LAPORAN PRAKTIKUM Geomatika Sipat Datar Sederhana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Geomatika I Pengukuran Sipat Datar Sederhana Dosen : Dr. Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.



Oleh :



Hanif Muhasan (16505244015) Muhammad Roihan (16505244021) Ilyasa Ridwa Ma’ruf (16505244026) Khoirul Fatah Hidayat (16505244025) Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027) Puspa Widyastuti (16505244034) Desyia Ari Fianti (16505244038)



PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018



A. KOMPETENSI Mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran sipat datar sederhana dengan alat ukur tanah sederhana.



B. SUB KOMPETENSI Mahasiswa mampu : 1. Mengukur beda tinggi sipat daatar sederhana menggunakan alat.. 2. Membuat laporan pengukuran tinggi sipat datar sederhana



C. KAJIAN TEORI Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu (Basuki, S, 2006). Menurut (Wongsotjitro, 1980) arti melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu. Pengukuran dengan alat sederhana dapat untuk mengukur, jarak, beda tinggi, dan sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan menjadi pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan langsung mendapatkan nilai pengukuran. Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti pita ukur dan meteran. Pengukuran dengan alat-alat ini biasanya digunakan untuk mengukur daerah yang tidak begitu luas. Terbatasnya skala alat ukur seperti pita ukur menjadikan alat ini digunakan untuk pengukuran langsung di daerah yang luas. Sipat datar adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan beda tinggi antara dua tempat atau lebih di lapangan dengan cara membaca skala pada rambu vertikal yang tepat berhimpit pada posisi garis bidik horizontal. Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar secara optis di lapangan menggunakan rambu ukur, pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian Kerangka Dasar Vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang. Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai Bidang yang mendatar. Tinggi titik pertama ( h1) dapat di definisikan, sebagai koordonat lokal ataupun terikat dengan titik yang lain yang telah diketahui tingginya, sedangkan selisih tinggi atau lebih di kenal dengan beda tinggi ( h ) dapat diketahui/diukur dengan menggunakan prinsip sipat datar.



( h2 ) = h (1) + ∆ h ( 12 ) Yaitu, tinggi selanjutnya adalah tinggi titik sebelumnya ditambahkan dengan beda tinggi antara kedua titik yang bersangkutan, Umumnya diambil selisih tinggi titik belakang terhadap titik muka. H ( 1 0 + h ( i-l ) + ∆h ( i-l.i ) Yang menjadi masalah dalam pengukuran beda tinggi ini adalah pengambilan penentuan referensi awalnya. Apabila peta yang di inginkan tersebut hanya berorientasi pada ketinggian setempat saja, tanpa memperhatikan orientasi tinggi yang menyeluruh maka titik nol dapat dipilih sembarangan. Namun untuk pemetaan yang teliti dan mempunyai kaitan dengan peta nasional, maka titik awalnya di ambil dari tinggi permukaan air laut rata-rata dalam keadaan titdak terganggu selama 18,6 tahun. Sedangkan permukaan bumi itu sangat berpengaruh dengan berbagai gaya dan gerak endogen serta eksogen, dan semua ini di pengaruhi secara langsung oleh distribusi massa di daerah sekitar titik yang bersangkutan. Hal ini yang menyebabkan masalah pengambilan referensi awal tersebut, karena sekalipun titik awal di ambil dari permukaan air laut rata-rata, tetapi apabila berbeda lokasi awalnya, maka akan tetap menghasilkan ketinggian yang berbeda pada satu titik. Sekali lagi, dalam pemakaian peta yang cukup luas, patut di perhatikan oleh para perencana, mengenai masalah kemugkinan kesalahan yang akan terjadi pada saat pelaksaaan kerja konstruksi, yaitu tidak sesuainya perencanaan di atas peta dengan kenyataan di lapangan. Sehingga selalu terdengar perencanaan pembangunan yang gagal akibat banjir yang tak terduga ataupun berbagai gejala alam lainnya.



D. PERALATAN No.



Nama



Gambar



Keterangan



Alat ini digunakan untuk 1.



Pita Ukur (30



mengukur jarak



atau 50 m)



dalam rentang yang cukup panjang



Alat ini



2.



Rambu Ukur (1 buah)



digunakan untuk menentukan beda tinggi permukaan tanah.



Alat ini digunakan sebagi 3.



Selang



media untuk nenentukan ketinggian



Membantu dalam 4.



Alat Tulis



membuat sket dan memberi tanda titik.



E. KESELAMATAN KERJA 1. 2. 3. 4.



Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan. Baut pada pita ukur dijaga jangan sampai lepas. Selang yang berisi air jangan ada gelembung. Rambu ukur tidak boleh dalam keadaan miring ketika dilakukan pengukuran.



F. BUTIR BUTIR KUNCI 1. Tinggi permukaan tanah di ukur dengan melihat kedataran pada selang. 2. Jarak diukur dari posisi pengamat.



G. LANGKAH KERJA 1. Titik-titik yang diukur ditinjau dan sket pengukuran dibuat. 2. Rambu ukur diletakkan pada titik selanjutnya untuk diukur beda tingginya.



3. Setiap ujug selang dilekatkan di rambu ukur yang diletakkan di tiap titik yang ditentukan. 4. Tunggu air sampai tenang, lihat dan baca berapa kedataran muka air yang berhenti di rambu ukur dan hasilnya dicatat. 5. Langkah 2-4 diulangi untuk titik-titik berikutnya oleh pengukur yang lain, sehingga semua pengukur melakukan pengukuran. 6. Hasil pengukuran dihitung dan sajikan hasilnya dalam bentuk tabel. 7. Data diolah untuk mencari beda tinggi dan jarak datar dengan menggunakan koreksi-koreksi.. 8. Sketsa titik pengukuran digambar. 9. Laporan pengukuran tinggi sipat datar sederhana disusun



H.



SKETSA



I. HASIL PENGUKURAN Nomor Titik 1 2 3 4



Tinggi air (m) Muka Belakang 0.200 0.326 0.390 0.400



Beda Tinggi (m)



Jarak (m)



Koreksi Beda Tinggi (m)



Beda Tinggi Terkoreksi (m)



-0.126



2.150



0.001



-0.125



-0.033



8.750



0.003



-0.030



-0.268



1.130



0.000



-0.268



0.105



1.200



0.000



0.105



0.357



Tinggi (m) 135.000 134.875



0.132



134.844



0.385



134.576



5



0.280



6



0.247



0.700



0.382



0.500



8



0.500



0.300



9



0.300



0.300



10



0.431



0.300



0.787 0.987



0.400



13



0.321



0.400



14



0.360



1.214



15



0.468



0.323



0.300



17



0.265



1 Jumlah



0.183 9.905



0.001



0.454



-0.082



7.800



0.002



-0.080



135.135 135.056 0.000



13.500



0.004



0.004



0.000



13.080



0.004



0.004



135.059 135.063 -0.131



2.090



0.001



-0.130



-0.487



5.080



0.001



-0.486



-0.587



5.710



0.002



-0.585



134.933



0.400



12



16



1.800



0.300



7



11



134.682 0.453



134.447 133.862 0.079



2.240



0.001



0.080



0.256



2.050



0.001



0.257



133.942 134.072 0.746



6.980



0.002



0.748



0.023



11.120



0.003



0.026



0.035



3.090



0.001



0.036



134.820



0.300



134.847



0.300



134.883 0.117



1.630



0.000



0.117



-0.066



228.700



0.066



0.000



135.000 9.839



J. PEMBAHASAN Pengukuran situasi dilakukan pada hari Maret 2018 di wilayah Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan alat utama yaitu selang , serta menggunakan alat bantu seperti pita ukur dan rambu ukur. Pengukuran beda tinggi ini dilakukan pada daerah yang telah ditentukan. Data yang diambil adalah jarak dalam satuan (mm), hasil pengukuran situasi dicatat dalam bentuk tabel. Jarak miring diukur dengan pita ukur. Dasar dari pengukuran trigonometri ini adalah konsep kesebangunan segitiga siku-siku. Sisi-sisi yang bersesuaian pada dua bangun datar yang sebangun memiliki perbandingan yang sama. Dalam melakukan praktikum pengukuran sipat datar sederhana ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya ketidaktepatan dalam pengukuran.



K. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pengukuran di wilayah JPTSP Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dapat dilakukan dengan baik. Walaupun ada sedikit kendala saat pengukuran dan kesalahan dalam membaca kedataran air pada selang. Hasil pengukuran tertera dalam tabel hasil pengukuran.



L. DAFTAR PUSTAKA http://besmart.uny.ac.id/v2/ https://dwinovss.wordpress.com/2016/12/29/laporan-praktikum-sipat-datar/