Laporan Praktikum Asam Basa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LANJUTAN REAKSI ASAM-BASA



Disusun Oleh :



Nama



: Pijar Fitah Ababil



NIM



: 191910801028



Kelompok/Kelas : 6 Asisten



: Dian Retno Ayu Masyithoh



LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2020



I.



Judul: Reaksi Asam-Basa



II.



Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini antara lain : 1. Mengidentifikasi sifat asam-basa senyawa dalam pelarut air. 2. Memahami skala pH dan terampil melakukan pengukuran pH dengan bermacam indicator. 3. Menentukan trayek indikator ekstrak tumbuhan. 4. Menentukan konsentrasi senyawa dalam suatu larutan.



III.



Tinjauan Pustaka



3.1



Asam dan Basa Asam didefinisikan sebagai suatu senyawa yang mengandung hidrogen yang



bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang memiliki ion OH- ketika direaksikan dengan air. Asam apabila direaksikan dengan basa akan menghasilkan garam dan air ( Goldberg, 2002). Asam apabila dilarutkan dalam air akan mengalami disosiasi dengan membentuk ion hidrogen sebagai ion postifi. Basa apabila dilarutkan dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH- sebagai ion negatif (Hardjono, 2005). Asam apabila dilarutkan dalam air akan mengalami disosiasi dengan membentuk ion hidrogen sebagai ion postifi. Basa apabila dilarutkan dalam air akan mengalami



disosiasi



dengan



pembentukan



ion



OH-



sebagai



ion



negatif



(Hardjono, 2005). Basa merupakan semua zat yang dapat menetralkan sifat asam. Basa juga memilki kemampuan kemampuan untuk melarutkan minyak dan debu yang menempel pada suatu permukaan benda. Basa memiliki indikator sama seperti asam yaitu menggunakan kertas lakmus, basa dapat merubah warna kertas lakmus dari merah menjadi biru ( Windarti, 2008). Kekuatan asam memberikan proton dan kekuatan basa menerima proton merupakan ukuran kekuatan dari asam dan basa. Asam yang mudah melepas atau memberikan proton akan disebut sebagai asam kuat, sedangkan asam yang sukar melepas proton disebut asam lemah. Basa memiliki prinsip yang sama, basa kuat adalah basa yang mudah menerima proton sedangkan basa lemah adalah basa yang sukar untuk menerima proton (Keenan, 1991).



3.2



Teori Asam dan Basa 3.2.1



Teori Asam dan Basa Menurut Arrhenius Tahun 1884 Arrhenius menjelaskan bagaiman kekuatan asam dalam



larutan air tergantung pada konsentrasi ion-ion hidrogen di dalamnya. Arrhenius berpendapat bahwa asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah zt yang dalam air melepaskan ion OH-. Arrhenius berkesimpulan bahwa ion H+ merupakan pembawa sifat asam, sedangkan ion OH- merupakan pembawa sifat basa. Arrhenius merumuskan asam sebagai HxZ yang apabila dionisasi dalam air akan mengalami hal berikut : HxZ → xH+ + Zx-



3.1



Ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut sebagai valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam (Syukri, 1999).



3.2.2



Teori Asam dan Basa Menurut Bronsted-Lowry Johannes Nicolaus Brønsted dan Martin Lowry menyatakan bahwa



asam adalah spesi yang memberi proton sedangkan basa adalah sesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemidahan proton. Contoh reaksinya adalah sebagai berikut : NH4+(aq) + H2O (aq) → NH3 (aq) + H3O+ (aq)



3.2



H2O (l) + NH3 (aq) → NH4+ (aq) + OH- (aq)



3.3



Persamaan 3.2 menunjukkan bahwa NH4+ sebagai spesi asam karena memberikan proton sedangkan H2O merupakan spesi basa karena menerima proton dari NH4+. Persamaan 3.3 menunjukkan bahw H2O sebagai spesi asam karena memberikan proton kepada NH3 sedangkan NH3 sebagai spesi basa karena menerima protn dari H2O. Kedua persamaan diatas menunjukkan bahwa H2O dapat bersifat sebagai basa maupun sebagai asam. Zat seperti ini disebut sebagai zat amfoter (Syukri, 1999).



3.2.3



Teori Asam dan Basa Menurut Lewis Gilbertn N. Lewis menyatakan bahwa asam adalah suatu partikel yang



dapat menerima pasangan elektron dari partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Basa adalah suatu partikel yang membeikan pasangan elektron kepada partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Partikel H+, SO3, CO2 dan HCl bersifat sebagai asam lewis, sedangkan OH-, O22-dan H2O bersifat sebagai basa lewis (Syukri, 1999).



3.3



Indikator Asam dan Basa Indikator adalah sesuatu yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu



benda atau zat untuk masuk ke dalam kategori tertentu, dalam hal ini adalah zat tersebut masuk kategori asam ataukah basa. Sifat yang dimiliki dari indikator bergantung dengan sifat yang dimiliki oleh benda atau zat yang ingin diuji, dengan kata lain indikator akan berubah warnanya apabila diuji menggunakan asam atau basa. Indikator yang umum digunakan dalam mementunkan asam dan basa pada proses titrasi yaitu Fenolftalein, Methyl orange, Bromtimol biru (Brady, 1999). Indikator titrasi asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung pada pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa maupun netral, contohnya adalah kertas lakmus. Kertas Lakmus terdiri dari kertas lakmus merah dan biru. Kertas lakmus merah akan menjadi warna biru apabila berada pada lingkungan basa. Kertas lakmus biru akan berubah menjadi warna merah apabila berada dalam suasana asam (Nining, 2016). Indikator asam basa tidak hanya teridiri dari indikator sintetis, indikator sintetis memiliki kelemahan seperti menyebabkan polusi kimia. Alternatif yang dapat mengatasi ini adalah indikator alami yang mempunyai warna serta mengandung senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid terdapat didalam antosianin, antosianin sendiri merupakan kelompok pigmen berwarna merah sampai biru yang tersebar luas pada tumbuhan, penampilan tersebut menunjukkan adanya pewarna alami. Pewarna alami dapat digunakan sebagai indikator karena dapat berubah warna pada suasana asam maupun suasana basa (Nining, 2016). Larutan asam atau basa secara sederhana dapat di identifikasi menggunakan indikator seperti kertas lakmus atau indikator lainnya. Perubahan warna dari indikator ini dapat dilihat pada tabel trayek pH dibawah ini.



No



Indikator



Trayek Perubahan Warna



Perubahan Warna



1.



Metil Jingga



2,9 – 4,0



Merah – Kuning



2.



Metil Merah



4,2 – 6,3



Merah – Kuning



3.



Bromtimol Biru



6,0 – 7,6



Kuning – Biru



4.



Penolftalein



8,3 – 10,0



Tidak Berwarana - Merah



Tabel 3.1 Trayek Perubahan pH (Ebbing, 1990)



3.4



Reaksi Titrasi Titrasi adalah cara analisis kita untuk mengukur jumlah pasti dari suati larutan



dengan mereaksikan larutan tersebut dengan ion yang konsentrasinya telah diketahui. Larutan yang menganduk suatu pereaksi ini dimasukkan ke dalam buret yang disebut sebagai penitrasi. Larutan ini akan diteteskan perlahan menggunakan erlenmeyer yang mengandung pereaksi lain. Titrasi dilakukan hingga warna indikator berubah. Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir dari proses titrasi (Brady, 1999). Reaksi titrasi tedapat banyak jenisnya bergantung dengan titran yang digunakan, seperti titrasi komplekasi,titrasi asam basa,titrasi argentometri,titrasi iodometri, dan titrasi iodimetri (Ayssa, 2018). Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi, biasanya titran ini diketahui secara pasti konsentrasinya. Proses titrasi memerlukan dua zat yang berfungsi sebagai titran dan yang berfungsi sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentasi komponen tersebut. Proses titrasi akan dilakukan hingga titik ekivalen, titik ekivaeln menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit disini adalah sebuah spesi dapat berupa atom,unsur,ion, atau molekul yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya (John, 2003). Analisis yang digunakan untuk menentukan konsentrasi dalam titrasi dinamakan analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Perhitungan titrimetri ini didasarkan pada volume titran yang diperlukan hinga tercapai titik ekivalen titrasi. Persamaan titrimetri dapat dirumuskan sebagai :



3.1



keterangan : Ma Mb Va Vb a b



= Konsentrasi sebelum pengenceran = Konsentrasi sesudah pengenceran = Volume sebelum pengenceran = Volume sesudah pengenceran = Valensi larutan asam = Valensi larutan basa



(Keenan,1991).



IV.



Metodologi Percobaan



4.1 Alat - Labu ukur - Erlenmeyer - Buret - Pelat tetes - Pipet tetes - Tabung reaksi - Pipet volum 4.2



Bahan - Asam cuka - Indikator metil merah - H2CO3 0,1 M - Larutan NaOH 0,1 M - Indikator metil orange - HCH3COO 0,1 M - Larutan HCl 0,1 M - NH4OH 0,1 M - Tanaman - H2SO4 0,1 M - CH3COONa 0,1 M - Asam oksalat - Indikator phenolftalein - NH4Cl 0,1 M



4.2



Skema Kerja 4.2.1



Identifikasi sifat asam basa larutan



Larutan diisikan ke dalam plat tetes yaitu HCl,H2SO4,NH4OH,NaOH,NaCH3COO, NH4Cl,H3PO4,CH3COO 1M diamati sifat masing-masing larutan dengan menggunakan kertas lakmus dikelompokkan seluruh larutan berdasarkan sifat asam atau basanya



Hasil



4.2.2



Penentuan Range kerja indicator pH dari berbagai indicator alam. a.) Membuat larutan pH 2-6



HCl dimasukkan ke dalam labu ukur sebanyak 2,5 mL diencerkan dengan akuades hingga mendapat larutan dengan pH 3 diulangi prosedur tersebut untuk mendapat larutan pH 4 dari pH 3 demikian juga pH 5 dan pH 6



Hasil



b.) Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang mempunyai pH 12.



NaOH dimasukkan ke dalam labu ukur sebanyak 2,5 mL diencerkan dengan akuades hingga mendapat larutan dengan pH 11 diencerkan larutan pH 11 dengan cara di pipet hingga mendapat larutan pH 10 dilakukan hal yang sama untuk larutan pH 9 dan 8 diteteskan masing-masing larutan pH 2-12 pada pelat tetes lalu diencerkan dengan akuades hingga mendapat larutan pH 7 ditetesi indicator metil jingga pada masing-masing lubang diamati perubaan yang terjadi diulangi prosedur dengan indicator lain



Hasil



c.) Indikator tumbuhan



Tumbuhan ditimbang sekitar 1-2 gram dihaluskan dan dilarutkan dalam alcohol sebanyak 5 mL diaduk rata lalu disaring dan disimpan dalam tabung reaksi serta diberi label diisi lubang plat tetes yang telah diketahui pHnya dengan indicator dari ekstrak tumbuhan diamati perubahan warna yang terjadi diulangi prosedur tersebut dengan ekstrak tumbuhan lain ditentukan pKind



Hasil



4.2.3



Titrasi asam basa a.) Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat



NaOH dibilas buret dengan larutan NaOH diisi buret dengan NaOH 0,1 M sampai skala nol dimasukkan 10 mL asam oksalat 0,05 M dalam Erlenmeyer 100 mL lalu ditambah beberapa tetes indicator phenolptalein dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan



warna,



lakukan



duplo



dihitung konsentrasi NaOH diulangi menggunakan indicator bunga yang dipilih Hasil



b.) Penentuan konsentrasi cuka dapur CH3COOH dipipet kemudian dimasukkan dalam labu ukur sebanyak 5 mL diencerkan dengan akuades hingga tanda batas dipipet 10 mL larutan hasil pengenceran dan masukkan dalam Erlenmeyer, kemudian ditambah beberapa tetes indicator phenolftalein dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna dihitung konsentasi CH3COOH mula-mula Hasil



V.



Hasil dan Pembahasan



5.1



Hasil 5.1.1



Tabel hasil identifikasi sifat asam dan basa larutan



No



Larutan



Sebelum



Sesudah



1.



HCl 0,1 M



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Merah



2.



H2SO4 0,1 M



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Merah



3.



NH4OH 0,1 M



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Biru



4.



NaOH 0,1 M



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Biru



5.



NaCH3COO 0,1 M



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Biru



6.



NH4Cl 0,1 M



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Merah



7.



H3PO3 0,1 M



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Merah



8.



HCH3COO



Lakmus Berwarna Biru



Lakmus Berwarna Merah



5.1.2



Tabel hasil penetuan range pH dari berbagai Indikator Alam Indikator



No



Range pH Larutan



Metil



Metil



Jingga



Merah



Tumbuhan Phenolphtalein



(Daun Andong)



Larutan 1



3,1 – 4,4



Berwarna



-



-



-



-



-



Kuning Larutan 2



4,2 – 6,2



-



Berwarna Kuning



Larutan 3



7–8



-



-



-



Berwarna Kuning



Larutan 4



8 – 9,8



-



-



Berwarna Merah



-



5.1.3 No



V NaOH



1



5,3 mL



5.1.4



5.2



Tabel hasil titrasi asam basa asam oksalat V Asam Oksalat 10 mL



M NaOH



M Asam Oksalat



0,188 M



0,05 M



Tabel hasil titrasi asam basa cuka dapur



No



V NaOH



V Cuka Dapur



M NaOH



M Cuka Dapur



1



11,4 mL



10 mL



0,188 M



0,429 M



Pembahasan Praktikum kali ini membahas mengenai asam dan basa suatu senyawa dengan



indikator yang digunakan untuk mengklasifikasikan asam atau basa tersebut serta percobaan titrasi. Percobaan pertama adalah mengidentifikasi beberapa larutan dan mengklasifikasikan larutan tersebut ke dalam asam atau basa menggunakan indikator kertas lakmus. Perlakuan pertama adalah mengisi lubang pada plat tetes dengan beberapa sampel larutan yaitu : HCl 0,1 M; H2SO4 0,1 M; NH4OH 0,1 M; NaOH 0,1 M; NaCH3COO 0,1 M; NH4Cl 0,1 M; H3PO3 0,1 M, dan HCH3COO 0,1 M. Lubang pada plat tetes yang telah diisi larutan akan dicelupkan kertas lakmus berwarna biru. Data yang didapat pada percobaan pertama adalah larutan HCl, H2SO4, NH4Cl, H3PO3, HCH3COO dapat merubah kertas lakmus biru menjadi berwarna merah, hal ini menandakan bahwa larutan tersebut tergolong ke dalam larutan asam. Larutan NH4OH, NaOH, NaCH3COO tidak dapat merubah warna kertas lakmus, kertas lakmus tetap berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa larutan tersebut tergolong ke dalam larutan basa. Data yang didapat sesuai dengan teori bahwa kertas lakmus akan menjadi merah atau tetap merah ketika berada di dalam suasana asam, sedangkan akan berubah biru atau tetap biru ketika berada di suasana basa. Percobaan kedua adalah menentukan range pH menggunakan indikator sintetis dan juga indikator alam yaitu daun andong. Perlakuan pertama adalah membuat larutan pH 2 – 6, HCl yang mempunyai pH 2 akan diencerkan hingga tanda batas dan akan diperoleh larutan dengan range pH 3,1 – 4,4. Larutan dengan range pH



3,1 – 4,4 ini apabila diberi tetesan metil jingga, warnanya akan berubah menjadi warna kuning. Range pH dari metil jingga menurut tabel trayek pH adalah 2,9 – 4,0 dengan warna merah – kuning (Ebbing,1990). Data perlakuan satu adalah warna larutan ketika diberi metil jingga menjadi berwarna kuning, hal ini berarti pH larutan yang terbentuk lebih dari 4,0. Larutan terus diencerkan dengan akuades hingga mencapai pH 5 dan 6. Larutan dengan range pH 4,2 – 6,2 ketika diberi indikator metil merah akan berubah warna menjadi kuning. Range pH dari metil merah menurut tabel trayek pH adalah 4,2 – 6,3 dengan warna merah – kuning. Warna larutan yang dihasilkan adalah kuning sehingga pH larutan yang terbetuk lebih dari 6,3. Perlakuan kedua adalah membuat larutan dengan pH 8 – 11 dari larutan NaOH dengan pH 12 akan diencerkan hingga tanda batas dan mendapat pH larutan 8 – 9,8. Larutan dengan pH 8 – 10 ini apabila diberi indikator phenolphthalein akan berubah warna menjadi warna merah. Range pH phenolphtlein menurut tabel trayek pH adalah 8,3 – 10,0 dengan warna tidak berwarna – merah. Warna larutan ketika diberi phenolphtlein adalah merah, sehingga pH larutan yang terbentuk lebih dar 10,0. Perlakuan ketiga adalah menggunakan indikator alam untuk menentukan pH dari larutan yang memilik range pH 7 – 8. Indikator yang digunakan adalah daun andong, daun andong akan dihaluskan dan dilarutkan dalam alkohol untuk diambil ekstrak pigmen flavonoid yang ada di dalam daunnya. Range pH daun andong adalah 3,5 – 5,0 dengan warna merah muda – hijau kekuningan, pH 7 – 8 dengan warna hijau kekuning-kuningan (Imam, 2019). Warna larutan ketika diberi tetesan indikator daun andong berubah menjadi warna kuning sehingga dapat dikatakan pH dari larutan tersebut adalah 8 atau diatas 8. Percobaan ketiga adalah percobaan titrasi asam oksalat hingga mencapai titik ekivalen dengan ditinjau berdasarkan perlakuan standarisasi hingga larutan berubah warna. Percobaan ini menggunakan asam oksalat sebagai larutan baku primer dan NaOH sebagai larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah larutan yang telah diketahui tepat konsentrasinya, sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya akan ditentukan.. Data yang didapat adalah telah terjadi reaksi asambasa antara asam oksalat dan NaOH pada proses titrasi dengan ditandai perubahan warna dari larutan. Indikator phenolphthalein digunakan pada percobaan ini karena menurut trayek pH phenolphthalein memiliki sifat tak berwarna - merah ketika berada pada range pH 8,3 -10,0. Hal ini akan memudahkan praktikan ketika ingin mengamati apakah larutan telah mencapai titik ekivalen atau tidak, titik ekivalen akan tercapai ketika terjadi reaksi asam-basa yng ditandai dengan perubahan warna



(Ebbing,1990). Volume NaOH yang diperlukan untuk larutan tersebut mencapai titik ekivalen adalah 5,4 mL, sedangkan konsentrasi NaOHnya adalah 0,188 M. Reaksiyang terjadi ketika mencampurkan NaOH dengan asam oksalat adalah : C2H2O4(aq) + NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + H2O(l)



5.1



Perlakuan kedua adalah menentukan konsentrasi awal cuka dapur dengan menggunakan metode titrasi. Cuka dapur akan diencerkan menggunakan akuades lalu dititrasi dengan NaOH, dalam larutan juga ditambah indikator phenolphthalein agar dapat diketahui ketika larutan telah mencapai titik ekivalen. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk larutan tersebut mencapai titik ekivalen adalah 11,4 mL, konsentrasi dari NaOH adalah 0,188 M dan volume larutan cuka adalah 10 mL. Konsentrasi cuka mula-mula dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 3.1, melalui hasil perhitungan, akan didapat nilai konsentrasi cuka mula-mula sebesar 0,429 M. Persamaan reaksi yang terjadi ketika kita mencampur larutan cuka dapur dengan larutan NaOH adalah : NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(aq)



5.2



VI.



Penutup



5.1



Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum ini antara lain : 1.) Menurut Arrhenius, asam apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+ sedangkan basa akan melepaskan ion OH-. 2.) Indikator adalah sesuatu yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu benda atau zat untuk masuk ke dalam kategori tertentu, dalam hal ini adalah zat tersebut masuk kategori asam ataukah basa. Indikator asam dan basa bermacam-macam dan memiliki sifat tersendiri ketika digunakan untuk melakukan pengukuran pH dengan range pH tertentu. Metil jingga dapat digunakan sebagai indikator untuk range pH 2,9 – 4,0 dengan range warna merah – kuning, metil merah dapat digunakan sebagai indikator untuk range pH 4,2 – 6,3 dengan range warna merah – kuning. Bromtimol biru dapat digunakan untuk range pH 6 – 7,6 dengan range warna kuning – biru, penolftalein dapat digunakan untuk range pH 8,3 – 10,0 dengan range warna tidak berwarna – merah. 3.) Trayek indikator pH pada ekstrak tumbuhan andong adalah 3,5 – 5,0 dengan warna merah muda – hijau kekuningan, pH 7 – 8 dengan warna hijau kekuning-kuningan. Indikator alam yang mempunyai warna serta mengandung senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid terdapat didalam antosianin, antosianin sendiri merupakan kelompok pigmen berwarna merah sampai biru yang tersebar luas pada tumbuhan, penampilan tersebut menunjukkan adanya pewarna alami. 4.) Penentuan konsentrasi senyawa pada proses titrasi dapat menggunakan persamaan Ma x Va x a = Mb x Vb x b.



5.2



Saran Saran untuk praktikum berikutnya adalah agar praktikan lebih membaca



materi mengenai percobaan yang akan dilakukan, hal ini untuk menghindari ketidakpahaman apa yang akan dibahas pada percobaan selanjutnya. Pratikan juga harus lebih berhati-hati ketika melakukan praktikum karena bahan yang digunakan tergolong ke dalam bahan berbahaya. Penghitungan hasil pengamatan juga harus dilakukan secara teliti agar tidak ada kesalahan perhitungan.



DAFTAR PUSTAKA Ayssa, N,. Erwanto D., Rosanti A.D., Fiolana F.A. 2018. RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR



KADAR ASAM ASKORBAT PADA BUAH



DENGAN METODE TITRASI IODIMETRI. Jurnal Sistem Kendali Tenaga Elektronika Telekomunikasi Komputer. 7:1 Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ebbing , D.D. 1990. General Chemistry 3rd Ediotion. Boston: Houghton Miffilin Company Goldberg, D. E. 2002. Fundamentals of chemistry. USA: McGraw-Hill. Hardjono, S. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGMPers Imam, S,. Silitonga, F.S,. Khoirunnisa, F. 2019. PENENTUAN TRAYEK pH EKSTRAKSI DAUN ANDONG MERAH (Cordyline fruticosa L) DAN BUAH



SENDUDUK



(Melastoma



malabathricum



L)



SEBAGAI



INDIKATOR ASAM DAN BASA. Jurnal Pendidikan Kimia. 1:1 Itokindo. 2009. Material Safety Data Sheet (MSDS) - Asam Sulfat (H2SO4). www.itokindo.org [Diakses pada 20 April 2020]. Itokindo. 2014. Material Safety Data Sheet (MSDS) - Asam Klorida (HCl) 50%. www.itokindo.org [Diakses pada 20 April 2020]. John, K. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewsi Publishers Keenan, Charles W. 1991. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga Nining, G,. Novitriani K,. Mardiana U. 2016. PENENTUAN TRAYEK pH EKSTRAK INDIKATOR



KUBIS ASAM



UNGU



(Brassica



oleracea



BASA



DENGAN



VARIASI



L)



SEBAGAI



KONSENTRASI



PELARUT ETANOL. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 1:1 Smartlab. 2017. Material Safety Data Sheet (MSDS) – Amoniak Hidroksia (NH4OH). www.smartlab.co.id [Diakses pada 20 April 2020. Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung Windarti. 2008. Kimia Analisa Kuantitatif. Yogyakarta: Departemen Perindustrian.



LEMBAR HASIL PENGAMATAN Hasil Pengamatan No.



Perlakuan



Larutan Sebelum HCl 0,1 M



H2SO4 0,1 M



NH4OH 0,1 M



Identifikasi sifat 1.



NaOH 0,1 M



asam basa larutan NaCH3COO 0,1 M



NH4Cl 0,1 M



H3PO3 0,1 M



HCH3COO



Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru



Sesudah Lakmus Berwarna Merah Lakmus Berwarna Merah Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Biru Lakmus Berwarna Merah Lakmus Berwarna Merah Lakmus Berwarna Merah



Penetuan Range kerja indikator 2.



pH dari berbagai Indikator Alam



Akudes + HCl



Larutan



Larutan



Berwarna



Berwarna



Merah



Kuning



Akuades + HCl



Larutan



Larutan



(pH 4,2 – 6,2)



Berwarna



Berwarna



Indikator Metil



Merah



Kuning



(pH 3,1 – 4,4 ) Indikator Metil a. Membuat larutan pH 2-6



Jingga



Merah



b. Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01M yang mempunyai



NaOH + Akuades



Larutan



Larutan



Tidak



Berwarna



Berwarna



Merah



Larutan pH 7-8



Larutan



Larutan



Indikator Daun



Berwarna



Berwarna



Andong



Merah



Kuning



(pH 8 – 9,8) indikator phenoftalein



pH 12.



c. Indikator Tumbuhan



3.



Titrasi Asam Basa



a. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat



Perlakuan



Volume Titran (NaOH)



NaOH + C2H2O4 + Indikator Phenolptalein



5,3 mL



Dititrasi dengan NaOH CH3COOH + H2O



b. Penentuan



+ Indikator



Konsentrasi cuka



Phenolptalein



dapur



Dititrasi dengan NaOH



11,4 mL



LEMBAR PERHITUNGAN



A.Konsentrasi NaOH Diketahui :



V C2H2O4



= 10 mL



V NaOH



= 11,4 mL



M C2H2O4



= 0,05 M



Ditanya : Konsentrasi NaOH Jawab



:



B. Konsentrasi Cuka Dapur Diketahui : V CH3COOH



= 10 mL



V NaOH



= 11,4 mL



M NaOH



= 0,188 M



Ditanya : Konsentrasi Awal CH3COOH Jawab :