimulus, Response, Reflex



Pendahuluan Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan kegiatan lainnya. Sistem Saraf juga merupakan mekanisme yang memungkinkan tubuh bereaksi terhadap perubahan pada berbagai lingkungan eksternal dan internal yang senantiasa terjadi. Secara struktural, sistem saraf dibedakan atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, dan secara fungsional atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Jaringan sel terdiri dari dari dua jenis sel utama: neuron (sel saraf) dan sel penunjangnya. Neuron merupakan ke satuan struktural dan fungsionalis sistem saraf yang khusus berguna untuk komunikasi cepat, sebuah neuron terdiri dari badan sel dan jalurnya, yakni dendrit dan akson yang masing-masing membawa implus ke badan sel dan menjauhi badan sel (Waseso, 2015, p.236). Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang sangat berpengaruh pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu, sebab sekresi yang dihasilkan tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran, melainkan langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan kelenjar. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis (Utomo, 2017, p.894). Beberapa kelenjar endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan kelenjar yang lain menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hipofisis yang menghasilkan beberapa jenis hormon yang berfungsi mengatur fungsi banyak organ tubuh (Pearce, 2014, p.281). Metode/Cara Kerja



Waktu dan Tempat Praktikum yang berjudul Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf dan Endokrin Manusia ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2020 secara daring di rumah masing-masing. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum antara lain stopwatch, kertas, alat tulis, pensil warna, penggaris 30 cm, serta benda yang akan dijadikan sebagai objek rangsangan suara. Target atau Objek Praktikum ini dilakukan dengan teknik pengamatan langsung dan dengan menggambar sistem saraf dan endokrin manusia. Prosedur Prosedur kerja untuk melakukan percobaan pengukuran waktu reaksi diawali dengan orang-coba disuruh duduk dengan posisi tangan kanan berada di atas bibir meja. Jarak jari telunjuk dan ibu jari kurang lebih 2,5 cm. Setelah orang-coba siap, testor memegang penggaris serta memberi aba-aba siap. Orang-coba diminta menangkap penggaris setelah melihat penggaris dijatuhkan. Jangan sampai orang-coba melakukan antisipasi. Ulangi percobaan tersebut sebanyak 20 kali, dan catat hasilnya. Buang 5 data terbesar dan 5 data terkecil, sehingga didapatkan 10 data. Cari angka ratarata dan hitung sesuai rumus di bawah ini :



T =√ 2 St /g dengan keterangan; St adalah jarak rata-rata, dan g adalah gravitasi (10 m/s2). Prosedur kerja untuk melakukan percobaan rangsangan suara diawali dengan orang-coba dan testor memegang stopwatch dalam keadaan nol. Orang-coba dalam kondisi mata yang tertutup. Testor menghidupkan stopwatch bersamaan dengan membunyikan benda. Orang-coba diminta untuk



menghidupkan stopwatch ketika mendengan benda yang dibunyikan. Selanjutnya, testor meminta stopwatch untuk dimatikan secara bersamaan, catat selisih waktunya. Lakukan percobaan ini sebanyak 3 kali, diambil data terbaik. Teknik Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan dengan eksperimen langsung. Data yang diambil adalah data terbaik. Teknik Analisis Data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan permasalahan tentang pengukuran waktu reaksi dan percobaan rangsangan suara. Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dalam bentuk gambar dan paragraf. Hasil dan Pembahasan Sistem Saraf Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. (Safrida, 2018, p.10). Jaringan sel terdiri dari dari dua jenis sel utama, yaitu neuron (sel saraf) dan sel penunjangnya. Sebuah neuron terdiri tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan neurit (akson). Lebih jelasnya, lihat pada Gambar 1. Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung inti sel dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa rangsangan. Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma. Pada umumnya sebuah neuron mempunyai banyak dendrit dan ukuran dendrit pendek. Dendrit berfungsi membawa



rangsangan ke badan sel. Neurit atau akson adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma yang panjang. Sebuah neuron memiliki satu akson. Neurit berfungsi untuk membawa rang-sangan dari badan sel ke sel saraf lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut myelin yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Antara neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat sempit. Lebih jelasnya, lihat pada Gambar 1. Celah antara ujung neurit suatu neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis Pada bagian sinaps inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls dari ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya (Sitorus, 2014, p.188).



Gambar 1. Struktur Neuron Sistem saraf secara anatomi terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Secara fisiologi, sistem saraf terbagi menjadi saraf otonom dan saraf somatik. Sistem saraf pusat terdiri dari otak atau enchephalon dan sumsum tulang belakang atau medula spinalis (Pearce, 2014, p.5). . Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam adalah piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput tersebut terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk



mengurangi benturan atau goncangan (Sitorus, 2014, p.188). Otak terdiri atas empat bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), otak tengah (midbrain), dan sumsum penghubung (medula oblongata). Lebih jelasnya, lihat pada Gambar 2 (Safrida, 2018, p.38).



Gambar 2. Struktur Bagian Otak Otak besar atau serebrum, merupakan bagian terbesar yang berfungsi mengendalikan mental, tingkah laku, pikiran, kesadaran, kemauan, kecerdasan, kemampuan berbicara, bahasa. Otak besar terdiri dari 2 belahan, yaitu hemisfer kiri dan kanan. Otak besar terbagi menjadi empat bagian, yaitu Lobus frontalis yang merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai pusat berpikir, Lobus parietalis adalah bagian otak yang berfungsi sebagai pusat sentuhan dan gerakan, Lobus oksipitalis merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai pusat penglihatan, dan Lobus temporalis yang merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai pusat pendengaran dan berbahasa (Safrida, 2018, p.40). Otak kecil atau serebelum terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak kecil seperti otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri serta terbagi menjadi dua lapis. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasi kerja otot- otot ketika bergerak (Sitorus, 2014, p.189). Talamus merupakan sumber input utama untuk korteks serebrum. Sebagian besar informasi sensorik masuk ke dalam talamus lebih dahulu, yang kemudian akan diproses



dan diteruskan ke korteks serebrum. Talamus akan mengarahkan pesan‐pesan yang masuk ke otak, ke area yang lebih tinggi. Sebagai contoh, pemandangan matahari terbenam akan mengirimkan sinyal sehingga talamus mengarahkannya ke area penglihatan (Wade & Tavris, 2007; Supradewi, 2010, p. 62). Medula oblongata, disebut juga sumsum lanjutan merupakan bagian bawah batang otak yang menghubungkan antara pons dengan sumsum tulang belakang. Berfungsi mengatur beragam reflek penting, seperti bernafas, laju denyut jantung, pengeluaran saliva, batuk, bersin, dan juga berbagai reflek yang memungkinkan seseorang mempertahankan postur tegak (King, 2010; Supradewi, 2010, p. 60). Ponds merupakan bagian yang berfungsi dalam mengendalikan kegiatan di antaranya, tidur, terjaga, dan bermimpi. Ponds Varolii merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, serta menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Ponds Varolii berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum (Safrida, 2018, p.42). Sumsum tulang belakang atau medula spinalis merupakan penghubung otak dengan seluruh tubuh (SST). Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh, serta berperan dalam gerak reflex (Pearce, 2014, p.353). Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinal. Lebih jelasnya, lihat pada Gambar 3. Mekanisme rangsangan dari reseptor dibawa oleh neuron sensorik menuju sumsum tulang belakang melalui akar dorsal untuk diolah dan ditanggapi. Selanjutnya, impuls dibawa neuron motorik melalui akar ventral ke efektor untuk direspons (Safrida, 2018, p.45).



Gambar 3. Struktur Medula Spinalis Sistem Endokrin Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan dari sekresi tersebut adalah hormon. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk melakukan tindakan tertentu. Sistem endokrin sangat berpengaruh pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis. Lebih jelasnya, lihat pada gambar 4 (Utomo, 2017, p.894).



Gambar 4. Sistem Endokrin



Kelenjar hipofisis terletak di dasar tengkorak. Kelenjar hipofisis terbagi atas dua lobus, yaitu lobus anterior atau adenohipofisa dan lobus posterior atau neurohipofisa. Terdapat enam jenis hormon yang dihasilkan oleh adenohipofisa, yaitu growth hormone (GH), adrenocorticotropic hormone (ACTH), thyroid stimulating hormone (TSH), prolactin (PRL), follicle stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH), serta melanocyte stimulating hormone (MSH) (Brown, 1994; Flagellata et al, 2018). Kelenjar pineal merupakan salah satu kelenjar yang terletak di bawah serebelum dengan ukuran yang sangat kecil. Berperan untuk meneruskan informasi yang diterima oleh tubuh secara cepat, dan dapat mensinkronkan beberapa fungsi di dalam tubuh. Kelenjar ini diketahui juga berperan dalam menjaga keseimbangan pada tubuh (Oekar, 2003, p.12). Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakea, dan diikat bersama oleh jaringan tiroid yang disebut ismus tiroid. Sekresi tiroid diatur sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu hormone tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat berkaitan dengan kegiatan metabolic dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan; bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan mengatur pengeluaran karbon dioksida (Pearce, 2014, p.284). Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar kecil yang ada di setiap sisi kelenjar tiroid di dalam leher. Sekresi kelenjar paratiroid ini yaitu hormone paratiroid, yang berfungsi mengatur metabolism zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur di dalam darah dan tulang (Pearce, 2014, p.284). Kelenjar timus terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus ini merupakan penghasil hormon peptida yaitu



timosin dan timopietin yang berfungsi dalam perkembangan normal lymfosit dan respon imun tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar timus berfungsi untuk mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas kelenjar kelamin (Safrida, 2018, p.84). Pankreas merupakan organ yang berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas membantu dan berperan penting dalam sistem pencernaan dengan mensekresikan enzimenzim pankreas seperti amilase, lipase dan tripsin. Sebagai kelenjar endokrin, pankreas dikenal dengan produksi hormon-hormon insulin dan glukagon yang berperanan dalam metabolisme glukosa. Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh pulau-pulau Langerhans yang tersebar di antara bagian eksokrin pancreas (Guyton, 1976; Greenspan dan Forsham, 1983; Sundler dan Hakanson, 1988; Adnyane, 2001, p.5). Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar suprarenal atau kelenjar anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan medula (Sherwood, 2001; Safrida, 2018, p.82). Kelenjar gonad terdiri dari kelenjar testis yang terdapat pada pria dan kelenjar ovarium pada wanita. Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Fungsi hormon testosterone adalah menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sperma serta mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki. Kelenjar ovarium pada wanita terletak di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan hormon progesteron dan estrogen, hormon ini dapat mempengaruhi uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-lain (Safrida, 2018, p.85).



menangkap benda yang jatuh. Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan, kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbedabeda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dan lain-lain) maupun secara psikologis (suasana hati, motivasi, dan lain-lain) dan kerja itu sendiri (Syaifuddin, 2009, p.57).



Pengukuran Waktu Reaksi Pada praktikum ini, proses yang diamati ialah jarak dan waktu reaksi orang-coba untuk



Percobaan ini dilakukan sebanyak 20 kali. Lebih jelasnya, lihat pada gambar 5. Dengan 5 data terbesar dan 5 data terkecil dibuang.



Table 1. Data Percobaan Waktu Reaksi Pengulangan ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata



Jarak (cm) 10 17 15 10 18 20 17 15 20 10 15,2



Gambar 5. Percobaan Pengukuran Waktu Reaksi



Jarak rata-rata yang dari 10 data tersebut adalah 15.2 cm. Hasil data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam rumus berikut:



perjalanan suara, dimulai dari telinga bagian luar, menuju ke telinga bagian tengah dan ke bagian dalam sebelum diteruskan oleh saraf ke otak (Safrida, 2018, p.385).



T =√ 2 St /g Waktu reaksi yang di dapat sebesar 0.18 detik. Ini menandakan gerak reflek pada orang-coba tersebut gerak refleknya dapat dikategorikan rata-rata. Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu reaksi, antara lain, jenis stimulus, usia, jenis kelamin, penggunaan tangan kanan atau kiri, jumlah rangsangan stimulus, nutrisi, alkohol, aktivitas fisik, latihan dan kelelahan (Baldiger, 2012; Andriani, 2019, p.8). Rangsangan Suara Pada praktikum ini, proses yang diamati ialah kecepatan respon orang-coba (A) dan testor (B) saat mendengar benda yang dibunyikan. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 2 merupakan hasil waktu orang-coba dan testor saat mendengar adanya suara. Telinga merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respons terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara, diskriminasi frekuensinya dan penghantaran informasi dibawa ke susunan saraf pusat (Pearce, 2014, p.392). Table 2. Waktu Reaksi Rangsangan Suara Pengulanga n 1 2 3



Waktu Respon Suara (s) A B 4.04 3.91 3.47 3.26 3.51 3.47



Selisih Waktu (s) 0.13 0.21 0.04



Otak memproses perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk rangsangan suara dalam mencapai kedua sisi korteks pendengaran dan menggunakan informasi tersebut untuk menghitung jarak sumber suara. Alur



Gambar 6. Percobaan Rangsangan Suara Simpulan dan Saran Simpulan Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf secara anatomi terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Secara fisiologi, sistem saraf terbagi menjadi saraf otonom dan saraf somatik. Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan dari sekresi tersebut adalah hormon. . Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis. Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Hasil waktu reaksi yang di dapat sebesar 0.18 detik. Ini menandakan gerak reflek pada orang-coba tersebut gerak refleknya dapat dikategorikan rata-rata. Telinga merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respons terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Hasil selisih waktu respon orang-coba dan tertor terhadap rangsangan suara berturutturut adalah 0.13, 0.21, dan 0.04 detik. Otak



memproses perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk rangsangan suara dalam mencapai kedua sisi korteks pendengaran dan menggunakan informasi tersebut untuk menghitung jarak sumber suara. Daftar Pustaka Adnyane, I. K. M., Savitri, N., Dwi, K. S., Tutik, W., dan Srihadi, A. (2001). Perbandingan Antara Mikroanatomi Bagian Endokrin Pankreas pada Kambing dan Domba Lokal dengan Tinjauan Khusus Distribusi dan Frekuensi Sel-Sel Glukagon pada Pankreas. Media Veteriner 8(1): 5-9. Andriani, R., Bambang, P., dan Merryana, A. (2019). Uji Psikomotor Waktu Reaksi pada Siswa yang Sarapan dan Tidak Sarapan. Amerta Nutrition 3(1): 7-12. Brown, R.E. (1994). An Introduction to Neuroendocrinology. United Kingdom: Cambridge University Press, Flagellata, P., Sri, W. M., Jalaluddin., Hamny., Gholib., T Arahmansyah, T. R., dan Muslim, A. (2018). Immunohistochemical Study of the Immunoreactive Follicle Stimulating Hormone (ir-FSH) Cells Distribution in Pituitary Gland of Rat (Rattus norvegicus). Jurnal Medika Veterinaria 12(1): 1-8. King, L. A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika. Oekar, N. K., Entit, S., dan Epy, I. (2003). Pengembangan Senyawa Bertanda 99mTcGlukosa-6-Fosfat untuk Pencitraan Kelenjar Pineal. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia 4(1): 11-26. Pearce, Evelyn C. (2014). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.USA : Graphic World Inc. Safrida. (2018). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.



Sitorus, E. R. (2014). Peningkatan Hasil Belajar IPA Kompetensi Dasar Sistem Koordinasi dan Alat Indera Manusia Melalui Metode Pembelajaran Resitasi pada Peserta Didik. Faktor Jurnal Ilmiah Pendidikan 1(2): 183-202. Supradewi, R. (2010). Otak Musik dan Proses Belajar. Buletin Psikologi 18(2): 58-68. Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Utomo, D. W., Suprapto., dan Nurul, H. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode DempsterShafer. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1(9): 893903. Wade, C dan Tavris, C. (2007). Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Waseso, T., dan Ratna, M. M. (2015). Aplikasi Pembelajaran Fungsi Sistem Saraf Pada Tubuh Manusia Berbasis Android. Jurnal Ilmiah FIFO 8(2) : 235243.



STRUKTUR SEL SARAF



STRUKTUR ANATOMI OTAK



STRUKTUR MEDULA SPINALIS



KELENJAR ENDOKRIN