Laporan Praktikum Farmakologi Ii - Kelompok 2 - Antipiretik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRATIKUM FARMAKOLOGI II AKTIVITAS ANTIPIRETIK



DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 ANGGOTA 1. 2. 3. 4. 5. 6. KELAS SHIFT DOSEN ASOSTEN DOSEN



MIA FRANSISKA 1801018 INDAH OKTAVIANTI 1701136 JESIKA NAULI 1801075 MELLANI SISKA WATI PUTRI 1801107 ANNISA NAULI SIREGAR 1801156 YOSCA AMORALENIA LUBIS 1801081



: 2019 D : CAMPUR 1. Apt. IFORA M. Farm 2. Apt. MEILINDA MUSTIKA M. Farm 1. 2. 3. 4. 5. 6.



AHMAD SYUKUR (1801131) NURAYNI (1801098) SEPRIKA PRAMESWARI (19013012) GUSTI AMELIA SANDRA (19013024) GHINA MAHARANY (1801068) ANISA RAMIDHASARI (18001082)



LABORATORIUM FARMAKOLOGI II SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG 2021



OBJEK PRATIKUM 11 AKTIVITAS ANTIPIRETIK



I.



TUJUAN PERCOBAAN 1. Menghitung dosis obat antipiretik untuk hewan uji 2. Mengetahui bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menginduksi demam 3. Mengukur demam pada hewan uji melalui rektal 4. Menghitung penurunan suhu tubuh mencit



II.



TEORI Manusia mempunyai suhu tubuh normal pada oral adalah 35,8–37,3 ºC, sedangkan suhu rektal lebih tinggi sekitar 0,3-0,5 ºC. Demam yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Terdapat bukti bahwa demam akibat infeksi bersifat menguntungkan, karena dapat mengurangi stabilitas lisosom, meningkatkan efek interferon dan merangsang mobilitas leukosit. Pirogen merupakan substansi yang meyebabkan demam dan berasal baik eksogen maupun endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar hospes, respon terhadap stimulan awal yang biasanya timbul oleh karena infeksi atau inflamasi. Sedangkan pirogen endogen diproduksi oleh hospes, dihasilkan baik secara sistemik maupun lokal, berhasil memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Suhu tubuh normal adalah 36-37ºC. Kebanyakan analgetik memberkan efek antipiretik, sebaliknya, antipiretik juga dapat mengurangi rasa sakit pada penderita. Setiap obat masing-masing memilkik efek yang dominan, misalnya parasetamol dan aspirin. Obatobat tersebut efek antipiretiknya lebih besar daripada analgetiknya (Anief, 1997). Antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase. Hal ini mengakibatkan set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal sehingga perintah memproduksi panas di atas normal dan pengurangan pengeluaran panas tidak ada lagi (Hastuti dan Susi, 2016). Demam merupakan suatu kondisi pada saat suhu tubuh diatas normal yaitu 38º Celsius. Pada penanganan demam terdapat berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk menurunkan panas seperti melakukan penanganan tanpa obat dan penanganan dengan obat. Penanganan dengan obat dilakukan dengan memberikan obat antipiretik pada saat suhu tubuh anak >390C.



Obat antipiretik yang umumnya digunakan saat ini adalah parasetamol atau ibuprofen karena kedua obat ini dinilai relatif aman untuk anak dan usia dewasa. Seiring berjalannya waktu, demam konsisten menyebabkan tingginya tingkat kecemasan pada orang tua dan kewaspadaan pada praktisi kesehatan akan terjadinya pendarahan pada otak, panas yang tinggi, bahkan kematian pada anak. Kesalahan konsep dalam memanagemen demam yang terjadi karena kesalahan persepsi dari orangtua akan memicu terjadinya fever phobia. Pada masyarakat sering ditemukan adanya kasus orangtua yang memberikan antipiretik pada suhu anak < 38oC dan membangunkan anaknya untuk diberikan antipiretik. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah kesalahan dalam pemberian dosis kerena orang tua yang panik saat pemberian obat. Pada umumnya dosis yang digunakan untuk parasetamol pada anak sebanyak 10–15 mg/kg/dosis tiap 4 jam. Parasetamol bekerja dalam waktu satu jam dan paruh waktu eliminasinya pada anak – anak berkisar antara 2–5 jam. Parasetamol akan diekskresi melalui urin sehingga parasetamol baik apabila diberikan kembali tiap interval 4 jam pada anak demam. Pemberian dalam interval tiap 4 jam tersebut agar dapat mencegah pemberian parasetamol yang berlebih dikarenakan dosis parasetamol yang berlebih akan menimbulkan efek berbahaya yang bisa menyebabkan kerusakan pada hati yang terkadang tidak terlihat efeknya dalam 4 sampai dengan 6 hari. Pemberian tiap interval 4 jam juga mencegah pemberian obat dalam dosis yang kurang. Dosis yang kurang ini akan menyebabkan efektifitas kerja obat tidak tercapai ( Surya,dkk. 2018). Beberapa peneliti menyatakan bahwa senyawa yang memiliki efek antipiretik adalah flavonoid, saponin, alkaloid dan minyak atsiri. Flavonoid, alkaloid dan saponin telah menunjukkan aksi penghambatan pada enzim siklooksigenase dan sebagai hasilnya menghasilkan aktivitas antipiretik. Salah satu metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai obat penurun panas adalah flavonoid. Flavonoid menunjukkan lebih dari seratus macam bioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan antara lain efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Demam atau pireksia merupakan gejala dari suatu penyakit. Dampak negatif demam antara lain mengakibatkan dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan saraf, serta rasa tidak nyaman seperti sakit kepala, nafsu makan menurun (anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, demam dapat diobati dengan antipiretik. Obat antipiretik yang sering digunakan untuk mengobati demam yaitu parasetamol.



Beberapa hasil penelitian tentang parasetamol akhir-akhir ini menemukan bahwa meskipun cukup aman, parasetamol memiliki banyak efek samping. Selain itu, ada kemungkinan kemiripan struktur parasetamol dengan flavonoid). Oleh karena adanya efek samping yang muncul pada penggunaan parasetamol jangka panjang dan dalam dosis besar, maka perlu dipikirkan alternatif cara mengurangi munculnya efek samping tersebut, diantaranya melalui penggunaan tanaman tradisional untuk terapi demam. (Gosal, dkk. 2020) flavonoid memiliki berbagai macam bioaktivitas antara lain efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Flavonoid terdapat di hampir semua bagian tumbuhan seperti bunga, buah, biji, dan daun.Berdasarkan penelitian Nuria, et al. (2009) menunjukkan bahwa hasil uji kualitatif golongan senyawa metabolit yang ada dalam ekstrak daun jarak pagar positif mengandung senyawa antibakteri, yaitu flavonoid, tannin, dan saponin. Komponen aktif tanaman yaitu flavonoid dapat menghambat penginduksi demam prostaglandin, proteinkinase, monoaminoksidase, DNA polymerase dan siklooksigenase. Mekanisme penghambatan prostaglandin akan menurunkan titik thermostat tubuh di hipotalamus sehingga demam menjadi turun. Dalam pengujian antipiretik yang dilakukan pada tikus yang demam, oleh karena itu diperlukan demam buatan. Peningkatan suhu tikus dilakukan dengan pemberian vaksin DPT sebanyak 0,4 ml yang diinjeksikan secara intramuskular hasilnya suhu tubuh tikus meningkat pada kisaran 37,27 - 38,23oC , dimana suhu awal tubuh tikus berada pada kisaran 35,57 - 36,27 oC . Menurut Septiawan (2014), vaksin DPT yang telah dilakukan uji pada tikus dan marmot tiap dosis (0,5 ml) dapat menaikkan suhu tubuh sampai + 38 oC setelah tiga jam penyuntikan. Efek samping penyuntikan dengan vaksin DPT adalah demam tinggi dan gejala ringan yang bersifat sementara seperti kemerahan dan bengkak pada lokasi suntikan. Parasetamol sebagai pembanding mampu menurunkan suhu tubuh yang demam. Kandungan zat antipiretik akan menurunkan suhu tubuh langsung di pusat pengatur suhu, yaitu di daerah otak tepatnya di hipotalamus dengan cara menghambat enzim siklooksigenase yang berperan pada sintesis prostaglandin. Penurunan panas akan diikuti respon fisiologi berupa penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah ke kulit, dan mudahnya panas tubuh menguap lewat kulit. Setiap tikus memberikan respons yang berbeda karena terdapatnya variasi biologis dan respon dosis yang berbeda pada masing-masing subyek terhadap perlakuan yang identik. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor psikologis (stres karena pengukuran suhu berulang pada rektal), faktor lingkungan, alat yang digunakan (pengaruh baterai dan suhu lingkungan) dan faktor endogen yang bersifat individual terhadap agen pencetus demam dan agen antipiretik.



Obat antipiretik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi demam. Obatobat ini mudah diperoleh tanpa resep. Ketika digunakan pada waktu yang singkat, obat-obat ini pada dasarnya aman dan efektif. Tetap dengan adanya berbagai macam obat antipiretik yang tersedia di pasaran, alangkah lebih baik harus dipilih obat yang paling optimal untuk pasien pada keadaan tertentu. Pada saat memilih obat tersebut harus mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit yang diderita, obat lain yang diminun pada waktu bersamaan, harga, dan respon tubuh pasien terhadap terapi. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yupi tentang Ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai antioksidan dan antiinflamasi, dan memiliki efek sebagai antioksidan dan antiinflamasi belum dilakukan penelitian mengenai antipiretik, maka peneliti tertarik melakukan penelitian Uji efek antipiretik ekstrak etanol daun belibing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) dengan penginduksi vaksin DPT. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) merupakan vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi. Vaksin apabila diberikan pada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Depkes RI, 2006) Uji antipiretik dilakukan pada hewan yang demam dengan di induksi vaksin DPT sebanyak 0,2 ml yang diberikan secara injeksi intramuskular. Efek demam pada tikus dirangsang dengan pemberian Vaksin DPT. Vaksin ini mengandung mikroba Bordetella pertusis yang telah inaktif dan diberikan secara intramuskular pada tikus. Sebagai respons terhadap mikroba tersebut, leukosit mengeluarkan zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi dan juga bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan suhu, sehingga muncuk efek demam sebagai respon tubuh terhadap adanya infeksi atau peradangan (Sedu,dkk. 2020) Mekanisme kerja antipiretik adalah dengan mengembalikan fungsi thermostat di hipotalamus ke posisi normal dengan cara pembuangan panas melalui bertambahnya aliran darah ke perifer disertai dengan keluarnya keringat. Zat antipiretik dapat mengikat enzim sikooksigenase yang memicu pembentukan prostalandin, sehingga kadar prostagladin menurun kadarnya di daerah thermostat dan menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus.



III.



ALAT DAN BAHAN III.1 ALAT 1. Batang pengaduk 2. Spoit oral 3. Stop watch 4. Termometer badan 5. Timbangan berat badan



III.2 BAHAN 1. Alkohol 70% 2. Aqua destilat 3. Asetosal 500mg/70KgBB manusia 4. Ibuprofen 400 mg/70kgBB Manusia 5. Parasetamol 500mg/70KgBB manusia IV.



PROSEDUR KERJA Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok Terdiri dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan percobaan, dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, siklus cahaya terang gelap (14:10) Pemberian makan dengan pakan reguler dan air minum, sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberikan air minum dan diberi makanan standar.Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal 1. Mencit digunakan mencit jantan sebanyak 8 ekor Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara rawu yang dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 2 ekor, 2. Semua hewan uji dilakukan pengukuran suhu rektal awal sebelum penyuntikan lalu diberi larutan pepton 5% sebanyak 1,0 ml/200g secara subkutan untuk menginduksi terjadinya demam. Semua hewan uji yang mengalami peningkatan suhu tubuh sebesar atau sama dengan 1,5 °C dapat dikategorikan demam. 3. Setelah didapatkan suhu demam, seluruh hewan uji diberikan balhan uji sesuai dengan kelompok yaitu a. Kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC0,5% b. Kelompok II sebagai kelompok parasetamol 500mg/70KgBB manusia c. Kelompok IlI sebagai kelompok ibuprofen 400mg/70KgBB manusia



d. Kelompok IV sebagai kelompok Asetosal S00mg/70K gBB manusia semua pemberian dengan dosis 0,2 ml/20 g BB mencit 4. Efek antipiretik dari masing-masing perlakuan dinilai melalui pengukuran suhu rektal dari menit ke-30 , 60, 90, dan 120 setelah pemberian bahan uji dengan menggunakan termometer digital.



V.



HASIL DAN PEMBAHASAN V.1HASIL Suhu dan berat pada mencit Mencit 1 : 35,8ᵒ C dan 36,1 g Mencit 2 : 37,0ᵒC dan 28,9 g Dosis mencit Mencit 1 : Dosis lazim acetosal : 500 mg Konversi dosis : 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg 36,1 x 1,3 = 2,34 mg 20 Dosi diberikan : 1% x 36,1 = 0,361 ml Jumlah larutan : 100mL Jumlah acetosal : 100mL x 2,34 = 648,19 mg > 0,64819 g 0,361 % : 0,64819 x 100% = 0,64819% 100 Mencit 2 : Dosis lazim acetosal : 500 mg Konversi dosis : 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg 28,9 x 1,3 = 2,34 mg 20 Dosi diberikan : 1% x 28,9 = 0,289 mL Jumlah larutan : 100 mL Jumlah acetosal : 100 mL x 2,34 = 809,68 mg > 0,80968 g 0,289 % : 0,80968 x 100% = 0,80968 % 100



V.2PEMBAHASAN Pada praktikum objek 11 aktivitas antipiretik dengan tujuan percobaannya yaitu kita dapat menghitung dosis obat antipiretik untuk hewan uji, mengetahui bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menginduksi demam, mengetahui cara mengukur demam pada hewan uji melalui rektal dan paham cara menghitung penurunan suhu tubuh mencit . Hal yang pertama dilakukan adalah hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 2 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan percobaan, dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, siklus cahaya terang gelap (14:10), pemberian makan dengan pakan reguler dan air minum, sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberikan air minum dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal. Mencit digunakan mencit jantan sebanyak 2 ekor untuk masing-masing kelompok, kemudian di timbang. Semua hewan uji dilakukan pengukuran suhu rektal awal sebelum penyuntikan lalu diberi larutan beaker yeas5% sebanyak 1,0 ml/200g secara Intraperitonial untuk menginduksi terjadinya demam. Semua hewan uji yang mengalami peningkatan suhu tubuh sebesar atau sama dengan 1,5 °C dapat dikategorikan demam. Setelah didapatkan suhu demam, seluruh hewan uji diberikan bahan uji sesuai dengan kelompok yaitu kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC0,5%, kelompok II sebagai kelompok parasetamol 500mg/70KgBB manusia, kelompok IlI sebagai kelompok ibuprofen 400mg/70KgBB manusia, dan kelompok IV sebagai kelompok Asetosal 500mg/70K gBB manusia semua pemberian dengan dosis 0,2 ml/20 g BB mencit. Efek antipiretik dari masing-masing perlakuan dinilai melalui pengukuran suhu rektal dari menit ke-15, menit ke30, dan menit ke-45, setelah pemberian bahan uji dengan menggunakan termometer digital. Namun, pada percobaan diperoleh data yang tidak sesuai dengan teori. Seharusnya efek antipiretik dari paracetamol, obat patennya lebih cepat dan lebih kuat memberikan efek dibandingkan obat paracetamol yang generik. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan awal masing-masing mencit. Ditunjukkan bahwa suhu tubuh normal mencit tidak pada suhu 36-36,7°C. Dapat juga di katakan mencit yang digunakan pada percobaan tidak pada keadaan normal. Hal ini juga mempengaruhi data yang diperolehdalam percobaan.



Di dalam badan, panas dihasilkan oleh gerak otot, asimilasi makanan dan semua proses vital yang menyokong laju metabolisme basal. Ia hilang dari bahan oleh radiasi, konduksi serta penguapan air di dalam jalan pernapasan dan di atas kulit. Sejumlah kecil panas juga di buang di dalam urina dan feses. Keseimbangan antar produksi panas dan kehilangan panasmenentukan suhu badan. Karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan kecepatan reakasi kimia bervariasi sesuai suhu dan karena system enzyme tubuh mmpunyai rentang suhu yang sempittempat ia berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normaltergantung atas suhu badan yang relatif tetap. Efek antipiretik paling efektif digunakan untuk menurunkan suhu rektal mencit demam yaitu parasetamol dan efektivitas terkecil terdapat pada kelompok kontrol Na.CMC 0,5%. Di pasaran, produk bermerek sering dianggap mempunyai mutu yang lebih tinggi dari produk generik, dan sering ditemukan pasien yang fanatik terhadap salah satu merek dagang tersebut. Hal ini disebabkan pasien menganggap bahwa obat bermerek dengan harga jual yang mahal mempunyai khasiat yang cepat dalam menurunkan demam. Padahal produk yang berada di pasaran telah melalui uji terhadap mutu produk tersebut. Mekanisme kerja antipiretik adalah dengan mengembalikan fungsi thermostat di hipotalamus ke posisi normal dengan cara pembuangan panas melalui bertambahnya aliran darah ke perifer disertai dengan keluarnya keringat. Zat antipiretik dapat mengikat enzim sikooksigenase yang memicu pembentukan prostalandin, sehingga kadar prostagladin menurun kadarnya di daerah thermostat dan menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus.



Perbedaan penurunan suhu tubuh mencit pada kelompok control dengan kelompok mencit yang diberikan parasetamol adalah, jika mencit diberikan parasetamol sebagai antipiretik setelah diinduksikannya beaker yeas, kelompok mencit yang diberikan parasetamol suhu tubuhnya cenderung lebih cepat menurun dari pada kelompok control. Hal ini di karenakan, parasetamol mempunyai efek analgesic dan antipiretik, sehingga mencit yang mendapatkan perlakuan dengan diberikannya parasetamol, penurunnan suhu tubuhnya akan lebih cepat, dari pada kelompok mencit control yang tidak diberikan parasetamol sebagai antipiretik. Prinsip pengujian efek obat antipiretik adalah dengan mengukur kemampuannya untuk menurunkan panas yang dikondisikan secara eksperimental pada hewan percobaan. Obat antipiretik sebagian besar bersifat



asam, sehingga banyak terkumpul dalam sel yang bersifat seperti di lambung, ginjal dan jaringan lain yang mengalami peradangan. Efek samping yang sering di timbulkan ialah induksi tukak lambung, yang kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Kemudian mekanisme demam tersebut diawali dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah,makrofag jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairantubuh, disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Zat interleukin-1 tersebut ketika di hipotalamus menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Zat interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin terutama prostaglandin E-2, yang selanjutnya bekerja di hipotalamus membangkitkan reaksi demam. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.



VI.



KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 KESIMPULAN Pada pengujian efek parasetamol sebagai antipiretik, dengan menggunakan mencitsebagai hewan coba, setelah dilakukannya percobaan menunjukkan parasetamol mempunyaiefek sebagai antipiretik, karena setelah diinduksikannya pepton pada mencit suhu tubuhmencit mulai meningkat, tetapi dengan diberikannya parasetamol, suhu tubuh mencit mulaimenurun, sehingga efek antipiretik pada parasetamol sudah bisa dibuktikan. VI.2 SARAN Dalam melakukan praktikum dengarkan instruksi yang diberikan dosen dengan baik dan pelajari materi sebelum praktikum dimulai agar tidak terjadi kekeliruan dalam pelaksaan percobaan.



DAFTAR PUSTAKA



Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Pokjuknal Posyandu, Jakarta : 9 Gosal, A T , dkk.(2020). Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Wistar Yang Diinduksi Vaksin DPT. PHARMACON. 9(3): 342-348 Hastuti, S dan Susi Endrawati. (2016). Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etil Asetat Daun Seligi (Phyllanthus buxifolius Muell.Arg) Pada Mencit Jantan Galur Swiss. Jurnal Biologi Papua. 8(1): Hal: 1–6 Sedu, A , dkk.(2020). Uji Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus L.). PHARMACON. 9(4) : 595-600 Surya, M A, dkk.(2018). Pola Penggunaan Parasetamol Atau Ibuprofen Sebagai Obat Antipiretik Single Therapy Pada Pasien Anak. E-Jurnal Medika. 7(8): 1-13