Laporan Praktikum Biokestan Acara 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DAN KESEHATAN TANAH MATERI I PENGAMATAN MAKRO FAUNA TANAH



NAMA : YOSUA KALIMANTO NIM : 1903016045



AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2020



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup yang hidup di dunia ini tidak pernah terlepas dari keperluan akan tanah. Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang hidup di darat. Tanah berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, maka dari itu tanah merupakan komponen alam yang utama untuk menunjang kehidupan makhluk hidup. Organisme yang hidup di dalam tanah ada yang bermanfaat, ada yang mengganggu, dan ada pula yang tidak bermanfaat tetapi juga tidak mengganggu. Organisme yang bermanfaat antara lain cacing tanah dan bakteri tertentu yang dapat mengubah CO (karbon monoksida) yang beracun menjadi CO2 (karbon dioksida) atau mengikat N dari udara. Fauna tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah guna menyediakan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Kotoran organisme perombak ini akan ditumbuhi bakteri untuk diuraikan lebih lanjut dengan bantuan enzim spesifik sehingga terjadi proses mineralisasi.



1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum pengamatan makro fauna tanah adalah; 1. Agar kita dapat mengetahui jasad makro apa saja yang berada di bawah tanah. 2. mengetahui jumlah makro fauna dam tanah. 3. mengenal ciri – ciri makro fauna yang berada dalam tanah.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Berdasar ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 sampai 200 mikron, mesofauna berkisar 200 mikron sampai dengan satu sentimeter, dan makrofauna lebih dari satu sentimeter.( Isnan dkk, 2014 ) Adanya bahan organik tanah di piringan yang berkorelasi dengan makrofauna tanah, dapat menghasilkan asam-asam organik yang dapat mengalami humifikasi melalui dekomposisi yang dilakukan oleh makrofauna tanah, sehingga dari hal tersebut bahan organik menghasilkan senyawa humik. Senyawa humik tersebut berfungsi sebagai bahan perekat dalam pembentukan agregat tanah (Putra dkk, 2013). Adanya lubang-lubang cacing tanah ataupun dari makrofauna tanah lainnya dapat meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi air, sehingga dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan cacing tanah mampu menurunkan kepadatan tanah dan meningkatkan potensi ketersediaan air bagi tanaman. Cacing tanah dengan kemampuannya mencerna tanah dan melepaskan kembali dalam bentuk kascing yang memiliki stabilitas agregat tinggi, selain dapat memperbaiki aerasi tanah (melalui lubanglubang yang dihasilkan) juga dapat mengembalikan kandungan liat yang tereluviasi dari lapisan bawah ke lapisan atas. Kascing merupakan makroagregat yang stabil dan dapat bertahan lebih dari 1 tahun (Putra dkk, 2013). Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem lahan yang keberadaan fauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lahan tersebut. Ada fauna tanah yang memerlukan kondisi iklim mikro tertentu ada juga fauna tanah yang dapat hidup pada kondisi ekstrim tertentu Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah. Dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi mineral organik tanah. Suhu yang ideal untuk habitat cacing tanah di daerah tropic antara 15-25oC. (Wawan Halwany, 2013) Fauna tanah sensitive terhadap perubahan kondisi lahan. Oleh karena itu segala bentuk perlakuan



atau



tindakan



yang



menyebabkan



hilangnya



fauna



tanah



perlu



dikurangi/dihindarkan diantaranya penggunaan herbisida atau bahan kimia lainnya sehingga diharapkan ekosistem lahan tersebut terjaga dengan baik. (Wawan Halwany, 2013)



BAB III METODOLOGI PRAKTKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum Pengamatan Makrofauna Tanah ini dilaksanakan di Berau, Rabu 2 September 2020, jam 15.00 – selesai. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Cangkul 2. Linggis 3. karung 3.3 Cara Kerja 1.



pertama tama kita pilih lahan atau halaman yang akan di jadikan objek makrofauna.



2.



Membuat galian berukuran 1 x 2 m, dengan menggunakan alat yang telah disediakan.



3.



Angkat galian yang sudah dilihat, lalu letakkan tanah pada karung.



4.



Amati penampakan galian terhadap keberadaan makrofauna tanah yang terdapat pada galian yang telah di buat.



5.



Hitunglah atau perkirakan berapa jumlah makrofauna yang di jumpai pada galian tersebut.



6.



Catat hasil pengamatan makrofauna secara menyeluruh.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Jumlah vegetasi/



Spesies



Nama Spesies



1.



Semut hitam



100



2.



Rayap



50



3.



Cacing tanah



5



Estimasi



4.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan dan pelaksanaan praktikum ini, makrofauna tanah yang saya jumpai berdasarkan table diatas, di mana makrofauna tanah yang mendominasi adalah serangga berupa semut. Semut terdapat hampir di semua habitat, dimulai dari tempat yang lembab sampai panas. Semut merupakan serangga sosial yang hidup secara berkoloni dan membentuk sarang atau gundukan tanah sebagai tempat berlindung. Biasanya jumlah koloni dari serangga sosial ini terdiri dari ratusan, ribuan sampai jutaan individu. Semut termasuk ordo Hymenoptera dan famili Formicidae. Semut sangat mudah dikenali, walaupun terdapat beberapa serangga lain yang sangat menyerupai dan meniru semut-semut. Bentuk sayap semut menyerupai tabuhan-tabuhan. Salah satu sifat-sifat struktural yang jelas dari semut adalah sungut-sungut biasanya menyiku dan ruas pertama seringkali sangat panjang. Koloni mengandung tiga kasta : ratu, jantan dan pekerja. Ratu lebih besar daripada anggota kasta



lainnya, biasanya bersayap, walaupun sayap-sayap yang dijatuhkan setelah penerbangan perkawinan. Peran semut di alam dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap hewan, manusia, dan tumbuhan. Manfaat segi positif tidak dapat secara langsung dinikmati oleh manusia misalnya perannya sebagai bahan pengurai, simbiosis mutualisme dengan aphid, dan sebagai predator. Semut Selonopsis sp. dapat menguraikan bahan organik dari hewan dan tumbuhan, simbiosis dengan kutu daun dan predator insekta yang lemah dengan cara bergotong rotong. Semut ini dominan sekitar pekarangan rumah dan tepi jalan. Semut Dolichoderus  sp. dapat berperan sebagi predator insekta atau hewan yang kecil dan lemah dan pengurai bahan organik. Salah satu organisme tanah yang sangat berperan dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna-fauna tanah termasuk anggota famili Formicidae. Hal



ini



terlihat



dari



hasil



pengamatan



di



lapangan



semut Selonopsis sp.



dan Dolichoderus sp. menguraikan insekta atau sisa bahan organik secara bergotong royong. Berikutnya



adalah



cacing,



Cacing tanah atau



Earthworm



merupakan



makroorganisme tanah yang hidup dalam tanah dengan sumber makanan dari bahan organik yang ada dalam tanah. Cacing tanah membantu dalam perombakan bahan organik yang ada dalam tanah menjadi berbagai senyawa dan ion yang sebagian besar berupa hara yang lebih mudah tersedia bagi tanaman. Selain itu, senyawa dan ion tersebut juga dapat dimanfaatkan



oleh



berbagai organisme tanah



lainnya,



baik



bermanfaat



bagi



makroorganisme tanah lainnya, maupun mesoorganisme tanah dan mikroorganisme tanah, sehingga merangsang pertumbuhan dan perkembangan aktivitas biologis dalam sistem tanah



tersebut.



Cacing



tanah



menghasilkan



kotoran



cacing



yang



disebut



sebagai “Casting”. Casting (kotoran cacing) mengandung ion fosfat dengan kadar yang tinggi. Ion Fosfat merupakan salah satu ion esensial baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maupun untuk pembelahan sel dan pembesaran serta perkembangan sel dari berbagai organisme tanah. Cacing tanah memiliki peran penting bagi kesuburan tanah, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya tanah menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah sangat



bermanfaat antara lain meningkatkan infiltrasi, memantapkan agregasi tanah, mengangkut bahan organik ke bagian tanah yang lebih dalam meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.



Cacing tanah dapat memperbaiki sifat biologi tanah antara lain : a.       Cacing tanah bermanfaat dalam meningkatkan aktivitas organisme tanah. b.      Cacing tanah bermanfaat dalam meningkatkan keragaman organisme tanah. c.       Cacing tanah bermanfaat dalam meningkatkan populasi organisme tanah. Selanjutnya rayap, Rayap merupakan golongan serangga yang penting di daerah tropika basah. Serangga yang hidup berkoloni ini memiliki keragaman jenis dan kelimpahan populasi yang tinggi. Beberapa jenis rayap dalam agroekosistem berperan sebagai hama karena memakan jaringan berkayu dari tanaman budidaya, sedangkan beberapa jenis lainnya justru dapat meningkatkan produktivitas agroekosistem dan kesuburan tanah karena fungsinya yang nyata sebagai peluruh limbah organik. Aktivitas rayap dalam mempengaruhi pembentukan tanah terjadi melalui : (1) perannya sebagai pencampur dan pengaduk tanah. (2) menciptakan liang-liang yang dalam, dan (3) mendekomposisi sisa-sisa organik. Diperkirakan tingkat perubahan tanah akibat aktivitas rayap berkisar dari 0,01 sampai 0,1 mm ha/tahun (Lal, 1987 dalam Ma’shum, 2003). Rayap mampu mengangkut fraksi tanah berukuran halus dari tanah bagian bawah ke permukaan tanah, fraksi halus tersebut digunakan sebagai bahan penyusun gundukan tanah. Oleh karena itu, material gundukan tanah memiliki tekstur yang halus jika dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Gundukan tanah dibangun oleh rayap dengan cara merekatkan satu partikel dengan partikel lain, dengan bahan sementara adalah air liur dan atau senyawa ekskresi yang lain. Gundukan ini memiliki ruang pori mikro yang nisbi banyak jumlahnya, sehingga tingkat infiltrasi air pada gundukan tanah lebih kecil jika dibandingkan dengan pada tanah



disekitarnya. Sebagai akibat dari hal tersebut, air hujan pada tempat itu akan tersimpan lebih lama pada bagian permukaan, sedangkan bagian tanah yang lebih bawah seringkali masih dalam kondisi kering. Infiltrasi air yang lamban berarti juga akan mengurangi tingkat pencucian unsur hara, dan karena itu gundukan tanah umumnya berkandungan unsur hara yang lebih tinggi dari tanah yang terdapat di dekatnya. Gundukan tanah yang dibangun oleh rayap umumnya memiliki kandungan liat yang nisbi tinggi, sehingga memiliki daya simpan air yang lebih besar dari pada tanah disekitarnya. Mengenai pengaruh aktivitas rayap terhadap sifat kimia tanah, adalah sulit untuk digeneralisasikan, karena pengaruhnya berubah-ubah bergantung pada sifat-sifat tanahnya, spesies rayap, umur gundukan, macam vegetasi dan penggunaan lahan. Namun demikian umumnya rayap mengakumulasi bahan organik dalam gundukan tanah, sehingga pada tempat tersebut terkandung kation-kation basa serta hara tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Oleh karena itu, gundukan tanah yang dibangun oleh rayap ini banyak digunakan sebagai sumber kapur dan rabuk bagi tanaman.



BAB V KESIMPULAN



Dari hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan tipis, di sintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan mendekomposisi bahan organik yang kemudian menyediakan air dan unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. 2. Bahan organik segar merupakan pakan bagi makrofauna. Melalui pencernaannya terjadi penguraian bahan organik, dan sebagian hasil pengurainya dibebaskan kembali ke tanah dalam bentuk kotoran yang dihasilkannya. 3. Makrofauna tanah yang dapat merombak bahan organik diantaranya adalah semut, rayap, dan cacing tanah. 4.  Keberadaan makrofauna tanah sangat berperan dalam proses pembusukan yang terjadi dalam tanah diantaranya proses dekomposisi, aliran karbon, bioturbasi, siklus unsur hara dan agregasi tanah.



DAFTAR PUSTAKA Halwany, Wawan. 2013. Balai penelitian Kehutanan Banjar Baru : Peranan dan Fungsi Fauna Tanah. http://foreibanjarbaru.or.id/archives/530. Diakses pada tanggal 18 September 2020. Hilwan, Iwan dan Handayani, Eko Putranti. 2013. Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka. Belitung. Vol. 04 No. 01 April 2013, Hal. 35 – 41. journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/download/6928/5399. Diakses pada tanggal 18 September 2020. Putra, Muhammad, dkk 2013. Makrofauna Tanah Pada Ultisol Di Bawah Tegakan Berbagai Umur Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq). http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4429/MUHAMMAD %20PUTRA%20(0806114007).pdf?sequence=1. Diakses pada tanggal 18 September 2020. Isnan, Whimpy Faizal, dkk. 2014. Studi Keanekaragaman Hewan Tanah (Epifauna) Di Perkebunan Kubis (Brassica Oleracea L) Dengan Sistem Terasering Di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu. http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel6DB4594912BA954F4E846FFB36BC2E21.doc. Diakses pada tanggal 18 September 2020. Buckman, H dan Brady, N. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Barros, E., B. Pashanasi, R. Constantino, & P. Lavelle. 2002. Effects of land-use system on the soil macrofauna in western Brazilian Amazonia. Biol. Fertil. Soils (2002) 35: 338-347. Eggleton, P., D.E. Bignell, S. Hauser, L. Dibog, L. Norgrove, & B. Madong. 2002. Termite diversity across an anthropogenic disturbance gradient in the humid forest zone of West Africa. Agriculture, Ecosystems, and Environment 90 (2002): 189-202. Elzinga, R.J., 1987. Fundamentals of Entomology. Third Edition. Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 07632. USA.



Ma’shum, M., Soedarsono, J., Susilowati, L. E. 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca IAEUP. Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia. Ditjen Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Maftu’ah, E., Arisoesilaningsih, E. dan Handayanto. E,. 2001. Potensi diversitas makrofauna tanah sebagai indikator kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan. Makalah Seminar Nasional Biologi 2. ITS. Surabaya. Ni Luh Kartini, Dr.,Ir.,M.Si. 2008. Peran Cacing Tanah. http://www.freweebs/ciget.html. Diakses pada tanggal 19 September 2020. Peran cacing dalam tanah. http://google.com/wikipedia/. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012. Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta.



DOKUMENTASI PENGAMATAN



A. ALAT



B. MAKROFAUNA TANAH / VEGETASI



a. Cacing tanah



b. Rayap



c. semut



d. sampel pengamatan/ galian