Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Salep ERSA OKTAVIA SAITU SAHBAN - 20210311147 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Universitas Esa Unggul



LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN SALEP



Dosen Pengampu: HERMANUS EHE HURIT,S SI, M Farm, Apt



Disusun Oleh: Ersa Oktavia Saitu Sahban (20210311147) KJ005



Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta 2022



Universitas Esa Unggul



I.



II.



TUJUAN •



Mahasiswa dapat mengetahui definisi salep







Mahasiswa dapat mengetahui peraturan pembuatan salep







Mahasiswa dapat mengetahui persyaratan salep







Mahasiswa dapat mengetahui penggolongan salep



TINJAUAN TEORITIS Salep



adalah



sediaan



setengah



padat



ditujukan



untuk



pemakaiantopikal pada kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atauterdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (FI ed III). Salep tidakboleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salepyang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sedian setenganpadat ini tidak menggunakan tenaga. Akan tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil,tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam salep harus halus. Oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah saleb yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dandiserab oleh kulit. Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapiatau berfungsi sebagai pelindung kulit. Sediaan setengah padat terdiri dari salep,pasta, dan krim.



Universitas Esa Unggul



III.



PEMBAHASAN A. Definisi Salep 1. Menurut FI edisi III Salep adalah sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat Luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen kedalam dasar salep yang cocok. 2. Menurut FI edisi IV Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit atau selaput lendir . salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 %.



B. Peraturan Pembuatan Salep Menurut F. Van Duin : 1. Peraturan salep pertama “zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan pemanasan”. 2. Peraturan salep kedua “bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya” 3. Peraturan salep ketiga “bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagaian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak No.60” 4. Peraturan keempat “salep-salep yang dibuat



dengan jalan mencairkan,



campurannya harus digerus sampai dingin” bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah kekurangan bobotnya.



Universitas Esa Unggul



C. Persyaratan salep Menurut FI III 1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik 2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%. 3. Dasar salep: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut : a. Dasar hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum), malam putih (cera album), malam kuning (cera flavum), atau campurannya. b. Dasar Serap : lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil-alkohol, 8 bagian mala putih dan 86 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen. c. Dasar Yang dapat dicuci dengan air, misalnya emulsi minyak dalam air (M/A). d. Dasar Yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya. 4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.



Universitas Esa Unggul



D. Penggolongan salep 1.



Menurut konsistensinya salep dapat dibagi : a. Unguenta : salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga. b. Cream (krim) : salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air. c. Pasta : salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi. d. Cerata : salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale) e. Gelones/spumae/jelly : salep yang lebih halus, umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basisnya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jellies (10% amilum dengan air mendidih).



2.



Menurut farmakologi / teraupetik dan penetrasinya, salep dapat dibagi : a. Salep epidermis (epidermic ointment ; salep penutup) guna melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan antiseptik,



Universitas Esa Unggul



astringensia untuk meredakan rangsangan atau anestesi lokal. Ds yang baik adalah ds. senyawa hidrokarbon. b. Salep endodermis : salep bahan obatnya menembus kedalam kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagaian, digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Ds yang terbaik adalah minyak lemak. c. Salep diadermis : salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida. 3.



Menurut dasar salepnya, salep dapat dibagi : a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air, misalnya : campuran lemaklemak minyak lemak, malam b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya ds. Tipe M/A



4.



Menurut Formularium Nasional (Fornas) a. Dasar salep 1 (ds. senyawa hidrokarbon) b.



Dasar salep 2 (ds. serap)



c. Dasar salep 3 (ds. yang dapat dicuci dengan air atau ds. emulsi M/A) d.



IV.



Dasar salep 4 (ds. yang dapat larut dalam air).



FORMULASI a. Resep R/ Ichtiol S. Unguent Ichtiol da 30



Universitas Esa Unggul



b. Kelengkapan resep: •



Inscriptio: 1) Nama dokter: Tidak ada 2) No. izin apotek: Tidak ada 3) Alamat apotek: Tidak ada 4) Tanggal pnulisan resep: Tidak ada







Invocatio: 5) Tanda R/: ada







Preseptio: 6) Nama obat: ada 7) Jumlah obat: ada 8) Bentuk sediaan: ada







Signature: 9) Nama pasien: Tidak ada 10) Umur pasien: Tidak ada 11) Alamat pasien: Tidak ada 12) Aturan pakai: Tidak ada







Subscriptio: 13) Paraf dokter: Tidak ada



c. Usul: 1.) Inscritio 2.) Signature 3.) Subscriptio



d. Komposisi Salep Ichtiol ( Fornas Ed.III tahun 1978 hal. 162 ) Tiap 10 gram mengandung: Ichthammolum



10gram



Adeps Lanae



45gram



Vaselinum



45gram



Universitas Esa Unggul



e. Monografi •



Ichthammolum ( FI ed III tahun 1979 hal 303) Pemerian:



Cairan kental; hampir hitam; bau khas



Kelarutan:



Dapat campur dengan air gliserol P, dengan minyak lemak dan dengan lemak sebagian dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.



Khasiat: •



Anstiseptikum ekstern.



Adeps Lanae ( FI ed III tahun 1979 hal 61 ) Pemerian:



Zat serupa lemak, liat, lekat. Kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas.



Kelarutan:



praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol ( 95% ) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.



Khasiat: •



Zat tambahan sebagai basis salep.



Vaselinum ( FI ed III tahun 1979 hal 633 ) Pemerian:



Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau, hampir tidak berasa.



Kelarutan:



Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang berfluorosensi lemah.



Khasiat:



Zat tambahan .



Universitas Esa Unggul



f. Perhitungan Bahan -



10 𝑔𝑟𝑎𝑚



Ichthammolum: 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋 30 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 10% = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚 + (



10 𝑥 3 𝑔𝑟) 100



= 3 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3,3 𝑔𝑟𝑎𝑚 -



45 𝑔𝑟𝑎𝑚



Adeps Lanae: 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥30 = 13,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 10% 10



= 13,5 𝑔𝑟 + (100 𝑥 13,5 𝑔𝑟) = 13,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 1,35 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 14,85 𝑔𝑟𝑎𝑚 -



45 𝑔𝑟𝑎𝑚



Vaselinum: 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 30 = 13,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 10% = 13,5 𝑔 + (



10 𝑥 13,5 𝑔𝑟) 100



= 13,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 1,35 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 14,85 𝑔𝑟𝑎𝑚 g. Penimbangan Bahan -



Ichtammolum: 3,3 gram



-



Adeps Lanae: 14,85 gram



-



Vaselinum: 14,85 gram



h. Cara kerja 1.) Disiapkan alat dan bahan 2.) Disetarakan timbangan 3.) Ditimbang bahan, yaitu Ichtammolum sebanyak (3,3 gram), Adeps Lanae sebanyak (14,85 gram), dan Vaselinum sebanyak (14,85 gram) 4.) Dimasukan Adeps Lanae sebanyak 14,85 gram, kedalam mortir gerus ad menutupi pori-pori mortir 5.) Dimasukan Vaselinum sebanyak 14,85 gram, kedalam mortir gerus ad homogen



Universitas Esa Unggul



6.) Dimasukan Ichtammolum sebanyak 3,3 gram, kedalam mortir gerus ad halus dan menjadi massa salep 7.) Dimasukkan salep ke dalam pot salep 8.) Di timbang bobot salep : Pot Kosong + Pot isi salep = 8 𝑔𝑟 + 30 𝑔𝑟 = 38 𝑔𝑟 − 8 gr = 30 𝑔𝑟 9.) Beri etiket biru, tandai “ salep untuk bisul ’’



I.



Penyerahan -



Wadah: Pot plastik



-



Etiket: biru



-



Label: -



-



Signa: Unguent Ichtiol “salep untuk bisul” APOTEK ESA UNGGUL Jl. Arjuna Utara No.09 Kebon Jeruk Jakarta Telp. 021- 5734213



Apoteker : Apt. Ersa Oktavia Saitu Sahban, S.Farm. SIPA : 20210311147 No. 06



Tgl. 7 Dec 22



Nama : Tn. Lanang



Unguent Ichtiol “salep untuk bisul”



Obat Luar



Universitas Esa Unggul



V.



HASIL PEMBAHASAN FORMULASI Pada praktikum kali ini menggunakan basis salep serap. Karena Basis salep yang digunakan adalah basis salep serap yang dikenal basis serap seperti basis hidrokarbon (berlemak/berminyak) akan tetapi dapat bercampur atau menyerap air dalam jumlah sedikit. Salep dibuat dengan mencampurkan Adeps Lanae, Vaselinum, dan Ichtammolum. Pada praktikum pembuatan salep ini tidak dapat dileburkan diatas watebath, karena jika bahan tersebut dileburkan terdapat pemisahan dalam bahan tersebut. Pada praktikum kali ini juga saya menggunakan peraturan pembuatan salep pada peraturan salep nomor dua karena bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya.



VI.



KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulakan Salep adalah bentuk sedian setengan padat yang mudah dioleskan dandigunakan sebagai obat luar. Bahan dasar salep adalah salep hidrokarbon, dimana dasar salep yang digunakan adalah vaselin album.



Universitas Esa Unggul



VII.



DOKUMENTASI



Universitas Esa Unggul



DAFTAR PUSTAKA



Modul FARMASETIKA SEDIAAN PADAT DAN SEMI PADAT.



Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI



Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi Keempat . Jakarta : Departemen Kesehatan RI



Departemen Kesehatan RI. (1978). Formularium Nasional edisi Kedua. Jakarta :Departemen Kesehatan RI



C.F. Van Duin, Dr., (1947). Ilmu Resep edisi Kedua. Jakarta : Soeroengan