Laporan Praktikum Heat Exchanger [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Instruksional I HEAT EXCHANGER



Oleh 1. Kintan Adisthy Putri



(1915041005)



2. M. Rafli Akbar



(1915041029)



3. Amelia Oktaviani



(1915041032)



4. Hamdani Firmansyah



(1915041041)



5. Desra Nursaputri



(1915041052)



6. Mutia Sulha



(1915041064)



Laboratorium Operasi Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Bandar Lampung 2021



i



DAFTAR ISI



COVER .................................................................................................................................i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ....................................................................... 9 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 11 BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 16 DAFTA PUSTAKA ........................................................................................................... 17 LAMPIRAN ....................................................................................................................... 18



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antar fluida yang berbeda temperature, yang dapat terjadi kontak langsung maupun kontak secara tak langsung. Fluida yang bertukar energi dapat berupa fluida yang sama fasanya (cair kecair atau gas ke gas ) atau fluida yang berbeda fasanya. Alat penukar panas ini biasanya dirancang agar proses perpindahan panas antar fluida dapat berjalan seefisien mungkin. Heat Exchanger memindahkan panas dari suatu sistem ke sistem lainnya tanpa terjadi perpindahan massa dari sistem ke sistem lainnya. Karena merupakan perpindahan panas, maka selalu dipengaruhi oleh temperatur. Dengan adanya perubahan temperatur pada fluida panas atau dingin, menunjukkan adanya transfer panas pada sistem. Jenis yang paling sederhana dan umum dari Heat Exchanger adalah tipe pipa ganda (double pipe exchanger) dan pada praktikum kali ini kita juga menggunakan tipe double pipe exchanger.



1.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan percobaan Heat Exchanger ini adalah : 1. Mempelajari laju perpindahan panas 2. Mempelajari koefisien over all transfer panas 3. Mempelajari efektifitas HE



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan panas adalah ilmu yang berkaitan dengan nilai perubahan panas antara tubuh panas dan dingin yang berasal dari sumber dan penerima. Ketika satu pon air menguap atau kondensasi, energi akan mengalami perubahan baik proses identik. Nilai dimana baik proses dapat dibuat untuk kemajuan dengan sumber independen atau penerima namun, secara inheren sangat berbeda. Penguapan umumnya merupakan fenomena yang jauh lebih cepat dibandingkan kondensasi. (Kern, Donald. Q.,1965)



2.2 Mekanisme Pepindahan Panas Transfer energi dalam bentuk panas banyak terjadi dalam proses kimia. Perpindahan panas terjadi karena perbedaan temperatur dan aliran panas dari daerah yang tinggi ke daerahyang rendah. Perpindahan panas mungkin dapat terjadi oleh satu atau lebih dari mekanismedasar dari perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. a. Konduksi Panas dapat dikonduksi melalui zat padat, liquid dan gas. Contohnya adalah perpindahan panas melalui dinding exchangers atau alat pendingin, pengolahan besi danlain-lain.



b. Konveksi Perpindahan panas melalui konveksi melibatkan perpindahan panas dan pencampuran dari element mikroskopis dari bagian hangat



4



dan bagian



dingin



dari



gas atauliquid. Contohnya



adalah



kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan darisecangkir kopi dan lain-lain.



c. Radiasi Radiasi adalah perpindahan energi melalui suatu ruangan karena adanyagelombang elektromagnet. Contohnya adalah pemindahan panas ke bumi pemanasan fluida pada koil dari tabung furnace dan lain-lain. ( Geankoplis, 2003) Pada proses industri perpindahan panas diantara dua fluida secara umum dikerjakanoleh alat perpindahan panas (heat exchanger).



Pemindahan panas



terjadi dari fluida panas kedinding tabung oleh konveksi, melalui dinding tabung atau plate dengan konduksi laludengan konveksi ke fluida dingin. ( Geankoplis, 2003)



2.3 Alat penukar panas (Heat Exchanger) Alat penukar panas (Heat Exchanger) dibedakan menjadi: a. Penukar panas pipa ganda (double pipe heat exchanger) Penukar paling sederhana adalah pipa ganda atau pipa penukar konsentris. Dimana arus satu cairan di dalam satu pipa dan cairan lainnya dalam ruang anular antara dua pipa. Cairan dapat searah atau aliran berlawanan. Exchanger dapat dibuat dari sepasang panjang tunggal pipa dengan fitting di ujung atau dari sejumlah pipa yang saling berhubungan secara seri. Jenis alat penukar ini berguna terutama untuk laju aliran kecil.



b. Penukar panas tipe shell dan tube (shell and tube heat exchanger)



5



Jika arus yang lebih besar yang terlibat, penukar panas shell dan tube digunakan, yang merupakan jenis yang paling penting dari penukar panas yang digunakan di industri. Penukar panas ini menggunakan arus yang kontinyu. Banyak tabung secara paralel digunakan di mana satu cairan mengalir di dalam tabung tersebut. Tabung diatur dalam sebuah kemasan, yang menyertakan di shell tunggal dan aliran fluida lain di luar tabung di sisi shell. (Geankoplis, 1993).



2.4 Kemampuan Menerima Panas Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh 3 hal a. Koefisien overall perpindahan panas (U) Koefisien overall perpindahan panas (U) menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi. b. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas Karena luas perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar. c. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (ΔT LMTD) LMTD : perbedaan temperatur yang dipukul rata-rata setiap bagian HE. Karena perbedaan temperatur di setiap bagian HE tidak sama. (Indra Wibawa Dwi)



2.5 Tipe Heat Exchanger Salah satu jenis alat penukar panas telah disebutkan, bahwa dari pengaturan double pipa seperti yang ditunjukkan pada. Kontra flow atau paralel flow dapat digunakan dalam jenis alat penukar panas, dengan fluida panas atau



6



dingin menempati ruang annular dan fluida lainnya menempati bagian dalam pipa. Suatu jenis alat penukar panas yang banyak digunakan dalam proses industri kimiaadalah Shell and Tube Heat Exchanger. satu fluida mengalir di bagian dalam tabung, sedangkan fluida lainnya melalui shell di luar tabung. Untuk memastikan bahwa bagian shell cairan akan mengalir di tabung sehingga mendorong perpindahan panas yang lebih tinggi, baffles ditempatkan di shell seperti yang ditunjukkan dalam angka. Tergantung pada pengaturan ujung kepala heat exchanger, satu atau lebih melewati tabung dapat dimanfaatkan. (J.P. Holman, 2002)



2.6 Keuntungan shell & tube exchanger a. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih



besar. b. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup



baik untuk operasi bertekanan. c. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi.



d. Prosedur pengopersian lebih mudah. e. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia. f. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah (Indra Wibawa Dwi)



2.7 Penentuan fluida dalam shell atau tube a. Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar



cukup kuat menahan tekanan yang tinggi. b. Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan



lebih mudah dilakukan. c. Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam



shell membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.



7



d. Fluida bertemperature tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan



panasnya dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan. e. Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube



karena pengaliran fluida dengan viscositas tinggi di dalam penampang alir yang kecil membutuhkan energi yang lebih besar. Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan baffle untuk menambah laju perpindahan. f.



Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.



g. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena adanya cukup ruangan. (Indra Wibawa Dwi)



8



BAB III METODOLOGI PERCOBAAN



3.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain : 1. Double pipe Heat Exchangers 2. Termometer 3. Manometer 4. Stopwatch 5. Penggaris 6. Gelas Ukur 1000 ml 7. Kompor gas dan lpg



Bahan-bahan yang digunakan antara lain : 1. Air



3.2 Prosedur Percobaan 1. Pelaksanaan Percobaan Periksa Setiap Bagian Pada Alat yang akan digunakan



Temperature fluida panas dan fluida dingin diatur sesuai dengan yang ditugaskan



Laju alir fluida panas dan fluida dingin diatur sehingga didapatkan nilai laju alir tertentu



9



Fluida panas dan fluida dingin dialirkan secara counter current dengan tetap menjaga temperature masuk fluida panas.



Perubahan temperature masing-masing fluida dicatat



Ukur nilai delta h fluida panas dan fluida dingin pada manometer U



Setelah praktikum selesai, bersihkan dan rapikan kembali alatalat yang digunakan



10



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pengamatan



Fluida Dingin



∆H (CM)



t (s) V



Q(ml/s)



Fluida Panas



V (ml)



Q(ml/s)



15



500



33,33



(ml/s) t (s)



(ml) 0,6



15



220



14,667



10,89



0,6



15



120



8



15



510



34



0,6



15



150



10



15



510



34



0,4



4



190



47,5



15



410



27,33



0,4



4



180



45



15



380



25,33



0,4



4



125



31,25



15



370



24,67



0,2



4



185



46,25



15



260



17,33



0,2



4



175



43,75



15



260



17,33



0,2



4



170



42,5



15



240



16



41,25



44,167



(ml/s)



33,78



25,78



16,89



Berdasarkan data pengamatan , ditemukan hasil ∆H terbaik yaitu pada ∆H= 0,4



11



Counter Current



Fluida Dingin



Waktu (menit) ∆H (cm)



Q(ml/s)



0,4



32,102



0



TCi n (ºC) 25



Fluida Panas TCou t (ºC) 29



∆H (cm)



Q(ml/s)



0,4



44,166



4 3



0,4



32,102



0,4



32,102



26



29



0,4



0,4



32,102



28



29



0,4



0,4



32,102



28



30



0,4



0,4



32,102 4



44



44,166



50



42



44,166



49



42



49



42



48



42



2 29



31



0,4



4 15



50



2



4 12



44,166 2



4 9



THou t (ºC) 44



2



4 6



THi n (ºC) 50



44,166 2



30



32



0,4



44,166 2



4.2 Pembahasan Heat Exchanger adalah alat yang berfungsi untuk menukarkan panas dari suatu fluida ke fluida lain dengan driving force berupa perbedaan temperatur yaitu dari fluida yang bersuhu lebih tinggi ke fluida yang bersuhu lebih rendah. Dalam praktikum ini digunakan jenis heat exchanger berupa Double Pipe Heat Exchanger (DPHE) dengan panjang 2 meter. Prinsip alat ini adalah memindahkan panas dari fluida yang bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah tanpa adanya kontak langsung antar kedua fluida dimaksudkan agar kedua fluida tidak



12



bercampur. fluida mengalir secara counter current, yaitu tipe aliran dimana kedua fluida mengalir berlawanan arah. Fluida yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air. Suhu fluida yang panas yaitu 50°C sedangkan suhu fluida yang dingin yang digunakan yaitu 25°C . Fluida panas dialirkan pada bagian annulus (pipa bagian luar) dan fluida dingin dialirkan di dalam pipa bagian dalam. Penempatan fluida panas di bagian annulus dikarenakan air panas bersifat korosif dan dapat menyebabkan fouling atau scaling (pembentukan kerak) bila ditempatkan di pipa bagian dalam. Untuk fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar sebaiknya diletakkan di dalam annulus karena bila ditempatkan di pipa bagian dalam akan menimbulkan pressure drop (∆P) yang semakin besar. Pada praktikum HE yang kami lakukan kami menggunakan alat HE yang memiliki aliran counter-current dan laju alir rata-rata fluida yang keluar dari HE adalah 32,1024 ml/s untuk fluida panas dan 44,1662 ml/s untuk fluida dingin. Selanjutnya adalah mengukur Tho (Temperatur fluida panas keluar) dan Tco (Temperatur fluida dingin keluar). Untuk Thi (Temperatur fluida panas masuk) adalah sebesar 50oC dan Tci (Temperatur fluida dingin masuk) adalah sebesar 25oC yang dijaga konstan. Kemudian dilakukan pengambilan data untuk melihat perubahan temperatur yang terjadi. Setelah didapatkan data Tco dan Tho, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Dari data pengamatan terlihat adanya perbedaan suhu pada masing-masing fluida dari suhu awal ke suhu akhirnya. Fluida dingin yang awalnya 25°C dengan laju alir dan ΔH tetap, suhunya berubah menjadi 32°C . Demikian pula pada fluida panas dengan suhu awal 50°C berubah menjadi 42°C. perbedaan suhu inilah yang menandakan terjadinya peristiwa transfer panas di dalam Heat Exchanger double pipe, yaitu panas berpindah dari fluida satu ke fluida lain. Secara teoritis, jumlah panas yang diterima oleh fluida dingin seharusnya sama dengan panas yang dilepaskan oleh fluida panas. Akan tetapi pada hasil praktikum yang kami lakukan perubahan temperatur pada fluida pans tidak terlalu signifikan seperti pada fluida dingin, hal tersebut dikarenakan pada saat melakukan proses transfer panas didalam double pipe kompor untuk



13



memanaskan fluida panas masih hidup, yang menyebabkan temperatur air fluida panas cenderung semakin tinggi. Peristiwa transfer panas pada double pipe terjadi secara konveksi dan konduksi. Proses Konveksi terjadi antara fluida itu sendiri sampai ke dinding pipa, konveksi ini memindahkan panas dengan molekulnya ikut berpindah. Sedangkan proses konduksi, transfer panasnya terjadi antara dinding pipa bagian dalam ke dinding pipa bagian luar di sepanjang pipa tersebut, tetapi molekulnya tidak ikut berpindah. Perpindahan panas juga dipengaruhi oleh sifat-sifat fluida, seperti densitas, viskositas, kapasitas panas, dan konduktifitas panas dari fluida. Sifatsifat tersebut bergantung pada suhu fluida (fungsi temperatur). Perpindahan panas yang terjadi di sepanjang Double Pipe Heat Exchanger memberikan perbedaan suhu disetiap titik. Perbedaan temperatur di setiap bagian tidak sama, sehingga dalam menentukan besarnya transfer panas digunakan ∆TLMTD yaitu Logaritmic Mean Temperature Difference (Temperatur Rata-rata Logaritmik). Sedangkan panas yang dikandung oleh fluida bergantung pada temperatur awal dan temperatur akhir. Nilai bilangin Reynold (NRe) yang diperoleh dari perhitungan seluruhnya lebih dari 4000. Dengan demikian, aliran yang dihasilkan fluida tersebut adalah aliran turbulen. Nilai NRe ini dapat mempengaruhi koefisien perpindahan panas overall. Dimana semakin besar NRe, semakin besar koefisien perpindahan panas overall. Perpindahan panas juga dipengaruhi oleh nilai dari bilangan Prandl (NPr).



14



Berikut adalah grafik dari fluida dingin dan fluida panas



Grafik Fluida Dingin 90 y = 66,675x + 42,217 R² = 0,9231



Q rata-rata (mL/s)



80 70 60 50 40 30 20 10 0 0



0,1



0,2



0,3



0,4



0,5



0,6



0,7



0,6



0,7



∆H (cm)



Grafik Fluida Panas 40



Q rata-rata (mL/s)



35



y = 19,44x + 19,259 R² = 0,2888



30 25 20 15 10 5 0 0



0,1



0,2



0,3



0,4



0,5



∆H (cm)



Grafik di atas diperoleh dengan mamasukkan nilai ∆H sebesar 0,2 cm, 0,4 cm, dan 0,6 cm dengan Q rata-rata pada masing-masing ∆H. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar ∆H maka Q rata-rata akan semakin besar.



15



BAB V KESIMPULAN



5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Semakin besar H yang digunakan maka laju alirnya semakin meningkat. 2. Semakin besar nilai ∆h maka semakin besar laju alir volumetrik (Q) 3. Proses transfer panas sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fluida, seperti densitas, viskositas, kapasitas panas, dan konduktifitas panas dari fluida. Sifat-sifat tersebut bergantung pada suhu fluida (fungsi temperatur). 4. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan Reynold lebih dari 4000 sehingga kecepatan aliran fluida dikategorikan sebagai aliran turbulen. 5. Nilai koefisien perpindahan panas overall mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan dalam rentang waktu 0-15 menit 6. Nilai Fouling factor mempengaruhi laju perpindahan panas, koefisien perpindahan panas, serta efektivitas heat exchanger 7. Semakin kecil nilai fouling factor maka laju perpindahan panas, efisiensi, dan efektivitas heat exchanger semakin besar 8. Efesiensi dan efektivitas heat exchanger dapat meningkat dengan cara membersihkan heat exchanger tersebut.



16



DAFTAR PUSTAKA Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Separation Process Principles, 4 ed., Pearson Education Intrnationl, Boston Kern, Donald. Q.,1965, "Process Heat Transfer", New York : Mc Graw-Hi Book Company. Geankoplis,C.J. 1993. Transport Process and Unit Operations 3nd edition. Singapore : Allyn and Bacon inc. J.P. Holman., 2002,"Heat Transfer, 9th edition",New York : Mc Graw-Hill Companies. Wibawa,



I.



D.



S.,



2012.



Heat



Exchanger.



https://indrawibawads.files.wordpress.com/2012/01/heat-exchanger.pdf.



Diakses



tanggal 18 Januari 2021



.



17



LAMPIRAN



18



DATA HASIL PENGAMATAN



Modul Praktikum



: Heat Exchanger



Anggota Kelompok



: Kintan Adhisty Putri



(1915041005)



M. Rafli Akbar



(1915041029)



Amelia Oktaviani



(1915041032)



Hamndani Firmansyah



(1915041041)



Desra Nursaputri



(1915041052)



Mutia Sulha



(1915041064)



T aliran panas



: 290C



T aliran dingin



: 290C



q aliran panas



: 44,1662 ml/s



q aliran dingin



: 32,1024 ml/s



Tabel Hasil Pengamatan Fluida Dingin



∆H (CM)



t (s)



V (ml)



Q(ml/s)



0,6



15



220



14,667



0,6



15



120



0,6



15



0,4



Fluida Panas



(ml/s) t (s) 10,89



V (ml)



Q(ml/s)



15



500



33,33



8



15



510



34



150



10



15



510



34



4



190



47,5



15



410



27,33



0,4



4



180



45



15



380



25,33



0,4



4



125



31,25



15



370



24,67



41,25



(ml/s) 33,78



25,78



19



0,2



4



185



46,25



0,2



4



175



0,2



4



170



T in cold T in hot



44,167



15



260



17,33



43,75



15



260



17,33



42,5



15



240



16



16,89



: 250C : 500C



Counter current



Fluida Dingin



Waktu (menit)



0



∆H (cm)



Q(ml/s)



0,4



32,102



TCin (ºC) 25



Fluida Panas



TCout (ºC) 29



∆H (cm)



Q(ml/s)



0,4



44,166



4 3



0,4



32,102



0,4



32,102



26



29



0,4



0,4



32,102 4



44,166



50



44



50



42



49



42



2 28



29



0,4



4 9



THout (ºC) 44



2



4 6



THin (ºC) 50



44,166 2



28



30



0,4



44,166 2



20



12



0,4



32,102



29



31



0,4



4 15



0,4



32,102



44,166



49



42



48



42



2 30



32



4



0,4



44,166 2



Bandar Lampung, 4 Januari 2021



Mengetahui,



Laboran



Rahmawaty



Asisten



Isyaeboni Rakaseri NPM. 1615041007



21



PERHITUNGAN



1.



Kalibrasi fluida dingin dan panas dengan aliran counter current Menghitung ∆H Orificemeter pada fluida dingin dan fluida panas laju alir. a.) Laju alir fluida dingin ∆h= 0,6 ;



(ml/s)= 10,89



∆h= 0,4 ;



(ml/s)= 41,25



∆h= 0,2 ;



(ml/s)= 44,1



=w = =



= 32,08 ml/s



 Untuk t=0 Tci = 25°C Tco= 29°C ThAV=



=



= 27°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 25°C ; ρ=0,99708 T= 30°C ; ρ=0,99568 ρ= ρ=



0,99568



ρ = 0,59868 + 0,398272= 0,996952 Wh



= Q rata-rata x ρh = 32,08 mL/s x 0,996952 g/cm3 = 31,98222016 mL g/cm3s



22



 Untuk t= 3 Tci = 26°C Tco= 29°C ThAV=



=



= 27,5°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 25°C ; ρ=0,99708 T= 30°C ; ρ=0,99568 M= M=



0,99568



M= 0,4989 + 0,49784= 0,99674 Wh



= Q rata-rata x ρh = 32,08 mL/s x 0,99674g/cm3 = 31,9754192 mL g/cm3s



 Untuk t= 6 Tci = 28°C Tco= 29°C ThAV=



=



= 28,5°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 25°C ; ρ=0,99708 T= 30°C ; ρ=0,99568 M= M=



0,99568



M= 0,29934 + 0,696976= 0,99631 Wh



= Q rata-rata x ρh



23



= 32,08 mL/s x 0,99631g/cm3 = 31,9616248 mL g/cm3s



 Untuk t= 9 Tci = 28°C Tco= 30°C ThAV=



=



= 29°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 25°C ; ρ=0,99708 T= 30°C ; ρ=0,99568 M= M=



0,99568



M= 0,19956 + 0,796544= 0,996104 Wh



= Q rata-rata x ρh = 32,08 mL/s x 0,996104g/cm3 = 31,95501632 mL g/cm3s



 Untuk t= 12 Tci = 29°C Tco= 31°C ThAV=



=



= 30°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 30°C ; ρ=0,99568 Wh



= Q rata-rata x ρh = 32,08 mL/s x 0,99568g/cm3 24



= 31,9414144 mL g/cm3s b.) Laju alir fluida panas ∆h= 0,6 ;



(ml/s)= 33,78



∆h= 0,4 ;



(ml/s)= 25,78



∆h= 0,2 ;



(ml/s)= 16,89



=w = =



= 25,483 ml/s



 Untuk t=0 Tci = 50°C Tco= 44°C ThAV=



=



= 47°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 40°C ; ρ=0,99225 T= 50°C ; ρ=0,98807 ρ= ρ=



0,98807



ρ = 0,297675 + 0,691649= 0,989324 Wh



= Q rata-rata x ρh = 25,483 mL/s x 0,989324 g/cm3 = 25,21094349 mL g/cm3s



 Untuk t= 3 Tci = 50°C Tco= 44°C ThAV=



=



= 47°C



25



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 40°C ; ρ=0,99225 T= 50°C ; ρ=0,98807 ρ= ρ=



0,98807



ρ = 0,297675 + 0,691649= 0,989324 Wh



= Q rata-rata x ρh = 25,483 mL/s x 0,989324 g/cm3 = 25,21094349 mL g/cm3s



 Untuk t= 6 Tci = 50°C Tco= 42°C ThAV=



=



= 46°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 40°C ; ρ=0,99225 T= 50°C ; ρ=0,98807 ρ= ρ=



0,98807



ρ = 0,3969 + 0,592842= 0,989742 Wh



= Q rata-rata x ρh = 25,483 mL/s x 0,989742 g/cm3 = 25,22159 mL g/cm3s



 Untuk t= 9



26



Tci = 49°C Tco= 42°C ThAV=



=



= 45,5°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 40°C ; ρ=0,99225 T= 50°C ; ρ=0,98807 ρ= ρ=



0,98807



ρ = 0,4465125 + 0,5434385= 0,989951 Wh = Q rata-rata x ρh = 25,483 mL/s x 0,989951g/cm3 = 25,226921 mL g/cm3s



 Untuk t= 12 Tci = 49°C Tco= 42°C ThAV=



=



= 45,5°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 40°C ; ρ=0,99225 T= 50°C ; ρ=0,98807 ρ= ρ=



0,98807



ρ = 0,4465125 + 0,5434385= 0,989951 Wh



= Q rata-rata x ρh = 25,483 mL/s x 0,989951g/cm3



27



= 25,226921 mL g/cm3s  Untuk t= 15 Tci = 48°C Tco= 42°C ThAV=



=



= 45°C



Pada buku Geankoplis, tabel appendix A.2-3 diketahui: T= 40°C ; ρ=0,99225 T= 50°C ; ρ=0,98807 ρ= ρ=



0,98807



ρ = 0,496125 + 0,494035= 0,99016 Wh



= Q rata-rata x ρh = 25,483 mL/s x 0,99016g/cm3 = 25,23224728 mL g/cm3s



2. Menghitung ∆TLMTD ∆TLMTD dapat dihitung dengan persamaan: ∆TLMTD = Di mana: ∆T1 = Tho – Tci ∆T2 = Thi – Tco 



Untuk menit ke 0 ∆T1 = (44-25)°C = 19°C = 292°K ∆T2 = (50-29)°C = 21°C = 294°K Maka ∆TLMTD =







(



)



= 292,998°K



Untuk menit ke 3 ∆T1 = (44-26)°C = 18°C = 291°K



28



∆T2 = (50-29)°C = 21°C = 294°K Maka ∆TLMTD = 



(



)



= 290,485°K



(



)



= 289,492°K



Untuk menit ke 12 ∆T1 = (42-29)°C = 14°C = 286°K ∆T2 = (49-31)°C = 18°C = 291°K Maka ∆TLMTD =







= 292,497°K



Untuk menit ke 9 ∆T1 = (42-28)°C = 14°C = 287°K ∆T2 = (49-30)°C = 19°C = 292°K Maka ∆TLMTD =







)



Untuk menit ke 6 ∆T1 = (42-28)°C = °C = 287°K ∆T2 = (50-29)°C = 21°C = 294°K Maka ∆TLMTD =







(



(



)



= 288,492°K



Untuk menit ke 15 ∆T1 = (42-30)°C = 12°C = 285°K ∆T2 = (48-32)°C = 16°C = 289°K Maka ∆TLMTD =



(



)



= 286,995°K



3. Menghitung Laju Pepindahan Panas  Laju perpindahan panas untuk fluida dingin qc = mcCpc (TCo – TCi) 



Pada menit ke 0 TC∆V =



=



= 27°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 dan A.2-6 di buku Geankoplis: Cp = 4,181 kJ/kg ρ = 995,588 kg/m3 μ = 0,3567 x 103 Pa k = 0,99999 W/m.K 



Pada menit ke 3 TC∆V =



=



= 27,5°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,183 kJ/kg



29



ρ = 995,435 kg/m3 μ = 0,7589 x 103 Pa k = 0,62077 W/m.K 



Pada menit ke 6 TC∆V =



=



= 28,5°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,183 kJ/kg ρ = 995,358 kg/m3 μ = 0,7509 x 103 Pa k = 0,62155 W/m.K 



Pada menit ke 9 TC∆V =



=



= 29°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,183 kJ/kg ρ = 995,2819 kg/m3 μ = 0,7429 x 103 Pa k = 0,6223 W/m.K 



Pada menit ke 12 TC∆V =



=



= 30°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,183 kJ/kg ρ = 995,2054 kg/m3 μ = 0,734918 x 103 Pa k = 0,62312 W/m.K 



Pada menit ke 15 TC∆V =



=



= 31°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,183 kJ/kg ρ = 995,2054 kg/m3 μ = 0,734918 x 103 Pa k = 0,62312 W/m.K  Laju perpindahan panas pada fluida panas  Pada menit ke 0



30



Th∆V =



=



= 47,5°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,193671 kJ/kg K ρ = 978,8501 kg/m3 μ = 0,412080 x 103 Pa k = 0,66656 W/m.K 



Pada menit ke 3 Th∆V =



=



= 47,5°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,187606 kJ/kg K ρ = 981,6227 kg/m3 μ = 0,412080 x 103 Pa k = 0,663149 W/m.K 



Pada menit ke 6 Th∆V =



=



= 46°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,19084 kJ/kg K ρ = 982,40647 kg/m3 μ = 0,44189 x 103 Pa k = 0,663149 W/m.K 



Pada menit ke 9 Th∆V =



=



= 45,5°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,18662 kJ/kg K ρ = 983,09712 kg/m3 μ = 0,45538 x 103 Pa k = 0,65966 W/m.K 



Pada menit ke 12 Th∆V =



=



= 45,5°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,18641 kJ/kg K ρ = 983,7877 kg/m3 μ = 0,468870 x 103 Pa k = 0,6577 W/m.K 31







Pada menit ke 15 Th∆V =



=



= 45°C



Data Cp dapat diperoleh dari Appendix A-2.5 di buku Geankoplis: Cp = 4,18612 kJ/kg K ρ = 984,7086 kg/m3 μ = 0,4868 x 103 Pa k = 0,6553 W/m.K



qh = Mh Cph (Tho – Thi) = Qh ρh Ch (Tho – Thi)



t (menit)



Qh



0



26,4350



3



26,49381



6



26,5158



9



26,5378



12



26,559



15



26,5892



1. Menghitung Nilai Koefisien Perpindahan Panas Overall (Vexp) Uo(exp) = Ui(exp) = Di mana: di = 1,,049 in = 0,0266 m do = 1,325 in = 0,0334 m Di = 3,068 in = 0,0779 m Do = 3,500 in = 0,0889 m



32



L=2m dL = diameter rata-rata logaritmik dL =



=



= 0,02981 m



Ai = πdiL = (3,14) (0,0266) (2) = 0,167048 m2 Ao =πdoL = (3,14) (0,0334) (2) = 0,20975 m2



maka,



Sehingga, t (menit) ∆TLMTD (°C)



Ui



Uo



U(exp) total



0



0



0



0



0



3



32,9597



1,0103635



0,094518



0,198153



6



31,007



0,055080



0,050355



0,105435



9



0



0



0



0



12



0



0



0



0



15



0



0



0



0



2. Menghitung Nilai Nrei dan Nreo Dapat dihitung menggunakan persamaan: Nrei =



=



Nreo =



=



Di mana: Deq =



=



ao = ai =



= 0,1482889 m = 0,0038879 m2



= =



sehingga, t (menit)



= 0,00055543 m2NRei



NReo



0



23493,83481



2392,4661



3



23975,7142



2301,9346



6



24222,7948



2248,4525



33



9



24475,1625



2181,84521



12



24732,4891



2122,4681



15



24732,5058



1948,1091



3. Menghitung Niali Npri dan Npro NPr (Bilangan Prandl) dapat dihitung menggunakan persamaan: NPri = NPro = t (menit)



NPro



NPri



0



5,235505



2,1963460



5



5,1143526



2,71652681



10



5,053925



2,7995324



15



4,993653



2,890392



20



4,9334991



2,984464



25



4,9334991



3,1097256



4. Menghitung Nilai hi dan ho hi = 0,23 (NRei)0,8 (NPri L)0,33 (Kc/di) ho = 0,023 (NReo)0,8 (NPro L)0,33 (Kh/Deq) t (menit)



ho



hi



0



36478,4595



89,74053



3



36879,58066



87,99788



6



36548,459327



87,002980



9



37294,46331



85,58830



12



37507,0710



84,36590



15



37507,0904



79,85017



34



5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Overall Ui(Theo) Dan Uo(Theo) Persamaan yang digunakan yaitu: Ui (Theo) =



(



)



(



)



Uo (Theo) =



Xw = do – di = 0,0334 – 0,0266 = 0,0068 m dL =



=



= 0,02987 m



U(Theo) = Ui(Theo) + Uo(Theo) Untuk mencari nilai Ui(theo) dan Uo(Theo) dicari terlebih dahulu nilai k steel 1% karbon menggunakan table appendix A.3-16 di buku Geankoplis dengan menggunakan data Thav dan Tcav t (menit)



Tcav (°C)



Kc (W/m K)



Thav (°C)



Kh (W/m K)



0



32



45,1858



70



44,8758



3



33



45,1776



66



44,9085



6



33,5



45,17358



64,5



44,9207



9



34



45,16950



63



44,9329



12



34,5



45,1654



61,5



44,9452



15



34,5



45,1654



59,5



44,96152



t (menit)



Ui(Theo)



Uo(Theo)



Utotal



0



110,46724



88,128280



198,5956



3



108,56049



86,45081



195,0113



6



107,35137



85,4884



192,8398



9



105,64156



84,127427



189,76899



12



104,15955



80,92527



185,08482



15



98,34441



78,608053



176,9524



6. Menghitung Efisiensi dan Efektivitas Panas 35



μ=



x100%



E= t (menit)



Ϟ (%)



Ϟ rata-rata



0



0



3



0,101611



6



0,0546



9



0



12



0



15



0







∑ rata-rata



0



7. Menghitung Rd ( Fouling Factor) Rd = Untuk menghitung Uc: Uc = Uo = Utot(exp) t (menit)



Uc



Uo



Rd



0



89,52030



198,5956



-0,006135



3



87,78840



195,0113



-0,00626



6



86,79636



192,8398



-0,00633



9



85,392330



189,76899



-0,006441



12



84,17655



185,08482



-0,00647



15



77,61557



176,9524



-0,00723



36