Laporan Praktikum - Kimia Dasar 1 - Senyawa Biokimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 PENGENALAN SENYAWA BIOKIMIA



Disusun oleh : Nama



: Derry Prasetyo



NPM



: 240110110063



Kelompok



: 7 (Tujuh)



Hari/ Tanggal



: Rabu, 1 November 2011



Asisten



: Sisca Puspitasari



LABORATORIUM KIMIA DASAR PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011



I. TUJUAN PERCOBAAN



Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mengamati sifat – sifat karbohidrat, protein, dan asam amino. 2. Melakukan reaksi warna secara kualitatif dari karbohidrat, protein, dan asam amino.



II. PRINSIP PERCOBAAN



1. Kondensasi Kondensasi adalah reaksi penggabungan rantai karbon sehingga ikatannya makin panjang. 2. Dehidratasi Pelepasan molekul air dari suatu senyawa tanpa mengubah struktur kimia senyawa tersebut (dehidratasi furfural menjadi hidroksi metil furfural oleh asam pekat). 3. Uji Benedict Mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ yang ada pada larutan Benedict sehingga menjadi Cu2O yang berbentuk endapan. 4. Uji Pati Pembentukan senyawa kompleks yang menghasilkan warna biru tua yang berasal dari kompleks antara amilum dan I2. 5. Uji Biuret Ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa. 6. Ninhidrin Ninhidrin adalah suatu reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan.



III. REAKSI PERCOBAAN



3.1 Uji Molish



H



O



│ CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 →



─C—H + │ OH Furfural



Pentosa



H │ CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 Heksosa O ║ → H2C─



─C—H



+











OH



OH



5-hidroksimetil furfural



α-naftol



Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut: O



__SO3H H2C─



─────C─────



─OH



α-naftol



3.2 Uji Benedict



O



O











R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O Gula Pereduksi



Endapan Merah Bata



3.3 Uji pati dengan iodium 3.4 Uji Biuret O ║



O Cu2+ asetat







R—C—H + ─────→ R—C—OH + Cu2O+ CH3COOH n-glukosa monosakarida



E.merah bata



IV. TEORI DASAR



4.1 Karbohidrat Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang bila dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua komponen diatas. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada umumnya karbohidrat memiliki rumus empiris (CH2O)n. (Anonim,2010)



4.1.1 Monosakarida Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana. Mereka aldehida atau keton dengan dua atau lebih



gugus hidroksil. Rumus kimia umum dari sebuah monosakarida dimodifikasi adalah (C • H



2



O)



n,



harfiah "hidrat karbon." Monosakarida merupakan molekul



bahan bakar penting serta blok bangunan untuk asam nukleat. Yang terkecil monosakarida, yang n = 3, yang dihidroksiaseton dan D-dan L-gliseraldehida. Monosakarida meliputi glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan lain-lain. (Anonim,2011) 1. Glukosa Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa. Juga dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.



D-glukosa



β-D-glukosa



α-D-glukosa



2. Galaktosa Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi.



D-galaktosa



β-D-galaktosa



α-D-galaktosa



3. Fruktosa Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buahbuahan bersama glukosa. Fruktosa dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi.



(a) struktur terbuka



(b) struktur siklis (Anonim,2009)



4.1.2 Oligosakarida Oligosakarida merupakan gabungan dari molekul-molekul monosakarida yang jumlahnya antara 2 (dua) sampai dengan 8 (delapan) molekul monosakarida. Sehingga oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida dan lainnya. Oligosakarida secara eksperimen banyak dihasilkan dari proses hidrolisa



polisakarida dan hanya beberapa oligosakarida yang secara alami terdapat di alam. Oligosakarida yang paling banyak digunakan dan terdapat di alam adalah bentuk disakarida seperti maltosa, laktosa dan sukrosa. Disakarida yang banyak terdapat di alam seperti maltosa yang terbentuk dari 2 molekul glukosa melalui ikatan glikosida. Pada maltosa, jembatan oksigen terbentuk antara atom karbon nomor 1 dari D-glukosa dan atom karbon nomor 4 dari D-glukosa lain. Ikatan yang terbentuk dinamakan ikatan α (1→4) glikosida, secara lengkap dinyatakan dengan β-D-glukopiranosil (1→4)E-D-glukopiranosa. Dalam bentuk sederhana Glc(α1↔4β)Glc, seperti yang ditunjukan pada gambar :



Sukrosa (gula pasir) terbentuk dari satu molekul α-D-glukosa dan β-Dfruktosa,



yaitu



β-D-fruktofuranosil



(2→1)



α-D-glukopiranosa



atau



Fru(α2↔1β)Glc seperti yang ditunjukan pada gambar :



Secara alami, laktosa terdapat pada air susu dan sering disebut dengan gula susu. Molekul ini tersusun dari satu molekul D-glukosa dan satu molekul D-



galaktosa melalui ikatan β(1→4) glikosidik, untuk struktur ikatannya dapat dilihat pada gambar :



Laktosa yang terfermentasi akan berubah menjadi asam laktat. Dalam tubuh Laktosa dapat menstimulasi penyerapan kalsium. (Zulfikar,2010)



4.1.3 Polisakarida Polisakarida merupakan polimer yang disusun oleh rantai monosakarida. Berdasarkan fungsinya polisakarida dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu polisakarida struktural dan polisakarida nutrien. 1. Polisakarida Struktural



Sebagai komponen struktural, polisakarida berperan sebagai pembangun dan penyusun komponen organel sel serta sebagai molekul pendukung intrasel. Selulosa sebagai salah satu polisakarida struktural merupakan polimer yang tidak bercabang, terbentuk dari monomer β-D-glukosa yang terikat bersamasama dengan ikatan β (1 → 4) glikosida. Jumlah rantai atau β-D-glukosa beraneka ragam, untuk beberapa jenis mencapai ribuan unit glukosa. Ikatan β (1→4) glikosida yang dimiliki selulosa membuatnya lebih cenderung membentuk rantai lurus, hal ini disebabkan ikatan glikosida yang terbentuk hanya sejenis yaitu β (1→4) glikosida, perhatikan gambar :



2. Polisakarida Nutrien



Polisakarida nutrien merupakan sumber dan cadangan monosakarida. Polisakarida yang termasuk kelompok ini adalah pati, selulosa dan glikogen. Setiap jenis polisakarida memiliki jumlah monomer atau monosakarida yang berbeda,



demikianpula



dengan



ikatan



yang



menghubungkan



setiap



monosakarida yang satu dengan yang lainnya, perhatikan tabel :



Pati adalah polisakarida nutrien yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme. Pati umumnya berbentuk granula dengan diameter beberapa mikron. Granula pati mengandung campuran dari dua polisakarida berbeda, yaitu amilum dan amilopektin. Jumlah kedua poliskarida ini tergantung dari jenis pati. (Zulfikar,2010)



4.2 Protein



Protein adalah makromolekul yang unik sekaligus memiliki struktur yang kompleks. Meskipun protein hanya tersusun atas asam amino yang ada 20 jenis saja, namun untuk dapat berfungsi, ia akan melipat-lipat dan membentuk suatu struktur tertentu yang sangat presisi sekaligus sulit diprediksi hingga saat ini. Karena strukturnya yang unik dan presisi itulah maka protein memiliki fungsi



yang spesifik yang berbeda satu dengan lainnya. Struktur protein memiliki tingkatan, asam amino sebagai monomer penyusun protein tersusun sehingga membentuk struktur protein.



4.2.1 Asam Amino Nama resminya adalah asam 2-amino karboksilat atau asam α-amino karboksilat. Secara umum memiliki struktur sebagai berikut:



Molekul Asam Amino Dimana R adalah gugus samping mulai dari yang paling sederhana –H (glycine | gly) hingga yang memiliki gugus samping siklik seperti tryptophan (trp). Gambar di bawah ini adalah struktur dari 20 jenis asam amino penyusun protein. Gugus R ada yang bersifat netral, bermuatan positif, negatif, ada yang hidrofilik dan hidrofobik. 4.2.2 Struktur Primer



Struktur Primer Protein Secara sederhana, struktur primer protein adalah urutan asam amino penyusun protein yang disebutkan dari kiri (N-terminal) ke kanan (C-terminal). AA bisa ditulis dalam singkatan 3 huruf atau 1 huruf. Struktur primer terbentuk karena ikatan peptida antar AA selama proses biosintesis protein atau translasi. Urutan asam amino dapat ditentukan dengan metode Degradasi Edman atau Tandem Mass Spectrophotometry. Atau bisa juga dari hasil translasi in silico gen pengkode protein tersebut. 4.2.3 Struktur Sekunder Pada bagian tertentu dari protein, terdapat susunan AA yang membentuk suatu struktur yang reguler dengan sudut-sudut geometri tertentu. Ada dua struktur sekunder utama yaitu alfa-helix dan beta-sheet. Struktur ini terjadi akibat adanya ikatan hidrogen antar AA.



Struktur Sekunder Protein Pada gambar sebelah kiri, terlihat bahwa struktur alfa-helix terbentuk oleh ‘backbone‘ ikatan peptida yang membentuk spiral dimana jika dilihat tegak lurus dari atas, arah putarannya adalah searah jarum jam menjauhi pengamat (dinamakan alfa). Satu putaran terdiri atas 3.6 residu asam amino dan struktur ini terbentuk karena adanya ikatan hidrogen antara atom O pada gugus CO dengan atom H pada gugus NH (ditandai dengan garis warna oranye). Seperti halnya alfahelix, struktur beta-sheet juga terbentuk karena adanya ikatan hidrogen, namun seperti terlihat pada gambar sebelah kanan, ikatan hidrogen terjadi antara dua bagian rantai yang pararel sehingga membentuk lembaran yang berlipat-lipat. Tidak semua bagian protein membentuk struktur alfa-helix dan beta-sheet, pada bagian tertentu mereke tidak membentuk struktur yang reguler. 4.2.4 Struktur Tersier



Struktur Tersier Protein Dihydrofolatreductase Struktur tersier adalah menjelaskan bagaimana seluruh rantai polipeptida melipat sendiri sehingga membentuk struktur 3 dimensi. Pelipatan ini dipengaruhi oleh interaksi antar gugus samping (R) satu sama lain. Ada beberapa interaksi yang terlibat yaitu: 1. Interiaksi ionik Terjadi antara gugus samping yang bermuatan positif (memiliki gugus –NH2 tambahan) dan gugus negatif (–COOH tambahan).



Ikatan Ionik 2. Ikatan hidrogen Jika pada struktur sekunder ikatan hidrogen terjadi pada ‘backbone‘, maka ikatan hidrogen yang terjadi antar gugus samping akan membentuk struktur tersier. Karena pada gugus samping bisa banyak terdapat gugus seperti –OH, – COOH, –CONH2 atau –NH2 yang bisa membentuk ikatan hidrogen.



Ikatan hidrogen



3. Gaya Dispersi Van Der Waals Beberapa asam amino memiliki gugus samping (R) dengan rantai karbon yang cukup panjang. Nilai dipol yang berfluktuatif dari satu gugus samping dapat membentuk ikatan dengan dipol berlawanan pada gugus samping lain.



Ikatan Van Der Waals 4. Jembatan Sulfida



Jembatan Disulfida Cysteine memiliki gugus samping –SH dimana dapat membentuk ikatan sulfida dengan –SH pada cystein lainnya, ikatan ini berupa ikatan kovalen sehingga lebih kuat dibanding ikatan-ikatan lain yang sudah disebutkan di atas.



4.2.5 Struktur Quartener



Protein atau polipeptida yang sudah memiliki struktur tersier dapat saling berinteraksi dan bergabung menjadi suatu multimer. Protein pembentuk multimer



dinamakan subunit. Jika suatu multimer dinamakan dimer jika terdiri atas 2 subunit, trimer jika 3 subunit dan tetramer untuk 4 subunit. Multimer yang terbentuk dari subunit-subunit identik disebut dengan awalan homo–, sedangkan jika subunitnya berbeda-beda dinamakan hetero–. Misalnya hemoglobin yang terdiri atas 2 subunit alfa dan 2 subunit beta dinamakan heterotetramer.



Struktur Quartener Protein Hemoglobin Perlu diketahui bahwa beberapa protein dapat berfungsi sebagai monomer sehingga ia tidak memiliki struktur quartener. (Anonim,2010)



V. ALAT DAN BAHAN



5.1 Alat Percobaan  Gelas Kimia  Penangas air  Penangas Air  Penjepit kayu  Tabung reaksi



5.2 Bahan Percobaan  Air



 Glukosa



 Albumin



 Maltosa



 Asam Sulfat



 NaOH



 Benedict



 Pati



 CuSO4



 Prolin



 Fruktosa



 Selulosa



 Galaktosa



 Sukrosa



 Glisin



5.3 Rangkaian Alat



Tabung reaksi



Gelas kimia



Penangas air



Gambar rangkaian alat penangas air.



VI. PROSEDUR PRAKTIKUM



6.1 Karbohidrat 6.1.1



Uji Molish Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi yaitu 1mL larutan glukosa,



maltosa, 1% pati, sukrosa, dan selulosa (kapas), yang disuspensikan dalam air, lalu ditambahkan peraksi molish kemudian dikocok pelan-pelan. Setelah itu,



ditambahkan 1mL asam sulfat melalui dinding dalam tabung yang dimiringkan. Diamati perubahan warna yang terjadi. 6.1.2



Uji Benedict Ke dalam 6 tabung reaksi masing- masing dimasukkan sampel yang



berbeda yaitu 3 tetes larutan 0,1 M glukosa, galaktosa, maltosa, sukrosa, fruktosa, dan larutan



1% pati. Tambahkan pereaksi



Benedict



dan



dikocok.tempatkan tabung-tabung reaksi tersebut dalam penangas air selama 5 menit. Dibiarkan dingin dan amati perubahan warna yang terjadi, apakah terdapat endapan atau tidak. 6.1.3 Hidrolisis Sukrosa 5mL larutan 0,1 M sukrosa ditambahkan 1mL HCl 10% di dalam tabung reaksi. Dipanaskan dalam pemanas air



+ 15 menit. Didinginkan



perlahan dan dinetralkan dengan NaOH. Uji hidrolisis dengan benedict lalu dicatat hasil pengamatan. 6.1.4 Uji Pati dengan Iodium Larutan 1% pati dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing-masing 3mL. Ditambahkan 2 tetes air kedalam tabung 1. Ke dalam tabung 2 ditambahkan 2 tetes HCl 6M dan 2 tetes NaOH 6M ditambahkan kedalam tabung 3. Masing-masing tabung ditambahkan 0,01M larutan Iodium. Tabung yang berwarna biru dipanaskan. Setelah dipanaskan, didinginkan dan amati perubahan warnanya.



6.2 Asam amino dan protein 6.2.1 Uji Biuret 3mL larutan



Albumin



dimasukkan



ke



dalam



tabung



reaksi.



Ditambahkan 2mL NaOH 2,5M. Lalu, ditambakan 10 tetes (0.05) larutan CuSO4 0.05% dan dikocok. Perhatikan perubahan warna yang terjadi. 6.2.2 Uji Ninhidrin



Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3mL larutan persediaan albumin. Ditambakan pereaksi ninhidrin (0,1% dalam air). Tabung disimpan dalam penangas air. Perhatikan perubahan warna yang terjadi. Prosedur diulangi untuk ercobaan larutan glisin dan prolin.



VII. HASIL PENGAMATAN



A. Uji Molish Perlakuan



Hasil



Glukosa + Molish+H2SO4



Pada bagian atas berwarna putih dan bagian bawah ungu, terdapat cincin merah ungu dan mengeluarkan panas dari sistem ke lingkungan (eksoterm).



Maltosa+Molish+H2SO4



Terbagi menjadi 2 warna,warna atas putih keruh dan bagian bawah hijau terang diantaranya terdapat cincin merah ungu.



Selulosa+Molish+H2SO4



Terdapat 4 warna, warna atas putih keruh, merah, hitam pekat dan hijau.



Pati+Molish+H2SO4



Pada bagian atas berwarna putih keruh dan bagian bawah bening diantaranya terdapat cincin merah keunguan dan mengeluarkan panas dari sistem ke lingkungan (eksoterm).



Sukrosa+Molish+H2SO4



Terdapat 4 warna, warna atas putih, ungu,terdapat cincin merah ungu, warna selanjutnya hijau dan bagian bawah bening.



B. Uji Benedict Perlakuan



Hasil



Glukosa + benedict+dipanaskan



Warna menjadi merah bata dan terdapat endapan.



Maltosa + benedict+dipanaskan



Warna menjadi kuning dan terdapat endapan.



Galaktosa + benedict+dipanaskan



Warna menjadi kuning dan terdapat endapan.



Sukrosa + benedict+dipanaskan



Warna menjadi biru



Fruktosa + benedict+dipanaskan



Warna menjadi kuning dan terdapat endapan.



Pati + benedict+dipanaskan



Warna menjadi biru



C. Hidrolisis Sukrosa Perlakuan



Hasil



Sukrosa+HCl+Benedict+dipanaskan+



Berwarna kuning dan tidak terdapat



NaOH



endapan.



D. Uji Pati dengan Iodium Perlakuan



Hasil



Tabung 1



Warna semula biru lalu menjadi bening



Pati+air+iodium+dipanaskan



dan ungu muda.



Tabung 2



Warna semula biru lalu menjadi bening



Pati+HCl+iodium+dipanaskan



dan biru tua.



Tabung 3



Warna tetap bening tidak terjadi suatu



Pati+NaOH+iodium



perubahan warna.



E. Uji Biuret



Perlakuan



Hasil



Albumin+NaOH+CuSO4



Warna larutan ungu



D. Uji Ninhidrin Perlakuan



Hasil



Tabung 1



Warna menjadi ungu.



Albumin+Ninhidrin+dipanaskan Tabung 2



Warna menjadi biru keungu-unguan



Glisin+Ninhidrin+dipanaskan Tabung 3



Warna menjadi kuning.



Prolin+Ninhidrin+dipanaskan



VI. PEMBAHASAN Dengan reaksi warna kualitatif dalam percobaan ini membuktian beberapa senyawa mengandung karbohidrat dan protein, diantaranya dengan uji molish, uji benedict, hidrolisis sukrosa dan uji pati dengan iodum untuk menguji senyawa tersebut mengandung karbohidrat atau tidak. Uji biuret dan ui ninhidrin digunakan untuk menguji senyawa tersebut mengandung asam amino dan protein. Pada percobaan karbohidrat, senyawa-senjawa yang diuji adalah monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida yang pertama digunakan adalah glukosa. Glukosa mempunyai sifat dapat memutar bidang polarisasi ke kanan. Uji molish untuk menguji larutan



yang mengandung



karbohidrat, dari semua larutan didapatkan hasil berupa terdapat cincin merah ungu kecuali pada selulosa. Hal ini berarti larutan yang menghasilkan cincin merah ungu mengandung karbohidrat didalamnya, karena mengandung gugus aldehid dan gugus hidroksil makagula ini mengalami siklisasi dalam air lalu menghasilkan cincin hemiosetal beranggotakan lima atau enam, namun pada saat dilakukan percobaan seringkali cincin hemiosetal tidak terbentuk, hal itu



disebabkan oleh terlalubanyaknya kadar H2SO4 dan pada saat memasukkannya didekatkan ke dinding tabung reaksi sehingga tidak menimbulkan goyangan karena apabila larutan ini dikocok sedikit saja maka cicncin tidak akan terbentuk. Pada uji benedict ditujukan untuk mencari gula pereduksi. Glukosa dapat mereduksi pereaksi benedict, karena glukosa mereaksi Cu2+ menjadi Cu+ dan terbentuk endapan merah bata. Endapan merah bata ini menandakan adanya gula pereduksi. Pada reaksi ini disebut gula pereduksi karena mengandung suatu gugus aldehid dan suatu gugus hidroksiketon dan reduksi dalam reaksi ini oleh zat pengoksidasinya. Semua gula pereduksi yang anomernyua berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka yang mudah dioksidasi. Pada uumnya semua gula pereduksi memiliki gugus karbon yang berpotensi bebas, yang menyebabkan uji benedict positif, karena adanya hemiosetal yang berkeseimbangan dengan bentuik aldehid rantai terbalik. Selulosa bukan merupakan gula pereduksi karena tidak ada gugus aldehid bebas. Jadi selulosa tidak dapat mereduksi pereaksi benedict. Sukrosa negatif pada uji benedict karena kedua karbon anomerik sukrosa bertautan dan tidak satupun unit monosakarida yang memiliki gugus hemiosetal. Jadi, tidak satupun unit itu dalam kesetimbangan dengan bentuk asikliknya, akhirnya sukrosa tidak dapat bermutarotasi. Sukrosa dihidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa. Larutan sukrosa memutar bidang polarisasi kekanan, tetapi sesudah dihidrolisis larutan memutar bidang polarisasi ke kiri. Hal ini disebabkan pemutaran bidang cahaya terpolarisasi oleh fruktosa hasil hidrolisis ke kiri lebih kujat dari pada pemutar ke kanan oleh glukosa. Perubahan arah pemutaran ini disebut invert dan gula hasil hidrolisis sukrosa disebut gula invert. Jadi, sukrosa dapat dihidrolisis menghasilkan komponen monoskarida, sehingga sukrosa ini positif.



VII. KESIMPULAN Dari percobaan didapatkan kesimpulan yaitu : 1.



Karbohidrat terdiri dari monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Protein di sususn oleh asam amino yang membentuk ikatan-ikatan peptida.



2.



Warna merah bata positif untuk larutan karbohidrat yang memiliki gula pereduksi. Warna biru bercampur ungu untuk larutan yang positif memiliki protein.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim.2009.Monosakarida.http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/20 09/0606811/monosakarida.html Anonim.2010. Struktur Molekul Protein.http://sciencebiotech.net/strukturmolekul-protein/ Anonim.2011.KarbohidratMonosakarida.http://www.newsmedical.net/health/Car bohydrate-Monosaccharides-%28Indonesian%29.aspx Nirmalida,S.2010.BiokimiaKarbohidrat.http://sophianirmalida.blogspot.com /2010/03/makalah-biokimia-karbohidrat.html Zulfikar.2010.Oligosakarida.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/biomolekul/oligosakarida/# Zulfikar.2010.Polisakarida.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/biomolekul/polisakarida/