Laporan Praktikum Farmakologi - Efek Obat Diare Pada Mencit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EFEK OBAT DIARE PADA HEWAN UJI



Penyusun : Kelompok 3B Lina Barokah Awalina



(201804026)



Lutfiah Azzahro Putri



(201804028)



Nathalia Windi T



(201804033)



Rika Elisabeth



(201804036)



Rosalina Dwi Farraswati



(201804038)



Sarah Najla P.S



(201804039)



Dosen Pengampu: Wahyu Nuraini Hasmar, M.Farm.,Apt PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRAKELUARGA BEKASI 2020



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1 1.1 LATAR BELAKANG............................................................................1 1.2 TUJUAN.................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3 2.1 Pengertian Diare....................................................................................3 2.2 Klasifikasi Diare.....................................................................................3 2.3 Mekanisme Timbulnya Diare………………………………………...5 2.4 Obat-obat Diare……………………………………………………….7 BAB III METODE KERJA........................................................................8 A. Alat yang digunakan :..........................................................................8 B. Bahan yang digunakan :........................................................................8 C. Hewan yang digunakan :.......................................................................8 D. Pelaksaan Praktikum.............................................................................8



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................10 4.1 HASIL...................................................................................................10 4.2 PEMBAHASAN...................................................................................10 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................16 5.1 KESIMPULAN....................................................................................16 5.2 SARAN..................................................................................................16



DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17



BAB I PENDAHULUAN 1.1 PrinsipPercobaan Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. (World Health Organization (WHO, 2009). Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita, menurut data badan Kesehatan Dunia (WHO—World Health Organitation ) Penyakit mencret atau diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Yang membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun (Depkes RI, 2010). Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses memiliki kandungan air yang berlebihan. Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare salah satunya akibat infeksi oleh bakteri atau virus dan juga bisa disebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang kumuh dan kotor menjadi tempat berkembang bakteri (E.coli), virus dan parasit (jamur, cacing, protozoa), dan juga lalat yang turut berperan dalam membantu penyebaran kuman penyakit diare (Hannifatunisa, 2013). Diare jarang membahayakan, namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri kejang pada bagian perut. Meskipun tidak membutuhkan perawatan khusus, penyakit diare perlu mendapatkan perhatian serius, karena dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Dehidrasi dapat ditengarai dengan gejala fisik seperti bibir terasa kering, kulit menjadi keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, serta menyebabkan syok. Untuk mencegah dehidrasi dengan meminum larutan oralit. Karena itu, penderita diare harus banyak minum air dan diberi obat anti diare (Hannifatunisa, 2013).



2



Absorbents adalah senyawa-senyawa yang menyerap (absorb) air. Absorbents yang diminum secara oral mengikat air dalam usus kecil dan usus besar dan membuat feces-feces diare kurang berair. Mereka mungkin juga mengikat kimia-kimia beracun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang menyebabkan usus kecil mensekresikan cairan. Salah satu absorbenst utama adalah attapulgit (Anonim, 2013).  NewDiatab merupakanobat paten yang mengandung zat aktif atapulgit 600 mg dengan indikasi sebagai pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui penyebabnya. Atapulgit bekerja dengan cara mengikat bakteri dan toksin dalam jumlah besar sekaligus mengurangi pengeluaran air. atapulgit mengurangi pergerakan usus, memperbaiki konsistensi tinja yang terlalu keras atau terlalu lembek, dan meredakan kram perut yang berkaitan dengan diare. Aman untuk ibu hamil dan menyusui (Medica.com, 2013). 1.2 TujuanPercobaan Untuk menganalisis efek obat anti diare pada mencit (Musmusculus) dengan metode transitin Testinal terhadap diare.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Diare Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tak nyaman pada area perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari factor ini. Tiga factor yang menentukan keparahannya yakni sekresi intestinal, perubahan penyerapan mukosa dan peningkatan motilitas. Diare diklasifikasikan sebagai tinggi volume, rendah volume, sekresi, osmotic atau campuran. Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air  besar yang terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis  penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011). 2.2. Klasifikasi Diare Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis klinik penyakitnya. Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain: 1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan  jika tidak diberika makan dam minum. 2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi. 3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.



4



4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi menyebar hingga keluar usus. 5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung. 2.3. Penyebab Diare Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) : -



Infeksi bakteri   beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).



-



Infeksi virus beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.



-



Intoleransi makanan beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis buatan dan glukosa.



-



Parasit parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, andCryptosporidium.



-



Reaksi atau efek samping pengobatan antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu diare.



-



Gangguan intestinal



-



Kelainan fungsi usus besar Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat  berbahaya. Bila penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian.



5



Keadaan ini sangat berbahaya terutama  bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa (Adnyana, 2008). 2.4. Mekanisme Timbulnya Diare Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah, disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh mikroba melalui  pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari (Anne, 2011). Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan  beberapa mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit, seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Anne, 2011). Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara langsung distimu-lasi oleh proses  patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida. Pada umumnya,  peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai akibat-akibat patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh  patogen (Anne, 2011). Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran, karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan  bervariasi antar organisme. Kerusakan mukosa yang terjadi bisa  berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi



6



secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen  penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Anne, 2011). Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan  pencernaan dan penyerapan karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa dihambat dengan berpuasa (Anne, 2011). Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus (Anne, 2011). Penggolongan obat diare : 1) Kemoterapeutika Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Harkness, 1984). 2) Zat penekan peristaltik usus Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).



7



3) Adsorbensia Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007). Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984). 2.5. Obat-Obat Diare 1. Racecordil Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut. Berdasarkan uji klinis didapatkan bahwa anti diare ini memberikan hasil klinis yang baik dan dapat ditoleransi oleh tubuh. Produk ini juga merupakan anti diare pertama yang cara kerjanya mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur  penyebaran air dan elektrolit ke usus. Selain itu, Hidrasec pun mampu menghambat enkephalinase dengan baik. Dengan demikian, efek samping yang ditimbulkannya sangat minimal. 2. Loperamide Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. 3. Nifuroxazide



8



Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. -



Aktifitas antimikroba Nifuroxazide lebih besar dari obat anti infeksi intestinal biasa seperti kloroyodokuin.



-



Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide masih memiliki daya bakterisidal.



Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik,  baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa. 4. Dioctahedral smectite Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik  berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi  barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut (Anne, 2011).



BAB III METODE KERJA 3.1 Alat dan bahan  Alat 1. Batang pengaduk 2. Beaker 3. Gelas ukur 4. Hot plate 5. Mixer 6. Spoit 1 ml 7. Spoit oral 8. Timbangan berat badan  Bahan 1. Alkohol 70% 2. Aqua destilat 3. Carbo Adsorben 4. Tragakan 5. Tablet Diapet 6. Tablet Loperamide 7. Tablet Papaverin HCl  Hewan yang digunakan : Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20g-30g berumur anatar 6-8 minggu.  Cara kerja Metode transit in Tesinal Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat



Mencit dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–masing kelompok terdiri dari 3 ekor.



10



Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana : kelompok I sebagai kontrol, (Tragakan 1%) kelompok II diberi (suspensi Lopermid) kelompok III diberi suspensi (Papaverin) kelompok IV diberi suspensi Nifural. Semua perlakukan secara oral dengan volume pemberian adalah 0,2 ml / 30 g BB mencit.



Menit kemudian semua hewan diberi suspensi norit 5% sebayak 0,2 ml/ 30 g BB mencit



Menit setelah semua hewan di beri suspensi norit 5%, hewan coba dikorbankan secara dislokasi tulang leher.



Usus dikeluarkan secara hati-hati, sampai teregang. Panjang usus yang dilalui marker norit mulai dari pylorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur. Demikian pula panjang seluruh usus dari pylorus sampai rectum dari masing-masing hewan. Kemudian dari masing-masing hewan dihitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kelompok



HewanUji Kode



BB



Vol. Pemberian (ml)



Panjangu sus (a) (cm)



Panjang marker norit (b)



Selisih (a-b)



Kontrol



1



21 g



1,05



64,5



53,4



11,1



(Tragakan)



2



26 g



1,3



63,5



20,3



43,2



3



23 g



1,15



64,3



43,5



20,8



1



22 g



1,1



65,4



55,3



10,1



2



24 g



1,2



65,3



20,3



45



3



21 g



1,05



65,2



47



18,2



1



23 g



1,15



63,5



51,8



11,7



2



20 g



1



65,2



21,1



44,1



3



25 g



1,25



67,1



48,7



18,4



1



25 g



1,25



66,8



53,7



13,1



2



21 g



1,05



65,5



20,9



44,6



3



26 g



1,3



67,7



44,8



22,9



Loperamid



Diatab



Nifural



Perhitungan selisih (a-b) a. Kontrol (tragakan) 1. 64,5 - 53,4 = 11,1 2. 63,5 - 20,3 = 43,2 3. 64,3 - 43,5 = 20,8



b. Diatab 1. 63,5 - 51,8 = 11,7 2. 65,2 - 21,1 = 44,1 3. 67,1 - 48,7 = 18,4



c. Loperamid 1. 65,4 - 55,3 = 10,1 2. 65,3 - 20,3 = 45 3. 65,2 - 47 = 18,2



d. Nifural 1. 66,8 - 53,7 = 13,1 2. 65,5 - 20,9 = 44,6 3. 67,7 – 44,8 = 22,9



Perhitungan volume pemberian



12



1. Tragakan (kontrol) Kode A : Volume pemberian mencit 21 g 21 g x 1 ml = 20 g = 1,05 ml



2. Loperamid Kode A : Volume pemberian mencit 22 g 22 g x 1 ml = 20 g = 1,1 ml



Kode B : Volume pemberian mencit 26 g 26 g x 1 ml = 20 g = 1,3 ml



Kode B : Volume pemberian mencit 24 g 24 g x 1 ml = 20 g = 1,2 ml



Kode C : Volume pemberian mencit 23 g 23 g x 1 ml = 20 g = 1,15 ml



Kode C : Volume pemberian mencit 21 g 21 g x 1 ml = 20 g = 1,05 ml



3. Diatab



4. Nifural



Kode A : Volume pemberian mencit 23 g 23 g x 1 ml = 20 g = 1,15 ml



Kode A : Volume pemberian mencit 25 g 25 g x 1 ml = 20 g = 1,25 ml



Kode B : Volume pemberian mencit 20 g 20 g x 1 ml = 20 g = 1 ml



Kode B : Volume pemberian mencit 21 g 21 g x 1 ml = 20 g = 1,05 ml



Kode C : Volume pemberian mencit 25 g 25 g x 1 ml = 20 g = 1,25 ml



Kode C : Volume pemberian mencit 25 g 26 g x 1 ml = 20 g = 1,3ml



PEMBAHASAN Pada praktikum ini kami melakukan efek obat diare pada hewan uji. Tujuan percobaan Praktikum ini untuk menganalisis efek obat antidiare pada mencit (mus musculus) dengan metode transit intesinal dan metode proteksi terhadap diare yang disebabkan oleum ricini .



13



Prinsip dari percobaan ini yaitu pada metode proteksi terhadap induksi oleum ricini efek obat antidiare dapat diamati dengan berkurangnya frekuensi defakasi dan berubahnya konsistensi fases menjadi padat. Kedua, metode transit intesinal memiliki prinsip perpindahan atas pengaruh atau efek obat yang dilihat dari rasio jarak usus yang dilewati oleh norit atau marker dalam waktu tertentu berbanding dengan panjang usus keseluruhan pada hewan uji. Metode ini digunakan untuk evaluasi obat yang memiliki kinerja atau efek terhadap motilitas otot sirkular dan longitudinal. Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Diare pada dasarnya tidak memerlukan obat, hanya apabila terjadi diare hebat makan dapat digunakan obat untuk menguranginya.Penyebab diare dapat bermacam-macam, antara lain kurangnya absorbsi zat osmotik dari lumen usus, menigkatnya sekresi elektrolit dan air ke dalam lumen usus, naiknya permeabilitas mukosa usus atau terganggunya motilitas usus. Obat diare yang digunakan pada percobaan ini adalah diapet, loperamide, dan papaverin HCL. Loperamide merupakan obat diare yang bekerja dengan mekanisme panghambatan peristaltik pada reseptor opiat yang digunakan pada diare akibat gangguan motilitas. Diapet merupakan obat anti diare yang mengandung ekstrak daun jambu biji. Mekanisme dari ekstrak daun jambu biji adalah lektin yang terkandung dalam psidium guava mengikat bakteri E.coli yang akan mencegah adhesi dinding usus sehingga feses memadat. Selain itu, daun jambu biji memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat efek prospulsi gastrointestinal. Papaverin HCL berguna untuk melemaskan otot-otot polos, sehingga juga dapat membuat pembuluh darah melebar dengan melemaskan otot polos di dinding pembuluh darah. Senyawa uji diberikan pada mencit secara peroral . pemberian secara peroral dimaksudkan agar senyawa uji langsung masuk ke dalam saluran pencernaan mencit, sehingga sesuai dengan tujuan percobaan yaitu mengamati efek antidiare yang terjadi di usus mencit. Dalam percobaan mencit dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana kelompok 1 sebagai kontrol diberikan larutan tragakan 1%. Kelompok 2 diberi suspensi loperamid, kelompok 3 diberi suspensi



14



papaverin dan kelompok 4 diberi suspensi nifural. Setelah ke-4 kelompok mencit diberikan obat secara peroral, diberi waktu jeda selama 45 menit sebelum diberikan tinta cina atau norit secara peroral. Tujuan dari pemberian jeda waktu tersebut yaitu agar obat terabrsorbsi dalam usus. Setelah diberikan, norit akan melewati sistem pencernaan hingga ke usus. Di usus, norit berfungsi sebagai penanda usus yang telah di lalui obat (norit). Setelah itu dilakukan dislokasi tulang leher pada semua mencit, yang bertujuan agar dapat melakukan pembedahan pada mencit dengan cara membuka bagian perutnya. Setelah dibedah, usus mencit dibentangkan, kemudian usus mencit diukur dari pirolus usus hingga ujung akhir usus. Panjang usus yang dilalui oleh norit dihitung mulai dari bagian pirolus hingga rektum. Dalam metode ini, apabila panjang rasio usus yang ditempuh oleh norit dengan panjang keseluruhan usus lebih kecil dari pada kontrol, maka bisa dikatakan bahwa bahan uji memiliki efek antidiare. Hal ini dikarenakan pada kontrol negatif, perjalanan norit akan lebih panjang karena konsistensi feses lebih cair sehingga lebih cepat dikeluarkan. Sedangkan usus pada hewan uji yang diberi obat antidiare, perjalanan norit lebih pendek dikarenakan gerakan peristaltik usus diperlambat sehingga terjadi penyerangan air di usus yang akhirnya akan menyebabkan feses menjadi padat.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Obat diare yang digunakan pada percobaan ini adalah diapet, loperamide, dan papaverin HCL. Senyawa uji diberikan pada mencit secara peroral . pemberian secara peroral dimaksudkan agar senyawa uji langsung masuk ke dalam saluran pencernaan mencit, sehingga sesuai dengan tujuan percobaan yaitu mengamati efek antidiare yang terjadi di usus mencit. Dalam metode ini, apabila panjang rasio usus yang ditempuh oleh norit dengan panjang keseluruhan usus lebih kecil dari pada kontrol, maka bisa dikatakan bahwa bahan uji memiliki efek antidiare. Hal ini dikarenakan pada kontrol negatif, perjalanan norit akan lebih panjang karena konsistensi feses lebih cair sehingga lebih cepat dikeluarkan. Sedangkan usus pada hewan uji yang diberi obat antidiare, perjalanan norit lebih pendek dikarenakan gerakan peristaltik usus diperlambat sehingga terjadi penyerangan air di usus yang akhirnya akan menyebabkan feses menjadi padat.



5.2 saran Disarankan kepada praktikan pada saat pemberian obat terhadap hewan uji agar memperlakukan hewan uji dengan lembut dan memasukan obat secara perlahan-lahan dan hati-hati. Agar obat dapat dipastikan masuk kedalam tubuh dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA



-



Adnyana,



Ketut.



2004.



Sekilas



Tentang



Diare.



http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/.htm -



Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-akut.htm.



-



Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal : 14-4.



-



Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta : Penerbit UI Press.



-



Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.



-



Depkes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.



-



Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi Jilid I. Jakarta: IDAI.



-



Mansjoer,Arif, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus FKUI.



-



Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC



-



Simadibrata, M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen.



-



Soegijanto S. 2006. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Surabaya: Airlangga University Press.



16



LAMPIRAN 1. Cara pembuatan Tragakan 1 % à 2 gram + 200 mL air panas 2. Cara membuat loperamide à 2 tab + 50 mL tragakan + aqua dest ad 100mL 3. Cara membuat diatab à 2 tab + 50 mL tragakan + aqua dest ad 100mL 4. Cara buat pembuatan norit 5% à 5 gram + aqua dest 100 m



17