Laporan Praktikum Kewirausahaan 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN ACARA III “PEMBUATAN SIRUP JAHE DAN JAHE INSTAN”



Disusun oleh :



Nama : Leonardo Vigorous Silalahi Npm : E1J018072 Shif : Selasa (15.00 -17.00) wib Dosen: Dr.Ir, Hendry Bustaman, M.S Co’ass: 1. Febrian Sianipar ( E1J016029 ) 2. Ferdi Juanda ( E1K16011 )



HANGGAR KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak makanan dan minuman yang ditawarkan sebagai produk suplemen yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh jika dikonsumsi. Minuman kesehatan merupakan minuman yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau non gizi dan jika dikonsumsi dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan tubuh. Minuman kesehatan sebagai salah satu produk yang sudah dikenal masyarakat, banyak dijumpai di pasaran dengan berbagai merek dan bentuk, seperti dalam bentuk cair, serbuk instan atau tablet. Kecenderungan masyarakat saat ini adalah lebih suka menggunakan produk yang kemasan dan penyajiannya lebih praktis dan cepat, karena tidak perlu membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkannya. Salah satu contoh minuman kesehatan yang dapat dijumpai adalah minuman instan ekstrak jahe, dimana produk tersebut umumnya dibuat dengan mengambil sari dari rimpang jahe kemudian dilakukan pengolahan lebih lanjut. Kebanyakan produk tersebut dijumpai dalam bentuk serbuk, tablet, ataupun cairan. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditi obat-obatan yang potensial. Aneka ragam jenis tanaman obat telah diproduksi sebagai bahan baku obat modern maupun obat tradisional (jamu). Prospek pengembangan produksi tanaman obat cukup cerah antara lain karena berkembangnya industri obat modern dan tradisional, serta meningkatnya konsumsi dan harga komoditi obat (Utami, 2014).        Jahe instan merupakan produk pangan yang berbentuk serbuk, terbuat dari ekstrak jahe yang ditambah gula atau rempah-rempah lain. Minuman instan ekstrak jahe dimanfaatkan untuk menciptakan produk yang praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat bagi kesehatan. Pemanfaatan dalam bidang kesehatan, zat aktif berupa zingeron dan senyawa antioksidan lain yang terkandung dalam jahe dapat digunakan bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga



digunakan



dalam



industri



obat,



minyak



wangi



dan



jamu



tradisional.



Besarnya potensi kesehatan dan kimia/gizi yang terkandung dalam jahe, menggugah peneliti untuk mencoba menuangkan ide dan inovasi menciptakan produk baru yaitu minuman kesehatan berbentuk serbuk/instan dengan memanfaatkan jahe. Ide pembuatan ini didasarkan pada sifat bahan yang memungkinkan untuk dapat dibuat minuman instan dengan mengacu pada proses pembuatan minuman instan secara umum. 1.2 Tujuan Mahasiswa mampu memplajari dan membuat sirup jahe dan jahe instan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jahe (Zingeber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempahrempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton yang bernama zingeron. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah), jahe kecil (jahe empriy), dan jahe merah (jahe sunti). Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, sedangkan jahe besar dimanfaatkan sebagai bumbu masak (Matondang, 2015).      Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa. Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, paradol, shogaol, zingerone, resin dan minyak atsiri. Persenyawaan zingerone tidak dalam bentuk persenyawaan keton bebas, melainkan dalam persenyawaan aldehid alifatis jenuh, terutama senyawa n-heptanal (Ravindran et al., 2015). Secara tradisional ekstrak jahe digunakan antara lain sebagai obat sakit kepala, obat batuk, masuk angin, untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan, stimulansia, diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, obat anti mual dan mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut) dan sebagai obat luar untuk mengobati gatal dan digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar (Shukla, 2017).      Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan dan antikanker. Mengkonsumsi jahe secara rutin sangat baik pengaruhnya bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol dan gingerone memiliki antioksidan di atas Vitamin E. Selain itu, jahe mampu menaikkan aktivitas salah satu sel darah putih, yaitu sel natural killer (NK) dalam melisis sel targetnya, yaitu sel tumor dan



sel



yang



terinfeksi



virus



(Zakaria



et



al.,



2016).



     Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol dan gingeron memiliki aktivitas antioksidan di atas vitamin E. Selain itu jahe juga mempunyai aktivitas antimetik dan digunakan



untuk



mencegah



mabuk



perjalanan



(Tien



et



al,.



2017).



     Mengkonsumsi ekstrak jahe dalam minuman fungsional dan obat tradisional dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengobati diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan daya tahan tubuh yang direfleksikan dalam sistem



kekebalan, yaitu memberikan respon kekebalan inang terhadap mikroba pangan yang masuk ke dalam tubuh (Radiati et al. 2018). Strategi yang tepat dan sesuai untuk diterapkan oleh perusahaan dalam upaya mengembangkan usahanya adalah strategi stabilitas melalui strategi hatihati. Alternatif strategi adalah mempertahankan citra/image perusahaan, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, meningkatkan jumlah dan jenis produk dengan meningkatkan diversifikasi produk, memperluas daerah pemasaran ke pasar baru, memperbaiki jalur distribusi, meningkatkan kegiatan promosi, pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan pengendalian mutu, dan menerapkan teknologi yang lebih canggih. (Zulkifli, 2014). Di Kelurahan Girian Weru Dua belum pernah dilakukan penyuluhan tentang pemanfaatan tanaman obat untuk dijadikan suatu produk minuman instan, padahal sumber daya tanaman obat begitu melimpah baik yang ditanam sendiri di pekarangan rumah warga maupun yang dijual di pasar tradisional. Minimnya pengetahuan masyarakat dalam berinovasi mengakibatkan jahe dan kunyit hanya dimanfaatkan sebagai bumbu masak, padahal dengan inovasi produk maka bisa dijadikan usaha mandiri yang menjanjikan dari segi ekonomi. Minuman instan disukai oleh semua kalangan apalagi tren masyarakat sekarang lebih menyukai segala sesuatu yang praktis, mudah dan cepat, sehingga peluang bisnis produk minuman instan sangat besar(Setyawan,2015). Dengan peralatan sederhana dan beberapa peralatan bantuan dari Tim Ibm, mitra dapat membuat produk dengan kualitas subyektif dengan baik.



Sanitasi dan higiene dalam



pengolahan produk juga sudah diperhatikan. Kebersihan tempat pengolahan serta peralatan dan kebersihan diri mitra sudah diperhatikan. Pencucian peralatan dan bahan baku sudah memenuhi persyaratan. Kebersihan mitra saat proses pengolahan juga sudah diperhatikan, mitra sudah menggunakan celemek, masker penutup mulut, sarung tangan, serta penutup kepala (Koswara et al., 2012 ; Rauthan et al, 2016). Proses pengolahan jahe dari bahan mentah menjadi bahan setengah jadi harus tetap diperhatikan, karena berkaitan dengan hasil akhir olahan. Jahe dapat diolah menjadi berbagai jenis produk olahan yang sangat bermanfaat seperti obat tradisional, farmasi, kosmetik dan makanan/minuman. Adanya diversifikasi produk dari jahe sangat diharapkan agar dapat meningkatkan nilai tambah, lebih mudah untuk dikonsumsi dan lebih disukai oleh masyarakat (Sagalaet al., 2016).



Antioksidan yang terdapat pada jahe merupakan senyawa yang berperan untuk mengikat radikal bebas dalam tubuh,sehingga baik untuk kesehatan (Astawan, 2009 ; Rifkowaty dan Martanto, 2016). Tingginya nilai tambah yang diperoleh para pelaku usaha agroindustri memicu persaingan yang semakin meningkat, baik dalam memperoleh bahan baku maupun pemasaran produk olahan. Peranan agroindustri dalam upaya mempertahankan produk primer menjadi produk olahan untuk meningkatkan nilai tambah sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah adalah pengolahan biji kopi kering menjadi kopi jahe. Peningkatan jumlah produksi kopi dan jahe harus tetap dilakukan guna menopang pertumbuhan industri. Apabila produksi meningkat, akan memberikan peluang yang lebih besar baik bagi para petani, maupun industry dalam meningkatkan penghasilan dari produk kopi dan jahe (Zulkarnainet al., 2017) Untuk pemasaran produk olahan jahe, dilakukan melalui beberapa tempat, melalui koperasi, warung dan secara langsung, serta melalui pesanan. Untuk memperluas pemasaran juga sudah dilakukan dengan mengikuti kegiatan pameran produk olahan dibeberapa tempat. Manajemen pemasaran dan manajemen keuangan sudah dilakukan dengan proses pencatatan dengan baik. Sehingga anggota mitra dapat mengetahui secara terbuka dan dilaporkan dalam jangka waktu tertentu kepada anggota. Pemasaran yang lebih luas hanya dapat dilakukan setelah produk mendapat ijin PIRT dari Dinas Kesehatan (Astrianiet al., 2015).



BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat yang di gunakan pada praktikum ini yaitu pisau/cutter, talena, kompor gas, wajan, sendok kayu, blender, saringan, serbet, wadah/baskom. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu jahe merah, gula putih, gula aren, serai, kayu manis, air, plastik dan botol kemasan, label merk. 3.2 Cara Kerja 1. Menyiapkan jahe merah sebanyak 1,2 kg 2. Membersihkan jahe merah tersebut dengan air bersih, setelah semua jahe sudah bersih langkah selanjutnya yaitu memotong jahe menjadi dua bagian. 3. Menyiapakan 10 batang serai, 40 gr kayu manis 4. Untuk pembuatan sirup jahe menggunakan gula aren dan gula putih, sedangkan untuk pembuatan jahe instan hanya menggunakan guka putih 5. Memasukkan jahe merah dalam blender secukupnya dan menambahkan air sebnya 250 ml kedalam blender, setelah campuran jahe merah dan air halus kemudian jahe disaring menggunakan serbet sampai tidak tersisa lagi air dengan ampasnya. 6. Setelah semua jahe diblender dan disaring, kemudian memasukkan air dari sari jahe ke dalam wajan bersamaan dengan bahan-bahan yang lainnya 7. Memasak sirup jahe dengan bahan yang telah disiapkan di kompor gas dengan keadaan api yang normal begitu juga untuk jahe instan 8. Setelah semuanya telah masak dan setelah didinginkan beberapa menit, sirup jahe dan jahe instan siap di kemas dan siap di pasarkan.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Estimasi Biaya A. Sewa Ruangan Kerja - 1 tahun : Rp 4000.000 /300 hari kerja = Rp.13.333 / 8 jam = Rp.1.666 - Nilai surat barang per jam : Rp.2000/hari = Rp.250/ jam - Listrik Rp.200.000 =/ bulan = Rp.8.000/hari = Rp.1.000 / jam - Upah : Rp.1.800.000 / bulan = Rp. 72.000/ hari = Rp. 9.000 / jam Toal biaya per jam = Rp.11.916 B. Biaya Bahan dan Keuntungan Untuk Jahe Instan : - 1,2 Kg jahe kupas x Rp.15.000 = Rp.18.000 - 2 Kg Gula putih x Rp.11.500 = Rp.23.000 - 10 batang serai = Rp.1000 - 40 gr Kayu manis = Rp.6000 - Air 250 mL = Rp.1.00 - Plastik = Rp.1.000 - Stiker = 1000 x 9 = Rp.9.000 Total = Rp.58.100 = Biaya Total : Biaya Bahan + biaya Produksi = Rp.58.100 + Rp.11.916 = Rp.70.016 = Biaya per Pack : Rp.70.016 : 9 = Rp. 7.779,5 Harga jual : Biaya per Pack + Untung 50% = Rp.7.779,5 + Rp.3.889,7 = Rp.11.669,2 



Jika dalam 1 hari 8 jam kerja,maka :



- Biaya yang di butuhkan : Rp.70.016 x 8 = Rp.560.128 / hari - Pack didapat dalam 1 hari : 9 x 8 = 72 Pack - Pendapatan per hari = Jumlah Pack x Harga jual = 72 x Rp.11.669,2 = Rp.840,182,4 - Keuntungan per hari = pendapatan – biaya = Rp.840,182,4 – Rp.560.128 = Rp.280.054,4 - Keuntungan per bulan = Rp.280.054,4 x 25 = Rp.7.001,360 C. Biaya bahan dan Keuntungan untuk Sirup Jahe : - 1,2 Kg Jahe Kupas x Rp.15.000 = Rp.18.000 - 1 Kg Gula Putih = Rp.11.500 - 1 Kg Gula Aren = Rp.18.000 - 10 batang serai = Rp.1.000 -40 gr Kayu Manis = Rp.Rp.6.000



- air 250 mL = Rp.100 - Botol = Rp.1.000 x 10 = Rp.10.000 - Sitker = Rp.1000 x 10 = Rp.10.000 Total = Rp.70.100 = Biaya Total : Biaya Bahan + Biaya Produksi = Rp.70.100 + Rp.11.916= Rp.82.016 = Biaya Per Botol : Rp.82.016 : 10 = Rp.8.201,6 Hara Jual : Biaya per Botol + Untung 50% = Rp8.201,6 + Rp 4.100,8= Rp,12,302,4 *Jika dalam 1 hari 8 jam kerja, Maka : - Biaya yang dibutuhkan = Rp.82.016 x 8 =Rp.656.128 / hari - Botol didapat dalam 1 hari = 10 x 8 = 80 botol - pendapatan per hari = jumlah botol x hara jual = 80 x Rp12.302,4= Rp 984,192 - Keuntungan per hari = pendapat – biaya = Rp 984.192 – Rp 656.128 = Rp 328.064 - Keuntungan per bulan = Rp.328.064 x 25 = Rp 8.201.600 4.1.2. Dokumentasi proses pembuatan produk



4.2 Pembahasan Pada praktikum kali inibahan utama yang digunakan yaitu jahe. Jahe merupakan jenis rempah-rempah yang paling banyak digunakan dalam berbagai resep makanan dan minuman. Secara empiris jahe biasa digunakan masyarakat sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan, sebagai analgesik, antipiretik, anti-inflamasi, dan lainlain. Dalam praktikum ini praktikan mengambil  atau menimbang jahe sebanyak ½  kg.Instan jahe tidak berwarna putih tapi agak kekuning-kuninan ini diperkirakan pengaruh dari warna jahe yang kita gunakan. Instan jahe ini juga rasa nya masih terasa pedas, dan untuk rasa manisnya sudah bisa di katakan cukup. Jahe instan merupakan produk pangan yang berbentuk serbuk, terbuat dari ekstrak jahe yang ditambah gula dan atau rempah-rempah lain. Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa. Jahe instan tidak berwarna



putih tapi agak kekuning-kuningan ini diperkirakan pengaruh dari warna jahe yang gunakan. Jahe instan ini rasa nya masih terasa pedas, dan untuk rasa manisnya sudah bisa di katakan cukup karena sudah ditambahkan gula pasir. Di dalam pembuatan instan jahe ini praktikan menambahkan gula sebanyak 1 kg, air putih sebanyak 250 ml dan untuk aromanya praktikan menambahkan kayu manis sebanyak 10 gram. Pada pembuatan atau proses jahe menjadi jahe instan/bubuk di butuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Pembuatan jahe instan ini cukup lama dan ketelitian dalam mengaduknya sampai menjadi bubuk kasar dan mengayaknya. Pengayakan ini di lakukan agar bubuk halus dan bubuk kasar terpisah. Salah satu teknologi alternatif yang sederhana dan murah yang dapat menghasilkan produk serbuk instan adalah teknologi kristalisasi. Teknologi ini didasarkan pada pemanfaatan sifat gula pasir (sukrosa) yang dapat kembali membentuk kristal setelah dicairkan. kami memasak bahan dengan menggunakan api besar selama 40-45 menit, kami mengaduknya setiap 5 menit ekali. Jika jahe di aduk secara terus menerus dikhawatirkan jahe akan menjadi gulali. Setelah 45 menit, kami mengangkat Jahe lalu meletakkannya di atas meja dengan dialaskan kain lap supaya meja tidak gosong terkena panasnya wajan. Kami mengaduk-ngaduk jahe dengan menggunakan sendok kayu, kami melakukannya sampai adonan jahe berubah menjadi serbuk. Serbuk-serbuk jahe tersebut kemudian kami saring guna menghasilkan serbuk jahe instan yang halus. Serbuk jahe yang menggumpal kami blender supaya menjadi halus. Proses penyaringan telah selesai, kami lanjut mengemas jahe instan dengan menggunakan kantong plastik dengan setiap bungkus berbobot 200 gram, setelah itu kami memberi label pada jahe instant agar siap di pasarkan. Secara umum, mekanismenya adalah sebagai berikut : sukrosa dipanaskan akan mencair dan bercampur dengan bahan lainnya, ketika air menguap akan terbentuk kembali menjadi butiran-butiran padat. Sifat sukrosa sangat dipengaruhi oleh pH, jika pH larutan rendah (asam) maka proses kristalisasi tidak akan terbentuk dan larutan menjadi liat, atau orang Sunda mengenalnya dengan istilah  gula liâ alias gula liat. Jadi, semua bahan pangan pada dasarnya dapat dijadikan serbuk instan asalkan larutannya memiliki pH yang tidak asam. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pH optimum yang dapat menghasilkan produk yang baik sekitar 6,7-6,8.Pembuatan serbuk instan dengan metode kristalisasi hanya membutuhkan bahan dan peralatan yang sederhana, seperti gula pasir, air bersih, ingredien pangan, pewarna makanan, blender, kain kasa, takaran, timbangan, wajan, kompor dan pengaduk. Beberapa produk yang menggunakan metode kristalisasi dan sudah banyak dikenal umum adalah jahe instan. Teknologi kristalisasi ini merupakan teknologi tepat guna yang



cocok diterapkan di industri kecil dan menengah (UKM) yang memiliki modal yang terbatas.Salah satu contoh produk yang sudah dikembangkan adalah sari jahe instan. Jahe instan ini juga salah satu contoh minuman kesehatan yang dapat dijumpai adalah minuman instan ekstrak jahe, dimana produk tersebut umumnya dibuat dengan mengambil sari dari rimpang jahe kemudian dilakukan pengolahan lanjut. Khasiat minuman instan ekstrak jahe dan untuk menciptakan produk yang praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat kesehatan. Hal ini didasari juga oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi minuman kesehatan yang lebih praktis dan efisien bahan pembuatannya dapat diperoleh dengan mudah dan harganya pun terjangkau oleh masyarakat, karena ketersediaanya cukup banyak di pasar atau di lingkungan masyarakat sekitar. Dan menurut harga pasaran jahe insta sangat diburu oleh orang Karen manfaat yang sangat luar biasa dan juga pratis dibawa. Jahe tersebut juga sangat cocok oleh pendaki karena sangat mudah . carannya tinggal seduh dan air pasa lalu rasakan sensasi hangat yang tak kalah dari minuman hotel atau restoran bintang 5. Jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti batuk, demam, dan lain-lain. Selain bermanfaat untuk bidang kesehatan, jahe juga bermanfaat untuk bidang kecantikan, bahan bumbu pelengkap masakan dan lain-lain.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum kewirausahaan ini dapat disimpulkan bahwa setiap memproduksi suatu produk harus dilakukan anaisa terlebih dahulu supaya tidak mengalami kerugian dan Kelayakan Produksi jahe ini layak dipasarkan karena mendapatkan keuntungan yang lumayan, selain bahannya mudah di dapatkan, pemasarannyapun mudah. 5.2 Saran Sebaiknya ketika dosen pembimbing menjelaskan tentang analisis usaha jangan terlalu cepat, karena banyak yang tidak paham jika penjelasan dilakukan secara cepat. Tidak apa menjelaskan secara lambat, yang penting praktikan paham dan mendapat ilmunya. Dan sebaiknya alat/bahan seperti serbet sebaiknya sudah disediakan supaya mahasiswa tidak perlu membawa kain/serbet lagi. Dan kirannya jangan terlalu susah akan pengajaran sehingga mahasiswa sedikit kurang paham



DAFTAR PUSTAKA



Matondang, L. 2015. Zinngiber officinale L. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Obat Unas. Radiati, L.E., et al,. 2018. Pengaruhekstrak diklormetan jahe (Zingiberofficinale) terhadap pengikatan toksin koleraB-subunit conjugasi (FITC) pada reseptor selhibridoma LV dan Caco-2. Jurnal Teknologidan Industri Pangan XIV(1): 59−67. Ravindran et al., 2015. Ginger The Genus Zingiber, CRC Press, New Momentum. Semarang : Fakultas Teknik 21 Universitas Wahid Hasyim. Shukla, dan Sing M. 2017. Cancer Prevwntive Properties Of Ginger: A Brief Review. J. Food And Chemical Toxicology.  Tien R. Muchtadi, Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2017.  Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: Alfabeta CV.  Zakaria FR, Rajab TM. 2016. Pengaruh ekstrak jahe (Zingeber officinale) terhadap  produksi radikal bebas makrofag mencit sebagai indikator imunostimulan secara in vitro. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan. Astriani, D., W. Dinarto, W. Mildaryani. 2015. Penerapan Agroteknologi Tanaman Jahe dan Pengolahan Rimpangnya sebagai upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani di Dusun Sorogaten dan Kaliberot. JurnalAgriSains. Vol.4(7) : 56-64. Rifkowaty, E.E., dan Martanto. 2016. Minuman Fungsional Serbuk Instant Jahe (Zingiber officinalerosc.) dengan variasi penambahan ekstrak bawang merah (Eleutherine americora Meir) sebagai pewarna alami.



Jurnal Teknologi Pertanian Lampung.



Vol.4(4):315-324. Sagala, M.A., R. Efendi, Ysmarini. 2016. Perbedaan Cara Ekstaksi Jahe penambahan Gula Kepala terhadap Mutu Sirup Jahe. Jom. FapertaVol. 3(1):1-10. Setyawan, B. 2015.Peluang Usaha Budidaya Jahe. Yogyakarta. Pustaka Baru press. Utami, M,. dkk. 2014. Keragaman dan Pemanfaatan Simplisia Nabati yang Diperdagangkan di Purwokerto. Jurnal BIOSFERA, 30(1). Zulkarnain, A. Lamusa, D. Tangkesalu. 2017. Analisis Nilai Tambah Kopi Jahe pada



Indutsri Sal-han di KotaPalu. E-J.Agekbis. Vol. 1(5) : 493-499. Zulkifli. 2014. “Model Peningkatan Daya Saing Penjual Jamu Gendong Sebagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jambi”. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Volume 16, Nomor 1, Januari – Juni, Hal. 87 – 100.



LAMPIRAN