12 0 843 KB
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SETENGAH PADAT “EMULSI I” Tanggal Praktikum
: Jumat, 22November 2019
Tanggal Penyerahan
: Jumat, 29 November 2019
Kelompok
:4
Penyusun
: 1. Alzena Anjani
(066118273)
2. Linar Seftiany
(066118277)
3. Mai Yuliani S.
(066118293)
4. Harfina Nur Tri J.
(066118299)
Dosen
: 1. Septia Andini, M.Farm., Apt. 2. Erni Rustiani, M.Farm., Apt. 3. Rini Ambarwati, M.Si., Apt. 4. Cyntia Wahyuningrum, M.Farm., Apt. 5. Wilda Nurhikmah, S.Si., M.Farm., Apt. 6. Asri Wulandari, S.Farm.
Asisten Dosen
: 1. Melyartati
6. Erisa Dwiyana P.
2. Fitri Widya
7. Mirna Wati
3. Suci Puspa
8. Monicha Sri Mahesa
4. Shinta Mustika
9. Nuha Dzikri
5. Rahma Dila N.
LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2019
1
DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 3 1.1 Tujuan Percobaan ......................................................................... 3 1.2 Dasar Teori ................................................................................... 3 BAB II DATA PREFORMULASI .............................................................. 7 BAB 111 METODE KERJA ..................................................................... 10 3.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 10 3.1.1 Alat ..................................................................................... 10 3.1.2 Bahan .................................................................................. 10 3.2 Cara kerja ...................................................................................... 11 3.2.1 Cara pembuatan suspensi.................................................... 11 3.2.2 Cara evaluasi sediaaan ........................................................ 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 14 4.1 Data Pengamatan .......................................................................... 14 4.2 Perhitungan ................................................................................... 18 4.3 Grafik ............................................................................................ 19 4.4. Pembahasan ................................................................................. 20 BAB V PENUTUP ...................................................................................... 23 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24 LAMPIRAN ................................................................................................ 25
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1. TujuanPercobaan Membuat sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam dan mengamati stabilitas sediaan emulsi 1.2. Dasar Teori Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonik. Pada bagian emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butiir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang terdiri dari air dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tetap tersuspensi di dalam air (Anief,1986). Emulsi adalah suspensi yang stabil dari suatu bahan cair di dalam bahan cair lain, dimana bahan-bahan cair itu tidak tercampur. Kemantapan emulsi diperoleh dengan penyebaran butir sangat halus bahan cair, yang disebut fase dioperasi, menembus bahan lain, yang disebut fase tetap. Emulsi stabil apabila cairan tersebut dapat menahan tanpa mengalami perubahan, untuk waktu yang cukup lama,tanpa butir fase dispersi berkmpul satu sama lain atau mengendap. (Earle, 1969).
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6 )
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III. Halaman 9 ).
3
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok. Daya kerja emulsifier disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baikpada minyak dan air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air maka terjadi dispersi minyak dalam air sebagai contoh susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih larut dalam minyak terjadilah emulsi air dalam minyak sebagai contoh mentega dan margarin (Bernasconi, 1995).
Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur karena memiliki berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga agar butiran minyak tetap tersuspensi di dalam air, pada mentega dan margarin diperlukan suatu zat pengemulsi (emulsifier). Bahan yang dapat berperan sebagai pengemulsi antara lain kuning telur, kasein, albumin, atau lesitin. Tipe-tipe emulsi : • Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal. • Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal. (Syamsuni, A. 2006)
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan : 1. Creaming Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu bagian mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali. 2. Koalesensi dan cacking (breaking) Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible.
4
Hal ini terjadi karena : a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi 3. Inversi fase Peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible. Sediaan emulsi merupakan sediaan cair yang terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur satu dengan yang lain. Pada umumnya cairan tersebut adalah campuran dari minyak dan air. Tergantung dari tipe emulsi yang dibuat, fasa terdispersi dapat berupa minyak atau air. (Anief, 2000).
Pada prisnsipnya pembuatan sediaan emulsi terbagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Tahap Destruksi Dalam tahap ini dilakukan pemecahan fasa minyak menjadi globul-globul kecil, sehinggafasa terdispersi tersebut dapat lebih mudah terdispersi dalam fasa pendispersi. 2. Tahap Stabilisasi Dalam
tahap
terdispersi
ini
dalam
dilakukan
stabilisasi
globul-globul
yang
mediumpendispersi dengan menggunakan emulgator
dan bahan pengental.
Formulasi umum sediaan emulsi terdiri dari : 1. Bahan Aktif a. Bahan padat yang dapat larut dalam air atau dalam minyak. b. Bahan cair yang berbentuk minyak atau yang dapat tersatukan dengan air. 2. Bahan Pembantu Emulgator Terdapat berabagai macam emulgator tergantung dari mekanisme emulgator tersebut dalam proses stabilisasi emulsi. Dalam percobaan ini
5
digunakan emulgator alam. Polimer alam atau makromulekul dalam air akan membentuk gel dan membentuk lapisan film karena terjadi adsorpsi pada permukaan globul. Derivate selulosa yang bersifat koloid hidrofil dapat meningkatkan viskositas medium pendispersi, sehingga dapat mencegah terjadinya koalensi.
6
BAB II DATA PREFORMULASI
Formula
FI
F2
Minyak kelapa
50 ml
50 ml
Pga
4%
5%
Sirupus simpleks
10 ml
10 ml
Vanilinum
4 mg
40 mg
Acthanolum 90%
6 ml
6 ml
Aquadest
100 ml
100 ml
1. Oleum cocos (FI III hal 456)
Pemerian Warna
: Tidak berwarna atau kuning pucat
Bau
: Bau khas, tidak tengik
Rasa
: Tidak berasa
Penampilan
: Cairan jernih
Kelarutan (mg / ml ) Etanol
: larut dalam dua bagian etanol (95%) pada suhu 60°
Kloroform
: Sangat mudah larut dalam klroroform p ; dan dalam eter p
Suhu lebur
: 23° sampai 26°
Indeks bias
: 1,448 sampai 1,450 ; penetapan dilakukan pada suhu 40°
Bilangan asam: tidak lebih dari 0,2;penetapan dilakukan menggunakan20 g
Bilangan iodium : 7,0 sampai 11,0
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat
: zat tambahan
7
2. PGA (Pulus Gami Arabian)
Pemerian Warna
: Putih atau putih kekuningan
Bau
: Tidak berbau
Bentuk
: serbuk
Kelarutan
: Larut dalam 20 bagian gliserin; 20 bagian propilen glikol; 2,7 bagian air dan praktis tidak larut dalam bagian etanol.
Ph larutan
Penyimpanan : Disimpan di tempat yang kering dan suhu yang dingin
Khasiat
: 4,5 – 5
: Zat tambahan
3. Sirupus simplex (FI III Hal. 567) Pemerian
: Cairan jernih; tidak berwarna
Penetapan kadar : Memenuhi syarat penetapan kadar sakarosa yang tertera pada sirupi Penyimpanan
: Wadah tertutup baik.
4. Vanilinum (FI III Hal.632) Rumus molekul : C3H8O3 Berat molekul : 152,15 Pemerian
: Hablur halus berbentuk jarum; putih hingga agak kuning; rasa dan bau khas
Kelarutan : Air
: Sukar larut dalam air; larut dalam air panas
Etanol
: Mudah larut dalam etanol (95%) p
Eter
: Dalam eter dan larutan alkali hidroksida
Gliserol p
: larut dalam gliserol p
Jarak lebur
: Antara 81° dan 83°
8
Susut pengeringan : tidak lebih dari 1,0 % pengeringan dilakukan diatas silikagel p selama 4 jam Khasiat
: Zat tambahan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
5. Alkohol (FARMAKOPE INDONESIA IV halaman 63, Martindale 30th edition halaman 783, Handbook of Pharmaceutical excipient edisi VI halaman 7) Rumus molekul : C2H6O. BM
: 46,07.
Pemerian
: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78ºC dan mudah terbakar.
Kelarutan
: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organic.
BJ
: 0,812 – 0,816 g/ml.
Stabilitas
: Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.
OTT
: Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi gelap.
Konsentrasi
: 60-90 %.
Kegunaan
: Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Penyimpanan
: Wadah tertutup rapat jauh dari api
6. Aquadest ( FI III hal 576 ) Nama resmi
: Aqua destilata
Nama lain
: Air suling
Berat molekul : 18,02 Pemerian
: Cairan jernih,tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
9
BAB III METODE KERJA 3.1.Alat dan Bahan 3.1.1. Alat 1. Batang pengaduk 7. Kertas perkamen
2. Botol 100 ml
8. Lumpang dan alu
3. Beker glass
9. Pemanas
4. Cawan uap
10. Sendok tanduk
5. Corong
11. Timbangan analitik
6. Gelas ukur
3.1.2. Bahan 1. Aquadest 2. Acthanolum 90% 3. Minyak kelapa (Oleum cocos) 4. Pga 5. Sirupus simplex
10
3.2.Cara Kerja 3.2.1. Cara Pembuatan emulsi metode wet 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2.
Dikalibrasi botol 100ml
3. Dididihkan air yang akan dipakai sebagai fasa pendispersi, 4. Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan yaitu Oleum cocos, PGA, sirupus simplex, panilinum, acthonalum 90%. 5. Dilarutkan sirupus simplex yang telah ditimbang dengan menggunakan air panas yang telah didihkan 6. Dimasukan emulgator (PGA) dan minyak kelapa ke dalam lumpang, digerus ad homogen 7. Kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit air, digerus ad fase air dan fase minyak benar-benar bercampur merata 8. Setelah itu ditambahkan bahan-bahan lainya yaitu sirupus simplex, vanilinum dan acthnolum 90% 9. Digerus ad homogen 10. Kemudian dimasukan ke dalam botol 100 ml
3.2.1. Cara Pembuatan emulsi metode Dry 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Dikalibrasi botol 100ml 3. Dididihkan air yang akan dipakai sebagai fasa pendispersi, 4. Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan yaitu Oleum cocos, PGA, sirupus simplex, panilinum, acthonalum 90%. 5. Dilarutkan sirupus simplex yang telah ditimbang dengan menggunakan air panas yang telah didihkan 6. Dimasukan emulgator (PGA) dan air kelapa ke dalam lumpang, digerus ad homogen 7. Kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit minyak, digerus ad tercampur fase minyak dan fase air 11
8. Setelah itu ditambahkan bahan-bahan lainya yaitu sirupus simplex, vanilinum dan acthnolum 90% 9. Digerus ad homogen 10. Kemudian dimasukan kedalam botol 100 ml
3.2.2. Cara Evaluasi Sediaan a. Uji Organoleptik 1. Dilihat bentuk sediaan 2. Dilihat warna 3. Diamati bau 4. Diamati rasa a. Uji Suhu Kamar 1. Diamati bentuk sediaan, bau, rasa, warna 2. Diukur tinggi endapan 3. Dilihat waktu dispersi dan redispersi 4. Diuji pH
b. Uji Suhu Dingin (4°C) 1. Dimasukkan sediaan dalam 3 buah vial 10 ml 2. Dimasukkan dalam kulkas dengan suhu 4°C selama 5 hari 3. Setiap harinya diamati bentuk sediaan, warna, bau, dan rasa 4. Setiap harinya diukur tinggi endapan
c. Uji Suhu Panas (40°C) 10. Dimasukkan sediaan dalam 3 buah vial 10 ml 11. Dimasukkan dalam oven dengan suhu 40°C selama 5 hari 12. Setiap harinya diamati bentuk sediaan, warna, bau, dan rasa 13. Setiap harinya diukur tinggi endapan
12
d. Freeze Thaw 1. Dimasukkan sediaan dalam 6 buah vial 10 ml 2. Hari pertama dimasukkan ke dalam oven 3. Dipindahkan setiap harinya selama 5 hari 4. Setiap harinya diamati bentuk sediaan, warna, bau, dan rasa 5. Setiap harinya diukur tinggi endapan
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan a. Suhu Kamar FORMULA 1 (DRY)
Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
Tinggi Busa
0,9
0,9
1,2
0,9
0,9
pH
5
5
6
6
6
Tinggi Air
2,3
2,2
2,0
2,4
2,3
Tinggi Endapan
-
-
-
-
-
Waktu Redispersi
5
4
5
6
6
FORMULA 1 (WET)
Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
Tinggi Busa
1,1
1,0
1,0
0,9
0,9
14
pH
5
5
5
6
6
Tinggi Air
2,2
2,0
2,0
2,2
2,3
Tinggi Endapan
-
-
-
-
-
Waktu Redispersi
5
5
4
4
6
FORMULA 2 (DRY) Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
Tinggi Busa
0,9
0,8
0,9
1,0
1,1
pH
5
5
5
6
6
Tinggi Air
2,3
2,2
2,0
2,4
2,3
Tinggi Endapan
-
-
-
-
-
Waktu Redispersi
4
5
5
5
5
FORMULA 2 (WET) Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
Tinggi Busa
0,9
1,1
1,1
1,0
1,0
pH
5
5
6
6
6
Tinggi Air
2,2
2,0
2,0
2,2
2,2
15
Tinggi Endapan
-
-
-
-
-
Waktu Redispersi
5
5
5
6
6
b. Suhu Dingin FORMULA 1 (DRY AND WET) Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
FORMULA 2 (DRY AND WET) Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
c. Suhu Panas FORMULA 1 (DRY AND WET) Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
+++
+++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
16
FORMULASI 2 (DRY AND WET) Evaluasi
Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
+++
+++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
d. Freeze Thaw FORMULA 1 (DRY AND WET) Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
FORMULA 2 (DRY AND WET) Jumat
Sabtu
Senin
Selasa
Rabu
Evaluasi
Formula
Formula
Formula
Formula
Formula
Warna
+++
+++
+++
+++
+++
Bau
+++
+++
+++
++
++
Rasa
+++
+++
+++
+++
+++
17
e. Viskositas Hari
t0
Rpm
Cp
% Torsi
20
20
0,1%
50
16
0,2%
100
16
0,2%
4.2.Perhitungan a. Formulasi Formula
FI
F2
Minyak kelapa
50 ml
50 ml
Pga
4%
5%
Sirupus simpleks
10 ml
10 ml
Vanilinum
4 mg
40 mg
Acthanolum 90%
6 ml
6 ml
Aquadest
100 ml
100 ml
Formula 1 4
PGA 4%
= 100 x 100 ml = 4g
Formula 2 PGA 5%
=
5 100
x 100 ml = 5g
4.3.Grafik a. Suhu Kamar FORMULA 1
18
pH 7 6 5 4
DRY
WET
FORMULA 2
pH 6.5 6 5.5 5 4.5 DRY
WET
Viskositas
Viskositas 8 6 4 2 0
t0 Series 1
19
4.4.
Pada
Pembahasan
praktikum kali ini yaitu membuat sediaan emulsi. Emulsi sendiri
merupakan sediaan yang terdiri dari dua fase yang tidak tercampur dan secara termodinamika tidak stabil. Pada percobaan kali ini dilakukannya proses pembuatan emulsi. Dalam praktikum kali ini, dibuat formula sediaan emulsi yang memiliki bahan aktif minyak kelapa dengan bahan yang lainnya yaitu PGA, etanol, vanilinum, dan sirup simpleks serta penambahan aquadest hingga volume yang diinginkan. Sediaan emulsi dibuat dalam bentuk dry dan wet emulsi dimana terdiri dari dua formula dan keduanya dibuat pula dry dan wet sirupnya. Pada proses pembuatan yang lebih dibuat pada kelompok kami yaitu dr emulsi karena bahan yang pertama kali di aduk sampai homogen adalah air dan PGA kemudia minyak kelapa
yang
diberikan
sedikit
demi
sedikit.
Sehingga
mudah
untuk
menghomogenkan antara PGA dengan air, tidak lupa dimasukkan bahan lainnya. Formula terbaik pada percobaan sediaan supensi ini yaitu formula 3. Pada formula ini tidak terjadinya masalah pada suspensi seperti caking. Dilakukan pada empat suhu yaitu suhu panas, dingin, kamar dan freeze thaw. Pada saat proses freezen thaw tidak adanya ketidakstabilan yang terjadi. Fromula ini tetap stabil dan mudah didispersi kembali. Dalam pembuatan emulsi ini, digunakannya emulgator yaitu PGA. Fungsi dari emulgator ini sendiri merupakan agar minyak dan air dapat bersatu secara homogen atau sebagai pengikat fase minyak. Pada praktikum kali ini sediaan yang paling baik adalah formula satu dengan bentuk sediaan dry emulsi. Karena tidak terlalu mengental dan encer serta tidak membentuk ketidakstabilan. Dalam pembuatan sediaan emulsi ini untuk menghilangkan rasa yang aneh maka ditambahkannya sirup simpleks. Untuk pengemasan, sediaan ini dikemas dalam botol bening 100 ml. Sediaan harus sesuai dengan yang tertera pada etiket
20
dan harus memenuhi syarat volume terpindahkan. Sehingga volume sediaan tiap botolnya dilebihkan 2%. Sediaan harus dijamin agar tidak hilang selama proses pembuatan. Untuk mendapatkan formula yang tepat tidak perlu adanya penambahan adjust pH karena pH sediaan sudah memenuhi spesifikasi. Pada pembuatan sediaan emulsi ini juga ketika di suhunkamar terlihat tidak adanya endapan yang mengendap hanya ada sedikit busa dan air, dimna ketika didispersi dapat menghomogen dengan mudah. Pada percobaan ini juga dilakukan pengamatan selama e4 hari yaitu pada suhu kamar, suhu dingin, suhu panas, dan Freeze thaw. Namun pada suhun kamar setelah pengamatan 5 hari terlihat tidak terbntuknya endapan, hal ini juga menyebkan sediaan emulsi pada sediaan yang dianggap baik mudah disipersi kembali. Pada sediaan emulsi ini tidak ditambahkan essence dan rasa. Pada penggunaan emulsi ini harus dilakukan pengecokan terlebih dahulu sebelum digunakan, karena zat-zat yang tidak terlarut akan mengendap. Oleh sebab itu harus di kocok agar terdispersi kembali dengan sempuran. Sehingga kandungan yang ada pada obat ini dapat menggunakan dosis yang sesuai dan tepat.
21
22
BAB V KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Formula yang terbaik merupakan formula 1 dengan sediaan dry emulsi karena kandungannya zatnya yang stabil 2. Pada suhu kamar tidak terbentuknya endapan 3. Selama penyimpanan baik dalam suhu dingin maupun panas tidak terjadinya ketidakstabilan pada sediaam emulsi ini selama 5 hari pengamatan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ansel , 1990 . Ilmu kefarmasian . Jakarta : UI Press Dirjen POM Depkes RI,1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI. Fornas edisi 2. .Ilmu meracik obat . Jakarta: EGC Siregar, C.J.P.2010.Teknologi Farmasi Tablet, Dasar-Dasar Praktis. EGC: Jakarta Rowe, et all.2006.Handbook od Pharmaceutical Exipiens. The Pharmaceutical Press: London Voigt.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V.Gadjah Mada Press.Yogyakarta
24
LAMPIRAN
SEDIAAN BELUM DIBERI RASA DAN WARNA
PROSES MENGHOMOGENKAN SEDIAAN
SEDIAAN YANG TELAH HOMOGEN
PROSES MENGHITUNG VISKOSITAS
25