Laporan Praktikum Eksperimen Upi 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RAHASIA AHASIA



LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI EKSPERIMEN



LABORATORIUM PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI



KELOMPOK 6



Oleh : Wulan Sari Ramadhani 18101157510239



Pembimbing : Purwanti Endah Rahaya. M.Psi., Psikolog



UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG 2019



Asisten : 1. Erika Prima Yola 2. Rizqa Amalia Hendi



RAHASIA AHASIA



LAPORAN PRAKTIKUM TES TAT



Pengambilan Data 1 : (Nama kegiatan /alat) Tujuan Praktikum



: Psikologi Eksperimen



Tanggal Praktikum



: 3 Desember 2019



Tempat Praktikum



: Laboratorium Psikologi UPI “YPTK” Padang



Eksperimenter



: Wulan Sari Ramadhani



No. Bp



: 18101157510239



Pembimbing



: Purwanti Endah Rahaya, M.Psi., Psikolog



I.



II.



IDENTITAS SUBJEK Nama (inisial)



: Sherrien Julianni Sarvica



Jenis Kelamin



: Perempuan



Suku Bangsa



: Indonesia



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Alamat



:



KEGIATAN EKSPERIMEN 1.



Two Arms Coordination



RAHASIA AHASIA



A.



Pendahuluan



B.



Koordinasi motor adalah kombinasi gerakan tubuh yang dibuat dengan parameter kinematik (seperti arah spasial) dan kinetik (gaya) yang menghasilkan tindakan yang dimaksudkan. Koordinasi motor dicapai ketika bagian-bagian selanjutnya dari gerakan yang sama, atau pergerakan beberapa anggota tubuh atau bagian tubuh digabungkan dengan cara yang diatur dengan baik, mulus, dan efisien sehubungan dengan tujuan yang dimaksud. Ini melibatkan integrasi informasi proprioseptif yang merinci posisi dan pergerakan system muskulos keletal dengan proses saraf di otak dan sumsum tulang belakang yang mengendalikan, merencanakan, dan menyampaikan perintah motorik. Otak kecil memainkan peran penting dalam kontrol gerakan saraf. Pada eksperimen kali ini akan diobservasi sejauh mana ketepatan subjek penelitian dalam mengkombinasikan gerakan tubuh dengan menggerakan dua buah stik pada two arms coordination mengikuti pola bintang yang ada di papan panel tersebut. Dimana akan dinilai sebesar mana kesalahan (error) yang dibuat oleh subjek dan berapa cepat subjek melakukannya. Landasan Teori Salah satu proses mental yang terjadi pada manusia adalah persepsi. Menurut Gazzaniga (2012), persepsi terbentuk setelah adanya stimulus atau rangsangan dimana stimulus itu diterima oleh reseptor berupa indera (proses sensasi), lalu diubah menjadi sinyal-sinyal elektrik dan melalui tahap coding (penterjemahan) di dalam otak. Setelah otak menterjemahkan makna stimulus itu, barulah akan terbentuk persepsi manusia dan biasanya juga



RAHASIA AHASIA diiringi tindakan terhadap stimulus tersebut. Dalam proses persepsi, individu haruslah memiliki perhatian terhadap suatu stimulus agar bisa menterjemahkannya secara tepat. Ada lima reseptor yang berperan dalam persepsi yang disebut panca indera, yakni pmata untuk penglihatan, hidung untuk penciuman, telinga untuk pendengaran, kulit untuk perabaan, dan lidah untuk pengecapan. Depth-perception apparatus merupakan alat tes yang terdiri dari dua buah stik dalam satu kotak yang bagian depannya transparan, dimana tugas testee adalah mensejajarkan dua buah stik tersebut. Dalam eksperimen ini, reseptor yang berperan adalah mata sebagai indera penglihatan. Beberapa bagian yang membangun struktus fisiologis mata diantaranya kornea yang merupakan selaput tipis dibagian luar mata, retina yakni permukaan bagian tipis di belakang bola mata, yang mengandung fotoreseptor yang mentrasduksikan cahaya menjadi sinyal saraf, pupil yakni lubang kecil pada mata sebagai tempat masuknya gelombang cahaya, serta iris yang membentuk warna mata serta menyeleksi kapastitas cahaya yang masuk dengan membesarkan atau mengecilkan pupil mata. Dalam proses persepsi melalui indera penglihatan, ada 3 proses yang harus dilalui : 1.



Proses fisik, dimana stimulus mengenai alat indera.



2.



Proses fisiologis, dimana stimulus itu dibawa ke otak oleh syaraf sensoris.



3.



Proses psikologis, dimana individu membentuk persepsi terhadap stimulus yang telah diterima setelah terjadi proses penterjemahan oleh pusat susunan urat syaraf di otak. Terkait penggunaan alat depth perception apparatus, kemampuan



visual manusia juga harus bisa mempersepsikan kedalaman serta ketinggian suatu stimulus pada jarak tertentu. Berdasarkan Passer & Smith (2008:157), retina mata hanya menerima informasi dalam dua dimensi yakni panjang dan lebar suatu benda. Akan tetapi, otak memiliki kemampuan memberi terjemahannya dalam tiga dimensi. Proses ini menggunakan monocular depth cues, yang membutuhkan satu mata, dan binocular depth cues, yang



RAHASIA AHASIA menggunakan dua mata. Pada proses persepsi visual, beberapa faktor lain juga turut berpengaruh, diantaranya kondisi mata subjek, pencahayaan, dan kondisi lingkungan sekitar yang turut mempengaruhi perhatian individu terhadap stimulus. C.



Variabel Eksperimen a.



Variabel Independen : Kondisi pendengaran musik genre rock



b.



Variabel Dependen : Tingkat ketepatan dalam kesejajaran antara dua buah stik, banyaknya error yang dibuat subjek.



D.



Hipotesis



Subjek akan melakukan paling tidak sedikit error dalam menentukan kesejajaran dua buah stik, mengingat keterbatasan kemampuan visual tiap individu dan ketelitian pada alat eksperimen dalam mendeteksi error.



E.



Rancangan Eksperimen Dalam eksperimen ini, subjek diletakkan pada posisi 1,5 m dari alat tes, dengan kondisi pencahayaan sekitar yang normal (tidak redup, tidak terang) dan tidak berpolusi suara. Depth Perception Apparatus berupa alat tes persepsi visual terkait kesejajaran dua benda, terdiri dari dua buah stik, berwarna oren dan ungu, dimana tugas subjek adalah mensejajarkan posisi yang ungu terhadap yang oren



F.



Pelaksanaan Eksperimen Tahap-tahap melakukan eksperimen ini adalah sebagai berikut : 1)



Sebelum memulai eksperimen, testee diposisikan sejauh 1,5 meter menghadao alat tes, dalam keadaan duduk agar lebih nyaman dan fokus.



2)



Testee lalu dimintai untuk mengotrol pergerakan stik berwarna ungu pada alat tes untuk disejajarkan bersama stik berwarna oren (sebagai acuan) menggunakan sebuah remote control.



3)



Tes dilakukan sebanyak dua kali, pada tahap pertama, testee menggerakkan stik maju kedepan.



RAHASIA AHASIA 4)



Setelah dirasa sejajar, tester lalu mencatat hasil error kesalahan posisi stik yang diarahkan testee tersebut.



5)



Tahap kedua, testee menggerakkan stik mundur kebelakang, lalu tester kembali mencatat hasil error yang dibuat testee



G.



Hasil dan Pembahasan Nilai error yang dihasilkan testee Percobaan 1 (Maju)



Percobaan 2 (Mundur)



+0,06 mm



-0,01 mm



Berdasarkan hasil tes, terlihat bahwa testee melakukan error pada saat memposisikan stik ungu dengan stik oren sebagai acuannya. Artinya, ada sedikit penyimpangan kesejajaran antara dua stik itu setelah diposisikan oleh testee. Ini membuktikan bahwa manusia memiliki kemampuan mempersepsikan posisi antara benda-benda, namun kemampuan itu masih terbatas, khususnya apabila jarak benda dan subjek semakin jauh. Kondisi kualitas alat indera sebagai reseptor dan juga pencahayaan sekitar juga turut berpengaruh dalam ketepatan persepsi subjek. H.



Kesimpulan Tingkat



ketinggian



dan



kesejajaran



dua



buah



benda



bisa



diterjemahkan oleh manusia melalui proses persepsi yang melibatkan reseptor, otak, efektor. Proses ini tentunya akan berbeda hasilnya antara satu individu dengan yang lainnya, tergantung pada faktor internal berupa kondisi indera, pengetahuan/pengalaman, serta faktor eksternal berupa kondisi cahaya dan stimulus lain misalnya suara-suara.



Padang, 19 September 2019 Eksperimenter



Annisa Rida Illahi 15101157510087



RAHASIA AHASIA



REFERENSI Bhinnety, M. (2001). Petunjuk Praktikum Psikologi Eksperimen. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Gazzaniga, M. S., Heatherton, T. F., Halpern, D. F., & Heine S. J. (2012). Psychological Science Third Canadian Edition. New York: W.W. Norton & Company. Kalat, J.W. (2007). Biological Psychology. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd. Kirsch, I., Lynn, S. T., Vigorito, M., & Miller, R. R. (2004). The role of cognition in classical and operant conditioning. Journal of Clinical Psychology, 60(4), 369392. Passer, M. W., & Smith, R.E. (2004). Psychology: The Science of Mind and Behavior. Second Edition. New York: McGraw-Hill. Rajamanickam, M. (2005). Experimental Psychology with Advanced Experiments. New Delhi: Ashok Kumar Mittal. Roth, M. & McGinn, M. K. (1997). Toward a new perspective on problem solving. Canadian Journal of Education, 22.1, 18.



RAHASIA AHASIA Townsend, J. C. (1953). Introduction to Experimental Method for Psychology and the Social Science. New York: McGraw-Hill. Walgito, B. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Edisi Revisi Ke-5. Yogyakarta: Andi Offset.



LAMPIRAN 1.



Lembaran Observasi Ceritakan aktifitas yang dilakukan subjek mulai dari awal sampai selesai menggunakan alat



2.



Dokumentasi / Foto ( 4 buah sisi )